Anda di halaman 1dari 3

Nama: Lia Lestari

NPM 180110190042

Kelas A

Pemikiran Kritis Al-Ghazali

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al- Ghazali atau sering disebut
sebagai Al- Ghazali yang dilahirkan di kota kecil bernama Thus pada tahun 450 hijriah atau
bertepatan dengan tahun 1058 masehi. Ia wafat pada tahun 505 Hijriah atau tahun 111 Masehi
dan dikebumikan di kota kelahirannya. Ia memiliki ayah yang bekerja sebagai pemintal wol dan
kemudian dijual pada sebuah toko di Thus. Al-Ghazali dan saudaranya yang bernama Ahmad
dititipkan oleh sang ayah ketika menjelang wafatnya. Lalu Al-Ghazali mempelajari ilmu fiqih
dan setelah beranjak remaja ia berkelana ke kota Jurjan untuk belajar kepada Abu Nashar
al-‘Isma’il. Lalu ia ke Naisabur untuk belajar kepada Abu al-Maali al-Juwaini yang digelari
Imam al-Haramain7 dan kemudian ia mempelajari tentang al-Asy sampai ia menguasainya. Lalu
setelah beberapa waktu ia menemui Nizam al-Mulk dan akhirnya diangkat menjadi guru di
Universitas Nidzamiah di Baghdad. Ia tinggal di kota Baghdad dan mengajar di sana ketika
menginjak usia 34 tahun. Namanya menjadi semakin popular dan diperlakukan dengan sangat
hormat.

Al-Ghazali menekuni bidang filasafat dalam kurun aktu dua tahun dan ia sadar akan
tipuan-tipuan, pembedaan unsur yang benar, dan yang hanya khayatan. Al-Ghazali memberikan
klasifikasi terhadap filosof dan pengikutnya, yaitu kelompok ateisme. Menurut al-Ghazali
orang-orang yang seperti itu adalah orang yang tidak mengenal Tuhan karena berpikiran bahwa
segala hal yang berada di dunia ini terjadi dengan sendirinya tanpa ada campur tangan Tuhan.

Lalu paham naturalisme yang merupakan peneliti tentang keajaiban hewan dan
tumbuhan. Mereka mengakui keberadaan Tuhan, tetapi mereka terlalu banyak meneliti sehingga
berpikiran bahwa manusia sesuai dengan watak biologisnya. Mereka pun juga menentang adanya
akhirat, surga, neraka, hari kiamat dan hisab.

Lalu kelompok penganut ketuhanan seperti Socrates, Plato dan Aristoteles. Kelompok ini
mengakui keberadaan Tuhan dan mempercayainya. Mereka juga menentang dua kelompok yang
telah disebutkan. Al-Ghazali memvonis kafir kepada Aristoteles karena menyanggah pemikiran
Plato dan Socrates juga yang emikuti filsafat ketuhanan sehingga ia kerluar dari lingkup tersebut.
Al-Ghazali berpendapat bahwa para filosof telah menciptakan kerancuan dan menegaskan bahwa
para filosof menjadi kafir karena tiga hal.

1. Filosof-filosof yang berpendapat bahwa alam tidak memiliki


permulaannya. Menurut al-Ghazali yang tidak memiliki permulaan hanyalah Tuhan.
Apabila alam atau hal lain juga dianggap qadim, maka akan menimbulkan banyak
pendapat bahwa Tuhan itu banyak. Tentu hal ini memicu dosa besar dan bisa menjadi
paham ateisme yang menentang adanya Tuhan.
2. Filosof yang menyatakan bahwa tuhan tidak mengetahui hal-hal yang
bersifat particular. Menurut al-Ghazali perubahan pada ilmu tidak berpengaruh terhadap
si pembuat ilmu. Al-Ghazali memberikan ilustrasi apabila seseorang yang berada di
sebelah kiri kita berpindah ke sebelah kanan, bukan berarti kita yang berpindah
melainkan hanya orang itu saja.
3. Para filosof yang berpendapat bahwa ketika manusia mati, hanya roh
yang akan dibangkitkan dan jasmaninya akan hancur lebur. Al-Ghazali berpendapat
bahwa Tuhan akan mengembalikan jasmani dan rohani di akhirat nanti.

Dapat kita lihat di sini al-Ghazali merupakan pribadi yang begitu kritis dengan
pemikiran-pemikirannya dan berani membantah hal yang menurutnya tidak sesuai. Penulis
menyetujui bahwa klasifikasi kelompok yang dilakukan al-Ghazali merupakan benar adanya.
Terdapat beberapa golongan ateis atau yang percaya tentang ketuhanan. Penulis juga setuju
dengan pemikirannya yang menyatakan bahwa ilmu yang berubah tidak berpengaruh terhadap
hal yang menciptakan ilmu tersebut. tetapi penulis rasa terlalu jauh apabila sampai meyebut
seseorang sebagai kafir hanya karena perbedaan pendapat yang ada. Karena penulis berpikir
filsafat ini mencakup tentang bagaimana perbedaan pola pikir pada setiap inividu.
Daftar Pustaka

Atabik, A. (2014, Juni). TELAH PEMIKIRAN AL-GHAZALI TENTANG FILSAFAT. 28-31.

M, S. (2017, Oktober). PEMIKIRAN SUFISTIK Mengenal Biografi Intelektual Imam Al-Ghazali. 4-5.

Anda mungkin juga menyukai