Penyusun :
Yang paling utama, kami ingin memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat dan rahmatNya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
judul Penyusunan dan Pembuatan Perjanjian Kerja ini yang bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Perjanjian Kerja.
Kami menyadari sepenuhnya tanpa bantuan dari berbagai pihak maka makalah ini tidak
dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu atas segala bantuan serta bimbingan yang telah
diberikan sampai tersusunnya makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah terlibat.
Mengingat terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada pada kami, maka kami
menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini dapat
lebih bermanfaat.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 24
B. Saran ...................................................................................................................... 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum mengatur segala lini dalam kehidupan manusia, tak terkecuali dalam bekerja.
Saat akan melamar sebuah pekerjaan, calon buruh/pekerja semestinya paham bahwa
terdapat satu instrument untuk menjamin hak serta memperjelas kewajiban para pihak
yang mengikatkan diri yang bernama perjanjian kerja. Perjanjian kerja inilah yang
kedepannya akan menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan bekerja serta
menentukan ketentuan umum bekerja, batasan wewenang para pihak, dan sanksi yang
akan muncul jika salah satu pihak mengingkari perjanjiannya.
Menyadari betapa krusialnya perjanjian kerja, maka kelompok kami akan mengulas
tentang penyusunan dan pembuatan perjanjian kerja, mulai dari tahapan pra penyusunan
perjanjian kerja, penyusunan perjanjian kerja, pembuatan perjanjian kerja, hingga hal-
ha; yang harus diperhatikan pasca melakuka penyusunan perjanjian kerja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja hal yang harus diperhatikan dalam pra penyusunan perjanjian kerja pra
penyusunan perjanjian kerja?
2. Apa saja tahap dalam penyusunan perjanjian kerja?
3. Bagaimana struktur dan anatomi perjanjian kerja yang benar?
4. Apa saja tahap yang perlu dilakukan pasca penyusunan perjanjian kerja?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hal yang harus diperhatikan dalam pra penyusunan perjanjian
kerja
2. Untuk mengetahui tahap dalam penyusunan perjanjian kerja
3. Untuk mengetahui struktur dan anatomi perjanjian kerja yang benar
4. Untuk mengetahui tahap yang perlu dilakukan pasca penyusunan perjanjian
kerja
D. Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui dan memahami hal yang harus diperhatikan dalam pra
penyusunan perjanjian kerja
2. Dapat mengetahui dan memahami tahap dalam penyusunan perjanjian kerja
3. Dapat memahami dan membandingkan perjanjian kerja yang sesuai dan tidak
sesuai dengan mengetahui struktur dan anatomi perjanjian kerja yang benar
4. Dapat mengetahui dan memahami tahapan yang perlu dilakukan pasca
penyusunan perjanjian kerja
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
3. Bertanya kepada pemberi kerja agar tidak terjadi kesalahpahaman
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, terkadang ada hal-hal yang belum diketahui
pekerja sebelum membuat perjanjian kerja. Untuk hal itu, ada beberapa hal yang harus
ditanyakan kepada pemberi kerja untuk melindungi kepentingan pekerja, seperti:
- Bagaimana prosedur pembatalan perjanjian?
- Bagaimana jika terjadi sesuatu sebelum menandatangani perjanjian?
- Apa yang harus pekerja lakukan apabila terjadi perbedaan mengenai isi
perjanjian kerja yang telah disepakati?
Apabila sudah memastikan hal-hal tersebut pekerja bisa mulai menyusun tahapn perjanjian
kerja jika dirasa sudah yakin mengenai perusahaan dan kompetensi yang dimiliki.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pemberi kerja sebelum penyusunan perjanjian kerja:
1. Hal normatif yang harus ada dalam perjanjian kerja
Hal-hal yang di maksud adalah isi minimal dari sebuah perjanjian kerja sesuai dengan
pasal 54 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
2. Jenis perjanjian kerja yang dibuat
Dalam perjanjian kerja terbagi dalam dua bentuk yaitu perjanjian kerja waktu tertentu
dan perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
3. Biaya pembuatan perjanjian kerja
Seluruh biaya dalam pembuatan perjanjian kerja dibebankan kepada pengusaha atau
pemberi kerja.
4. Memperhatikan hak dan kewajiban kedua belah pihak
Klausul hak dan kewajiban dalam perjanjian kerja tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang. Terjadi klausul yang bertentangan dengan undang-undang maka hal
tersebut batal demi hukum.
6
B. Tahapan Penyusunan Perjanjian Kerja
7
keselamatan
pekerja/buruh guna
mewujudkan
produktivitas kerja yang
optimal
diselenggarakan upaya
keselamatan dan
kesehatan kerja
PKB 45 (1) Pengusaha wajib
menyediakan atau
meminjamkan perlengkapan
atau alat pelindung kesehatan
dan keselamatan kerja bagi
pekerja yang bekerja pada
bagian yang berisiko tinggi
terhadap kecelakaan kerja dan
atau gangguan kesehatan.
(2) Pekerja yang lalai dan atau
dengan sengaja mengabaikan
ketentuan pemakaian alat
keselamaran dan kesehatan
kerja, bertanggungjawab
sepenuhnya bila timbul hal-hal
yang menimpa dan merugikan
dirinya dan atau perusahaan.
(3) Dalam hal pekerja
mendapat kecelakaan kerja
akibat pada waktu itu tidak
memakai alat keselamatan dan
kesehatan kerja, Pengusaha
tidak bertanggungjawab atas
biaya pengobatan atau
perawatan rumah sakit, cacat
tubuh dan tuntutan lainnya.
8
2) Membuat draf perjanjian kerja
Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi
kerja yang harus memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. 1 Format
perjanjian kerja biasanya terdiri atas tiga bagian yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.
Pada bagian pendahuluan perjanjian kerja terdapat judul, tanggal dan tempat pembuatan
perjanjian, komparisi (keterangan mengenai para pihak dalam perjanjian), serta
premis/latar belakang terjadinya perikatan. Selanjutnya pada bagian isi memuat
ketentuan-ketentuan yang diperjanjikan atau disepakati bersama, biasanya berupa pasal-
pasal yang terdiri atas klausul spesifik dan klausul umum. Isi dari perjanjian haruslah
urut, tegas, memiliki keterpaduan dan kesatuan, lengkap menjelaskan kondisi atau suatu
hal yang diperjanjikan, serta tidak bertentangan dengan hukum.
Dan pada bagian penutup, harus ditegaskan bahwa surat perjanjian yang dibuat
merupakan alat bukti yang dapat dipergunakan di kemudian hari apabila terjadi
sengketa/konflik. Disebutkan pula pada bagian penutup mengenai tempat pembuatan
perjanjian dan para pihak yang menandatangani perjanjian. Terakhir, yang tidak boleh
dilupakan pada bagian penutup tentunya adalah tanda tangan para pihak.
Menurut Pasal 54 UU Ketenagakerjaan, kontrak kerja yang dibuat secara tertulis
setidaknya harus mengatur dan memuat beberapa hal-hal berikut:
a) Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;
b) Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat karyawan;
c) Jabatan atau jenis pekerjaan;
d) Tempat pekerjaan;
e) Besaran upah dan cara pembayarannya;
f) Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan karyawan;
g) Mulai dan jangka waktu berlakunya kontrak kerja;
h) Tempat dan tanggal kontrak kerja dibuat;
i) Tanda tangan oleh para pihak dalam kontrak kerja.
3) Meminta persetujuan pimpinan untuk draf perjanjian kerja yang telah dibuat
4) Memperbaiki draf perjanjian kerja (jika ada revisi dari pimpinan)
5) Membuat perjanjian kerja dengan calon pekerja
Pada saat membuat perjanjian kerja dengan calon pekerja, hal yang harus diperhatikan
kedua belah pihak adalah sebagai berikut :
a) Menentukan jenis kontrak kerja;
Jika sudah memastikan syarat sah kontrak kerja terpenuhi, selanjutnya yang
harus diperhatikan dan perlu diketahui dalam menyusun kontrak kerja adalah
hubungan kerja yang akan dijalani oleh calon karyawan. Hubungan kerja ini
yang nantinya akan menentukan apakah pekerja tersebut masuk kedalam
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) yang diperuntukkan bagi karyawan
yang akan bekerja untuk jangka waktu yang telah ditentukan dengan jenis
pekerjaan tertentu yang bersifat sementara atau yang kedua adalah Perjanjian
1
9
Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) yang diperuntukkan bagi karyawan yang
akan bekerja tanpa batasan waktu, bisa hingga usia pensiun atau meninggal
dunia. Jadi, sebagai pemberi kerja, perlu untuk mengidentifikasi jenis kontrak
sebelum menandatangani kontrak kerja dengan karyawan.
b) Memperhatikan isi kontrak kerja;
Khusus untuk klausul besaran upah dan cara pembayaran serta syarat-syarat
kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan karyawan tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan PP/PK yang berlaku di
perusahaan.
c) Memastikan telah mengatur hak dan kewajiban;
Bagian ini dapat dianggap sebagai bagian paling krusial dalam suatu kontrak
kerja. Seperti telah dibahas sebelumnya, tujuan pembuatan kontrak kerja adalah
untuk mengatur hak dan kewajiban bagi para pihak. Hak dan kewajiban tersebut
antara lain meliputi remunerasi, cuti, maupun benefit lainnya yang diatur sesuai
kesepakatan para pihak. Umumnya sebagai pemberi kerja bertindak sebagai
pihak yang lebih banyak menentukan hal-hal yang diatur dalam kontrak kerja,
terutama hak dan kewajiban.
Namun, pastikan bahwa hak dan kewajiban yang diatur telah sesuai dengan
kebutuhan perusahaan dengan tetap memastikan bahwa hak dan kewajiban
tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku. Contohnya yaitu aturan mengenai
cuti, Pasal 79 ayat (2) huruf c UU Ketenagakerjaan mengatur jumlah minimum
cuti karyawan adalah 12 hari per tahun. Jadi, di dalam kontrak kerja, sebagai
pemberi kerja tidak diperkenankan untuk mengatur cuti karyawan kurang dari 12
hari dalam setahun. Hubungan kerja yang akan berlangsung seluruhnya
didasarkan pada kontrak kerja tersebut sehingga jangan sampai terdapat
ketentuan yang dapat merugikan pengusaha atau berpotensi menimbulkan
sengketa di kemudian hari.
d) Memahami ketentuan hukum yang berlaku;
Jika telah menentukan jenis kontrak yang akan dibuat dan mengatur hak dan
kewajiban, baik bagi karyawan maupun pengusaha, maka langkah selanjutnya
adalah memahami ketentuan hukum yang berlaku dalam bidang ketenagakerjaan.
Di mana, seluruh ketentuan yang diatur dalam kontrak kerja haruslah sejalan
dengan hukum dan peraturan yang berlaku, dan perlu diperhatikan bahwa tiap
ketentuan dalam PKWT dan PKWTT mungkin bisa berbeda. Misalnya, dalam
suatu PKWTT, dapat mensyaratkan masa percobaan kerja dengan jangka waktu
maksimal 3 (tiga) bulan dan selama masa percobaan tersebut pengusaha harus
membayar upah sesuai dengan upah minimum yang berlaku. Lain halnya dengan
PKWT yang tidak mengenal masa percobaan kerja. Pengaturan masa percobaan
kerja dalam PKWT otomatis menyebabkan masa percobaan batal demi hukum
dan dianggap tidak pernah ada. Selain itu, hal yang seringkali tidak diketahui
oleh pengusaha adalah adanya kewajiban bagi PKWT untuk dicatatkan oleh
pengusaha pada dinas ketenagakerjaan yang berwenang, sedangkan PKWTT
tidak perlu dicatatkan.
10
e) Mencantumkan hal-hal tambahan umum yang diatur dalam perjanjian kerja.
Selain ketentuan yang wajib dicantumkan dalam kontrak kerja berdasarkan
peraturan yang berlaku, pada dasarnya sebagai pemberi kerja dapat
menambahkan ketentuan lain sesuai kesepakatan para pihak selama ketentuan
tersebut tidak bertentangan dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.
Ketentuan lainnya yang lazim untuk dicantumkan dalam kontrak kerja antara
lain mengenai kerahasiaan dan non-compete clause. Ketentuan mengenai
informasi rahasia berfungsi untuk mencegah adanya informasi rahasia terkait
perusahaan yang disebarluaskan oleh karyawan selama karyawan bekerja di
perusahaan maupun setelah karyawan tersebut tidak lagi bekerja di perusahaan.
Sementara non-compete clause diperlukan untuk mencegah karyawan, terutama
key employee untuk bekerja di tempat lain dengan industri yang sama dengan
perusahaan atau di perusahaan kompetitor selama jangka waktu tertentu setelah
hubungan kerja antara perusahaan dengan karyawan tersebut telah berakhir.
Umumnya, non-compete clause ini berlaku selama 2-5 tahun setelah hubungan
kerja berakhir. Misalnya perusahaan bergerak di bidang marketplace, jika ada
non-compete clause ini, maka karyawan tidak dapat bekerja di perusahaan
kompetitor yang bergerak di bidang marketplace selama 2-5 tahun, tergantung
jangka waktu yang ditentukan.
5) Menjelaskan perjanjian kerja dengan calon pekerja
Walaupun calon pekerja tidak bertanya, seorang HRD Staf perlu menjalankan iktikad
baik dari pihak pemberi kerja dalam menjelaskan perjanjian kerja kepada calon
pekerja, baik nomenklatur yang bersifat ambigu atau bahkan yang sudah sangat jelas
sekalipun. Hal ini merupakan salah satu upaya dalam mencegah kesalahpahaman dan
adanya salah tafsir antara kedua belah pihak.
6) Negosiasi gaji dengan calon pekerja
Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan
perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Oleh karena
itu, sudah menjadi hal yang lumrah apabila calon pekerja mempertanyakan dan
berusaha melakukan negosiasi gaji agar bisa mendapatkan upah yang layak dalam
proses pembuatan perjanjian kerja.
Saat negosiasi gaji, selain mendengarkan pertimbangan ekspektasi gaji dari calon
pekerja, ada beberapa hal yang bisa disampaikan kepada calon pekerja saat
bernegosiasi diantaranya ialah bagaimana perusahaan menghitung besaran gaji,
memberikan dokumen terkait gaji, menjelaskan peluang kenaikan gaji dan promosi,
serta manfaat lain yang bisa dinegosiasikan.
Setelah mendapatkan kesepakatan, dalam perjanjian harus dicantumkan besaran upah,
cara pembayaran, dan kapan upah dibayarkan. Kedua belah pihak harus memastikan
bahwa upah yang telah disepakati tidak di bawah upah minimum yang ditetapkan oleh
pemerintah.
7) Penandatanganan
11
Setelah perjanjian kerja disepakati, maka kedua belah pihak wajib menandatangani
perjanjian tersebut sebagai tanda kesepakatan. Perjanjian kerja sah dan berlaku
mengikat kedua belah pihak sejak ditandatangani kedua
Perjanjian kerja adalah awal dan merupakan hal yang fundamental dalam sebuah hubungan
kerja. Banyak yang masih salah mengira bahwa fungsi dari perjanjian kerja hanyalah
sebuah tameng apabila terjadi konflik di kemudian hari. Padahal kehadirannya lebih
daripada itu karena sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hubungan kerja. Apabila
seluruh perjanjian kerja dibuat dengan iktikad dan dilaksanakan dengan baik, bukan suatu
hal yang terasa aneh apabila tercipta hubungan kerja yang harmonis antara pekerja dan
pengusaha/pemberi kerja.
Pada hari ini, Senin, 4 Desember 2019 bertempat di Jakarta, yang bertanda tangan di bawah
ini , masing masing:
1. Nama : Amin
Alamat: JL.Jaya RT 01 RW 02 No.10 Jakarta Barat
Jabatan : Direktur PT.FORSA
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT. FORSA berkedudukan di Jakarta,
PT.FORSA merupakan perusahan yang bergerak di bidang pangan, selanjutnya di
sebut Pihak pertama
2. Nama : Budi,SE
TTL : Jakarta, 26 Juni 1989
Alamat: JL. Petujo RT 03 RW 04 No .18, Jakarta Barat
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas Namanya sendiri selanjutnya disebut Pihak
Kedua
Pihak pertama dan pihak kedua setuju dan sepakat untuk mengikatkan diri dalam satu
12
perjanjian kerja dengan ketentuan ketentuan dan syarat – syarat sebagaimana tercantum dalam
pasal-pasal di bawah ini
Pasal 1: Ruang lingkup
1) Perjanjian kerja ini adalah perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT)
dengan masa percobaan 3 (tiga ) bulan yang dihitung sejak penandatanganan surat
perjanjian ini
2) Selama masa percobaan pihak pertama dan pihak kedua dapat mengakhiri secara
sepihak hubungan kerja tanpa ada tuntutan imbalan dalam bentuk apa pun juga dari
pihak lainya
1) Hari kerja normal adalah 6 (enam) hari kerja dalam 7( tujuh) hari kalender
2) Jam kerja normal pada hari senin-jum’at dimulai pukul 08.00 dan berakhir pukul 16.00
termasuk 1 jam istirahat
3) Jam kerja normal pada hari sabtu dimulai pukul 08.00 – pukul 13.00 termasuk 1 ( satu)
jam istirahat
1) Dalam hal tersedia pekerjaan yang harus segera di selesaikan atau bersifat mendesak
dan pihak kedua diharuskan masuk kerja maka kelebihan jam kerja harus di
pehitungkan sebagai jam lembur
2) Perhitungan besarnya upah lembur harus didasarkan pada peraturan perundang
-undangan yang berlaku
13
Pasal 6: Kepesertaan Dalam Program Jaminan Sosial
Pihak pertama wajib mengikutsertakan puhak kedua pada program BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan mencangkup program yaitu : JKK, JHT, JP, JKM dan JKN
Pasal 7: Cuti
1) Pihak kedua berhak mendapatkan cuti selama 12 ( dua belas) hari kerja setelah pihak
kedua bekerja selama 12 ( dua belas ) bulan secara terus menerus
2) Apabila pihan kedua hendak menggunakan hak cutinya sebagaimana diatur dalam ayat
1 pasal ini harus diajukan selambat lambatnya 14 ( empat belas ) hari kerja sebelum
pelaksanaa cuti dengan mendapat pengesahan berupa tanda tangan dan ijin dari atasan
langsung pihak kedua
Pasal 8: Tata Tertib Perusahaan
1) Pihak kedua menyatakan bersedia dan sanggup bekerja pada pihak pertama serta
mematuhi dan mentaati seluruh peraturan tata tertib yang ditetapkan oleh pihak
pertama
2) Apabila pihak kedua melakukan pelanggaran atas aturan dan tata tertib yang telah
ditetapkan oleh pihak pertama maka atas pelanggaran tersebut pihak kedua dapat
dijatuhi hukuman sesuai peraturan yang berlaku
14
1) Perjanjian ini dan segala akibat hukumnya hanya tunduk pada hukum dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku di Negara Republik Indonesia
2) Bila terjadi perselisihan yang harus di selesaikan secara hukum, para pihak telah
sepakat untuk memilih domisili hukum yang tetap di kantor Panitera Pengadilan
Negeri Jakarta Barat.
Pasal 14: Penutup
Demikian perjanjian ini di buat dan ditandatangani oleh para pihak dalam keadaan sadar, sehat
jasmani dan rohani serta tanpa paksaan dari pihak manapun dalam rangkap 2 (dua) dan
masing-masing bermaterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Pihak pertama Pihak Kedua
Amina Budi, SE
Struktur dan anatomi perjanjian kerja dapat di golongkan menjadi tiga bagian yaitu:
bagian pendahuluan, isi, dan penutup.
1) Bagian Pendahuluan
a) Sebutan atau nama kontrak
Pemberian judul atas suatu kontrak merupakan kebebasan bagi para pihak,
namun bagi perancang seyogyanya memiliki kemampuan untuk membuat suatu
judul perjanjian yang dibuatnya, artinya antara judul dengan isi perjanjian harus
ada korelasinya dan relevansinya
15
di bawah ini, masing masing…
3. Nama : Amin
Alamat : JL.Jaya RT 01 RW 02 No.10 Jakarta Barat
Jabatan : Direktur PT.FORSA
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT.FORSA berkedudukan
di Jakarta, PT.FORSA merupakan perusahan yang bergerak di bidang
pangan, selanjutnya di sebut Pihak pertama
4. Nama : Budi,SE
TTL : Jakarta, 26 Juni 1989
Alamat : JL. Petujo RT 03 RW 04 No .18, Jakarta Barat
Dalam ha l ini bertindak untuk dan atas Namanya sendiri selanjutnya
disebut Pihak Kedua
Nama : Amin
Alamat : JL.Jaya RT 01 RW 02 No.10 Jakarta Barat
Jabatan : Direktur PT.FORSA
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT.FORSA
berkedudukan di Jakarta, PT.FORSA merupakan perusahan yang
bergerak di bidang pangan, selanjutnya di sebut Pihak pertama
Nama : Budi, SE
TTL : Jakarta ,26 Juni 1989
Alamat : JL. Petujo RT 03 RW 04 No .18, Jakarta Barat
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas Namanya sendiri
selanjutnya disebut Pihak Kedua
16
e) Latar belakang
Latar belakang di dalam perjanjian adalah penjelasan resmi atau keadaan dalam
suatu perjanjian untuk menjelaskan mengapa terjadinya perikatan.
Pihak pertama dan pihak kedua setuju dan sepakat untuk mengikatkan diri dalam
satu perjanjian kerja dengan ketentuan ketentuan dan syarat – syarat
sebagaimana tercantum dalam pasal-pasal di bawah ini
2) Bagian Isi
Pada dasarnya, substansi perjanjian merupajkan kehendak dan keinginan para pihak dan
yang bekepentingan namun substabsi dari perjanjiannyua tidak bertentangan dengan
hukum. Dengan demikian, substansi perjanjian di harapkan dapat mencangkup
keinginan-keinginan para pihak secara lengkap, termasuk di dalamnya objek perjanjian,
hak dan kewajiban para pihak, dan lain-lain. Di dalam isi di bagi dua bagian yaitu:
a) Klausul Spesifik
Mengatur hal-hal yang spesifik dalam perjanjian seperti:
Ruang lingkup
Penjelasan lebih rinci tentang jenis perjanjian kerjanya dan
pelaksanaanya.
Hasil dari Analisa:
Pasal 1: Ruang lingkup
1) Perjanjian kerja ini adalah perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT)
dengan masa percobaan 3 (tiga ) bulan yang dihitung sejak penandatanganan surat
perjanjian ini
2) Selama masa percobaan pihak pertama dan pihak kedua dapat mengakhiri secara
sepihak hubungan kerja tanpa ada tuntutan imbalan dalam bentuk apa pun juga dari
pihak lainya
Jenis Pekerjaanya
Kegiatan atau aktivitas yang dlakukan oleh pekerja yang di berikan oleh
pemberi kerja guna untuk memenuhi kewajiban pekerja serta tentang
aturan mengenai pemberian pekerjaan oleh pemberi kerja.
17
Pasal 2: Jenis pekerjaan
1) Jenis pekerjaan yang diberikan oleh pihak pertama pada pihak kedua adalah
pekerjaan administrasi keuangan PT. FORSA
2) Pihak kedua akan ditempatkan di PT.FORSA yang beralamat di JL.Jaya RT 01 RW
02 No.10 Jakarta Barat
3) Dengan memperhatikan kemampuan dan ketrampilan pihak kedua , maka pihak
pertama dapat memberikan pekerjaan lain dilingkungan PT.FORSA
Upah
Mengatur besaran upah serta tata cara pelaksanaan pembayaran upah.
Pasal 3: Upah
1) Pihak pertama menyatakan sanggup memberikan upah sebesar Rp 5.500.000,00
( lima juta lima ratus ribu rupiah ) setiap bulan kepada pihak kedua yang dibayarkan
pada setiap tanggal 15 ( lima belas ) setiap bulanya dengan cara pembaranya di
transfer
2) Apabila tanggal pembayaran upah tersebut jatuh pada hari libur atau yang diliburkan
maka pembayaran upah dimaksud dilakukan pada hari kerja beriktnya
Upah lembur
Mengatur mengenai kerja lembur serta besarnya upah lembur
18
dan pihak kedua diharuskan masuk kerja maka kelebihan jam kerja harus di
pehitungkan sebagai jam lembur
2) Perhitungan besarnya upah lembur harus didasarkan pada peraturan perundang
-undangan yang berlaku
Cuti
Mengatur secara rinci mengenai cuti serta pelaksanaan dalam
menggunakan hak cuti
Berakhirnya Perjanjian
19
Mengatur hal yang bisa membuat berakhirnya perjanjian serta hak atas
berakhirnya perjanjian
Force Majeure
Mengatur secara rinci mengenai akibat dari kejadian di luar kemampuan
manusia.
b) Klausul Umum
Mengatur tentang domisili hukum, penyelesaian sengketa, pilihan hukum, tata
tertib, dll
20
dijatuhi hukuman sesuai peraturan yang berlaku
Pilihan Hukum
Mengatur mengenai akibat hukum dari perjanian dan penyelesaian
perselisihan
3) Bagian Penutup
a) Kata Penutup
Menerangkan bahwa perjanjian tersebut dibuat dan ditandatangani oleh pihak
pihak yang memiliki kapasitas untuk itu.
Amin Budi, SE
21
D. Pasca Penyusunan Perjanjian Kerja
Setelah perjanjian kerja dibuat, calon pekerja/buruh perlu memerhatikan beberapa hal yang
berguna kedepannya untuk kejelasan pelaksanaan perjanjian kerja. Hal-hal yang perlu
diperhatikan pasca penyusunan perjaanjian kerja diantaranya adalah:
1. Memastikan berjalannya hak dan kewajiban masing-masing pihak tertuang
dalam perjanjian kerja
Pada dasarnya, yang menjadi objek utama dalam perjanjian kerja adalah hak dan
tentunya kewajiban pekerja yang akan direkrut. Namun, dalam memberikan
kepastian hukum yang merata bagi masing-masing pihak, hak dan kewajiban
perusahaan juga perlu disinggung dalam perjanjian kerja. Bisa dalam salah satu
pasal perjanjian kerja yang merujuk pada PKB, atau ditulis langsung secara utuh
dalam satu pasal. Ini penting sekali diperhatikan pasca penyusunan perjanjian kerja
karena tidak jarang pihak yang mengikatkan dirinya dalam perjanjian tidak paham
bahwa bukan hanya pekerja/buruh yang mengikatkan diri pada pemberi
kerja/perusahaan, namun pemberi kerja/perusahaan juga bertanggung jawab atas
hak dan kewajiban mereka sebagai orang yang hendak dan dirasa sanggup
mempekerjakan orang lain.
22
perselisihan dapat diminimalisir karena para pihak, terutama calon pekerja/buruh
mengetahui dan memahami ketentuan perjanjian kerja sesuai ketentuan hukum yang
berlaku.
Dalam membuat perjanjian kerja, para pihak yang saling mengikatkan diri diberikan
kebebasan untuk menentukan objek yang akan diperjanjikan selama tidak
bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Ketentuan ini dicantumkan dalam pasal 52 UU No 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan pasal 1320 KUH Perdata. Begitu pula
dengan klausa khusus dalam perjanjian kerja. Beberapa perusahaan punya peraturan
bagi beberapa posisi yang strategis dan vital bagi kelangsungan berusaha. Maka dari
itu, perusahaan akan menambahkan klausa khusus bagi posisi yang berhubungan
langsung dengan rahasia perusahaan, contohnya rahasia dagang, keadaan finansial
perusahaan, dan lain sebagainya.
Hal ini perlu diperhatikan bagi para pekerja/buruh yang kelak menandatangi
perjanjian kerja agar menaruh perhatian lebih pada pasal yang berkaitan dengan
tambahan aturan perusahaan. Karena mengetahui rahasia sebuah perusahaan, ada
juga perusahaan yang mencantumkan pasal dengan isi melarang pekerja/buruh
tersebut bekerja kembali menjadi posisi yang sebelumnya ia duduki selama 2 – 5
tahun jika pekerja/buruh tersebut resign. Jika tidak benar-benar dipahami, maka
hubungan kerja yang telah dijalin justru menjadi rawan putus karena
ketidakpahaman dan kemudian menimbulkan konflik.
Perjanjian kerja yang telah disepakati sesuai ketentuan normatif, PP, serta PKB
perusahaan wajib dicatatkan oleh pengusaha ke instansi yang bertanggung di bidang
ketenagakerjaan kabupaten/kota paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak
penandatanganan sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor: Kep-100/Men/IV/2004 tentang ketentuan pelaksanaan
PKWT. Pencatatan dimaksudkan agar pemerintah mengetahui substansi perjanjian
kerja, dan menilai sesuai atau tidaknya perjanjian kerja tersebut dengan peraturan
perundang-undangan. Adapun untuk perjanjian kerja harian lepas (PKHL) hanya
mencatatkan daftar pekerja/buruh, mengacu pada pasal 12 Keputusan Menteri
tersebut.
Dalam peraturan perundang-undangan, memang hanya PKWT saja yang wajib
dicatatkan. Tindakan ini dapat dimaklumi karena pekerja dengan PKWTT
mempunyai kedudukan hukum yang lebih kuat dibanding pekerja PKWT karena
data diri pekerja PKWTT sudah pasti dimasukkan ke dalam keterangan perusahaan
yang dicatatkan di instansi ketenagakerjaan setempat. Selain itu, banyak kasus
23
pelanggaran hak yang dialami oleh pekerja PKWT. Maka, pemerintah melalui
otoritasnya mengatur PKWT agar wajib dicatatkan ke instansi ketenagakerjaan
setempat dalam rangka melindungi hak-hak pekerja PKWT.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada berbagai macam tahap yang perlu diperhatikan dalam membentuk dan
menyusun perjanjian kerja. Ini menunjukan bahwa perjanjian kerja merupakan
tonggak serta legal standing yang dimiliki oleh masing-masing pihak dalam
mendapatkan perlakuan yang setara dan adil. Mematangkan perjanjian kerja juga
berarti meminimalisir terjadinya sesuatu yang dapat menghambat produktivitas
seperti perselisihan, ketidaksukaan di tempat kerja, dan kecenderungan melihat
pihak lain sebagai out-group kemudian mengsubordinasikannya.
Dalam mencapai puncak keharmonisan dalam hubungan industrial, tentunya
seluruh pemegang dan pelaksana kebijakan perlu bersatu padu menciptakan suasana
yang kondusif dalam dunia kerja, salah satunya yaitu dengan memahami secara
utuh arti perjanjian kerja bagi keberlangsungan pengembangan individu dan
ekonomi sebuah teritori.
B. Saran
Sosialisasi yang menyeluruh dan utuh penting dilakukan untuk memberikan
wawasan kepada seluruh masyarakat khususnya calon pekerja/buruh dalam
pembuatan dan penyusunan perjanjian kerja. Selain itu, kesadaran para pihak yang
berkaitan juga berkontribusi pada keberhasilan melek hukum dan pengetahuan
tentang permbuatan dan penyusunan perjanjian kerja.
25
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
P. Jehani, Nana. 2012. Buku Pintar Membuat Perjanjian/Kontrak. Jakarta.
Nurachmad, Muchamad. 2010. Buku Pintar Memahami & Membuat Surat Perjanjian. Jakarta:
Visimedia.
INTERNET
Anugrahni, A.. 2016. Struktur Dasar Surat Perjanjian/Kontrak. Diakses dari
https://ngobrolinhukum.wordpress.com/2015/10/09/struktur-dasar-surat-perjanjiankontrak/
pada 24 Maret 2020
Pramesti, Tri Jata Ayu. 2016. Hal-hal penting yang Harus Diperhatikan dalam Perjanjian
Kerja. Diakses dari https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5767600b3aac7/hal-
hal-penting-yang-harus-diperhatikan-dalam-perjanjian-kerja/ pada 24 Maret 2020
Libera.id.Contoh Perjanjian Kerjasama Perusahaan. Diakses dari
https://libera.id/blogs/contoh-perjanjian-kerja-sama-perusahaan/ pada 21 Maret 2020
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan. 25 Maret 2003.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39. Jakarta.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor: KEP.100/MEN/VI/2004.
Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. 21 Juni 2004. Jakarta.
26