Makalah Fix Tinea Incognito
Makalah Fix Tinea Incognito
(030.07.124) (030.10.042)
(030.08.170) (030.10.064)
(030.09.076) (030.10.088)
(030.09.287) (030.10.117)
(030.10.019) (030.10.129)
Pendahuluan .............................................................................................................
Kesimpulan ................................................................................................................
ii
BAB I
Pendahuluan
Penyakit jamur kulit atau dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut
dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur. Pada umumnya golongan penyakit ini dibagi atas
Tinea incognito merupakan kesalahan terapi tinea dengan menggunakan steroid topikal
sehingga menimbulkan kelainan kulit yang tidak jelas setelah mendapat terapi dengan steroid
Steroid topikal merupakan obat yang paling banyak dipergunakan dalam dermatoterapi
terutama karena manfaatnya yang paling utama sebagai antiinflamasi dan antimitosis dalam
proses peradangan pada kulit. Mekanisme steroid topikal dalam dermatoterapi bersifat
paliatif atau mempermudah penyembuhan alamiah dari proses peradangan. Jadi steroid tidak
bersifat menyembuhkan penyakit kulit (Steroid do not cure any of the skin disorder) jadi
dalam terapi juga harus dicarI penyebab utamanya dan segera mungkin diatasi
Tinea incognito adalah nama yang diberikan pada infeksi jamur saat gambaran klinis yang
ada menjadi tidak jelas dikarenakan pengobatan yang tidak tepat, yang biasanya disebabkan
oleh karena pemakaian steroid topikal pada kasus infeksi yang disebabkan oleh jamur
dermatofita
BAB II
Laporan Kasus
SESI I
Ny. Rani, seorang perempuan berumur 36 tahun datang berobat dengan keluhan gatal-
gatal dan kemerahan di kedua lipat paha kiri dan kanan. Ny. Rani mempunyai hobi diving
yang hampir setiap minggu dilakukan. Penyakit ini telah diderita selama kira-kira 20 tahun
dan telah berobat kedokter umum maupun dokter spesialis tapi keluhan tersebut hilang
timbul. Selain itu Ny. Rani juga mengeluh ada kerutan di wajah terutama di lingkar mata, dan
SESI II
kerokan kulit dengan KOH, ternyata hasil yang didapat hanya ditemukan sel-sel epitel tetapi
Pasien mengeluh gatal dan kemerahan di kedua lipat paha kiri dan kanan. Penyakit ini
telah diderita kira-kira 20 tahun dan telah berobat ke dokter umum maupun dokter spesialis
tapi keluhan hilang timbul. Pasien mengeluh ada kerutan di wajah terutama pada lingkar
Pasien mengeluh gatal dan kemerahan di kedua lipat paha kiri dan kanan
Status Lokalis:
BAB III
Pembahasan Kasus
I. Anamnesis
b. Keluhan utama
3. Apakah tindakan yang dilakukan pasien saat gatal tersebut pertama kali
timbul?
2. Apakah ada riwayat alergi terhadap makanan atau bahan kimia tertentu?
f. Riwayat kebiasaan
Diagnosis kerja pada pasien ini adalah Tinea Incognito. Diagnosis ini
ditegakkan berdasarkan keluhan gatal serta kemerahan di lipat paha kiri - kanan
dan hilang timbul yang telah berlangsung selama 20 tahun. Pasien sendiri sudah
-Tinea Kruris
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus.
Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun. Kelainannya berupa lesi berbatas
tegas, peradangan pada tepi yang lebih nyata dari bagian tengahnya, dan efloresensi.
Bila menahun dapat berupa bercak hitam disertai sisik, dan dapat terdapat erosi dan
-Urtikaria
ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan,
dikelilingi halo. Keluhan subyektif biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk.
Eritrasma ialah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum, ditandai dengan
adanya lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipat paha.
Eritrasma tidak menimbulkan keluhan subyektif, kecuali jika terjadi ekzematisasi oleh
IV. Patofisiologi
1. Patofisiologi Gatal
(yang merangsang pelepasan nitrat oksida). Impuls yang dikirimkan
opioid diketahui untuk memodulasi sensasi gatal, baik perifer
maupun pusat. Stimulasi dari reseptor opioid mu menekankan
gatal, sedangkan stimulasi reseptor kappa dan penyumbatan
2 inflamasi dan gatal.
2. Patofisiologi Kemerahan
Kulit kemerahan pada tempat yang gatal karena adanya vasodilatasi pembuluh
darah kapiler yang mana pada saat tersebut juga terjadi peningkatkan
berdifusi ke dalam dermis dan epidermis. Selain itu faktor kemotaktik dan
eikosanoid akan menarik neutrofil, monosit dan sel darah lain dari dalam
3. Patofisiologi Kerutan
lebih tipis dan kurang lengket. Hal ini menyebabkan fungsi kulit untuk
menghalangi kelembaban dipertahankan dalam kulit menjadi berkurang, yang
Pada lapisan dermis, yang terjadi adalah kolagen yang terbentuk menjadi lebih
sedikit dan serat elastin yang ada tidak bekerja seperti seharusnya. Hal ini yang
menyebabkan kulit menjadi keriput dan kendur. Kelenjar sebasea menjadi lebih
besar tetapi produksi sebum berkurang, dan jumlah kelenjar keringat juga
Perbatasan antara epidermis dan dermis juga bertambah rata, sehingga membuat
kulit lebih rapuh dan mudah tergeser. Proses ini juga menyebabkan nutrisi yang
ada pada lapisan epidermis menjadi berkurang dan dapat merusak perbaikan kulit
yang normal.
Pada lapisan subkutan, lemak yang ada menjadi tipis sehingga apabila kulit
Tinea incognito merupakan komplikasi dari tinea korporis, tinea kruris, tinea
pedis, ataupun tinea capitis. Tinea incognito dapat muncul karena pemakaian
V. Penatalaksanaan
Medikamentosa :
-Obat topikal harus dihentikan dan diganti pakai obat antifungal topikal yang
adekuat, kalau sudah ekstensif bisa dikasih antifungal secara sistemik 1-2 minggu
Non Medikamentosa :
-Berhenti diving hingga penyakit nya benar-benar sembuh
VI. Komplikasi
Dapat terinfeksi sekunder oleh candida atau bakteri yang lain. Pada infeksi jamur
VII. Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
Tinjauan Pustaka
ANATOMI KULIT
HISTOLOGI
Kulit manusia tersusun atas dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis dan
dermis dapat terikat satu sama lain akibat adanya papilare dermis dan rabung epidermis.
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang
berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150
μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel
- Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang
kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam
imunologi kulit.
- Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan
- Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam
sebagai berikut:
1. Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan
2. Stratum Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang
sangat gepeng, dan sitoplasma terdri atas keratin padat. Antar sel terdapat
desmosom.
3. Stratum Granulosum, terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang
granula lamela yang mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja
4. Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum saling terikat
kohesivitas (kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan demikian,
epidermis, terdiri atas selapis sel kuboid. Pada stratum basal terjadi aktivitas
memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan mencapai
maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas
• Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas
jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan
• Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan
Selain kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan epidermis,
epitel epidermis, yaitu folikel rambut. Pada folikel ini terdapat pelebaran
terminal yang berbentuk benjolan pada sebuah papilla dermis. Papila dermis
tersebut mengandung kapiler dan ditutupi oleh sel-sel yang akan membentuk
• Kelenjar keringat, yang terdiri atas kelenjar keringat merokrin dan kelenjar
keringat apokrin
sekretoris.
dermis dengan jumlah bervariasi mulai dari seratus hingga sembilan ratus
per centimeter persegi. Sekret dari kelenjar sebacea adalah sebum, yang
Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang disebut jaringan
subkutan dan mengandung sel lemak yang bervariasi. Jaringan ini disebut juga fasia
Jaringan ini mengandung jalinan yang kaya akan pembuluh darah dan pembuluh
limfe. Arteri yang terdapat membentuk dua plexus, satu di antara stratum papilare dan
retikulare, satu lagi di antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang-cabang plexus tersebut
mendarahi papila dermis. Sedangkan vena membentuk tiga plexus, dua berlokasi seperti
arteri, satu lagi di pertengahan dermis. Adapun pembuluh limfe memiliki lokasi sama dengan
pembuluh arteri.
Untuk mendukung fungsi kulit sebagai penerima stimulus, maka terdapat banyak
ujung saraf, antara lain di epidermis, folikel rambut, kelenjar kutan, jaringan dermis dan
subkutis, serta papila dermis. Ujung saraf ini tanggap terhadap stimulus seperti rabaan-
tekanan, sensasi taktil, suhu tinggi/rendah, nyeri, gatal, dan sensasi lainnya. Ujung saraf ini
Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku, bagian yang terbuka di atas
dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari dikenali sebagai badan kuku, dan yang paling ujung
adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengankecepatan
tumbuh kira-kira 1 mm per minggu. Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku. Kulit
tipis yang yang menutupi kuku di bagian proksimal disebut eponikium sedang kulit yang
Rambut, terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit dan bagian yang berada di luar kulit.
Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus, tidak mrngandung
pigmen dan terdapat pada sbayi, dan rambut terminal yaitu rambut yang lebih kasar dengan
banyak pigmen, mempunyai medula, dan terdapat pada orang dewasa. Pada orang dewasa
selain rambut di kepala, juga terdapat bulu mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis, dan
janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi hormone androgen. Rambut halus di dahi dan
badan lain disebut rambut velus. Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen berlangsung 2-6
tahun dengan kecepatan tumbuh kira-kira 0.35 mm per hari. Fase telogen berlangsung
beberapa bulan. Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen. Komposisi rambut terdiri
atas karbon 50,60%, hydrogen 6,36%,, nitrogen 17,14%, sulfur 5% dan oksigen 20,80%
(Djuanda, 2003).
Tinea Incognito
topikal sehingga menimbulkan kelainan kulit yang tidak jelas setelah mendapat terapi steroid
1. Definisi
Tinea incognito adalah nama yang diberikan pada infeksi jamur saat gambaran klinis
yang ada menjadi tidak jelas dikarenakan pengobatan yang tidak tepat, yang biasanya
disebabkan oleh karena pemakaian steroid topikal pada kasus infeksi yang disebabkan
2. Etiologi
ada pada tinea incognito, karenanya infeksi jamur yang disebabkan oleh dua spesies
tersebut sering berkembang menjadi tinea incognito contohnya tinea korporis, tinea pedis
3. Patogenesis
Menurut Barnez (2003), pemakaian steroid topikal pada kulit akibat peradangan
jamur pada awalnya dapat terjadi perbaikan atau penurunan peradangan dikarenakan efek
utama dari pemberian steroid topikal pada dermatologi adalah efek anti inflamasi. Tetapi
jika pengobatan dihentikan dalam beberapa hari kemudian penyakit yang diderita akan
semakin bertambah parah dan gatal. Selain efek anti inflamasi steroid topikal juga
memiliki efek imunosupresi yang menekan peradangan akibat jamur pada awal infeksi,
tetapi jika semakin sering dan banyak steroid topikal digunakan maka infeksi jamur akan
semakin bertambah karena organisme penginfeksi tidak dibasmi, selain itu juga steroid
topikal mengakibatkan keadaan berupa pengaburan tanda klinis infeksi sehingga menjadi
tidak jelas dan tidak spesifik. Ive dan Marks (1968), mengatakan bahwa infeksi jamur
yang diberika steroid topikal golongan kuat akan membuat lesi menjadi kemerah-merahan
gambaran klinis yang tidak jelas dan aneh yaitu skuama hampir tidak ditemukan, lesi
eritematous dengan teleangiektasis yang juga bisa terdapat papula, pustule dan
hiperpigmentasi.
4. Gejala
Tinea inkognito harus dimasukkan sebagai diagnosis banding pada infeksi kulit yang
supuratif, terutama ketika penderita diketahui sebelumnya mendapat terapi dengan steroid
topikal.
5. Diagnosis
Untuk dapat melakukan terapi yang tepat pada tinea inkognito harus dapat ditegakkan
diagnosis dari gejala klinis yang ada spesifik ke arah tinea inkognito dan mencari
penyebab pasti infeksi jamur tersebut dengan mengambil contoh kerokan kulit untuk
hidroksid.
6. Diagnosis Banding
-Tinea Kruris
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus.
Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun. Kelainannya berupa lesi berbatas tegas,
peradangan pada tepi yang lebih nyata dari bagian tengahnya, dan efloresensi. Bila
menahun dapat berupa bercak hitam disertai sisik, dan dapat terdapat erosi dan keluarnya
-Urtikaria
Urtikaria ialah reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai
dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna
pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo.
Keluhan subyektif biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Diduga penyebab urtikaria
bermacam-macam.
lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipat paha. Eritrasma
tidak menimbulkan keluhan subyektif, kecuali jika terjadi ekzematisasi oleh karena
7. Pengobatan
Menurut Barnez, (2003), terapi pada tinea inkognito harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
3. Jika diketahui secara pasti jenis jamur yang ada maka dapat diterapi dengan obat
klortrimazole, mikonazole.
8. Pemeriksaan Pembantu
9. Prognosis
dihentikan dan diganti dengan obat antifungal atau antijamur serta pasien mampu
menjaga kebersihan diri dengan baik dan berhenti untuk melakukan hobi diving nya
Kesimpulan
Pada kasus ini, pasien didiagnosis menderita tinea incognito. Diagnosis ini ditegakan
berdasarkan keluhan gatal dan kemerahan pada lipat paha kiri serta kanan yang hilang
timbul dan berlangsung selama 20 tahun. Pasien juga sudah berobat ke dokter umum
maupun dokter spesialis namun tidak sembuh, diduga pengobatan menggunakan steroid
topikal yang terus menerus menimbulkan pengaburan tanda klinis dan perluasan infeksi
akibat organisme penginfeksi tidak dibasmi sehingga jika dilakukan tes KOH
pemakaian steroid topikal dan melakukan terapi standar menggunakan obat anti fungal
atau anti jamur. Prognosis untuk pasien ini baik selama pasien dapat mengikuti
1. Junqueira LC, Carneiro J. Kulit. In : Dany F, Editor. Histologi Dasar Teks & Atlas.
10th ed. Jakarta: EGC; 2007.p.134-43
2. Carter MA. Anatomi dan Fisiologi kulit. In: Price SA, Wilson LM, Editors.
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006.p.1416-20;1365
4. Djuanda, Adhi. Mikosis. In : Mochtar H, Editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.6th
ed. Jakarta FKUI. 2010.p.89-105
5. Goldstein, Adam. 1998. Dermatologi Praktis. Jakarta : Hipokrates.
6. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: FKUI. 2005.
7. Tinea Incognito. Available at : http://www.medscape.com/viewarticle/582798 .
Aceesed at November 16th, 2011