Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“BAHAN BAKU OBAT TRADISIONAL “

OLEH :

NAMA : OSANA KONI MILLA ZANGGA NATA

NIM : PO530333219388

TINGKAT : 2C

MATA KULIAH : OBAT TRADISIONAL

PRODI FARMASI

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan cinta - Nya kepada
penulis sehingga makalah ini dapat di selesaikan walau sangat sederhana keadaannya, namun di harapkan
dapat memberi manfaat kepada kita semua serta hasil yang di harapkan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang di berikan pada
mata kuliah Obat Tradisional. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Di sadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu pada kesempatan ini
mohon kiranya bagi para pembaca yang memberikan kritikan dan saran yang sifatnya membangun,
sehingga makalah ini dengan judul “Bahan Baku Obat Tradisional “ bisa mendekati kata sempurna di
masa yang akan datang.
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca, dapat mengerti dan memahaminya dengan
baik, oleh karena itu saran dan pendapat serta petunjuk sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah ini.

Kupang, Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................................

BAB 1 Pendahuluan....................................................................................................................

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................

1.3 Tujuan.......................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN ..........................................................................................................

2.1 Jenis Bahan Baku Obat Tradisional Sesuai Peraturan………………………………..


2.2 Persyaratan Bahan Baku Obat Tradisional simplisia Dan Sediaan Galenik…………
2.3 Persyaratan Bahan Tambahan Pada Obat Tradisional dan Ambang Batasnya………..

BAB 3 Penutup.........................................................................................................................

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................
3.2 Saran.........................................................................................................................

Daftar Pustaka..........................................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Pemakaian herbal sebagai obat-obatan tradisional telah diterima luas di negara-negara maju
maupun berkembang sejak dahulu kala, bahkan dalam 20 tahun terakhir perhatian dunia terhadap obat-
obatan tradisional meningkat, baik di negara yang sedang berkembang maupun negara-negara maju.
World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia menyebutkan bahwa hingga 65% dari
penduduk negara maju menggunakan pengobatan tradisional dan obat-obat dari bahan alami (Kemenkes
RI, 2007).

Indonesia merupakan negara besar yang terkenal karena keanekaragamannya, salah satunya
adalah keanekaragaman hayati (megabiodiversity) khususnya tumbuhan. Selain itu Indonesia juga
memiliki keanekaragaman etnis yang memiliki berbagai macam pengetahuan tentang obat tradisional
yang menggunakan bahan-bahan dari tumbuhan. Banyak dari jenis tumbuhan itu telah ribuan tahun
digunakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan dokter sebagai bahan obat atau jamu tradisional
untuk berbagai macam penyakit dan memberikan hasil yang baik bagi pemeliharaan kesehatan serta
pengobatan (Mills, 1996). Di bumi ini diperkirakan terdapat 40.000 spesies tumbuhan. Dari jumlah
tersebut sekitar 30.000 spesies hidup di kepulauan Indonesia dan sekurang-kurangnya 9.600 spesies
diketahui berkhasiat obat, tetapi baru 300 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku obat
tradisional dan industri obat tradisional (Kemenkes RI, 2007)

Keragaman zat kimia penyusun tumbuh-tumbuhan atau zat yang dihasilkan tumbuhan merupakan
kelebihan tanaman, sehingga sebagai tanaman obat dapat menghasilkan aktivitas yang luas dan memiliki
sisi positif pada tubuh karena tidak memiliki efek samping seperti halnya obatobat kimiawi (Mills, 1996).
Obat-obat kimiawi seringkali dapat membahayakan kesehatan dan tidak berhubungan langsung dengan
hasil pengobatan yang diharapkan (Mills, 1996). Itulah salah satu alasan Menteri Kesehatan melalui Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.381/MENKES/SK/III /2007 menetapkan kebijakan
obat tradisional nasional (Kotranas) yang antara lain bertujuan untuk mendorong pemanfaatan sumber
daya alam dan ramuan tradisional secara berkelanjutan (sustainable use) untuk digunakan dalam upaya
peningkatan pelayanan kesehatan. Sebagai implementasi dari kebijakan tersebut Menteri Kesehatan
melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 003/MENKES/PER/I/2010 tentang saintifikasi jamu dalam
penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Menurut peraturan tersebut pada pasal 1 diterangkan bahwa
saintifikasi jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan,
sedangkan jamu diartikan sebagai obat tradisional Indonesia. Sementara itu obat tradisional adalah bahan
atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang ada

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Saja Jenis Bahan Baku Obat Tradisional Sesuai Peraturan?


2. Apa Saja Persyaratan Bahan Baku Obat Tradisional simplisia Dan Sediaan Galenik?
3. Apa Saja Persyaratan Bahan Tambahan Pada Obat Tradisional dan Ambang Batasnya?
1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Apa Saja Jenis Bahan Baku Obat Tradisional Sesuai Peraturan
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Persyaratan Bahan Baku Obat Tradisional simplisia Dan
Sediaan Galenik
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Persyaratan Bahan Tambahan Pada Obat Tradisional dan
Ambang Batasnya
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Jenis Bahan Baku Obat Tradisional Sesuai Peraturan

Bahan baku obat tradisional adalah simplisia atau sediaan galenik yang digunakan sebagai bahan
pembuatan obat tradisional dan tidak dalam kemasan yang siap

digunakan oleh konsumen. (BPOM RI NOMOR HK.00.05.1.42.0115 Pasal 1)

Tanaman atau bahan baku yang dipergunakan dalam pengobatan tradisional atau pengobatan alternatif
dapat berupa :

1) Bahan mentah atau simplisia yang dapat berupa bahan segar, serbuk kering atau diformulasi
2) Ekstrak yang dapat berupa cairan segar, ekstrak atu rebusan, tingtur, galenik, atau formula ekstrak
kering seperti tablet, kapsul, dan sirup.

2.2 Persyaratan Bahan Baku Obat Tradisional simplisia Dan Sediaan Galenik

1) Biji, saat buah belum pecah (misal Ricinus communis, kedawung). Caranya : buah dikeringkan,
diambil bijinya. Biji dikumpulkan dan dicuci, selanjutnya dikeringkan lagi.
2) Buah, dipanen saat masak. Tingkat masak suatu buah dapat dengan parameter yang berbeda-beda,
misal: perubahan tingkat kekerasan (misal Cucurbita moschata), perubahan warna (misal melinjo,
asam, dll), perubahan bentuk (misal pare, mentimun), perubahan kadar air (misal belimbing
wuluh, jeruk nipis).
3) Pucuk daun, dipanen pada saat perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif terjadi
penumpukan metabolit sekunder, yaitu pada saat berbunga.
4) Daun tua, diambil pada saat daun sudah membuka sempurna dan di bagian cabang yang
menerima sinar matahari langsung sehingga asimilasi sempurna.
5) Umbi, dipanen jika besarnya maksimal dan tumbuhnya di atas tanah berhenti.
6) Rimpang, diambil pada musim kering dan saat bagian tanaman di atas tanah mengering.
7) Kulit batang dipanen menjelang kemarau.

Kandungan kimia juga berbeda-beda jika dipanen pada saat yang berbeda. Berbagai cara dapat ditempuh
dalam mengembangbiakkan tanaman sebagai sumber simplisia diantaranya adalah dengan cara :

(a) Pembibitan tanaman dilakukan dengan benih yang berkualitas dan terstandar
(b) Bagian tanaman yang bersifat tumbuh seperti batang, seperti misalnya Rheum palmatum dan Qentiana
lulea,

(c) Pengembangan pembuahan silang dan mutasi, dengan tujuannya untuk mendapatkan bibit unggul dan
berkualitas.

Sediaan ekstrak dapat dibuat pada simplisia yang mempunyai :

1) Senyawa aktif belum diketahui secara pasti.


2) Senyawa aktif sudah dikenal, tetapi dengan isolasi, harganya menjadi lebih mahal.
3) Senyawa aktif sudah diketahui tetapi dalam bentuk murni tidak stabil.
4) Efektivitas tumbuhan hanya dalam bentuk segar saja, bila telah melalui proses pengeringan
menjadi tidak berefek. 5. Efek yang timbul merupakan hasil sinergisme.
5) Efek samping berkurang bila dibanding dengan bentuk murni.
6) Efek tidak spesifik, hanya efek psikosomatik. 8. indeks terapetik dalam bentuk campuran relatif
lebih lebar bila dibanding dengan indeks terapi dalam bentuk murni.

2.3 Persyaratan Bahan Tambahan Pada Obat Tradisional dan Ambang Batasnya

Bahan tambahan adalah zat yang tidak berkhasiat sebagai obat yang ditambahkan pada obat
tradisional untuk meningkatkan mutu, termasuk mengawetkan, memberi warna, mengedapkan rasa
dan bau serta memantapkan warna, rasa, bau ataupun konsistensi.

1. PENGAWET

Serbuk dengan Bahan Baku Simplisia tidak boleh mengandung pengawet. Sediaan yang
diperbolehkan mengandung pengawet adalah serbuk dengan Bahan Baku Ekstrak, sediaan obat dalam
lainnya dan sediaan obat luar. Untuk Obat Tradisional yang diizinkan mengandung lebih dari satu macam
pengawet, maka perhitungan hasil bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum
penggunaannyajika dijumlahkan tidak boleh lebih dari 1 (satu).

Pengawet batas maksimum

1. Asam benzoat, Kalium benzoat, Kalsium 2000 mg/kg produk sediaan Oral dihitung sebagai
benzoat, Natrium Benzoat asam benzoat (benzoic acid)
2. Asam sorbat, Natrium sorbat, Kalium sorbat, 2000 mg/kg produk sediaan Oral dihitung sebagai
Kalsium sorbat asam sorbat (sorbic acid)

3. Asam propionat, Natrium propionat, Kalsium 10000 mg/kg produk sediaan Oral dihitung sebagai
propionat, Kalium propionat asam propionat (propionic acid)

4. Metil para -hidroksibenzoat

- Larutan dan Suspensi oral 2000 mg/kg produk sediaan Oral

- Kapsul lunak 2000 mg/kg (dihitung sebagai produk jadi)

- Sediaan Topikal 3000 mg/kg produk sediaan Topikal

5. Propil para-hidroksibenzoat

- Sediaan topikal 6000 mg/kg produk sediaan Topikal - 27 - No


Pengawet batas maksimum 6. Butil para-
hidroksibenzoat

- Sediaan topikal 4000 mg/kg produk sediaan Topikal

6. Etil para -hidroksibenzoat 2000 mg/kg produk sediaan Oral - Kapsul lunak

- Larutan dan Suspensi oral 2000 mg/kg (dihitung sebagai produk jadi) -
Sediaan Topikal 3000 mg/kg produk sediaan
Topikal

7. Bronopol 1000 mg/kg produk untuk sediaan Topikal

8. Cetrimide 50 mg/kg untuk sediaan Topika

lContoh penggunaan campuran pengawet :

Pengawet Batas Maksimum Penggunaan pada Perhitungan


(mg/kg) Produk (mg/kg)

Asam benzoat 2000 X X/2000

Asam sorbat 2000 X X/2000

(X/2000)+(Y/2000)

2. PEMANIS
Dapat menggunakan pemanis alami dan/atau pemanis lainnya sebagaimana tercantum pada
Tabel. Pemanis alami (natural sweetener) adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan alam
meskipun prosesnya secara sintetik ataupun fermentasi.

Pemanis Alami

1. Gula tebu (gula pasir), gula aren, gula kelapa, gula bit, daun stevia, daun saga, kayu legi, dan pemanis
alami lainnya

2. Sorbitol (Sorbitol) Sorbitol Sirup (Sorbitol syrup)

Pemanis Alami

3. Manitol (Mannitol)

4. Isomalt/Isomaltitol (Isomalt/ Isomaltitol)

5. Glikosida steviol (Steviol glycosides) dengan batas maksimal setara steviol 2.500 mg/kg produk

6. Maltitol (Maltitol) Maltitol sirup (Maltitol syrup)

7. Laktitol (Lactitol)

8. Silitol (Xylitol) 9. Eritritol (Erythritol)

Rumus Perhitungan Ekivalensi

Steviol [SE] = Σ([SG] x CF)

Keterangan:

[SE] = Kadar Ekivalen steviol (Steviol Equivalents)

[SG] = Kadar jenis Glikosida steviol (Steviol Glycoside)

CF = Faktor konversi Glikosida steviol (Conversion Factor)

Jenis Glikosida Steviol Faktor Konversi Glikosida

Steviol Dulkosida A 0,40

Rebaudiosida A 0,33

Rebaudiosida B 0,40

Rebaudiosida C 0,33
Rebaudiosida D 0,28

Rebaudiosida F 0,34

Rubusosida 0,50

Steviol 1,00

Steviolbiosida 0,50

Steviosida 0,40

Pemanis Buatan Batas Maksimal

1. Asesulfam-K (Acesulfame potassium) 2000 mg/kg produk

2 Aspartam (Aspartame) 5500 mg/kg produk

3 Asam siklamat (Cyclamic acid) Natrium siklamat 1250 mg/kg produk (sebagai asam siklamat)
(Sodium Cyclamate) Kalsium siklamat (Calcium
Cyclamate)

4. Kalium sakarin (Potassium saccharin) Natrium 1200 mg/kg produk (sebagai sakarin)
sakarin (Sodium saccharin) Kalsium sakarin
(Calcium Saccharin)

5. Sukralosa (Sucralose/ Trichlorogalactosucrose) 2400 mg/kg produk

6. Neotam (Neotame) 90 mg/kg produk

*) Untuk produk yang harus direkonstitusi (contoh: produk effervesen), dihitung terhadap produk siap
konsumsi.

Penggunaan pemanis buatan dalam kombinasi mengikuti ketentuan rasio penggunaan kurang dari atau
sama dengan 1 (satu). Contoh penggunaan campuran pemanis :

Pemanis Batas Maksimum Penggunaan pada Perhitungan


(mg/kg) Produk (mg/kg)

Aspartam 5500 X X/5500


Sukralosa 2400 Y Y/2400

(X/5500)+(Y/2400)

3. PEWARNA

Dapat menggunakan pewarna alami dan/atau pewarna lainnya sebagaimana tercantum pada Tabel.

Pewarna Alami Batas Maksimum

1. Riboflavin (Riboflavins); Riboflavin (sintetik) 150 mg/kg produk


(Riboflavin, synthetic) Riboflavin 5’-natrium fosfat
(Riboflavin 5’- phosphate sodium) Riboflavin dari
Bacillus subtilis (Riboflavin Bacillus subtilis)

2. Karmin dan ekstrak cochineal CI. No. 75470 300 mg/kg produk
(Carmines and cochineal extract); Karmin CI. No.
75470 (Carmines) Ekstrak cochineal No. 75470
(Cochineal extract)

3. Klorofil CI. No. 75810 (Chlorophyll) 500 mg/kg produk

Klorofil dan klorofilin tembaga kompleks CI. No. 500 mg/kg produk
75810 (Chlorophylls and chlorophyllins, copper
complexes)

5. Karamel III amonia proses (Caramel III – 20000 mg/kg produk


ammonia process)

6. Karamel IV amonia sulfit proses (Caramel IV – 20000 mg/kg produk


sulphite ammonia process)

7. Beta-karoten (sayuran) CI. No. 75130 600 mg/kg produk


(Carotenes, beta (vegetable))

8. Karotenoid (Carotenoids) Beta-karoten (sentetik) 300 mg/kg produk


CI. No. 40800 (betaCarotenes, synthetic). Beta-
karoten (sintetik) CI. No. 40800 (betaCarotenes
(Blakeslea trispora) Beta-apo-8’-karotenal CI. No.
40820 (beta-Apo8’-Carotenal) Etil ester dari beta-
apo-8’asam karotenoat CI. No. 40825 (beta-apo-8’-
Carotenoic acid ethyl ester)

9. Ekstrak kulit anggur (Grape Skin Extract) 500 mg/kg produk

Pewarna Sintetik Batas Maksimum

1. Kuning FCF CI. No. 15985 (Sunset yellow FCF) 300 mg/kg produk

2. Ponceau 4R CI. No. 16255 (Ponceau 4R) 300 mg/kg produk

3. Merah allura CI. No. 16035 (Allura red) 300 mg/kg produk

4. Indigotin CI. No. 73015 (Indigotine) 300 mg/kg produk

5. Biru berlian FCF CI No. 42090 (Brilliant blue 300 mg/kg produk
FCF)

6. Hijau FCF CI. No. 42053 (Fast green FCF) 300 mg/kg produk

7. Besi oksida Besi oksida merah No. 77491 Besi 7500 mg/kg produk
oksida hitam No. 77499 Besi oksida kuning No.
77492

8. Vegetable black, INS No. 153 (Vegetable Quantum satis


Carbon)

Contoh penggunaan

campuran Pewarna Batas Penggunaan pada Perhitungan


pewarna: Maksimum Produk (mg/kg)
(mg/kg)

Klorofil CI. No. 500 X X/500


75810

Biru berlian FCF 300 Y Y/300 (X/500)+


CI No. 42090 (Y/300)
4. ANTIOKSIDAN

Dapat menggunakan antioksidan sebagaimana tercantum pada Tabel.

Antioksidan Batas Maksimum

1. Alpha-Tocopherol 500 mg/kg produk (digunakan pada formula


berbasis lemak; v/v)

2. Asam askorbat 1000 mg/kg produk (digunakan pada formula


berbasis air; w/v)

3. - Askorbil palmitat (Ascorbyl palmitate) - 500 mg/kg produk (sebagai Askorbil stearat)
Askorbil stearat (Ascorbyl stearate)

4. Butil hidroksi anisol/BHA (Butylated 400 mg/kg produk (untuk formula berbasis
hydroxyanisole) lemak atau minyak), tunggal atau dapat
dikombinasikan dengan BHT dan/atau propil
galat

5. Butil hidroksi toluen/BHT (Butylated 400 mg/kg produk (untuk formula berbasis
hydroxytoluene) lemak atau minyak), tunggal atau dapat
dikombinasikan dengan BHA dan/atau propil
galat

6. Butil hidrokinon tersier/TBHQ (Tertiary 400 mg/kg produk (untuk formula berbasis
butylhydroquinone) lemak atau minyak), tunggal atau dapat
dikombinasikan dengan BHA dan/atau BHT -
32 - No. Antioksidan Batas Maksimum

7. Propil galat (Propyl gallate) 400 mg/kg produk (untuk formula berbasis
lemak atau minyak), tunggal atau dapat
dikombinasikan dengan BHA dan/atau BHT

8. - Kalsium disodium etilen diamin tetraasetat 150 mg/kg produk (sebagai Calcium disodium
(Calcium disodium ethylenediamine etilen diamin tetraasetat)
tetraacetate) - Disodium etilen diamin
tetraasetat (Disodium ethylenediamine
tetraacetate)
Contoh penggunaan campuran antioksidan :

Antioksidan Batas Maksimum Penggunaan pada Perhitungan


(mg/kg) Produk (mg/kg)

BHA 400 X X/400

BHT 400 Y Y/400

(X/400)+(Y/400)

5. BAHAN TAMBAHAN LAIN (ANTIKEMPAL, PENGEMULSI, PELAPIS, PENSTABIL,


PELARUT, PENGISI DAN LAINNYA)

Dapat menggunakan bahan tambahan lain sebagaimana tercantum pada Tabel.

Bahan Tambahan Lain Batas Maksimum

1. Minyak jarak (Ricinus oil) 1000 mg/kg produk

2. Carnauba wax 5000 mg/kg produk (surface treatment)

3. Setil alkohol (Cetyl alcohol) 100000 mg/kg produk (sebagai pelapis,


pengemulsi)

4. Diasetil tartart (Diacetyltartaric) dan ester 5000 mg/kg produk


asam lemak dari gliserol

5. Magnesium stearat 50000 mg/kg produk (sebagai lubrikan) - 33 -


No Bahan Tambahan Lain Batas Maksimum

6. Fosfat 2200 mg/kg produk (sebagai fosforus)

7. Polidimetilsiloksan 50 mg/kg produk 8. Polietilen glikol 70000


mg/kg produk

9. - Polyoxyethylene (20) sorbitan monolaurate 25000 mg/kg produk


(Polysorbate 20) - Polyoxyethylene (20)
sorbitan monooleate (Polysorbate 80) -
Polyoxyethylene (20) sorbitan monopalmitate
(Polysorbate 40) - Polyoxyethylene (20)
sorbitan monostearate (Polysorbate 60) -
Polyoxyethylene (20) sorbitan tristearate
(Polysorbate 65)

10. Polivinil alkohol (Polyvinyl alcohol) 45000 mg/kg produk (sebagai pelapis dan
penstabil)

11. Potasium sitrat (Potassium citrate) 20000 mg/kg produk (sebagai alkalizing agent,
buffering agent, dan sequestering agent)

12. Sukrogliserida (Sucroglycerides) 2500 mg/kg produk

13. Titanium dioksida (TiO2) q.s. sebagai pewarna Opak

14. Dekstrin q.s. sebagai bahan pengisi 1

5. Avicel q.s. sebagai bahan pengisi

16. Amilum q.s. sebagai bahan pengisi

Pengawet, pemanis, pewarna dan Bahan Tambahan lainnya yang tidak tercantum dalam Lampiran
Peraturan Badan ini, mengikuti ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur mengenai
Bahan Tambahan Pangan.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahan baku obat secara umum dapat berupa simplisia dan ekstrak. Penyiapan bahan baku berupa
simplisia harus sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, salah satu diantaranya adalah kehalusan
serbuk yang nantinya akan mempengaruhi kualitas ekstrak. Semakin halus serbuk bahan baku obat
semakin berkualitas semakin banyak ekstrak yang didapatkan karena luas permukaan akan semakin besar
memudahkan pelarut pengekstrak mengekstrak senyawa aktifnya. Peran ilmu kimia di sini lebih banyak
pada pembuatan ekstrak yang terstandarisasi berdasarkan farmakope indonesia.

3.2 Saran

Dari Penulis untuk pembaca, sekiranya makalah ini dapat membantu menambah
wawasan para pembaca tentang Bahan baku obat tradisional khususnya Jenis Bahan Baku Obat
Tradisional Sesuai Peraturan,, Persyaratan Bahan Baku Obat Tradisional simplisia Dan Sediaan
Galenik dan Persyaratan Bahan Tambahan Pada Obat Tradisional dan Ambang Batasnya . Penulis
juga mengharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun bagi penulis, kiranya ada satu dan
lain hal yang kurang dari makalah ini, kedepannya penulis akan lebih memperhatikan. Menyadari
bahwa penulis jauh dari kata sempurna, maka dari itu mohon maaf jika ada kesalahan pengertian
ataupun penggunaan kata dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/0f79c797b6756c7aba83bf7bf577170e.p
df

https://jdih.pom.go.id/download/product/596/HK.00.05.1.42.0115/2009

http://eprints.ums.ac.id/18587/4/BAB_I.pdf

Anda mungkin juga menyukai