Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENYUSUNAN DAN PEMBUATAN PERJANJIAN KERJA


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perjanjian Kerja
Dosen Pengampu: Eka Saputra S.H., M.H.

Penyusun :

Achmad Johandi Fadhilah (012018001)


Embun Kirana Ayu Sahara (012018008)

Ghozi Daud Auliya (012018011)

Kayyisah Rosyidah (012018016)

Ria Ashrifarrija (012018022)

Zelika Anaturi (012018030)

PROGRAM STUDI RELASI INDUSTRI


POLITEKNIK KETENAGAKERJAAN

TAHUN AJARAN 2020


KATA PENGANTAR

Yang paling utama, kami ingin memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat dan rahmatNya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
judul Penyusunan dan Pembuatan Perjanjian Kerja ini yang bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Perjanjian Kerja.
Kami menyadari sepenuhnya tanpa bantuan dari berbagai pihak maka makalah ini tidak
dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu atas segala bantuan serta bimbingan yang telah
diberikan sampai tersusunnya makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah terlibat.
Mengingat terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada pada kami, maka kami
menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini dapat
lebih bermanfaat.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Maret 2020

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4

B. Rumusan masalah .................................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4

D. Manfaat Penulisan .................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 5

A. Pra Penyusunan Perjanjian Kerja ........................................................................... 5

B. Tahap Penyusunan Perjanjian Kerja …………………………………………… 6

C. Struktur & Anatomi Perjanjian Kerja………………………………………….. 12

D. Pasca Penyusunan Perjanjian Kerja………………………………………….... 21

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 24

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 24

B. Saran ...................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 25

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum mengatur segala lini dalam kehidupan manusia, tak terkecuali dalam bekerja.
Saat akan melamar sebuah pekerjaan, calon buruh/pekerja semestinya paham bahwa
terdapat satu instrument untuk menjamin hak serta memperjelas kewajiban para pihak
yang mengikatkan diri yang bernama perjanjian kerja. Perjanjian kerja inilah yang
kedepannya akan menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan bekerja serta
menentukan ketentuan umum bekerja, batasan wewenang para pihak, dan sanksi yang
akan muncul jika salah satu pihak mengingkari perjanjiannya.
Menyadari betapa krusialnya perjanjian kerja, maka kelompok kami akan mengulas
tentang penyusunan dan pembuatan perjanjian kerja, mulai dari tahapan pra penyusunan
perjanjian kerja, penyusunan perjanjian kerja, pembuatan perjanjian kerja, hingga hal-
ha; yang harus diperhatikan pasca melakuka penyusunan perjanjian kerja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja hal yang harus diperhatikan dalam pra penyusunan perjanjian kerja pra
penyusunan perjanjian kerja?
2. Apa saja tahap dalam penyusunan perjanjian kerja?
3. Bagaimana struktur dan anatomi perjanjian kerja yang benar?
4. Apa saja tahap yang perlu dilakukan pasca penyusunan perjanjian kerja?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hal yang harus diperhatikan dalam pra penyusunan perjanjian
kerja
2. Untuk mengetahui tahap dalam penyusunan perjanjian kerja
3. Untuk mengetahui struktur dan anatomi perjanjian kerja yang benar
4. Untuk mengetahui tahap yang perlu dilakukan pasca penyusunan perjanjian
kerja

D. Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui dan memahami hal yang harus diperhatikan dalam pra
penyusunan perjanjian kerja
2. Dapat mengetahui dan memahami tahap dalam penyusunan perjanjian kerja
3. Dapat memahami dan membandingkan perjanjian kerja yang sesuai dan tidak
sesuai dengan mengetahui struktur dan anatomi perjanjian kerja yang benar
4. Dapat mengetahui dan memahami tahapan yang perlu dilakukan pasca
penyusunan perjanjian kerja

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pra Penyusunan Perjanjian Kerja


Sebelum menyusun perjanjian kerja, calon pekerja/buruh harus mengetahui apakah visi dan
misi perusahaan sudah cocok dengan pekerja. Dengan begitu sebelum pekerja melakukan
perjanjian kerja, calon pekerja/buruh harus mengetahui inti bisnis (core business)
perusahaan agar pekerja mengetahui apakah kompetensi dan kemampuan yang dimiliki
pekerja sudah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan penerima. Kebanyakan dari
calon pekerja/buruh jarang memperhatikan isi yang termuat di dalam perjanjian kerjanya.
Begitu sudah tertera nominal gaji pada saat proses negoisasi berjalan, calon pekerja/buruh
langsung disetujui tanpa memikirkan konsekuensi kedepannya. Calon pekerja/buruh
harusnya dapat mengetahui hal-hal penting para penyusunan perjanjian kerja agar dalam
membuat perjanjian kerja tidak terjadi missleading dengan pekerjaan yang akan dia emban.
Hal-hal yang sebaiknya pekerja lakukan sebelum melakukan penyusunan perjanjian kerja
yaitu:
1. Gali informasi tentang perusahaan
Riset terlebih dahulu harus dilakukan mengenai perusahaan. Bagaimana core business
nya? Bagaimana reputasi perusahaan tersebut dalam berbisnis? Bagaimana kinerja
perusahaan tersebut? Pencapaian apa yang sudah dilakukan perusahaan tersebut?
Verifikasi fakta yang harus dilakukan untuk melindungi pekerja apabila sudah membuat
dan menandatangani perjanjian kerja, sehingga pekerja mengetahui apa dampak yang
akan terjadi apabila suatu ketika terjadi masalah didalam perusahaan.
2. Pahami bahasa perjanjian kerja
Bahasa perjanjian biasanya sangat spesifik sehingga pekerja perlu cermat untuk
memahami isi dari perjanjian tersebut. Misalnya klausul mengenai jaminan sosial yang
termuat dalam perjanjian kerja. Sejauh mana Jaminan Sosial itu menjadi kewajiban
pengusaha dan proses klaim dari jaminan sosial yang ada.
Pekerja dapat bertanya kepada ahlinya mengenai perjanjian jika tidak mengerti hal
tertentu sebelum melakukan perjanjian. Karena pada nantinya hal tersebut akan berguna
ketika pekerja bekerja. Karena informasi yang didapat diperoleh dari orang kedua
ataupun orang ketiga, sehingga beberapa elemen penting tidak begitu saja terlewatkan.

5
3. Bertanya kepada pemberi kerja agar tidak terjadi kesalahpahaman
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, terkadang ada hal-hal yang belum diketahui
pekerja sebelum membuat perjanjian kerja. Untuk hal itu, ada beberapa hal yang harus
ditanyakan kepada pemberi kerja untuk melindungi kepentingan pekerja, seperti:
- Bagaimana prosedur pembatalan perjanjian?
- Bagaimana jika terjadi sesuatu sebelum menandatangani perjanjian?
- Apa yang harus pekerja lakukan apabila terjadi perbedaan mengenai isi
perjanjian kerja yang telah disepakati?
Apabila sudah memastikan hal-hal tersebut pekerja bisa mulai menyusun tahapn perjanjian
kerja jika dirasa sudah yakin mengenai perusahaan dan kompetensi yang dimiliki.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pemberi kerja sebelum penyusunan perjanjian kerja:
1. Hal normatif yang harus ada dalam perjanjian kerja
Hal-hal yang di maksud adalah isi minimal dari sebuah perjanjian kerja sesuai dengan
pasal 54 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
2. Jenis perjanjian kerja yang dibuat
Dalam perjanjian kerja terbagi dalam dua bentuk yaitu perjanjian kerja waktu tertentu
dan perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
3. Biaya pembuatan perjanjian kerja
Seluruh biaya dalam pembuatan perjanjian kerja dibebankan kepada pengusaha atau
pemberi kerja.
4. Memperhatikan hak dan kewajiban kedua belah pihak
Klausul hak dan kewajiban dalam perjanjian kerja tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang. Terjadi klausul yang bertentangan dengan undang-undang maka hal
tersebut batal demi hukum.

6
B. Tahapan Penyusunan Perjanjian Kerja

1) Memahami dan menginventarisasi peraturan perundang-undangan serta PP/PKB


yang berlaku di perusahaan
Upaya ini dimaksudkan untuk melindungi dan memastikan klausul perjanjian kerja yang
akan dibuat tidak bertentangan dengan peraturan dan adil bagi kedua belah pihak.
Inventarisasi peraturan bisa dibuat seperti berikut:

Klasifikasi Dasar Pasal


No Uraian
Pengaturan Hukum (ayat)
1. Keselamatan UU 1/1970 14 (c) Menjediakan setjara tjuma-
dan tentang tjuma, semua alat
Kesehatan Keselamatan
Kerja Kerdja perlindungan diri jang
diwadjibkan pada tenaga kerdja
jang berada dibawah
pimpinannja dan menjediakan
bagi setiap orang lain jang
memasuki tempat kerdja
tersebut, disertai dengan
petundjuk-petundjuk jang
diperlukan menurut petundjuk
pegawai pengawas atau
achli keselamatan kerdja.
UU 13/2003 86 (1) Setiap pekerja/buruh
mempunyai hak
untuk memperoleh
perlindungan atas:
a. keselamatan dan kesehatan
kerja;
b. moral dan kesusilaan, dan
c. Perlakuan yang sesuai
dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama.
(2) Untuk melindungi

7
keselamatan
pekerja/buruh guna
mewujudkan
produktivitas kerja yang
optimal
diselenggarakan upaya
keselamatan dan
kesehatan kerja
PKB 45 (1) Pengusaha wajib
menyediakan atau
meminjamkan perlengkapan
atau alat pelindung kesehatan
dan keselamatan kerja bagi
pekerja yang bekerja pada
bagian yang berisiko tinggi
terhadap kecelakaan kerja dan
atau gangguan kesehatan.
(2) Pekerja yang lalai dan atau
dengan sengaja mengabaikan
ketentuan pemakaian alat
keselamaran dan kesehatan
kerja, bertanggungjawab
sepenuhnya bila timbul hal-hal
yang menimpa dan merugikan
dirinya dan atau perusahaan.
(3) Dalam hal pekerja
mendapat kecelakaan kerja
akibat pada waktu itu tidak
memakai alat keselamatan dan
kesehatan kerja, Pengusaha
tidak bertanggungjawab atas
biaya pengobatan atau
perawatan rumah sakit, cacat
tubuh dan tuntutan lainnya.

8
2) Membuat draf perjanjian kerja

Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi
kerja yang harus memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. 1 Format
perjanjian kerja biasanya terdiri atas tiga bagian yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.
Pada bagian pendahuluan perjanjian kerja terdapat judul, tanggal dan tempat pembuatan
perjanjian, komparisi (keterangan mengenai para pihak dalam perjanjian), serta
premis/latar belakang terjadinya perikatan. Selanjutnya pada bagian isi memuat
ketentuan-ketentuan yang diperjanjikan atau disepakati bersama, biasanya berupa pasal-
pasal yang terdiri atas klausul spesifik dan klausul umum. Isi dari perjanjian haruslah
urut, tegas, memiliki keterpaduan dan kesatuan, lengkap menjelaskan kondisi atau suatu
hal yang diperjanjikan, serta tidak bertentangan dengan hukum.
Dan pada bagian penutup, harus ditegaskan bahwa surat perjanjian yang dibuat
merupakan alat bukti yang dapat dipergunakan di kemudian hari apabila terjadi
sengketa/konflik. Disebutkan pula pada bagian penutup mengenai tempat pembuatan
perjanjian dan para pihak yang menandatangani perjanjian. Terakhir, yang tidak boleh
dilupakan pada bagian penutup tentunya adalah tanda tangan para pihak.
Menurut Pasal 54 UU Ketenagakerjaan, kontrak kerja yang dibuat secara tertulis
setidaknya harus mengatur dan memuat beberapa hal-hal berikut:
a) Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;
b) Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat karyawan;
c) Jabatan atau jenis pekerjaan;
d) Tempat pekerjaan;
e) Besaran upah dan cara pembayarannya;
f) Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan karyawan;
g) Mulai dan jangka waktu berlakunya kontrak kerja;
h) Tempat dan tanggal kontrak kerja dibuat;
i) Tanda tangan oleh para pihak dalam kontrak kerja.
3) Meminta persetujuan pimpinan untuk draf perjanjian kerja yang telah dibuat
4) Memperbaiki draf perjanjian kerja (jika ada revisi dari pimpinan)
5) Membuat perjanjian kerja dengan calon pekerja
Pada saat membuat perjanjian kerja dengan calon pekerja, hal yang harus diperhatikan
kedua belah pihak adalah sebagai berikut :
a) Menentukan jenis kontrak kerja;
Jika sudah memastikan syarat sah kontrak kerja terpenuhi, selanjutnya yang
harus diperhatikan dan perlu diketahui dalam menyusun kontrak kerja adalah
hubungan kerja yang akan dijalani oleh calon karyawan. Hubungan kerja ini
yang nantinya akan menentukan apakah pekerja tersebut masuk kedalam
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) yang diperuntukkan bagi karyawan
yang akan bekerja untuk jangka waktu yang telah ditentukan dengan jenis
pekerjaan tertentu yang bersifat sementara atau yang kedua adalah Perjanjian
1

9
Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) yang diperuntukkan bagi karyawan yang
akan bekerja tanpa batasan waktu, bisa hingga usia pensiun atau meninggal
dunia. Jadi, sebagai pemberi kerja, perlu untuk mengidentifikasi jenis kontrak
sebelum menandatangani kontrak kerja dengan karyawan.
b) Memperhatikan isi kontrak kerja;
Khusus untuk klausul besaran upah dan cara pembayaran serta syarat-syarat
kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan karyawan tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan PP/PK yang berlaku di
perusahaan.
c) Memastikan telah mengatur hak dan kewajiban;
Bagian ini dapat dianggap sebagai bagian paling krusial dalam suatu kontrak
kerja. Seperti telah dibahas sebelumnya, tujuan pembuatan kontrak kerja adalah
untuk mengatur hak dan kewajiban bagi para pihak. Hak dan kewajiban tersebut
antara lain meliputi remunerasi, cuti, maupun benefit lainnya yang diatur sesuai
kesepakatan para pihak. Umumnya sebagai pemberi kerja bertindak sebagai
pihak yang lebih banyak menentukan hal-hal yang diatur dalam kontrak kerja,
terutama hak dan kewajiban.
Namun, pastikan bahwa hak dan kewajiban yang diatur telah sesuai dengan
kebutuhan perusahaan dengan tetap memastikan bahwa hak dan kewajiban
tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku. Contohnya yaitu aturan mengenai
cuti, Pasal 79 ayat (2) huruf c UU Ketenagakerjaan mengatur jumlah minimum
cuti karyawan adalah 12 hari per tahun. Jadi, di dalam kontrak kerja, sebagai
pemberi kerja tidak diperkenankan untuk mengatur cuti karyawan kurang dari 12
hari dalam setahun. Hubungan kerja yang akan berlangsung seluruhnya
didasarkan pada kontrak kerja tersebut sehingga jangan sampai terdapat
ketentuan yang dapat merugikan pengusaha atau berpotensi menimbulkan
sengketa di kemudian hari.
d) Memahami ketentuan hukum yang berlaku;
Jika telah menentukan jenis kontrak yang akan dibuat dan mengatur hak dan
kewajiban, baik bagi karyawan maupun pengusaha, maka langkah selanjutnya
adalah memahami ketentuan hukum yang berlaku dalam bidang ketenagakerjaan.
Di mana, seluruh ketentuan yang diatur dalam kontrak kerja haruslah sejalan
dengan hukum dan peraturan yang berlaku, dan perlu diperhatikan bahwa tiap
ketentuan dalam PKWT dan PKWTT mungkin bisa berbeda. Misalnya, dalam
suatu PKWTT, dapat mensyaratkan masa percobaan kerja dengan jangka waktu
maksimal 3 (tiga) bulan dan selama masa percobaan tersebut pengusaha harus
membayar upah sesuai dengan upah minimum yang berlaku. Lain halnya dengan
PKWT yang tidak mengenal masa percobaan kerja. Pengaturan masa percobaan
kerja dalam PKWT otomatis menyebabkan masa percobaan batal demi hukum
dan dianggap tidak pernah ada. Selain itu, hal yang seringkali tidak diketahui
oleh pengusaha adalah adanya kewajiban bagi PKWT untuk dicatatkan oleh
pengusaha pada dinas ketenagakerjaan yang berwenang, sedangkan PKWTT
tidak perlu dicatatkan.

10
e) Mencantumkan hal-hal tambahan umum yang diatur dalam perjanjian kerja.
Selain ketentuan yang wajib dicantumkan dalam kontrak kerja berdasarkan
peraturan yang berlaku, pada dasarnya sebagai pemberi kerja dapat
menambahkan ketentuan lain sesuai kesepakatan para pihak selama ketentuan
tersebut tidak bertentangan dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.
Ketentuan lainnya yang lazim untuk dicantumkan dalam kontrak kerja antara
lain mengenai kerahasiaan dan non-compete clause. Ketentuan mengenai
informasi rahasia berfungsi untuk mencegah adanya informasi rahasia terkait
perusahaan yang disebarluaskan oleh karyawan selama karyawan bekerja di
perusahaan maupun setelah karyawan tersebut tidak lagi bekerja di perusahaan.
Sementara non-compete clause diperlukan untuk mencegah karyawan, terutama
key employee untuk bekerja di tempat lain dengan industri yang sama dengan
perusahaan atau di perusahaan kompetitor selama jangka waktu tertentu setelah
hubungan kerja antara perusahaan dengan karyawan tersebut telah berakhir.
Umumnya, non-compete clause ini berlaku selama 2-5 tahun setelah hubungan
kerja berakhir. Misalnya perusahaan bergerak di bidang marketplace, jika ada
non-compete clause ini, maka karyawan tidak dapat bekerja di perusahaan
kompetitor yang bergerak di bidang marketplace selama 2-5 tahun, tergantung
jangka waktu yang ditentukan.
5) Menjelaskan perjanjian kerja dengan calon pekerja
Walaupun calon pekerja tidak bertanya, seorang HRD Staf perlu menjalankan iktikad
baik dari pihak pemberi kerja dalam menjelaskan perjanjian kerja kepada calon
pekerja, baik nomenklatur yang bersifat ambigu atau bahkan yang sudah sangat jelas
sekalipun. Hal ini merupakan salah satu upaya dalam mencegah kesalahpahaman dan
adanya salah tafsir antara kedua belah pihak.
6) Negosiasi gaji dengan calon pekerja
Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan
perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Oleh karena
itu, sudah menjadi hal yang lumrah apabila calon pekerja mempertanyakan dan
berusaha melakukan negosiasi gaji agar bisa mendapatkan upah yang layak dalam
proses pembuatan perjanjian kerja.
Saat negosiasi gaji, selain mendengarkan pertimbangan ekspektasi gaji dari calon
pekerja, ada beberapa hal yang bisa disampaikan kepada calon pekerja saat
bernegosiasi diantaranya ialah bagaimana perusahaan menghitung besaran gaji,
memberikan dokumen terkait gaji, menjelaskan peluang kenaikan gaji dan promosi,
serta manfaat lain yang bisa dinegosiasikan.
Setelah mendapatkan kesepakatan, dalam perjanjian harus dicantumkan besaran upah,
cara pembayaran, dan kapan upah dibayarkan. Kedua belah pihak harus memastikan
bahwa upah yang telah disepakati tidak di bawah upah minimum yang ditetapkan oleh
pemerintah.
7) Penandatanganan

11
Setelah perjanjian kerja disepakati, maka kedua belah pihak wajib menandatangani
perjanjian tersebut sebagai tanda kesepakatan. Perjanjian kerja sah dan berlaku
mengikat kedua belah pihak sejak ditandatangani kedua
Perjanjian kerja adalah awal dan merupakan hal yang fundamental dalam sebuah hubungan
kerja. Banyak yang masih salah mengira bahwa fungsi dari perjanjian kerja hanyalah
sebuah tameng apabila terjadi konflik di kemudian hari. Padahal kehadirannya lebih
daripada itu karena sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hubungan kerja. Apabila
seluruh perjanjian kerja dibuat dengan iktikad dan dilaksanakan dengan baik, bukan suatu
hal yang terasa aneh apabila tercipta hubungan kerja yang harmonis antara pekerja dan
pengusaha/pemberi kerja.

C. Struktur & Anatomi Perjanjian Kerja


Sebelum membedah bagian-bagian dalam perjanjian kerja dan mengklasifikasikannya, kita
perlu mengetahui contoh surat perjanjian kerja beserta pasal-pasalnya sebagai gambaran
untuk memahami standar umum perjanjian kerja yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Berikut contoh surat perjanjian kerja yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan:

SURAT PERJANJIAN KERJA


Nomor 03427/CAT-HRD/2020

Pada hari ini, Senin, 4 Desember 2019 bertempat di Jakarta, yang bertanda tangan di bawah
ini , masing masing:
1. Nama : Amin
Alamat: JL.Jaya RT 01 RW 02 No.10 Jakarta Barat
Jabatan : Direktur PT.FORSA

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT. FORSA berkedudukan di Jakarta,
PT.FORSA merupakan perusahan yang bergerak di bidang pangan, selanjutnya di
sebut Pihak pertama

2. Nama : Budi,SE
TTL : Jakarta, 26 Juni 1989
Alamat: JL. Petujo RT 03 RW 04 No .18, Jakarta Barat

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas Namanya sendiri selanjutnya disebut Pihak
Kedua
Pihak pertama dan pihak kedua setuju dan sepakat untuk mengikatkan diri dalam satu

12
perjanjian kerja dengan ketentuan ketentuan dan syarat – syarat sebagaimana tercantum dalam
pasal-pasal di bawah ini
Pasal 1: Ruang lingkup
1) Perjanjian kerja ini adalah perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT)
dengan masa percobaan 3 (tiga ) bulan yang dihitung sejak penandatanganan surat
perjanjian ini
2) Selama masa percobaan pihak pertama dan pihak kedua dapat mengakhiri secara
sepihak hubungan kerja tanpa ada tuntutan imbalan dalam bentuk apa pun juga dari
pihak lainya

Pasal 2: Jenis pekerjaan


1) Jenis pekerjaan yang diberikan oleh pihak pertama pada pihak kedua adalah pekerjaan
administrasi keuangan PT. FORSA
2) Pihak kedua akan ditempatkan di PT. FORSA yang beralamat di JL.Jaya RT 01 RW 02
No.10 Jakarta Barat
3) Dengan memperhatikan kemampuan dan ketrampilan pihak kedua , maka pihak
pertama dapat memberikan pekerjaan lain dilingkungan PT.FORSA
Pasal 3: Upah

1) Pihak pertama menyatakan sanggup memberikan upah sebesar Rp 5.500.000,00 ( lima


juta lima ratus ribu rupiah ) setiap bulan kepada pihak kedua yang dibayarkan pada
setiap tanggal 15 ( lima belas ) setiap bulanya dengan cara pembaranya di transfer k
erekeing bank pihak kedua
2) Apabila tanggal pembayaran upah tersebut jatuh pada hari libur atau yang diliburkan
maka pembayaran upah dimaksud dilakukan pada hari kerja beriktnya

Pasal 4: Hari dan Jam Kerja

1) Hari kerja normal adalah 6 (enam) hari kerja dalam 7( tujuh) hari kalender
2) Jam kerja normal pada hari senin-jum’at dimulai pukul 08.00 dan berakhir pukul 16.00
termasuk 1 jam istirahat
3) Jam kerja normal pada hari sabtu dimulai pukul 08.00 – pukul 13.00 termasuk 1 ( satu)
jam istirahat

Pasal 5: Upah Lembur

1) Dalam hal tersedia pekerjaan yang harus segera di selesaikan atau bersifat mendesak
dan pihak kedua diharuskan masuk kerja maka kelebihan jam kerja harus di
pehitungkan sebagai jam lembur
2) Perhitungan besarnya upah lembur harus didasarkan pada peraturan perundang
-undangan yang berlaku

13
Pasal 6: Kepesertaan Dalam Program Jaminan Sosial
Pihak pertama wajib mengikutsertakan puhak kedua pada program BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan mencangkup program yaitu : JKK, JHT, JP, JKM dan JKN
Pasal 7: Cuti
1) Pihak kedua berhak mendapatkan cuti selama 12 ( dua belas) hari kerja setelah pihak
kedua bekerja selama 12 ( dua belas ) bulan secara terus menerus
2) Apabila pihan kedua hendak menggunakan hak cutinya sebagaimana diatur dalam ayat
1 pasal ini harus diajukan selambat lambatnya 14 ( empat belas ) hari kerja sebelum
pelaksanaa cuti dengan mendapat pengesahan berupa tanda tangan dan ijin dari atasan
langsung pihak kedua
Pasal 8: Tata Tertib Perusahaan
1) Pihak kedua menyatakan bersedia dan sanggup bekerja pada pihak pertama serta
mematuhi dan mentaati seluruh peraturan tata tertib yang ditetapkan oleh pihak
pertama
2) Apabila pihak kedua melakukan pelanggaran atas aturan dan tata tertib yang telah
ditetapkan oleh pihak pertama maka atas pelanggaran tersebut pihak kedua dapat
dijatuhi hukuman sesuai peraturan yang berlaku

Pasal 9: Larangan Kerja Rangkap


Selama berlakunya perjanjian ini, pihak kedua dilarang untuk melakukan kerja rangkap di
perusahaan lain dengan alasan apapun juga, kecuali apabila pihak kedua telah mendapat
persetujuan secara vtertulis dari pihak pertama.
Pasal 10: Pemutusn Hubungan Kerja
Pemutusan hubungan kerja antara pihak pertama dengan pihak kedua dapat dilakukan dengan
tetap mengindahkan prosedur, syarat-syarat dan konsekuensi pengakhiran hubungan kerja
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan
Pasal 11: Berakhirnya Perjanjian
1) Perjanjian kerja ini akan berakhir dengan sendirinya jika pihak kedua meninggal dunia
2) Pengakhiran perjanjian dikarenakan pihak kedua meninggal dunia sebagai mana di atur
pada ayat 1 pasal ini maka seluruh hak atas kopensasi pengakhiran hubungan kerja
tersebut menjadi hak ahli waris yang sah dari pihak kedua
3) Perjanjian tidak akan brakhir oleh karena meninggalnya pihak pertama

Pasal 12: Force Majeure


Perjanjian kerja ini batal dengan sendirinya jika karena keadaan atau situasi yang memaksa
seperti: bencana alam, Peraturan Pemerintah atau apapun yang mengakibatkan perjanjian kerja
ini tidak mungkin lagi untuk diwujudkan .
Pasal 13: Pilihan Hukum

14
1) Perjanjian ini dan segala akibat hukumnya hanya tunduk pada hukum dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku di Negara Republik Indonesia
2) Bila terjadi perselisihan yang harus di selesaikan secara hukum, para pihak telah
sepakat untuk memilih domisili hukum yang tetap di kantor Panitera Pengadilan
Negeri Jakarta Barat.
Pasal 14: Penutup
Demikian perjanjian ini di buat dan ditandatangani oleh para pihak dalam keadaan sadar, sehat
jasmani dan rohani serta tanpa paksaan dari pihak manapun dalam rangkap 2 (dua) dan
masing-masing bermaterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Pihak pertama Pihak Kedua

Amina Budi, SE

Struktur dan anatomi perjanjian kerja dapat di golongkan menjadi tiga bagian yaitu:
bagian pendahuluan, isi, dan penutup.
1) Bagian Pendahuluan
a) Sebutan atau nama kontrak
Pemberian judul atas suatu kontrak merupakan kebebasan bagi para pihak,
namun bagi perancang seyogyanya memiliki kemampuan untuk membuat suatu
judul perjanjian yang dibuatnya, artinya antara judul dengan isi perjanjian harus
ada korelasinya dan relevansinya

Hasil dari Analisa:


SURAT PERJANJIAN KERJA
Nomor 03427/CAT-HRD/2020

b) Tanggal pembuatan dan Tempat pembuatan


Dalam pembuatan perjanjian ada dua model pembukaan kontrak yaitu:
 Tanggal kontrak disebutkan pada bagian awal perjanjian
 Tanggal perjanjian di sebutkan pada bagian akhir
Model pembukaan perjanjian di serahkan kepada para pihak dan apapun model
yang digunakan tergantung kepada mereka.
Hasil dari Analisa:
Pada hari ini, senin 4 Desember 2019 bertempat di Jakarta, yang bertanda tangan

15
di bawah ini, masing masing…

c) Para pihak harus di sebutkan secara jelas


Identitas para pihak adalah bagian dari suatu perjanjian yang memuat keterangan
identitas para pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian secara lengkap.

Hasil dari Analisa:

3. Nama : Amin
Alamat : JL.Jaya RT 01 RW 02 No.10 Jakarta Barat
Jabatan : Direktur PT.FORSA
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT.FORSA berkedudukan
di Jakarta, PT.FORSA merupakan perusahan yang bergerak di bidang
pangan, selanjutnya di sebut Pihak pertama

4. Nama : Budi,SE
TTL : Jakarta, 26 Juni 1989
Alamat : JL. Petujo RT 03 RW 04 No .18, Jakarta Barat
Dalam ha l ini bertindak untuk dan atas Namanya sendiri selanjutnya
disebut Pihak Kedua

d) Pendefinisan pihak-pihak yang terlibat


Agar di dalam perjanjian terlihat jelas dan tidak menimbulkan salah tafsir antara
orang yang melakukan perjanjian maka pendefinisian pihak yang terlibat di
anggap perlu.
Hasil dari Analisa:

Nama : Amin
Alamat : JL.Jaya RT 01 RW 02 No.10 Jakarta Barat
Jabatan : Direktur PT.FORSA
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT.FORSA
berkedudukan di Jakarta, PT.FORSA merupakan perusahan yang
bergerak di bidang pangan, selanjutnya di sebut Pihak pertama

Nama : Budi, SE
TTL : Jakarta ,26 Juni 1989
Alamat : JL. Petujo RT 03 RW 04 No .18, Jakarta Barat
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas Namanya sendiri
selanjutnya disebut Pihak Kedua

16
e) Latar belakang
Latar belakang di dalam perjanjian adalah penjelasan resmi atau keadaan dalam
suatu perjanjian untuk menjelaskan mengapa terjadinya perikatan.

Hasil dari Analisa:

Pihak pertama dan pihak kedua setuju dan sepakat untuk mengikatkan diri dalam
satu perjanjian kerja dengan ketentuan ketentuan dan syarat – syarat
sebagaimana tercantum dalam pasal-pasal di bawah ini

2) Bagian Isi
Pada dasarnya, substansi perjanjian merupajkan kehendak dan keinginan para pihak dan
yang bekepentingan namun substabsi dari perjanjiannyua tidak bertentangan dengan
hukum. Dengan demikian, substansi perjanjian di harapkan dapat mencangkup
keinginan-keinginan para pihak secara lengkap, termasuk di dalamnya objek perjanjian,
hak dan kewajiban para pihak, dan lain-lain. Di dalam isi di bagi dua bagian yaitu:
a) Klausul Spesifik
Mengatur hal-hal yang spesifik dalam perjanjian seperti:

 Ruang lingkup
Penjelasan lebih rinci tentang jenis perjanjian kerjanya dan
pelaksanaanya.
Hasil dari Analisa:
Pasal 1: Ruang lingkup
1) Perjanjian kerja ini adalah perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT)
dengan masa percobaan 3 (tiga ) bulan yang dihitung sejak penandatanganan surat
perjanjian ini
2) Selama masa percobaan pihak pertama dan pihak kedua dapat mengakhiri secara
sepihak hubungan kerja tanpa ada tuntutan imbalan dalam bentuk apa pun juga dari
pihak lainya

 Jenis Pekerjaanya
Kegiatan atau aktivitas yang dlakukan oleh pekerja yang di berikan oleh
pemberi kerja guna untuk memenuhi kewajiban pekerja serta tentang
aturan mengenai pemberian pekerjaan oleh pemberi kerja.

Hasil dari Analisa:

17
Pasal 2: Jenis pekerjaan
1) Jenis pekerjaan yang diberikan oleh pihak pertama pada pihak kedua adalah
pekerjaan administrasi keuangan PT. FORSA
2) Pihak kedua akan ditempatkan di PT.FORSA yang beralamat di JL.Jaya RT 01 RW
02 No.10 Jakarta Barat
3) Dengan memperhatikan kemampuan dan ketrampilan pihak kedua , maka pihak
pertama dapat memberikan pekerjaan lain dilingkungan PT.FORSA

 Upah
Mengatur besaran upah serta tata cara pelaksanaan pembayaran upah.

Hasil dari Analisa:

Pasal 3: Upah
1) Pihak pertama menyatakan sanggup memberikan upah sebesar Rp 5.500.000,00
( lima juta lima ratus ribu rupiah ) setiap bulan kepada pihak kedua yang dibayarkan
pada setiap tanggal 15 ( lima belas ) setiap bulanya dengan cara pembaranya di
transfer
2) Apabila tanggal pembayaran upah tersebut jatuh pada hari libur atau yang diliburkan
maka pembayaran upah dimaksud dilakukan pada hari kerja beriktnya

 Hari dan Jam Kerja


Mengatur secara rinci mengenai hari serta periode waktu kerja dalam
melakukan pekerjaan.

Hasil dari Analisa:

Pasal 4: Hari dan Jam Kerja


1) Hari kerja normal adalah 6 (enam) hari kerja dalam 7( tujuh) hari kalender
2) Jam kerja normal pada hari senin-jum’at dimulai pukul 08.00 dan berakhir pukul
16.00 termasuk 1 jam istirahat
3) Jam kerja normal pada hari sabtu dimulai pukul 08.00 – pukul 13.00 termasuk 1
(satu) jam istirahat

 Upah lembur
Mengatur mengenai kerja lembur serta besarnya upah lembur

Hasil dari Analisa:

Pasal 5: Upah Lembur


1) Dalam hal tersedia pekerjaan yang harus segera di selesaikan atau bersifat mendesak

18
dan pihak kedua diharuskan masuk kerja maka kelebihan jam kerja harus di
pehitungkan sebagai jam lembur
2) Perhitungan besarnya upah lembur harus didasarkan pada peraturan perundang
-undangan yang berlaku

 Cuti
Mengatur secara rinci mengenai cuti serta pelaksanaan dalam
menggunakan hak cuti

Hasil dari Analisa:


Pasal 7: Cuti
1) Pihak kedua berhak mendapatkan cuti selama 12 ( dua belas) hari kerja setelah pihak
kedua bekerja selama 12 ( dua belas ) bulan secara terus menerus
2) Apbaila pihan kedua hendak menggunakan hak cutinya sebagaimana diatur dalam
ayat 1 pasal ini harus diajukan selambat lambatnya 14 ( empat belas ) hari kerja
sebelum pelaksanaa cuti dengan mendapat pengesahan berupa tanda tangan dan ijin
dari atasan langsung pihak kedua

 Larangan Kerja Rangkap


Mengatur secara rinci mengenai kerja rangkap.

Hasil dari Analisa:

Pasal 9: Larangan Kerja Rangkap


Selama berlakunya perjanjian ini, pihak kedua dilarang untuk melakukan kerja rangkap di
perusahaan lain dengan alasan apapun juga , kecuali apabila pihak kedua telah mendapat
persetujuan secara vtertulis dari pihak pertama
 PHK
Mengatur mengenai prosedur, syarat dan konsekuensi PHK

Hasil dari Analisa:

Pasal 10: Pemutusan Hubungan Kerja


Pemutusan hubungan kerja antara pihak pertama dengan pihak kedua dapat dilakukan dengan
tetap mengindahkan prosedur, syarat-syarat dan konsekuensi pengakhiran hubungan kerja
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan

 Berakhirnya Perjanjian

19
Mengatur hal yang bisa membuat berakhirnya perjanjian serta hak atas
berakhirnya perjanjian

Hasil dari Analisa:

Pasal 11: Berakhirnya Perjanjian


1) Perjanjian kerja ini akan berakhir dengan sendirinya jika pihak kedua meninggal dunia
2) Pengakhiran perjanjian dikarenakan piha kedua meninggal dunia sebagai mana di atur
pada ayat 1 pasal ini maka seluruh hak atas kopensasi pengakhiran hubungan kerja
tersebut menjadi hak ahli waris yang sah dari pihak kedua
3) Perjanjian tidak akan brakhir oleh karena meninggalnya pihak pertama

 Force Majeure
Mengatur secara rinci mengenai akibat dari kejadian di luar kemampuan
manusia.

Hasil dari Analisa:

Pasal 12: Force Majeure


Perjanjian kerja ini batal dengan sendirinya jika karena keadaan atau situasi yang
memaksa seperti: bencana alam, Peraturan Pemerintah atau apapun yang
mengakibatkan perjanjian kerja ini tidak mungkin lagi untuk diwujudkan

b) Klausul Umum
Mengatur tentang domisili hukum, penyelesaian sengketa, pilihan hukum, tata
tertib, dll

 Tata Tertib Perusahaan


Peraturan yang di buat oleh pemberi kerja yang harus di taati oleh
pekerja serta mengatur hukuman akibt pelanggaran yang dilakukan
pekerja.

Hasil dari Analisa:


Pasal 8: Tata Tertib Perusahaan
1) Pihak kedua menyatakan bersedia dan sanggup bekerja pada pihak pertama serta
mematuhi dan mentaati seluruh peraturan tata tertib yang ditetapkan oleh pihak
pertama
2) Apabila pihak kedua melakukan pelanggaran atas aturan dan tata tertib yang telah
ditetapkan oleh pihak pertama maka atas pelanggaran tersebut pihak kedua dapat

20
dijatuhi hukuman sesuai peraturan yang berlaku

 Pilihan Hukum
Mengatur mengenai akibat hukum dari perjanian dan penyelesaian
perselisihan

Hasil dari Analisa;


Pasal 13: Pilihan Hukum
1) Perjanjian ini dan segala akibat hukumnya hanya tunduk pada hukum dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku di Negara Republik Indonesia
2) Bila terjadi perselisihan yang harus di selesaikan secara hukum, para pihak telah
sepakat untuk memilih domisili hukum yang tetap di kantor Panitera Pengadilan
Negeri Jakarta Barat.

3) Bagian Penutup

a) Kata Penutup
Menerangkan bahwa perjanjian tersebut dibuat dan ditandatangani oleh pihak
pihak yang memiliki kapasitas untuk itu.

Hasil dari Analisa:


Pasal 14: Penutup
Demikian perjanjian ini di buat dan ditandatangani oleh para pihak dalam
keadaan sadar, sehat jasmani dan rohani serta tanpa paksaan dari pihak manapun
dalam rangkap 2 (dua) dan masing-masing bermaterai cukup dan mempunyai
kekuatan hukum yang sama

b) Ruang penempatan tanda tangan


Tempat pihak pihak menandatangani perjanjian dengan menyebutkan nama
pihak yang terlibat dalam perjanjian, nama jelas dari pihak yang bertanda
tangan.
Hasil dari Analisa:

Pihak pertama Pihak Kedua

Amin Budi, SE

21
D. Pasca Penyusunan Perjanjian Kerja
Setelah perjanjian kerja dibuat, calon pekerja/buruh perlu memerhatikan beberapa hal yang
berguna kedepannya untuk kejelasan pelaksanaan perjanjian kerja. Hal-hal yang perlu
diperhatikan pasca penyusunan perjaanjian kerja diantaranya adalah:
1. Memastikan berjalannya hak dan kewajiban masing-masing pihak tertuang
dalam perjanjian kerja

Pada dasarnya, yang menjadi objek utama dalam perjanjian kerja adalah hak dan
tentunya kewajiban pekerja yang akan direkrut. Namun, dalam memberikan
kepastian hukum yang merata bagi masing-masing pihak, hak dan kewajiban
perusahaan juga perlu disinggung dalam perjanjian kerja. Bisa dalam salah satu
pasal perjanjian kerja yang merujuk pada PKB, atau ditulis langsung secara utuh
dalam satu pasal. Ini penting sekali diperhatikan pasca penyusunan perjanjian kerja
karena tidak jarang pihak yang mengikatkan dirinya dalam perjanjian tidak paham
bahwa bukan hanya pekerja/buruh yang mengikatkan diri pada pemberi
kerja/perusahaan, namun pemberi kerja/perusahaan juga bertanggung jawab atas
hak dan kewajiban mereka sebagai orang yang hendak dan dirasa sanggup
mempekerjakan orang lain.

2. Memahami ketentuan hukum yang berlaku

Negara Indonesia adalah negara hukum. Sudah semestinya sesuatu yang


menyangkut hajat hidup banyak orang diatur lewat hukum demi kemaslahatan
masyarakat dan warga negara Indonesia, salah satunya dalam mendapatkan
penghidupan yang layak. Tentu pengaturan hukum terkait cara bekerja adalah hal
fundamental yang perlu diketahui. Begitu pula dengan ketentuan hukum mengenai
pembuatan perjanjian kerja. Jika seseorang akan dipekerjakan, maka ia perlu
mengerti jenis perjanjian kerja yang ditawarkan perusahaan kepadanya. Apabila
calon pekerja/buruh tersebut diberikan pekerjaan tetap, maka ia dapat diberikan
masa percobaan (probation) selama paling lama 3 bulan.
Berbeda halnya jika pekerja tersebut dipekerjakan secara kontrak. Calon
pekerja/buruh tersebut berhak mengetahui jenis PKWT yang diberikan pemberi
kerja/perusahaan untuknya, karena dalam PKWT, ada 4 jenis PKWT menurut sifat
atau kegiatan pekerjaannya, yaitu; pekerjaan yang sekali selesai atau sementara;
pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
(3 tahun); pekerjaan yang bersifat musiman; pekerjaan yang berhubungan dengan
produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam masa
penjajakan. Dalam PKWT juga terdapat perjanjian kerja harian lepas yang waktu
kerjanya diatur sesuai dengan perubahan waktu dan volume dan dibayar per hari,
serta dikecualikan dari jenis PKWT lain.
Hal-hal yang berkaitan dengan ketentuan hukum sangat perlu dipahami untuk
pelaksanaan perjanjian kerja yang lebih kondusif, dan agar peluang munculnya

22
perselisihan dapat diminimalisir karena para pihak, terutama calon pekerja/buruh
mengetahui dan memahami ketentuan perjanjian kerja sesuai ketentuan hukum yang
berlaku.

3. Memahami ketentuan tambahan yang diatur dalam kontrak kerja

Dalam membuat perjanjian kerja, para pihak yang saling mengikatkan diri diberikan
kebebasan untuk menentukan objek yang akan diperjanjikan selama tidak
bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Ketentuan ini dicantumkan dalam pasal 52 UU No 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan pasal 1320 KUH Perdata. Begitu pula
dengan klausa khusus dalam perjanjian kerja. Beberapa perusahaan punya peraturan
bagi beberapa posisi yang strategis dan vital bagi kelangsungan berusaha. Maka dari
itu, perusahaan akan menambahkan klausa khusus bagi posisi yang berhubungan
langsung dengan rahasia perusahaan, contohnya rahasia dagang, keadaan finansial
perusahaan, dan lain sebagainya.
Hal ini perlu diperhatikan bagi para pekerja/buruh yang kelak menandatangi
perjanjian kerja agar menaruh perhatian lebih pada pasal yang berkaitan dengan
tambahan aturan perusahaan. Karena mengetahui rahasia sebuah perusahaan, ada
juga perusahaan yang mencantumkan pasal dengan isi melarang pekerja/buruh
tersebut bekerja kembali menjadi posisi yang sebelumnya ia duduki selama 2 – 5
tahun jika pekerja/buruh tersebut resign. Jika tidak benar-benar dipahami, maka
hubungan kerja yang telah dijalin justru menjadi rawan putus karena
ketidakpahaman dan kemudian menimbulkan konflik.

4. Memastikan perjanjian kerja telah dicatatkan ke instansi yang berwenang di


bidang ketenagakerjaan

Perjanjian kerja yang telah disepakati sesuai ketentuan normatif, PP, serta PKB
perusahaan wajib dicatatkan oleh pengusaha ke instansi yang bertanggung di bidang
ketenagakerjaan kabupaten/kota paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak
penandatanganan sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor: Kep-100/Men/IV/2004 tentang ketentuan pelaksanaan
PKWT. Pencatatan dimaksudkan agar pemerintah mengetahui substansi perjanjian
kerja, dan menilai sesuai atau tidaknya perjanjian kerja tersebut dengan peraturan
perundang-undangan. Adapun untuk perjanjian kerja harian lepas (PKHL) hanya
mencatatkan daftar pekerja/buruh, mengacu pada pasal 12 Keputusan Menteri
tersebut.
Dalam peraturan perundang-undangan, memang hanya PKWT saja yang wajib
dicatatkan. Tindakan ini dapat dimaklumi karena pekerja dengan PKWTT
mempunyai kedudukan hukum yang lebih kuat dibanding pekerja PKWT karena
data diri pekerja PKWTT sudah pasti dimasukkan ke dalam keterangan perusahaan
yang dicatatkan di instansi ketenagakerjaan setempat. Selain itu, banyak kasus

23
pelanggaran hak yang dialami oleh pekerja PKWT. Maka, pemerintah melalui
otoritasnya mengatur PKWT agar wajib dicatatkan ke instansi ketenagakerjaan
setempat dalam rangka melindungi hak-hak pekerja PKWT.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada berbagai macam tahap yang perlu diperhatikan dalam membentuk dan
menyusun perjanjian kerja. Ini menunjukan bahwa perjanjian kerja merupakan
tonggak serta legal standing yang dimiliki oleh masing-masing pihak dalam
mendapatkan perlakuan yang setara dan adil. Mematangkan perjanjian kerja juga
berarti meminimalisir terjadinya sesuatu yang dapat menghambat produktivitas
seperti perselisihan, ketidaksukaan di tempat kerja, dan kecenderungan melihat
pihak lain sebagai out-group kemudian mengsubordinasikannya.
Dalam mencapai puncak keharmonisan dalam hubungan industrial, tentunya
seluruh pemegang dan pelaksana kebijakan perlu bersatu padu menciptakan suasana
yang kondusif dalam dunia kerja, salah satunya yaitu dengan memahami secara
utuh arti perjanjian kerja bagi keberlangsungan pengembangan individu dan
ekonomi sebuah teritori.

B. Saran
Sosialisasi yang menyeluruh dan utuh penting dilakukan untuk memberikan
wawasan kepada seluruh masyarakat khususnya calon pekerja/buruh dalam
pembuatan dan penyusunan perjanjian kerja. Selain itu, kesadaran para pihak yang
berkaitan juga berkontribusi pada keberhasilan melek hukum dan pengetahuan
tentang permbuatan dan penyusunan perjanjian kerja.

25
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
P. Jehani, Nana. 2012. Buku Pintar Membuat Perjanjian/Kontrak. Jakarta.
Nurachmad, Muchamad. 2010. Buku Pintar Memahami & Membuat Surat Perjanjian. Jakarta:
Visimedia.

INTERNET
Anugrahni, A.. 2016. Struktur Dasar Surat Perjanjian/Kontrak. Diakses dari
https://ngobrolinhukum.wordpress.com/2015/10/09/struktur-dasar-surat-perjanjiankontrak/
pada 24 Maret 2020
Pramesti, Tri Jata Ayu. 2016. Hal-hal penting yang Harus Diperhatikan dalam Perjanjian
Kerja. Diakses dari https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5767600b3aac7/hal-
hal-penting-yang-harus-diperhatikan-dalam-perjanjian-kerja/ pada 24 Maret 2020
Libera.id.Contoh Perjanjian Kerjasama Perusahaan. Diakses dari
https://libera.id/blogs/contoh-perjanjian-kerja-sama-perusahaan/ pada 21 Maret 2020

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan. 25 Maret 2003.
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39. Jakarta.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor: KEP.100/MEN/VI/2004.
Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. 21 Juni 2004. Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai