0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1 tayangan5 halaman
1. Dokumen tersebut membahas pandangan filsafat Aristoteles mengenai Tuhan, alam semesta, dan jiwa menurut para filsuf seperti Ibnu Sina dan Al-Farabi.
2. Terdapat tiga masalah yang dianggap kafir dan tujuh belas masalah yang dianggap bidah dalam filsafat Aristoteles.
3. Imam Al-Ghazali mempelajari tarekat setelah mempelajari berbagai ilmu. Beliau menyadari pentingnya amal
1. Dokumen tersebut membahas pandangan filsafat Aristoteles mengenai Tuhan, alam semesta, dan jiwa menurut para filsuf seperti Ibnu Sina dan Al-Farabi.
2. Terdapat tiga masalah yang dianggap kafir dan tujuh belas masalah yang dianggap bidah dalam filsafat Aristoteles.
3. Imam Al-Ghazali mempelajari tarekat setelah mempelajari berbagai ilmu. Beliau menyadari pentingnya amal
1. Dokumen tersebut membahas pandangan filsafat Aristoteles mengenai Tuhan, alam semesta, dan jiwa menurut para filsuf seperti Ibnu Sina dan Al-Farabi.
2. Terdapat tiga masalah yang dianggap kafir dan tujuh belas masalah yang dianggap bidah dalam filsafat Aristoteles.
3. Imam Al-Ghazali mempelajari tarekat setelah mempelajari berbagai ilmu. Beliau menyadari pentingnya amal
UAS MUNQID MINADLOLAL Sabtu, 14 November 2020 Ust Hamid
1. Mereka terbagi ke dalam 3 kelompok kelompok materialis naturalis dan
teosentris Kelompok pertama adalah golongan materialis mereka adalah kelompok filsuf klasik yang Menolak adanya pencipta dan pengatur yang maha mengetahui lagi maha kuasa mereka meyakini bahwa Allah itu wujud dengan sendirinya tanpa pencipta binatang berasal dari setetes air mani dan air mani berasal dari binatang demikian ini terjadi selamanya merekalah orang-orang zindiq Kelompok kedua naturalis mereka adalah kelompok filsuf yang banyak mengkaji tentang alam serta berbagai keajaiban binatang dan tumbuhan Mereka banyak melakukan pembedahan terhadap anatomi binatang hingga melihat keajaiban- keajaiban Allah SWT di dalamnya serta keindahan hikmahnya inilah temuan yang membuat mereka terpaksa mengakui adanya sang Maha Kuasa lagi maha sesama yang yang melihat tujuan dan maksud dari segala sesuatu Mereka berpendapat bahwa jiwa itu akan mati dan tak akan kembali mereka Menolak adanya akhirat serta mengingkari keberadaan surga dan neraka kebangkitan dan pengumpulan di padang mahsyar serta hari kiamat dan hisab Jadi bagi mereka tak ada pahala bagi perbuatan taat dan tidak ada hukuman bagi perilaku maksiat karena itu mereka pun lepas kendali dan tenggelam dalam syahwat layaknya binatang Demikianlah kelompok ini juga termasuk kaum zindiq karena dasar dan batasan Iman yaitu percaya pada Allah dan hari akhir sementara mereka Menolak adanya hari akhir meskipun percaya pada Allah dan sifat-sifatnya Kelompok ketiga teosentris yaitu kelompok yang lebih belakangan seperti socrates guru dari Plato dan Plato guru dari Aristoteles yang terakhir ini adalah filsuf yang telah membangun ilmu logika menyelaraskan berbagai ilmu dan menyeleksi segala hal yang belum terselesaikan sebelumnya serta mematangkan apa yang masih mentah dari ilmu-ilmu mereka secara umum kelompok ini menolak kedua kelompok sebelumnya dalam mengungkap catatan kelompok sebelumnya mereka mengungkapkan sesuatu yang membuat orang selain mereka tak perlu memerangi mereka. Kemudian Aristoteles membantah Plato maupun socrates dan para penganut mazhab teosentris sebelum mereka dengan penolakan total sehingga ia melepaskan diri dari mereka semua namun Ia tetap mempertahankan sisa-sisa kerendahan kekufuran dan bidah mereka yang tak mungkin ia bersihkan karena itu mereka wajib dianggap kafir demikian pula semua filsuf muslim yang menjadi pengikut mereka seperti Ibnu Sina Al Farabi dan lain-lain dengan alasan tak seorangpun dari filsuf muslim yang mengadopsi ilmu Aristoteles sebagaimana dilakukan oleh kedua tokoh ini Kesimpulan yang bisa kita baca dari filsafat Aristoteles berdasarkan kutipan Ibnu Sina dan Al Farabi bisa kita carikan dalam tiga bagian berikut 1 bagian yang harus dikafirkan dua bagian yang harus dianggap beat a 3 bagian yang sama sekali tak harus diingkari. 2. Pertama orang yang merenungkan akan mengagumi ketelitian dan kejelasan dalilnya lalu ia pun akan mempunyai keyakinan yang baik terhadap para filsuf dan menyangka bahwa semua ilmu para filsuf itu jelas dan seshohih matematika ini. Lalu bisa jadi ia mendengar tentang kekufuran pengingkaran sifat-sifat Allah dan sifat sikap mereka yang meremehkan syariat sebagaimana banyak dibicarakan kemudian Ia pun mengkafirkan taklid total Seraya berkata Andaikan agama itu benar tentu para filsuf itu bisa melihatnya karena mereka sangat cermat dalam ilmu filsafat Jika ia mendengar tentang kekufuran dan keingkaran mereka ia akan mengambil kesimpulan bahwa kebenaran itu berarti menolak dan ingkar terhadap agama. Jadi ungkapan orang-orang terdahulu tentang matematika merupakan dalil sedangkan tentang Ketuhanan adalah perkiraan hal ini tidak diketahui kecuali oleh orang yang memuji dan mene kuninya orang ini memutuskan terhadap sesuatu yang ia ikuti dengan cara ta'lim ia tak akan diterima melainkan dikendalikan oleh hawa nafsu syahwat yang bathil dan cinta akal. hal tersebut menunjukkan kecerdasan untuk berbaik sangka terhadap para filsuf dalam semua ilmu. Kedua bahaya yang lahir dari pemeluk Islam yang bodoh ia menyangka bahwa agama itu harus dibela dengan menolak semua ilmu yang berasal dari para filsuf hingga mengingkari semua ilmu filsuf dan menganggap mereka sebagai orang bodoh Bahkan ia juga menolak pendapat mereka tentang gerhana matahari maupun gerhana Bulan serta meyakini bahwa apa yang dikatakan para filsuf itu bertentangan dengan syariat ketika dugaan ini terdengar oleh orang yang mengetahuinya berdasarkan dalil yang pasti mereka akan bergeming Bahkan mereka akan meyakini bahwa islam itu didasarkan atas kebodohan dan pengingkaran terhadap dalil yang pasti sehingga ia semakin menyukai filsafat dan membenci Islam adalah termasuk kejahatan besar pada Islam jika seseorang menganggap bahwa islam itu ditopang oleh pengingkaran terhadap ilmu-ilmu semacam ini padahal syariat tidak menolak maupun mendukungnya apalagi ilmu-ilmu ini juga tidak menyinggung persoalan keagamaan.
Tiga Masalah Yang Dianggap Kafir
1. Jasad makhluk itu tidak dikumpulkan di padang mahsyar sedangkan yang mendapat pahala atau hukuman hanya ruh abstrak jadi Pahala dan hukuman itu bersifat rohani Bukan jasmani Mereka benar ketika memastikan adanya wujud rohani karena memang Ia ada akan tetapi mereka telah berdusta tatkala mengingkari kebangkitan jasmani dan atas ucapan itulah mereka dianggap kafir menurut syariat. 2. Pokok kedua adalah pendapat mereka yang mengatakan bahwa Allah itu hanya mengetahui hal-hal general bukan perkara perkara partikular demikian ini merupakan bentuk kekufuran yang nyata. 3. Pendapat mereka bahwa alam ini dahulu dan Azali tetapi tak seorang muslim pun memiliki pendapat tentang persoalan ini sedangkan selain pendapat ini seperti menafikan sifat-sifat Allah dan mengatakan bahwa Allah itu maha mengetahui dengan dzat-nya bukan dengan ilmu diluar zat dan lain-lain dalam hal ini mazhab mereka mendekati pandangan mu'tazilah sehingga tidak harus mengkafirkan kelompok mu'tazilah karena pandangan semacam ini.
17 Masalah Yang Dianggap Bid ah
1. Pendapat tentang kekekalan alam.
2. Kerancuan pemikiran tentang Allah sebagai pencipta alam dan alam sebagai ciptaan-Nya. 3. Ketidakmampuan mereka untuk membuktikan adanya pencipta alam. 4. Ketidakmampuan mereka untuk menunjukkan ketidakmungkinan adanya dua tuhan. 5. Pendapat mereka tentang peniadaan sifat Allah 6. Pendapat tentang Zat Pertama (Tuhan) yang tidak dapat dibagi menjadi jins(jenis) dan faṣl (diferensia). 7.Pendapat tentang Tuhan yang tidak memiliki māhiyah (hakekat). 8. Ketidakmampuan mereka untuk menjelaskan bahwa Tuhan tidak memiliki tubuh (jism). 9. Ketidakmampuan mereka membuktikan bahwa alam mempunyai pencipta. 10. Ketidakmampuan mereka membuktikan bahwa Tuhan mengetahui yang ada di luar diri-Nya. 11. Ketidakmampuan mereka membuktikan bahwa Tuhan mengetahui esensi-Nya sendiri. 12. Pendapat mereka bahwa langit adalah bintang yang bergerak dengan kemauan. 13. Pendapat mereka tentang adanya tujuan yang menggerakkan langit. 14. Pendapat mereka bahwa jiwa-jiwa langit mengetahui semua juz’iyat. 15. Pendapat mereka tentang ketidakmungkinan terjadinya peristiwa yang luar biasa. 16. Pendapat mereka bahwa jiwa manusia merupakan substansi yang terdiri sendiri, bukan jism bukan ‘arḍ (accident). 17. Pendapat mereka tentang ketidakmungkinan hancurnya jiwajiwa manusia, dan
3. Setelah Imam Al Ghazali mempelajari dan berbagai ilmu beliau mencurahkan
Perhatian Kepada tarekat Jalan Sufi beliau mengetahui bahwa tarekat mereka terlaksana dengan ilmu dan amal buah dari amal mereka adalah memutus rintangan- rintangan nafsu dan membersihkan Perangai tercela berupa sifat-sifat yang kotor hingga dapat digunakan untuk membersihkan hati dari selain Allah SWT serta menghiasinya dengan dzikir kepadaNya. Menurut Imam Ghazali ilmu itu lebih ringan daripada amal Oleh karena itu beliau mulai mempelajarinya dengan membaca kitab-kitab mereka seperti "qutul Qulub" karya Abu Tholib Al makki kitab-kitab Haris Al muhasibi ungkapan-ungkapan terpisah dari Al Juned, ASyibli, Abu Yazid Al Bustomi ra, serta ucapan-ucapan para guru mereka yang lain hingga beliau bisa melihat inti dari tujuan ilmu mereka sekaligus memahami segala hal yang dapat dipahami melalui pengajaran dan pendengaran. Kemudian beliau melihat bahwa hal yang paling inti dari kalangan kkowas adalah yang tidak dapat dicapai melalui belajar kecuali dengan rasa kondisi spiritual dan perubahan sifat. Dengan begitu beliau tahu secara pasti bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki ahwal bukan pemilik ucapan. Selanjutnya beliau melihat awalnya ternyata beliau sedang tenggelam dalam berbagai kaitan yang mengepungnya dari segala arah beliau mem perhatikan amalan- amalanya dan yang terbaik yaitu mengajar tetapi ternyata beliau sibuk dengan ilmu- ilmu yang tidak penting dan tak berguna untuk akhirat Kemudian beliau merenungkan niatnya dalam mengajar Alih Alih ia tak lagi murni Karena Allah, bahkan motivasi dan penggeraknya tidak lagi sekadar mencari kedudukan dan kemasyhuran maka beliau pun semakin yakin bahwa dirinya berada di tepi jurang kehancuran dan hampir terjerumus ke dalam neraka kalau tidak segera memperbaiki awalnya ( Imam Ghazali). Imam Ghozali terus-menerus beberapa saat dan ia mulai memilih Pada suatu hari ia membulatkan tekad untuk meninggalkan Baghdad dan keadaan tersebut Namun pada hari yang lain ia mengurungkan niat tersebut ia ragu dan bimbang pagi hari berikutnya ia membulatkan tekad untuk mencari akhirat tetapi Sore harinya tekad itu diserang pasukan hawa nafsu hingga runtuh. Hampir 6 bulan Imam Al Ghazali terombang-ambing di antara tarikan Zahwa dunia dan seruan akhirat semua ini terjadi sejak bulan Rajab tahun 448 Hijriyah. Pada bulan ini permasalahannya telah melampaui batas pilihan dan keharusan karena Allah ini membuat mulut Imam Ghazali tak bisa bicara dan beliau pun tak sanggup lagi bisa mengajar suatu hari beliau memaksakan diri untuk mengajar demi menyenangkan hati orang-orang yang datang kepadanya tetapi lidah Imam Ghazali tak mampu mengucap sepatah katapun dan Imam al-ghazali sama sekali tak bisa berkata-kata. Kebekuan lidah ini menjadikan hati beliau begitu sedih hingga membuat pencernaannya tak berfungsi karena tak dapat menelan makanan maupun minuman. Sampai-sampai para dokter tak sanggup mengobatinya mereka berkata "ini adalah sesuatu yang terjadi pada hati lalu menjalar ke tubuh karena itu ia tak mungkin disembuhkan kecuali jika hati terbebas dari kegelisahan yang menderanya". Ketika Imam Ghozali merasa tak berdaya dan sama sekali tak punya pilihan Ia pun kembali pada Allah sebagai orang yang terpaksa dan tak berdaya maka dia Allah yang maha mengabulkan orang yang terdesak dan mau berdoa pun mengabulkan harapan dia mudah kan hatinya untuk berpaling dari kedudukan kekayaan anak dan sahabat lalu muncullah tekadnya untuk pergi ke Mekah, namun dalam hati Imam Ghozali merencanakan pergi ke Syam agar khalifah dan para sahabatnya tidak mengetahui keinginannya untuk menetap di Syam. Imam Ghozali pun berusaha pergi meninggalkan Baghdad dan bertekad tak akan pernah kembali selamanya ia menghindari semua imam dan penduduk Irak sebab tak seorang pun di antara mereka yang menerima perihal Meninggalkan apa yang sedang kualami dengan alasan keagamaan. Setelah itu Imam Ghazali memasuki kota Syam lalu Beliau menetap di sana selama hampir 2 tahun tak ada yang ia lakukan di sana kecuali uzlah, kholwat, riyadloh dan mujahadah, untuk membersihkan nafsu memperbaiki akhlak dan menjernihkan hati guna mengingat Allah SWT Sebagaimana telah beliau pelajari dari ilmu tasawuf dalam beberapa kesempatan beliau melakukan itikaf di masjid damaskus Lalu naik ke atas menara Masjid sepanjang hari dan mengurung diri di sana Imam Ghozali juga pergi ke Baitul Maqdis. Setiap hari Imam Ghazali masuk kedalam gua batu (sakhroh) dan menutup pintu. Kemudian Imam Ghazali pun terdorong untuk menunaikan ibadah haji dan mencari berkah di Mekah dan Madinah serta berziarah pada Rasulullah SAW setelah berziarah pada Ibrahim Al Khalil Alaihissalam lalu berjalan menuju hizaj. Imam Ghozali tertarik oleh keinginan dan panggilan anak-anak untuk kembali ke tanah air namun beliau membiasakan diri menjadi orang yang terlalu jauh untuk pulang ke tanah air Ia pun mengistiqomahkan uzlah demi mementingkan keluarga dan menjernihkan hati untuk berdzikir peristiwa zaman urusan keluarga dan kebutuhan hidup mengubah Arah tujuannya dan mengarahkan kejernihan khalwatnya, Dalam beberapa waktu kondisi ini tidak jernih tetapi beliau tak pernah memutuskan harapan untuk berkhalwat Imam Ghozali mampu menjauhkan segala rintangan dan kembali melakukan khalwat. Mengerjakan khalwat dengan istiqomah dalam waktu sekitar 20 tahun. Di tengah-tengah khalwat ini Imam Al Ghazali melihat berbagai hal yang tak terhingga dan tak terhitung. Beberapa yang bisa kusebutkan agar dapat diambil manfaatnya antara lain; Imam Ghozali mengetahui secara pasti bahwa para sufi adalah orang-orang terdepan dalam perjalan menuju Allah. Perjalanan mereka adalah perjalanan terbaik Jalan mereka jalan yang paling benar akhlak Mereka pun merupakan akhlak yang paling bersih bahkan sekiranya akal orang-orang cerdas hikmah para ahli hikmah dan ilmu para ulama yang memahami rahasia syariat dikumpulkan untuk mengubah perjalanan dan akhlak para sufi serta menggantikan dengan yang lebih baik mereka pasti tak akan sanggup melakukannya karena segala gerak maupun dia mereka lahir ataupun batin mereka dipetik dari cahaya kenabian.
4. Kelompok batiniyah mereka menganggap dirinya sebagai pelajar dan orang-
orang yang yang hanya mengutip dari Imam yang Maksum (terlindungi dari dosa) Imam Ghazali mengkaji pendapat-pendapat mereka guna mengetahui apa yang tertulis dalam kitab-kitab mereka. Beliau mengumpulkan kalimat-kalimat tersebut Lalu kususun dengan rapi disertai ketelitian. Seluruhnya diberi tanggapan hingga beberapa pengikut kebenaran tidak diterima karena beliau terlalu berlebihan dalam menyeleksi hujjah mereka. Para penulis mazhab ta'limiyah belum memahami hujjahnya Oleh karena itu, Imam Ghozali tidak mau dianggap lalai tentang dasar hujjah mereka Beliau juga menceritakan hujjah tersebut dan tak mau kalau beliau dianggap tak memahami hujjah tersebut meski telah mendengarkannya maka dari itu beliau menjelaskan syubhat mereka sebisa mungkin sekaligus menunjukkan kesalahannya disertai dalil yang paling kuat.