Anda di halaman 1dari 3

FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI GENETIVUS OBJEKTIVUS

DAN GENETIVUS SUBJEKTIVUS


Indriyani Syafitri
E011201083
Kelompok 4
Pancasila 64 (Antropologi B dan Administrasi C)

Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philein” yang berarti cinta dan “Sophia”
yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut asal katanya berarti cinta akan
kebijaksanaan, atau mecintai kebenaran/pengetahuan. Filsafat secara sederhana
dapat diartikan sebagai keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran
yang sejati.
Pancasila adalah dasar dari filsafat negara Indonesia, sebagaimana yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Menurut Ruslan Abdul Gani, pancasila
merupakan filsafat Negara yang lahir collective ideologie (cita-cita bersama).
Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena pancasila merupakan hasil perenungan
jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father bangsa Indonesia,
kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat. Pancasila sebagai sistem
filsafat adalah kenyataan pancasila sebagai kenyataan yang obyektif, yaitu bahwa
kenyataan itu ada pada pancasila itu sendiri, terlepas dari pengetahuan orang. Oleh
karena itu, setiap warga negara Indonesia, wajib untuk mempelajari, menghayati,
mendalami dan menerapkan nilai-nilai pancasila dalam setiap bidang kehidupan.
Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang
terdiri dari 5 sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan satu
tujuan yang sama untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di
Indonesia.
Filsafat pancasila sebagai Genetivus Objektivus dan Genetivus Subjektivus
Pancasila sebagai genetivus objektivus artinya nilai-nilai pancasila dijadikan
sebagai objek yang dicari landasan filosofinya berdasarkan sistem-sistem dan
cabang-cabang filsafat yang berkembang di Barat. Sedangkan pancasila sebagai
genetivus subjektivus artinya nilai-nilai pancasila dipergunakan untuk mengkritisi
berbagai aliran filsafat yang berkembang, baik untuk menemukan hal-hal yang
sesuai dengan nilai-nilai pancasila maupun untuk melihat nilai-nilai yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Selain itu, nilai-nilai pancasila tidak hanya
dipakai dasar bagi pembuatan peraturan perundang-undangan, tetapi juga nilai-nilai
pancasila harus mampu menjadi orientasi pelaksanaan sistem politik dan dasar bagi
pembangunan nasional.
Sastrapratedja mengatakan bahwa pancasila adalah dasar politik, yaitu prinsip-
prinsip dasar dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat. Soerjanto
mengatakan bahwa fungsi pancasila untuk memberikan orientasi ke depan
mengharuskan bangsa Indonesia selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang
dihadapinya.
Pancasila sebagai genetivus subjektivus memerlukan landasan pijak filosofis
yang kuat mencakup tiga dimensi, yaitu landasan ontologis, landasan epistemologis
dan landasan aksiologis.
Landasan ontologis pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis atas hakikat
dan nilai-nilai sila pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia. landasan
epistemologi pancasila digali dari pengalaman dan dipadukan menjadi suatu
pandangan menyeluruh kehidupan bangsa Indonesia. pancasila secara
epistemologis dapat diuraikan sebagai berikut. Sila ketuhanan Yang Maha Esa
digali dari pengalaman kehidupan beragama bangsa Indonesia sejak dahulu sampai
sekarang. Landasan aksiologis pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Modul III Sikola. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat hal. 40


Utari, Erita. Filsafat Pancasila Sebagai Genetivus Objektivus dan Genetivus
Subjektivus.
Wijaya, Widiastiana Vista. 2020. Pancasila sebagai Sistem Filsafat Part II.
Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai