Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIK BIOKIMIA DAN FISIKA KESEHATAN

“PEMERIKSAAN PROTEIN URIN PADA IBU HAMIL”

Oleh:
Kelompok 9

1. Ratih Purwasih 2115301014


2. Ingrit Dwi Jayati 2115301023
3. Azzahra patma 2115301048
Prabawati

Program studi sarjana terapan kebidanan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjung Karang
2021
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingkat kehamilan di Indonesia terutama di Sulawesi Tenggara menurut Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (2016) mengalami peningkatan dari tahun 2011 yaitu
5.060.637 sampai pada tahun 2015 yaitu 5.290.235.Pada kehamilan berbagai
perubahan terjadi di dalam tubuh,termasuk tahapan-tahapan janin. Kehamilan normal
akan berpengaruh terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit, keseimbangan asam
basa, metabolisme karbohidrat, protein maupun lemak, keseimbangan kalsium dan
elektrolit serta endokrin (Saryono, 2008).
Kebutuhan protein ibu hamil lebih banyak semasa kehamilan dibandingkan dengan
yang tidak hamil.hal ini dikarenakan protein diperlukan untuk perkembangan badan
ibu hamil dan janinnya.Protein juga disimpan untuk persiapan menghadapi laktasi.Ibu
hamil membutuhkan sekitar 75 gram protein setiap hari (Wiknjosastro, 2006).
Protein urine adalah protein yang terdapat di dalam urine akibat dari penurunan fungsi
ginjal. Protein yang larut dalam pemanasan akibat aktivi tas yang berlebih dapat
melewati glomelurus dan tubulus sehingga terbaca sebagai proteunuria (Baron, 1981).
Proteinuria adalah adanya protein di dalam urine manusia yang melebihi nilai
normalnya yaitu kurang dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140
mg/24 jam. Dalam keadaan normal protein di dalam urine sampai sejumlah tertentu
masih dianggap fungsional. Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila
kadarnya di atas 200 mg/24 jam, ada yang mengatakan proteinuria persisten jika
protein urine telah menetap selama 3 bulan atau lebih dari jumlahnya diatas normal.
Selain itu proteinuria merupakan suatu petanda adanya kerusakan ginjal dan
proteinuria mempunyai peran sebagai petanda resiko mortalitas kardiovaskuler dan
predictor progresivitas penyakit ginjal dan jumlah protein yang dikeluarkan melalui
urine berkolerasi dengan besarnya penurunan laju filtrasi glomerulus (Supriyanti,
2007).
Tingginya kadar protein dalam urin ibu hamil dapat mengindikasikan terjadinya
preeklampsi. Preeklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini umumnya terjadi dalam
trimester kedua kehamilan.Pemeriksaan protein urin dibutuhkan oleh ibu hamil bila
dicurigai mengalami preeklampsi ringan atau berat, dari hasil pemeriksaan ini kita
dapat memberikan asuhan kepada ibu hamil yang ditujukan untuk mencegah
timbulnya masalah potensial yaitu terjadinya eklamsi.

B. Tujuan
Untuk melakukan pemeriksaan urine pada ibu hamil, untuk menegtahui fungsi ginjal
selama masa kehamilan,mengetahui interpretasi hasil pemeriksaan dengan nilai
standar dan mengetahui hasil status protein urine ibu hamil.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai pembelajaran bagi petugas laboratorium khususnya pemeriksaan kadar
protein pada ibu hamil.
2. Memberikan informasi tentang kadar protein pada ibu hamil.
3. Sebagai dasar bagi peneliti selanjutnya terkait dengan penelitian identifikasi status
protein urine pada ibu hamil.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Protein dalam urine normal sangat kecil, kurang dari 100 mg protein/24 jam,
2/3 dari jumlah tersebut adalah protein yang dikeluarkan dari tubulus, biasanya
protein yang sudah melebihi batas lebih dari 150 mg protein/24 jam sudah tidak
normal, ini dapat dijumpai pada kerusakan kerusakan membran kapiler glomerulus,
atau karena gangguan mekanisme reabsorbsi tubulus atau kerusakan pada kedua
mekanisme tersebut (Mulyati, 2010). Perubahan permeabilitas membran glomerulus
pada penyakit ginjal terjadi karena perubahan protein yang dikeluarkan seperti
perubahan muatan listrik pada molekul dan perubahan hemodinamika.
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrient yang sangat
penting. Senyawa ini didapat dalam sitoplasma pada semua sel hidup baik manusia,
hewan dan tumbuhan. Dalam hal ini kandungan unsur-unsur karbon, hydrogen,
nitrogen dan oksigen. Protein mirip dengan substansi organik lain seperti lemak dan
karbohidrat tapi protein juga mengandung nitrogen, belerang, fosfor dan besi. Protein
urine adalah protein yang terdapat di dalam urine akibat dari penurunan fungsi
ginjal.dalam hal ini hampir seleruh hasil akhir metabolism diekskresi melalui
glomerulus. Proteinuria disebabkan oleh kerusakan fungsi ginjal yaitu fungsi
glomerulus dan fungsi tubulus.
Kerusakan fungsi glomerulus mengakibatkan penurunan laju filtrasi yang
mengakibatkan sekresi produk-produk nitrogen untuk diekskresikan. Kerusakan
patologis membran glomerulus menyebabkan plasma dan dan eritrosit tidak terfiltrasi
oleh glomerulus sehingga dalam urine terdapat protein dan hematuria.Jika terjadi
kerusakkan fungsi tubulus dapat mengakibatkan kegagalan reabsorbsi dan kehilangan
kompensasi untuk mengubah volume cairan tubuh, ini juga berakibat protein tidak
dapat di reabsorbsi ke dalam darah sehinnga terbentuk proteinuria.
Tingginya kadar protein dalam urin ibu hamil dapat mengindikasikan
terjadinya preeklampsi. Preeklampsi ialah penyakit dengan tanda – tanda hipertensi,
edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam trimester kedua - kehamilan. Kekurangan protein selama hamil berpotensi
menyebabkan tidak maksimalnya perkembangan otak, otot, dan organ tubuh janin.
Sedangkan pada jangka panjang dapat menyebabkan kurangnya kemampuan belajar,
kurangnya ketahanan tubuh terhadap penyakit, serta calon bayi kelak lebih berisiko
terkena penyakit metabolik seperti diabetes dan penyakit jantung. Deteksi kekurangan
protein pada ibu hamil memang tidak secara rutin dilakukan. Kekurangan protein juga
tidak menimbulkan gejala khusus yang dapat dirasakan oleh ibu hamil.
BAB III METODE

A. Alat dan Bahan


Disini alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu:
1. Handscoon 2. Penjepit tabung
3. Spuit 3 CC 4. Spirtus
5. Korek api 6. Asam asetat 6 %
7. Bengkok 8. Urine ibu hamil
9. Tabung reaksi

B. Prosedur Kerja
1) Isi tabung reaksi dengan urine sebagai pembanding dan uji coba sebanyak 2
sampai 3 cc
2) Panaskan salah satu tabung untuk di uji coba di atas api yang menyala
3) Teteskan tabung uji dengan menggunakan asam asetat 6 % sebanyak 4 tetes
4) Lalu panaskan kembali
5) Setelah mendidih bandingkan urine uji coba dengan urine pembanding
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
No. Sampel Hasil Pengamatan Keterangan

Negatif (-) Positif (+/++/+++/++


++)

1 SA Negatif (-) Tidak ada


kekeruhan(jernih]

2 SNN + Keruh

3 WE + Keruh

4 SBA + Keruh

5 VL Negatif (-) Tidak ada


kekeruhan (jernih]

6 SIP + Keruh

7 RS ++ Keruh dan ada


endapan

8 NRA Negatif (-) Tidak ada


kekeruhan (jernih]

9 M +++ Keruh dan ada


kristal

10 NDP Negatif (-) Tidak ada


kekeruhan (jernih]

11 N Negatif (-) Tidak ada


kekeruhan (jernih]

12 MPA Negatif (-) Tidak ada


kekeruhan [jernih]

13 SPS + Keruh

B. Pembahasan
Berdasarkan percobaan diatas mengenai pemeriksaan protein urine pada
ibu hamil, dapat kita peroleh sebanyak 13 sampel. Terdapat 6 sampel
yang mendapat hasil negatif (-). Sampel pertama yaitu sampel SA dengan
keterangan tidak ada kekeruhan (jernih). Sampel kedua yaitu sampel VL
dengan keterangan tidak ada kekeruhan (jernih). Sampel ketiga yaitu
NRA dengan keterangan tidak ada kekeruhan (jernih). Sampel keempat
yaitu NDP dengan keterangan tidak ada kekeruhan (jernih). Sampel
kelima yaitu N dengan keterangan tidak ada kekeruhan (jernih). Terakhir
ada sampel MPA dengan keterangan tidak ada kekeruhan (jernih).
Selanjutnya ada 5 sampel yang memperoleh hasil positif satu (+).
Sampel tersebut yaitu yang pertama ada sampel SNN dengan keterangan
keruh. Sampel kedua yaitu sampel WE dengan keterangan keruh. Ketiga
ada sampel SBA dengan keterangan keruh. Sampel keempat yaitu sampel
SIP dengan keterangan keruh. Terakhir ada sampel SPS dengan
keterangan keruh. Setelah itu ada sampel yang memperoleh hasil positif
dua (++) dan hasil positif tiga (+++) dengan masing-masing diperoleh
oleh satu sampel. Sampel yang memperoleh positif dua (++) yaitu
sampel RS dengan keterangan keruh dan ada endapan. Terakhir yaitu
sampel yang memperoleh positif tiga (+++) yaitu sampel M dengan
keterangan keruh dan ada kristal.

BAB V SIMPULAN
Protein dalam urine normal sangat kecil, kurang dari 100 mg protein/24 jam, 2/3
dari jumlah tersebut adalah protein yang dikeluarkan dari tubulus, biasanya
protein yang sudah melebihi batas lebih dari 150 mg protein/24 jam sudah tidak
normal, ini dapat dijumpai pada kerusakan kerusakan membran kapiler
glomerulus, atau karena gangguan mekanisme reabsorbsi tubulus atau
kerusakan pada kedua mekanisme tersebut (Mulyati, 2010).
Tingginya kadar protein dalam urin ibu hamil dapat mengindikasikan terjadinya
preeklampsi. Kekurangan protein selama hamil berpotensi menyebabkan tidak
maksimalnya perkembangan otak, otot, dan organ tubuh janin. Sedangkan pada
jangka panjang dapat menyebabkan kurangnya kemampuan belajar, kurangnya
ketahanan tubuh terhadap penyakit, serta calon bayi kelak lebih berisiko terkena
penyakit metabolik seperti diabetes dan penyakit jantung. Deteksi kekurangan
protein pada ibu hamil memang tidak secara rutin dilakukan. Kekurangan
protein juga tidak menimbulkan gejala khusus yang dapat dirasakan oleh ibu
hamil.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa praktik pemeriksaan mengenai urine pada ibu
hamil ini bertujuan untuk mengetahui fungsi ginjal pada masa kehamilan. Dan
dari hasil pemeriksaan ini, banyak ibu hamil yang memperoleh hasil negatif
yaitu sebanyak 6 sampel yang artinya urine ibu ini jernih dalam artian sehat. Di
pemeriksaan ini juga tidak ada ibu hamil yang positif 4, hanya ada positif 3 dan
positif 2 lalu masing-masing terdapat 1 sampel. Kalau positif 1 terdapat 5
sampel. Jadi, mayoritas ibu hamil ini masih dibilang tidak ada yang terlalu
parah kondisi protein urinenya.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyati. 2010. Proteinuria. Diakses 29 April 2010
Saryono, 2008.Biokimia Reproduksi. Yogyakarta: Mitra Cendekia
Wiknjosastro. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Parawirohardjo
Supriyanti. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Bandung: UI Press: 14-15
https://youtu.be/hNDZJT2m5Ok
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/249/1/File%20PDF.pdf

Anda mungkin juga menyukai