Anda di halaman 1dari 22

MAKAL AH

PENYAKIT SISTEM IMUN

OLEH :

VISENTA DA SILVA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Alah Yang Maha Kuasa atas Rahmat yang
telah dilimpahkan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tentang
“ Sistem Imun ”. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah memberikan saya
tugas ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan
sangat jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membengun dari semua pihak.
Saya berharap makalah kajian teori yang telah kami susun ini dapat digunakan
sebagaimana mestinya dan dapat memberikan manfaat bagi kita semua untuk memperluas
pengetahuan.

Senin, 6 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR..........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv
BAB I................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Tujuan Dan Manfaat...................................................................................................3
BAB II..............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................4
A. Definisi...........................................................................................................................4
B. Anatomi fisiologi...........................................................................................................5
C. Etiologi...........................................................................................................................5
D. Klasifikasi......................................................................................................................6
E. Monosfestasi Klinis.......................................................................................................4
F. Patofisiologi .................................................................................................................5
G. Pemeriksaan penujang.................................................................................................5
H. Pengobatan....................................................................................................................9
I. Komplikasi....................................................................................................................11
BAB III.............................................................................................................................14
PENUTUP.....................................................................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................................15
B. Saran...........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................27
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sistem imun merupakan sistem yang berfungsi untuk mencegah terjadinya kerusakan tubuh
atau timbulnya penyakit. Sistem imun yang berfungsi baik dan mutlak diperlukan untuk
kelangsunganhidup manusia (Baratawidjaja, 2009). Tubuh manusia mengembangkan mekanisme
yang kompleksuntuk menghadapi patogen yang memiliki kemampuan untuk masuk kedalam
tubuh dan mengganggu keseimbangan tubuh (Subowo, 1993).Sistem imunitas tubuh yang
optimal diperlukan untuk melindungi diri dari invasi mikroorganisme patogen. Melalui sistem
imunitas yang optimal tubuh tidak rentan terkena invasi mikroorganisme patogen.
Mikroorganisme yang berpotensi untuk menginvasi tubuh terdapat dilingkungan kehidupan
manusia seperti protozoa, jamur virus dan bakteri. Sistem imunitastubuh sangat berperan dan
memiliki tanggung jawab dalam melindungi tubuhsertamempertahankan diri terhadap
invasimikroorganisme patogen tersebut melalui mekanisme non spesifik dan spesifik(Yusuf,
2016).Respon imun manusia sangat bergantung pada kemampuan sistem imun untuk mengenal
molekulasing atau antigen yang terdapat pada permukaan unsur patogen dan kemampuannya
dalam memberikan reaksi yang tepat untuk mengenal, menetralkan, metabolisme dan
menyingkirkan tanpa menimbulkan kerusakan pada jaringan sendiri. Mekanisme reaksi tersebut
ditentukan oleh komponen sistem imun yang terorganisasi dalam bentuksel-sel dan jaringan
limfoid(Darwin, 2006).
Sistem imun dapat merespon antigen melalui imunitas sel perantara dan imunitas humoral
(Baratawidjaja, 2009).Sistem imun terdiri atas dua yaitu sistem imun spesifik dan sistem imun
non spesifik. Sistem imunnonspesifik eksternal merupakan pertahanan terluar yang berupa kulit,
membranmukosa, sekresi dari kulit, dan mukosa. Sedangkan sistem imunnonspesifik internal
berupa fagositosis oleh sel darah putih, protein antimikroba dan respon peradangan (Hamidin,
2014).Imunomodulator adalah senyawa tertentu yang dapat mempengaruhi kualitas dan
intensitas respon imun. Imunomodulator berfungsiuntuk memperbaiki sistem imun dengan cara
stimulasi (imunostimulan), mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu (imunorestorasi),
atau dengan menekan/menormalkan reaksi imun yang abnormal (imunosupresan)(Subowo,
2009).Imunomodulator sangat dibutuhkan saatsistem imun akan mempengaruhi kondisi pasien
dan penyebaran penyakit (Suhirman, 2013).Pemakaian tanaman obat sebagai imunomodulator
dengan maksud menekan atau mengurangi infeksi virus dan bakteri intraseluler, untuk mengatasi
imunodefisiensi atau sebagai perangsang pertumbuhan sel-sel pertahanan tubuh dalam sistem
imunitas(Yusuf, 2016).Kelor (Moringa oleiferaLam.) merupakan tanaman asal India yang
memiliki berbagai kandungan senyawa kimia bermanfaat dalam dunia kesehatan khususnya
untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Martatino (2014) Menyatakan bahwa puding
nutrisi daun kelordapat menurunkan kejadian infeksi pada pasien HIV/AIDS. Hasil studi
fitokimia daun kelor (Moringa oleiferaLam.) menyebutkan bahwa daun kelor mengandung
senyawa metabolitsekunder flavonoid, alkaloid, dan fenolyang dapat menghambat aktivitas
bakteri. Komposisi dan konsentrasi senyawa fitokimia mengalami perubahan selama
pertumbuhan tanaman. Daun tanaman kelor yang lebih muda mempunyai kandungan senyawa
fitokimia paling tinggi(Mardiana, 2013).Ekstrak daun kelor memiliki aktivitas sebagai
antibakteriterhadap bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus( Dima , 2016).Kelor
disebut sebagai pohon ajaib (miracle tree). Semua bagian tanamannya terbukti berkhasiat untuk
mengobati berbagai macam penyakit. Namun,pada dasarnya setiap bagian bagian tanaman daun
kelor memiliki kandungan zat aktif yang berbeda-beda sehingga pemanfaatanya pun harus
disesuaikan dengan penyakit yang akan disembuhkan(Mardiana, 2013). Sementara ini banyak
orang yang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau tradisional relatif lebih aman
dibandingkan dengan obat sintesis. Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat
tradisional tidak memiliki efek samping merugikan bila dalam penggunaanya kurang tepat(Putra,
2016).Tingginya intensitas dari pemanfaatandaun kelor dalam bidang kesehatan serta
penggunaanya dikalangan masyarakat untuk mengatasi berbagai penyakit. Hal inilah yang
menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalammengetahui apakah ekstrak
etanoldaun kelor dapat dijadikan sebagai imunomodulator dengan metoda carbon
clearanceterhadap mencit putih jantan. Metode carbon clearance yang berfungsi sebagai
parameter dalam mengukur aktivitas sel-sel fagosit untuk membunuh organisme patogen yang
masuk ke dalam tubuh dan mengetahui aktivitas imunomodulator ekstrak etanol daun kelor
terhadap mencit putih jantan dengan cara perhitungan jumlah sel leukosit total.
1.2 Tujuan Kegiatan
A. Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh pemberian kombinasi herbal A, herbal B danherbalC
terhadap indeks fagositosis makrofag dan produksi ROI.
B. Tujuan Khusus
1. Menganalisis pengaruh pemberian kombinasi herbal A, herbal B dan herbalC
terhadap indeks fagositosis makrofag.
2. Menganalisis pengaruh pemberian kombinasi herbal A, herbal B dan herbalC
terhadap produksi ROIolehmakrofag.3.)Menganalisis perbedaan antara pemberian
kombinasi herbal A, herbal B dan herbalCterhadap indeks fagositosis makrofag dan
produksi ROI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi sistem imun
Sistem pertahanan tubuh (sistem imun) adalah sistem pertahanan yang berperan
dalam mengenal, menghancurkan serta menetralkan benda-benda asing atau sel abnormal
yang berpotensi merugikan bagi tubuh.
Sistem imun tidak memiliki tempat khusus dalam tubuh manusia dan tidak
dikontrol oleh organ pusat, seperti otak.
Sel-sel tertentu berperan sebagai pasukan pertahanan untuk memerangi benda asing yang
masuk tubuh yang berpotensi menimbulkan gangguan pada tubuh. Dilansir
Encyclopaedia Britannica (2015), sistem imun adalah kelompok pertahanan yang
ditemukan pada manusia untuk membantu mengusir organisme penyebab penyakit yang
ada di dalam tubuh.
Pada pertahanan tubuh dibagi menjadi dua tipe, yakni:
Pertahanan tubuh bawaan (non spesifik)
Pertahanan tubuh bawaan merupakan garis utama tubuh yang pertama melawan semua
agen asing yang masuk ke dalam tubuh.
Alat yang menghalangi dalam imunitas bawaan, seperti kulit, air mata, mukus
(cairan lengket dan tebal yang disekresikan oleh membran dan kelenjar mukosa), dan air
ludah.
Mereka berfungsi untuk mencegah laku peradangan setelah terjadi luka atau
infeksi.
Mekanisme kekebalan bawaan adalah menghalangi masuknya dan penyebaran penyakit.
Tapi tidak spesifik mengusir atau mencegah secara keseluruhan.
B. Anatomi Fisiologi
Sistem Imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan
oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan
benar sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh.

Fungsi sistem imun :


1.Pembentuk kekebalan tubuh.
2. Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
3. Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang membahayakan.
4. Penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh.

a. Organ Limfatik Primer


1.Timus
Kelenjar Timus adalah Suatu jaringan limfatik yang terletak di sepanjang trakea
di rongga dada bagian atas. Fungsinya memproses limfosit muda menjadi T limfosit.
2. Sumsum Tulang
Jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang merupakan tempat
produksi sebagian besar sel darah baru. Sumsum tulang merupakan jaringan limfatik
karena
memproduksi limfosit muda yang akan diproses pada timus atau tempat-tempat
lainnya untuk menjadi limfosit T atau limfosit B

2. Organ Limfatik Sekunder

1. Tonsil

Jaringan lymphatic yang terdiri dari kumpulan-kumpulan limposit .

Fungsi : Memproduksi lymphatic dan antibodi yang kemudian akan masuk ke dalam
cairan lymph.

Tonsil terletak pada :

1) Dinding dalam nosopharynx (tonsila pharingea )


2) Fosa tonsilaris di samping-belakang lidah (tonsil palatina) 3)Di bawah lidah (tonsila
liqualis)

Tonsil bukan merupakan kelenjar karena tidak memiliki pembuluh lymph afferent, oleh
sebab itu tonsil tidak menyaring cairan lympha.

3. Nodus Limfa

Adalah titik di sepanjang pembuluh limfa yang memiliki ruang (sinus) yang mengandung
limfosit dan makrofag.

C. Etiologi
Menurut KBBI definisi etiologi bisa dibagi menjadi tiga. Arti yang pertama
adalah cabang biologi tentang penyebab sebuah penyakit. Arti yang lainnya yaitu bagian
dari ilmu penyakit tanaman, khususnya penyebab utama penyakit tersebut. Satu arti lagi
menurut KBBI adalah sebuah cabang ilmu kedokteran tentang asal dan sebab penyakit.
Dari keseluruhan pengertian dalam KBBI, bisa disimpulkan bahwa etiologi adalah
cabang ilmu, baik dalam biologi, kedokteran dan ilmu penyakit tanaman yang
keseluruhannya membahas tentang penyebab atau asal muasal sebuah penyakit.
Mengetahui etiologi dari sebuah penyakit tentunya sangat diperlukan untuk bisa
menemukan obat yang bisa mengatasinya.

Etiologi Hipertensi
Etiologi artinya adalah ilmu yang mempelajari tentang asal atau penyebab suatu
penyakit dalam dunia kedokteran. Penyakit yang sering dibahas dalam etiologi adalah
hipertensi. Hipertensi atau istilah untuk darah tinggi yaitu suatu penyakit dengan kondisi
medis yang beragam. Pada kebanyakan pasien daerah tinggi, etiologi dan patofisiloginya
tidak diketahui pasti apakah hipertensi primer (essensial) atau sekunder.

Hipertensi primer (essensial)


Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial
(hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontro.
Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial merupakan 95% dari seluruh kasus
hipertensi. Dikatakan hipertensi primer bila tidak ditemukan penyebab dari peningkatan
tekanan darah tersebut.
Hipertensi Sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit
komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah (lihat tabel).
Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit/keadaan seperti feokromositoma,
hiperaldosteronisme primer (sindroma Conn), sindroma Cushing, penyakit parenkim
ginjal dan renovaskuler, serta akibat obat.
Contoh Etiologi
Untuk lebih memahami tentang pengertian etiologi, maka ada beberapa contoh
penyakit yang akan dibahas. Contoh yang pertama adalah etiologi penyakit diabetes.
Pada etiologi penyakit diabetes ini ada beberapa faktor, yaitu faktor genetik, faktor
lingkungan, faktor gaya hidup, dan faktor risiko.
Sementara itu, untuk etiologi penyakit hepatitis juga berbeda. Bahkan, antara
hepatitis A dan B pun memiliki etiologi yang berbeda. Etiologi hepatitis B sendiri
merupakan virus HBV yang memiliki besar sekitar 3200 kilobasa. Keunikan dari virus ini
adalah terletak pada struktur filamen melingkar pada partikel subviral.
Sementara itu, etiologi hepatitis A sendiri adalah virus HA yang diklarifikasi
sebagai hepatovirus yang berpolar positif, berdiameter sekitar 28 nm, dan bisa dilihat
mengggunakan mikroskop elektron. Seperti pengertian etiologi yang sebelumnya, maka
virus HA merupakan etiologi atau penyebab dari penyakit hepatitis A.
Virus yang merupakan etiologi hepatitis A biasanya mampu bertahan hidup selama
bertahun-tahun. Selain itu, virus ini juga tahan akan asam dengan PH 3, tahan akan suhu
tinggi, pengeringan, dan tahan terhadap eter. Virus ini sebenarnya bisa dihilangkan
dengan klorin, iodine, dan dimasak dengan air yang sangat mendidih.

D. Klasifikasi
Berdasarkan Pertahanan Spesfik Limfosit
Salah satu bagian dari sistem pertahanan spesifik ialah limfosit. Limfosit pada
sistem ini terbagi atas 2 macam, yakni limfosit B atau sering disebut sebagai sel B dan
limfosit T atau sel T. Berbeda dengan sel B yang proses pembentukan serta
pematangannya semuanya terjadi di sumsum tulang, sel T ini pembentukannya ada di
sumsum tulang, namun pematangannya di kelenjar timus.
Antibodi
Antibodi atau immuniglobulin merupakan sistem pertahanan yang akan dibentuk
ketika ada antigen yang masuk atau biasa disebut sebagai serumnya antigen. Apa itu
antigen ? Antigen adalah sejenis patogen, mereka sama sama berbahaya jika tidak
dicegah. Antigen merupakan senyawa kimia berupa protein yang busa ditemukan di sel
kanker atau sel asing yang masuk.

Cara kerja dari antibodi ialah dengan mengikat langsung antigen itu, kemudian
akan diproses lebih lanjut oleh makrofag untuk dihancurkan. Karena antibodi tertentu
akan bekerja pada penyakit spesifik, maka harus banyak antibodi untuk menangani
berbagai jenis penyakit yang masuk juga.

Antibodi sendiri tersusun atas 2 gugus rantai polipeptida, yakni 2 rantai berat dan
2 rantai ringan. Masing masing rantai itu nantinya akan saling berhubungan satu sama
lain dan membentuk kromosom Y. Dimana disetiap lengan yang ada pada kromosom
tersebut dipakai sebagai tempat pengikat antigen.

Berdasarkan Pertahanan non spesifik


Pertahanan Fisik
Pertahanan fisik ialah pertahanan yang ada diluar tubuh seperti kulit serta membran
moksa yang bertugas sebagai pertahanan utama mencegah masuknya patogen ke dalam
tubuh. Dimana seperti yang sudah kita ketahui bahwa kulit terdiri atas sel sel yang sangat
rapat sehingga sangat menyulitkan untuk patogen untuk masuk kedalamnya.
Di kulit juga ada keratin dan sedikit air untuk menghambat pertumbuhan serta
perkembangbiakkan sebuah mikroba. Sementara membran mukosa sendiri bisa
ditemukan di saluran utama tubuh seperti sistem pernapasan pada manusia, pencernaan
dan kelamin. Membran tersebut bertugas untuk menjadi benteng pertahanan kedua
supaya patogen tidak masuk ke dalam tubuh.

E. Manofestasi Klinis
Diagnostic Diabetes melitus awalnya diperkirakan dengan gejala khas polifagia
banyak makan,poliuria banyak kencing, polidipsi banyak minum,lemas, berat badan yang
sering menurun, gejala lain yang mungkin timbul adalah kesemutan,gatal,mata
kabur,bisul atau luka yang tidak sembuh- sembuh,adanya acetone,pernafasan kusmaul
kesadaran apatis sampai koma soeparman,1996.
Herpes Simpleks Keratitis (HSK) merupakan salah satu penyebab kerusakan
kornea. HSK terjadi akibat infeksi Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1). HSK memiliki
manifestasi klinik dari epitel sampai endotel. Diagnosis didukung dengan penurunan
sensibilitas kornea, pemeriksaan Giemsa dan Papaniculou. Terapi tergantung pada
temuan klinis, yang bisa merupakan kontraindikasi untuk manifestasi yang berbeda.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan variasi kasus HSK, manifestasi klinis
dan managemen. Metode: Studi retrospektif dari data rekam medik bulan Januari 2012-
Desember 2013, Bagian Mata, RS.M.Djamil. Pasien HSK sebanyak 52 orang, bilateral 6
orang (58 mata), wanita 50%, pria 50%. Pasien terbanyak pada kelompok usia 31-40 th
(26,9%). Tipe keratitis terdiri atas Epitelial 18 mata, Stromal 22 mata, gabungan 12 mata,
Keratouveitis 4 mata dan Neurotropik Keratopati 2 mata. Pemeriksaan penunjang dengan
tes sensibilitas kornea, Giemsa dan Papanicolou. Terapi yang diberikan antara lain
Acyclovir salep mata, Acyclovir oral, Kortikosteroid tetes mata. Perbaikan visus paling
banyak pada tipe keratitis stromal, 9 mata(40,9%) dan kombinasi, 9 mata(75%). Loss
Case banyak pada keratitis epitelial, 11 mata(61,1%) karena pasien tidak kontrol kembali.
Pemeriksaan Giemsa ditemukan Mononuclear Cell 21, Giant cell positif 12, Papanicolou
positif 6. Semua kasus didapatkan penurunan sensibilitas kornea.Terapi yang diberikan
Acyclovir salep mata, Acyclovir oral, Kortikosteroid tetes. Amnion Graft Transplantation
dilakukan pada 2 kasus. Kasus terbanyak ditemukan tipe stromal 22 (37,9%) dengan
bilateral 6 (10,3%) dan perbaikan visus (39,6%).

F. Patofisiologi
Insulin adalah hormon yang dibentuk sel beta langerhans yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan karbohidrat bagi sel dalam bentuk insulin yang berfungsi terhadap
transparan glukosa ,asam amino,asam lemak, di samping itu insulin juga berperan
mengaktifkan enzim sehingga meningkatkan metabolisme intra sel. Bermacam-macam
penyebab Diabetes melitus yang berbeda akhirnya akan mengarah ke insufisiensi insulin.
Metabolisme karbohidrat yang terganggu akan menyebabkan kelaparan dalam sel hormon
counter regulator seperti flukagon,epineprin, non epineprin growth hormon dan kortisel akan
dikeluarkan oleh tubuh.menurunya proses glikogenesis menyebabkan produksi glukosa dari
glikogen meningkat dan glikogenesis akan menurun yaitu pembentukan glukosa dari non
kaarbohidrat seperti sam amino, hal ini akan menyebabkan penurunan pemecahan lemak
menjadi keton untuk memberi alternative sumber energi. Kekurangan insulin akan
menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.menyebabkan sel mengalami
kelaparan. Sel sebagai keadaan krisis dengan mengeluarkan hormon counter regulator untuk
tetap memenuhi kebutuhan energi dengan menggunakan sumber energi lain seperti
lemak.akibat tingginya kadar glukosa darah menimbulkan tiga gejala utama
poliuria,polidipsi,polifagia. Karena glukosa yang masuk ke tubulus tinggi maka glukosa
melampui ambang ginjal dan glukosa akan dibuang bersama urine dan menyebabkan
dehidrasi ruang ekstra sel dan cairan intrasel akan keluar dan menimbulkan mekanisme
haus.polifagia terjadi karena glikogen tidak sampai sel akan mengalami starvasi atau
kelaparan dan muncul tanda lapar Brunner And Suddart.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Klinik Cito menyediakan layanan pemeriksaan penunjang, diantaranya :

- Audiometri
Mengetahui adanya gangguan pendengaran sehingga diketahui antara lain :
Jenis ketulian ( Tuli Kondusif atau Tuli Sensoneural) dan Derajat Ketulian
( gangguan dengar ) menggunakan alat yang dinamakan Audiometri

- Elektrokardiografi
Mengetahui adanya kelainan – kelainan irama jantung dan otot jantung,
pengaruh / efek obat – obat jantung, adanya gangguan – gangguan elektrolit,
memperkirakan adanya pembesaran jantung/ hipertropi antrium dan ventrikel

- Panoramic Radiology
Panoramic Radiology merupakan adalah salah satu fasilitas penunjang yang di
sediakan untuk mendapatkan gambar gigi secara keseluruhan dari berbagai sudut
dengan radiasi yang sangat kecil.

- Radiologi
Untuk mendiagnosa kelainan pada organ tubuh seperti paru – paru , retak pada
tulang.(Foto Thorak, BNO-IVP, HSG )

- Spirometri
Untuk mengukur volume dan kapasitas paru – paru seseorang, dan biasanya
dilakukan pada karyawan yang lingkungan kerjanya terpapar/ terpajan debu secara
ekstrim

-Treadmill
Untuk mengetahui kemampuan maksimal kerja jantung saat melakukan
aktifitas , sehingga dideteksi antara lain : Resiko Penyakit Jantung Koroner ( PJK )
Berat atau tidaknya PJK seseorang, Dosis aktivitas / olahraga bagi penderita PJK

- Ultra Sonography
Pemeriksaan struktur jaringan tubuh dengan menggunakan analisis
gelombang Doppler / ultrasonik yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar
monitor.
H. Pengobatan

Penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang


menyerang tubuhnya sendiri. Ada lebih dari 80 penyakit yang digolongkan penyakit
autoimun. Beberapa di antaranya memiliki gejala serupa, seperti kelelahan, nyeri otot, dan
demam.
Normalnya, sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan
organisme asing, seperti bakteri atau virus. Ketika terserang organisme asing, sistem
kekebalan tubuh akan melepas protein yang disebut antibodi untuk melawan dan mencegah
terjadinya penyakit.
Akan tetapi, pada penderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh melihat sel
tubuh yang sehat sebagai organisme asing, sehingga antibodi yang dilepaskan sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat tersebut.
Patut diketahui, penderita penyakit autoimun lebih rentan terserang infeksi, termasuk
COVID-19. Oleh karena itu, jika Anda atau orang di sekitar Anda menderita penyakit ini dan
memerlukan pemeriksaan COVID-19, klik tautan di bawah ini agar Anda dapat diarahkan ke
fasilitas kesehatan terdekat:
Penyebab penyakit autoimun belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor di
bawah ini diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita penyakit
autoimun:
- Berjenis kelamin perempuan
- Memiliki riwayat penyakit autoimun dalam keluarga
- Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
- Merokok
- Menggunakan obat-obatan yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh, seperti obat
simvastatin atau antibiotic
- Terkena paparan bahan kimia atau cahaya matahari
- Menderita infeksi bakteri atau virus, misalnya infeksi virus Epstein Barr
Gejala Penyakit Autoimun
Ada lebih dari 80 penyakit yang digolongkan penyakit autoimun dan beberapa di
antaranya memiliki gejala awal yang sama, seperti:

- Kelelahan
- Pegal otot
- Ruam kulit
- Demam ringan
- Rambut rontok
- Sulit konsentrasi
- Kesemutan di tangan dan kaki
Meski menimbulkan beberapa gejala awal yang sama, masing-masing penyakit
autoimun tetap memiliki gejala spesifik, seperti diabetes tipe 1 yang gejalanya berupa
sering haus, lemas, dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.

Berikut ini adalah beberapa contoh penyakit autoimun dan gejalanya:

a. Lupus
Lupus dapat memengaruhi hampir semua organ tubuh dan menimbulkan
beragam gejala, seperti demam, nyeri sendi dan otot, ruam kulit, kulit menjadi
sensitif, sariawan, bengkak pada tungkai, sakit kepala, kejang, nyeri dada, sesak
napas, pucat, dan perdarahan.
b. Penyakit Graves
Penyakit Graves dapat menimbulkan gejala berupa kehilangan berat badan
tanpa alasan yang jelas, mata menonjol, rambut rontok, jantung berdebar, insomnia,
dan gelisah.
c. Psoriasis
Penyakit ini dapat dikenali dengan kulit yang bersisik dan munculnya bercak
merah pada kulit.
d. Multiple sclerosis
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh multiple sclerosis meliputi nyeri, mati
rasa pada salah satu bagian tubuh, gangguan penglihatan, otot kaku dan lemas,
koordinasi tubuh berkurang, dan kelelahan.
e. Myasthenia gravis
Gejala yang dapat dialami akibat menderita myasthenia gravis adalah kelopak
mata terkulai, pandangan kabur, lemah otot, kesulitas bernapas, dan kesulitan
menelan.
f. Tiroiditis Hashimoto
Penyakit ini dapat menimbulkan gejala berupa berat badan naik tanpa sebab
yang jelas, sensitif terhadap udara dingin, mati rasa di tangan dan kaki, kelelahan,
rambut rontok, dan kesulitan berkonsentrasi.
g. Kolitis ulseratif dan Crohn’s disease
Gejala yang dapat dialami jika menderita kedua penyakit ini adalah nyeri
perut, diare, buang air besar berdarah, demam, dan berat badan turun tanpa sebab.
h. Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis dapat membuat penderitanya mengalami gejala berupa
nyeri sendi, radang sendi, pembengkakan sendi, dan kesulitan bergerak.
i. Sindrom Guillain Barre
Penyakit ini menimbulkan gejala berupa lemas yang jika kondisinya semakin
parah dapat berkembang menjadi kelumpuhan.
j. Vaskulitis
Vaskulitis dapat dikenali dengan gejala demam, penurunan berat badan tanpa
alasan yang jelas, kelelahan, tidak nafsu makan, dan ruam kulit.

Gejala penyakit autoimun dapat mengalami flare, yaitu timbulnya gejala secara tiba-
tiba dengan derajat yang berat. Flare biasanya terjadi karena dipicu oleh suatu hal,
misalnya paparan sinar matahari atau stres.
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika anda termasuk yang berisiko menderita
penyakit autoimun dan mengalami gejala awal yang telah disebutkan di atas.
Segera ke dokter jika gejala tersebut tak kunjung membaik, semakin memburuk, atau jika
Anda mengalami gejala yang spesifik.
Diagnosis Penyakit Autoimun
Untuk mendiagnosis penyakit autoimun, dokter akan melakukan tanya jawab seputar
gejala dan keluhan yang dialami pasien, riwayat kesehatan pasien, serta riwayat penyakit
di dalam keluarga pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara
menyeluruh.
Tidak mudah bagi dokter untuk mendiagnosis penyakit autoimun. Meski setiap
penyakit autoimun memiliki ciri khas, tetapi gejala yang muncul bisa sama. Oleh karena
itu, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan penunjang berikut ini untuk
memastikan diagnosis:

- Tes ANA (antinuclear antibody), untuk mengetahui aktivitas antibodi yang


menyerang tubuh
- Tes autoantibodi, untuk mendeteksi karakteristik antibodi dalam tubuh
- Tes darah lengkap, untuk menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih
- Tes C-Reactive protein, untuk mendeteksi peradangan dalam tubuh
- Tes sedimentasi eritrosit, untuk mengetahui tingkat keparahan peradangan yang
terjadi di dalam tubuh

Pengobatan Penyakit Autoimun


Sebagian besar penyakit yang tergolong penyakit autoimun belum dapat
disembuhkan, tetapi gejala yang timbul dapat diringankan dan dicegah agar tidak terjadi
flare.
Pengobatan untuk menangani penyakit autoimun tergantung pada jenis penyakit
yang diderita, gejala yang dirasakan, dan tingkat keparahannya. Beberapa metode
penanganan yang dapat dilakukan adalah:

Obat-obatan
Obat-obatan yang dapat diberikan untuk menangani penyakit autoimun
meliputi:
1. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen atau aspirin, untuk
mengatasi nyeri
2. Obat penekan sistem kekebalan tubuh, seperti kortikosteroid, untuk menghambat
perkembangan penyakit dan memelihara fungsi organ tubuh
3. Obat anti-TNF, seperti infliximab, untuk mencegah peradangan akibat penyakit
autoimun rheumatoid arthritis dan psoriasis.
Terapi pengganti hormon
Terapi pengganti hormon dilakukan jika pasien menderita penyakit autoimun
yang menghambat produksi hormon di dalam tubuh. Contohnya, pemberian suntik insulin
pada penderita diabetes tipe 1 untuk mengatur kadar gula darah atau pemberian hormon
tiroid bagi penderita tiroiditis.
Komplikasi Penyakit Autoimun
Penyakit autoimun dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius, yaitu:
Penyakit jantung
- Depresi atau gangguan kecemasan
- Kerusakan saraf
- Deep vein thrombosis
- Kerusakan organ, seperti hati atau ginjal
- Pencegahan Penyakit Autoimun

Belum diketahui cara mencegah penyakit autoimun sepenuhnya. Namun, beberapa upaya
di bawah ini bisa mengurangi risiko terjadinya penyakit autoimun:
- Berolahraga secara rutin
- Tidak merokok
- Menjaga berat badan tetap ideal
- Menggunakan alat pelindung ketika bekerja, agar terhindar dari paparan bahan kimia
- Menjaga kebersihan tubuh agar terhindar infeksi virus dan bakteri
Penyakit Autoimun dan COVID-19
Penderita penyakit autoimun umumnya akan mengonsumsi obat yang memiliki
efek untuk menekan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, penderita penyakit autoimun
lebih rentan terkena infeksi, termasuk COVID-19. Oleh karena itu, penderita penyakit
autoimun wajib menjaga kesehatan dan kontrol secara rutin ke dokter.
Jangan lupa untuk rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,
mengonsumsi makanan bergizi seimbang, beristirahat yang cukup, serta mengelola stres
dengan cara yang positif, sehingga sistem kekebalan tubuh bisa terjaga dengan baik.

I. Komplikasi
Dalam kedokteran adalah sebuah perubahan tak diinginkan dari sebuah penyakit,
kondisi kesehatan atau terapi. Penyakit dapat menjadi memburuk atau menunjukkan
jumlah gejala yang lebih besar atau perubahan patologi, yang menyebar ke seluruh tubuh
atau berdampak pada sistem organ lainnya. Wikipedia
Komplikasi bukanlah sebuah penyakit. Kata komplikasi adalah perubahan pada
sebuah penyakit atau kondisi kesehatan yang tidak dikehendaki. Jadi, komplikasi hanya
istilah yang menggambarkan adanya beberapa penyakit yang menyerang tubuh
seseorang.
Komplikasi biasanya terjadi karena beberapa faktor. Beberapa penyebab
komplikasi adalah karena adanya efek dari konsumsi obat kimia yang terlalu banyak,
tindakan medis, atau karena penyakit tertentu. Karena komplikasi adalah perubahan suatu
penyakit, maka sebuah penyakit baru bisa saja muncul sebagai hasil komplikasi dari
penyakit yang sudah diderita oleh seseorang sebelumnya. Untuk penjelasan lebih lanjut,
berikut telah kami rangkum dari berbagai sumber untuk menyampaikan beberapa hal
terkait komplikasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem imun terbentuk dari sel-sel darah putih, sum-sum tulang dan jaringan Limfoit
yang mencakup kelenjar timus, kelenjar limfe, lien, tonsil serta adenoid. Diantara sel-sel darah
putih yang terlibat dalam imunisasi terdapat limfotik B (sel B) dan limfosit limfosit T (sel T).
Kedua sel ini berasal dari limfloblast yang dibuat dalam sum-sum tulang. Limfosit B mencapai
maturitasnya dalam sum-sum tulang dan kemudian memasuki sirkulasi darah, limfosit T
bergerak dari sum-sum tulang ke kelenjar timus tempat sel-sel tersebut mencapai maturitasnya
mnjadi beberapa sel yang dapat melaksanakan berbagai fungsi yang berbeda.
A. Saran
Mengingat begitu kompleknya masalah yang ditemukan akibat dari penyakit sistem
imun, maka diharapkan kepada seluruh pihak-pihak medis terkait dapat memperhatikan kondisi
atau gejala-gejalah dari penyakit ini serta dapat segera melakukan pembangunan yang tepat
dalam memberikan terapi dan pengobatan yang bagi pasien yang terserang penyakit tersebut.
Kepada pihak rumah sakit di harapkan unrtuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas dari
pelayanan kesehatan yang telah ada untuk memudahkan dalam penanganan kasus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K., Lichtman, A.H., & Pillai, S. 2014.Basic Immunology, Fourth Edition.
Philadelphia: Elsevier Saunders.

Bacha, W. J. J. dan Bacha, L. M. 2000. Color Atlas of Veterinary Histology. 2nd Ed.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.

Benjamini, E., Coico, R., Sunshine, G.2000. Immunology A Short Course, Forth Edition.
New York : Wiley-Liss, A John Wiley & Sons, Inc.

Baratawidjaja, K.G. 2000. Imunologi edisi 5. FKUI: Jakarta.


Baratawidjaja, K.G. & Rengganis, I. 2009.Imunologi Dasar, Edisi VIII. Jakarta : Balai

Penerbit Kedokteran Universitas Indonesia.


Corwin, E.J. 2009. Buku saku patofisiologi, 3 edn. Jakarta : EGC.

Dellman dan Brown. 1989. Buku Teks Veteriner. Edisi ke 3. Jakarta : Universitas Indonesia
Press.

Eroschenko, V. P. 2008. DiFiore’s Atlas of Histology with Functional Correlations.


Philadephia. 313-323.

Frances K, Widmann. 1989.Clinical Interpretation of Laboratory Test .Jakarta, : EGC.


Frandson RD.1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Yogyakarta : Gajah Mada

Univesity Press.
Guyton, A.C dan Hall, J.E. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th Ed. Philadelphia :
Elseviers Saunders.
Hartono. 1989. Histology Veteriner. Departemen Jenderal Kebudayaan , Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat : Institut Pertanian Bogor.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Narayanan Sheshadri &Peerschkee Ellinor IB.2001. Biochemical Hematology of Platelets and
Leukoscytes. New York : Wiley-Liss, A John Wiley & Sons, Inc.

Sadikin, Muhammad. 2002. Biokimia Darah. Jakarta: Widia Medika.


Sofro,A,S. (2012). Darah.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai