Makalah Bahan Baku Obat Tradisional (Osana K.M Zangga Nata) 2C
Makalah Bahan Baku Obat Tradisional (Osana K.M Zangga Nata) 2C
OLEH :
NIM : PO530333219388
TINGKAT : 2C
PRODI FARMASI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan cinta - Nya kepada
penulis sehingga makalah ini dapat di selesaikan walau sangat sederhana keadaannya, namun di harapkan
dapat memberi manfaat kepada kita semua serta hasil yang di harapkan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang di berikan pada
mata kuliah Obat Tradisional. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Di sadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu pada kesempatan ini
mohon kiranya bagi para pembaca yang memberikan kritikan dan saran yang sifatnya membangun,
sehingga makalah ini dengan judul “Bahan Baku Obat Tradisional “ bisa mendekati kata sempurna di
masa yang akan datang.
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca, dapat mengerti dan memahaminya dengan
baik, oleh karena itu saran dan pendapat serta petunjuk sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB 1 Pendahuluan....................................................................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................................................
BAB 3 Penutup.........................................................................................................................
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................
3.2 Saran.........................................................................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Pemakaian herbal sebagai obat-obatan tradisional telah diterima luas di negara-negara maju
maupun berkembang sejak dahulu kala, bahkan dalam 20 tahun terakhir perhatian dunia terhadap obat-
obatan tradisional meningkat, baik di negara yang sedang berkembang maupun negara-negara maju.
World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia menyebutkan bahwa hingga 65% dari
penduduk negara maju menggunakan pengobatan tradisional dan obat-obat dari bahan alami (Kemenkes
RI, 2007).
Indonesia merupakan negara besar yang terkenal karena keanekaragamannya, salah satunya
adalah keanekaragaman hayati (megabiodiversity) khususnya tumbuhan. Selain itu Indonesia juga
memiliki keanekaragaman etnis yang memiliki berbagai macam pengetahuan tentang obat tradisional
yang menggunakan bahan-bahan dari tumbuhan. Banyak dari jenis tumbuhan itu telah ribuan tahun
digunakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan dokter sebagai bahan obat atau jamu tradisional
untuk berbagai macam penyakit dan memberikan hasil yang baik bagi pemeliharaan kesehatan serta
pengobatan (Mills, 1996). Di bumi ini diperkirakan terdapat 40.000 spesies tumbuhan. Dari jumlah
tersebut sekitar 30.000 spesies hidup di kepulauan Indonesia dan sekurang-kurangnya 9.600 spesies
diketahui berkhasiat obat, tetapi baru 300 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku obat
tradisional dan industri obat tradisional (Kemenkes RI, 2007)
Keragaman zat kimia penyusun tumbuh-tumbuhan atau zat yang dihasilkan tumbuhan merupakan
kelebihan tanaman, sehingga sebagai tanaman obat dapat menghasilkan aktivitas yang luas dan memiliki
sisi positif pada tubuh karena tidak memiliki efek samping seperti halnya obatobat kimiawi (Mills, 1996).
Obat-obat kimiawi seringkali dapat membahayakan kesehatan dan tidak berhubungan langsung dengan
hasil pengobatan yang diharapkan (Mills, 1996). Itulah salah satu alasan Menteri Kesehatan melalui Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.381/MENKES/SK/III /2007 menetapkan kebijakan
obat tradisional nasional (Kotranas) yang antara lain bertujuan untuk mendorong pemanfaatan sumber
daya alam dan ramuan tradisional secara berkelanjutan (sustainable use) untuk digunakan dalam upaya
peningkatan pelayanan kesehatan. Sebagai implementasi dari kebijakan tersebut Menteri Kesehatan
melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 003/MENKES/PER/I/2010 tentang saintifikasi jamu dalam
penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Menurut peraturan tersebut pada pasal 1 diterangkan bahwa
saintifikasi jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan,
sedangkan jamu diartikan sebagai obat tradisional Indonesia. Sementara itu obat tradisional adalah bahan
atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang ada
1. Untuk Mengetahui Apa Saja Jenis Bahan Baku Obat Tradisional Sesuai Peraturan
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Persyaratan Bahan Baku Obat Tradisional simplisia Dan
Sediaan Galenik
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Persyaratan Bahan Tambahan Pada Obat Tradisional dan
Ambang Batasnya
BAB 2
PEMBAHASAN
Bahan baku obat tradisional adalah simplisia atau sediaan galenik yang digunakan sebagai bahan
pembuatan obat tradisional dan tidak dalam kemasan yang siap
Tanaman atau bahan baku yang dipergunakan dalam pengobatan tradisional atau pengobatan alternatif
dapat berupa :
1) Bahan mentah atau simplisia yang dapat berupa bahan segar, serbuk kering atau diformulasi
2) Ekstrak yang dapat berupa cairan segar, ekstrak atu rebusan, tingtur, galenik, atau formula ekstrak
kering seperti tablet, kapsul, dan sirup.
2.2 Persyaratan Bahan Baku Obat Tradisional simplisia Dan Sediaan Galenik
1) Biji, saat buah belum pecah (misal Ricinus communis, kedawung). Caranya : buah dikeringkan,
diambil bijinya. Biji dikumpulkan dan dicuci, selanjutnya dikeringkan lagi.
2) Buah, dipanen saat masak. Tingkat masak suatu buah dapat dengan parameter yang berbeda-beda,
misal: perubahan tingkat kekerasan (misal Cucurbita moschata), perubahan warna (misal melinjo,
asam, dll), perubahan bentuk (misal pare, mentimun), perubahan kadar air (misal belimbing
wuluh, jeruk nipis).
3) Pucuk daun, dipanen pada saat perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif terjadi
penumpukan metabolit sekunder, yaitu pada saat berbunga.
4) Daun tua, diambil pada saat daun sudah membuka sempurna dan di bagian cabang yang
menerima sinar matahari langsung sehingga asimilasi sempurna.
5) Umbi, dipanen jika besarnya maksimal dan tumbuhnya di atas tanah berhenti.
6) Rimpang, diambil pada musim kering dan saat bagian tanaman di atas tanah mengering.
7) Kulit batang dipanen menjelang kemarau.
Kandungan kimia juga berbeda-beda jika dipanen pada saat yang berbeda. Berbagai cara dapat ditempuh
dalam mengembangbiakkan tanaman sebagai sumber simplisia diantaranya adalah dengan cara :
(a) Pembibitan tanaman dilakukan dengan benih yang berkualitas dan terstandar
(b) Bagian tanaman yang bersifat tumbuh seperti batang, seperti misalnya Rheum palmatum dan Qentiana
lulea,
(c) Pengembangan pembuahan silang dan mutasi, dengan tujuannya untuk mendapatkan bibit unggul dan
berkualitas.
2.3 Persyaratan Bahan Tambahan Pada Obat Tradisional dan Ambang Batasnya
Bahan tambahan adalah zat yang tidak berkhasiat sebagai obat yang ditambahkan pada obat
tradisional untuk meningkatkan mutu, termasuk mengawetkan, memberi warna, mengedapkan rasa
dan bau serta memantapkan warna, rasa, bau ataupun konsistensi.
1. PENGAWET
Serbuk dengan Bahan Baku Simplisia tidak boleh mengandung pengawet. Sediaan yang
diperbolehkan mengandung pengawet adalah serbuk dengan Bahan Baku Ekstrak, sediaan obat dalam
lainnya dan sediaan obat luar. Untuk Obat Tradisional yang diizinkan mengandung lebih dari satu macam
pengawet, maka perhitungan hasil bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum
penggunaannyajika dijumlahkan tidak boleh lebih dari 1 (satu).
1. Asam benzoat, Kalium benzoat, Kalsium 2000 mg/kg produk sediaan Oral dihitung sebagai
benzoat, Natrium Benzoat asam benzoat (benzoic acid)
2. Asam sorbat, Natrium sorbat, Kalium sorbat, 2000 mg/kg produk sediaan Oral dihitung sebagai
Kalsium sorbat asam sorbat (sorbic acid)
3. Asam propionat, Natrium propionat, Kalsium 10000 mg/kg produk sediaan Oral dihitung sebagai
propionat, Kalium propionat asam propionat (propionic acid)
5. Propil para-hidroksibenzoat
6. Etil para -hidroksibenzoat 2000 mg/kg produk sediaan Oral - Kapsul lunak
- Larutan dan Suspensi oral 2000 mg/kg (dihitung sebagai produk jadi) -
Sediaan Topikal 3000 mg/kg produk sediaan
Topikal
(X/2000)+(Y/2000)
2. PEMANIS
Dapat menggunakan pemanis alami dan/atau pemanis lainnya sebagaimana tercantum pada
Tabel. Pemanis alami (natural sweetener) adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan alam
meskipun prosesnya secara sintetik ataupun fermentasi.
Pemanis Alami
1. Gula tebu (gula pasir), gula aren, gula kelapa, gula bit, daun stevia, daun saga, kayu legi, dan pemanis
alami lainnya
Pemanis Alami
3. Manitol (Mannitol)
5. Glikosida steviol (Steviol glycosides) dengan batas maksimal setara steviol 2.500 mg/kg produk
7. Laktitol (Lactitol)
Keterangan:
Rebaudiosida A 0,33
Rebaudiosida B 0,40
Rebaudiosida C 0,33
Rebaudiosida D 0,28
Rebaudiosida F 0,34
Rubusosida 0,50
Steviol 1,00
Steviolbiosida 0,50
Steviosida 0,40
3 Asam siklamat (Cyclamic acid) Natrium siklamat 1250 mg/kg produk (sebagai asam siklamat)
(Sodium Cyclamate) Kalsium siklamat (Calcium
Cyclamate)
4. Kalium sakarin (Potassium saccharin) Natrium 1200 mg/kg produk (sebagai sakarin)
sakarin (Sodium saccharin) Kalsium sakarin
(Calcium Saccharin)
*) Untuk produk yang harus direkonstitusi (contoh: produk effervesen), dihitung terhadap produk siap
konsumsi.
Penggunaan pemanis buatan dalam kombinasi mengikuti ketentuan rasio penggunaan kurang dari atau
sama dengan 1 (satu). Contoh penggunaan campuran pemanis :
(X/5500)+(Y/2400)
3. PEWARNA
Dapat menggunakan pewarna alami dan/atau pewarna lainnya sebagaimana tercantum pada Tabel.
2. Karmin dan ekstrak cochineal CI. No. 75470 300 mg/kg produk
(Carmines and cochineal extract); Karmin CI. No.
75470 (Carmines) Ekstrak cochineal No. 75470
(Cochineal extract)
Klorofil dan klorofilin tembaga kompleks CI. No. 500 mg/kg produk
75810 (Chlorophylls and chlorophyllins, copper
complexes)
1. Kuning FCF CI. No. 15985 (Sunset yellow FCF) 300 mg/kg produk
3. Merah allura CI. No. 16035 (Allura red) 300 mg/kg produk
5. Biru berlian FCF CI No. 42090 (Brilliant blue 300 mg/kg produk
FCF)
6. Hijau FCF CI. No. 42053 (Fast green FCF) 300 mg/kg produk
7. Besi oksida Besi oksida merah No. 77491 Besi 7500 mg/kg produk
oksida hitam No. 77499 Besi oksida kuning No.
77492
Contoh penggunaan
3. - Askorbil palmitat (Ascorbyl palmitate) - 500 mg/kg produk (sebagai Askorbil stearat)
Askorbil stearat (Ascorbyl stearate)
4. Butil hidroksi anisol/BHA (Butylated 400 mg/kg produk (untuk formula berbasis
hydroxyanisole) lemak atau minyak), tunggal atau dapat
dikombinasikan dengan BHT dan/atau propil
galat
5. Butil hidroksi toluen/BHT (Butylated 400 mg/kg produk (untuk formula berbasis
hydroxytoluene) lemak atau minyak), tunggal atau dapat
dikombinasikan dengan BHA dan/atau propil
galat
6. Butil hidrokinon tersier/TBHQ (Tertiary 400 mg/kg produk (untuk formula berbasis
butylhydroquinone) lemak atau minyak), tunggal atau dapat
dikombinasikan dengan BHA dan/atau BHT -
32 - No. Antioksidan Batas Maksimum
7. Propil galat (Propyl gallate) 400 mg/kg produk (untuk formula berbasis
lemak atau minyak), tunggal atau dapat
dikombinasikan dengan BHA dan/atau BHT
8. - Kalsium disodium etilen diamin tetraasetat 150 mg/kg produk (sebagai Calcium disodium
(Calcium disodium ethylenediamine etilen diamin tetraasetat)
tetraacetate) - Disodium etilen diamin
tetraasetat (Disodium ethylenediamine
tetraacetate)
Contoh penggunaan campuran antioksidan :
(X/400)+(Y/400)
10. Polivinil alkohol (Polyvinyl alcohol) 45000 mg/kg produk (sebagai pelapis dan
penstabil)
11. Potasium sitrat (Potassium citrate) 20000 mg/kg produk (sebagai alkalizing agent,
buffering agent, dan sequestering agent)
Pengawet, pemanis, pewarna dan Bahan Tambahan lainnya yang tidak tercantum dalam Lampiran
Peraturan Badan ini, mengikuti ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur mengenai
Bahan Tambahan Pangan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahan baku obat secara umum dapat berupa simplisia dan ekstrak. Penyiapan bahan baku berupa
simplisia harus sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, salah satu diantaranya adalah kehalusan
serbuk yang nantinya akan mempengaruhi kualitas ekstrak. Semakin halus serbuk bahan baku obat
semakin berkualitas semakin banyak ekstrak yang didapatkan karena luas permukaan akan semakin besar
memudahkan pelarut pengekstrak mengekstrak senyawa aktifnya. Peran ilmu kimia di sini lebih banyak
pada pembuatan ekstrak yang terstandarisasi berdasarkan farmakope indonesia.
3.2 Saran
Dari Penulis untuk pembaca, sekiranya makalah ini dapat membantu menambah
wawasan para pembaca tentang Bahan baku obat tradisional khususnya Jenis Bahan Baku Obat
Tradisional Sesuai Peraturan,, Persyaratan Bahan Baku Obat Tradisional simplisia Dan Sediaan
Galenik dan Persyaratan Bahan Tambahan Pada Obat Tradisional dan Ambang Batasnya . Penulis
juga mengharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun bagi penulis, kiranya ada satu dan
lain hal yang kurang dari makalah ini, kedepannya penulis akan lebih memperhatikan. Menyadari
bahwa penulis jauh dari kata sempurna, maka dari itu mohon maaf jika ada kesalahan pengertian
ataupun penggunaan kata dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/0f79c797b6756c7aba83bf7bf577170e.p
df
https://jdih.pom.go.id/download/product/596/HK.00.05.1.42.0115/2009
http://eprints.ums.ac.id/18587/4/BAB_I.pdf