Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Hari/ tanggal : Kamis/ 17 Maret 2016

Biokimia Umum Waktu : 12.00 – 14.30 WIB.


PJP : Puspa Puspita J, S.Si, M.Sc.
Asisten : 1. Andi Mulyadi
2. Eldi Ramdhani
3. Muhminah
4. M. Fakhri R

UJI PROTEIN I
(Uji Millon, uji Hopkins-Cole, uji ninhidrin, uji belerang, uji
xantoproteat, dan uji biuret)

Kelompok 3
1. Sutisno B04150042
2. Resti Indana B04150052
3. Nais Nashiatul K B04150187

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN (FKH)


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PENDAHULUAN

Protein adalah polimer alami yang terdiri dari beberapa unit asam amino
yang mempunyai ikatan amida dan peptida. Di dalam protein terdiri atas asam
amino α, asam karboksilat dengan gugus amino pada atom karbon C α. Peptida
dan protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan
unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil (Winarno 2002).
Asam amino dengan protein yang terdapat di alam umumnya merupakan
asam amino dengan atom C-α yang mengikat 4 gugus yang berbeda (asimetris).
Konfirmasi atom C-α asam amino penyusun protein termasuk L, sedangkan
bentuk D secara alamiah jarang dijumpai di alam seperti asam amino nonprotein
pada senyawa antibiotika yang dihasilkan oleh bakteri tanah. Berdasarkan bisa
tidaknya asam amino disintesis oleh tubuh manusia, maka asam amino dibedakan
menjadi asam amino esensial dan nonesensial (Poedjiadi 1994).
Asam amino merupakan unit pembangun protein yang dihubungkan
melalui ikatan peptida pada setiap ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O,
dan N, serta kadang-kadang P dan S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat
di alam hanya 20 asam amino yang biasa dijumpai pada protein.
Protein merupakan biopolimer yang multifungsi, yaitu sebagai struktural
pada sel maupun jaringan dan organ, sebagai enzim suatu biokatalis, sebagai
pengemban atau pembawa senyawa atau zat ketika melalui biomembran sel, dan
sebagai zat pengatur (Hawab 2004).
Struktur umum asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya,
yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion
dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-
sifat spesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua gugus tersebut, senyawa
ini akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan gugus-gugusnya.
Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam amino juga bersifat
amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan proton kepada basa
kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton dari basa kuat
(Lehninger 1988).
Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino
yang dibagi berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut:
asam amino non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin,
Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua
yaitu asam amino polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin,
Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu
asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu
asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang
ada, dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin,
metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini
tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari
luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Rismaka 2009). Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui sifat dan struktur asam amino dan protein
melalui uji-uji kualitatif serta mempelajari beberapa reaksi uji terhadap asam
amino dan protein.
METODE PRAKTIKUM

Waktu Praktikum
Praktikum mengenai uji protein 1 (Uji Millon, uji Hopkins-Cole, uji
Ninhidrin, uji Belerang, uji Xantoproteat, dan uji Biuret) dilaksanakan di
Laboratorium Biokimia pada hari Kamis, tanggal 10 Maret 2016 pukul 12.00-
14.30 WIB.

Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: tabung reaksi,
pipet tetes, penangas air, pipet volumetrik, bulb, gelas piala, dan stopwatch.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: albumin
2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, fenol 2%, pereaksi millon, pereaksi
hopkins-cole, larutan ninhidrin, pereaksi belerang, H2SO2 pekat, HNO3 pekat,
NaOH 10%, Pb-asetat 5% dan CuSO4 0,1%.

Prosedur Percobaan
Uji Millon. Larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2% dan
fenol 2% masing-masing sebanyak 3 ml ditambahkan 5 tetes pereaksi millon
kedalam tabung reaksi kemudian di panaskan.
Uji Hopkins-Cole. Larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2% dan
pepton 2% masing-masing sebanyak 2 ml di campur dengan pereaksi Hopkins-
Cole dalam tabung reaksi. Asam pekat 3 ml ditambahkan melalui dinding tabung
sehingga membentuk lapisan dari cairan, setelah beberapa detik akan terbentuk
cincin violet (ungu) pada pertemuan kedua lapisan cairan jika mengandung
triptofan.
Uji Ninhidrin. Larutan ninhidrin 0.1% ditambahkan sebanyak 0,5 mL
kedalam 3 ml larutan albumin 0.02%, kasein 0.02%, gelatin 0.02%, dan pepton
0.02%. dipanaskan selama 10 menit, amati perubahan warna yang terjadi.
Uji Belerang. Larutan albumin 0.02%, kasein 0.02%, gelatin 0.02%, dan
pepton 0.02% masing-masing sebanyak 2 mL di tambah 5 mL NaOH 10%
dipanaskan selama 5 menit. Kemudian ditambah 2 tetes larutan larutan Pb-asetat
5%, pemanasan dilanjutkan, diamati warna yang terjadi.
Uji Xantoproteat. Larutan albumin 2%, kasein 2%, gelatin 2%, pepton
2% dan fenol 2% masing-masing sebanyak 2 mL ditambahkan 1 mL HNO3 pekat,
dicampur, kemudian dipanaskan, di amati timbulnya warna kuning tua.
Didinginkan, ditambahkan larutan NaOH 10% sebanyak 3 mL sampai larutan
menjadi basa. Diamati perubahan warna yang terjadi.
Uji Biuret. Larutan 1.5 mL albumin 2%, kasein 2%, gelatin 2%, pepton
2% dan fenol 2% ditambahkan 0.5 mL NaOH 10%, kocok lalu tambahkan 1 tetes
larutan CuSO4 0,1%, kocok kembali dan jika tidak timbul warna tambahkan lagi
CuSO4 0,1% hingga terbentuk warna ungu.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Keistimewaan dari protein adalah strukturnya yang mengandung N,
disamping C, H, O (seperti karbohidrat dan lemak), S dan kadang-kadang P, Fe
dan Cu (sebagai senyawa kompleks dengan protein). Dengan demikian maka
salah satu cara terpenting yang cukup spesifik untuk menentukan jumlah protein
secara kuantitatif adalah dengan penentuan kandungan N yang ada dalam bahan
makanan atau bahan lain. Molekul protein sendiri merupakan rantai panjang yang
tersusun oleh matarantai asam-asam amino. Asam amino adalah senyawa yang
memiliki satu atau lebih gugus karboksil (-COOH) dan satu atau lebih gugus
amino (-NH2) yang salah satunya terletak pada atom C (Hamdan 2007).
Berdasarkan sifat fisiknya dan bentuknya, albumin termasuk kedalam protein
globural yaitu protein yang tersusun atas asam amino yang bertumpuk rapat
sehingga berbentuk bulat padat.
Uji kualitatif dilakukan terhadap barbagai jenis protein, mengacu pada
reaksi yang terjadi antara pereaksi dan komponen protein (asam amino) yang
gugus R-nya spesifik pada reaksi-reaksi tertentu. Albumin merupakan protein
terpenting yang disintesis oleh hati dan hati adalah satu-satunya tempat sintesis
protein. Albumin merupakan unsur utama yang terdapat pada putih telur. Albumin
mempunyai berat molekul tinggi (66000) dan mengandung 584 asam amino.
Produksi albumin yang normal dalam rentang 120-200 mg per kg per hari
(Sabiston 1987).
Gelatin ialah protein hewani yag tidak lengkap, diambil dari jaringa
hewani, seperti tulang dan jaringan ligament. Dapat dijumpai dalam beberapa sari
daging dan dalam beberapa kaldu. Juga didapati dalam sayuran tertentu, sebuah
contoh ialah agar-agar yang digunakan dalam pembuatan jeli dan kaldu (Pearce
2009). Kasein merupakan senyawa fosfo-gliko protein berbentuk misela (diameter
0,1 mikro), berikatan dengan kalsium fosfat dan sitrat yang meliputi 75% protein
dalam susu sapi.Kasein alami terdiri atas protein 94%, kalsium (Ca) 35%, fosfor
(P) 2,2%, asam sitrat (0,5%) dan magnesium (Mg 0,1%). Kasein mengandung
lysine, kekurangan sistin (0,4%), tetapi kaya akan metionin (kira-kira 3%) dan
dapat dihidrolisis menjadi oligopeptida yang larut dan mudah dicerna (Djarir
2002). Fenol merupakan senyawa aromatic dengan satu atau beberapa gugus
hidroksil yang terikat secara langsung pada cincin benzene. Senyawa tersebut
mudah mengalami oksidasi. Senyawa fenol terdiri atas fenol (C6H5OH), kresol,
xylenol, klorfenol, katekol, hidroquinon, timol, naftol, dan sebagainya. Senyawa
fenol dihasilkan dari proses pemurnian minyak, industry kimia, tekstil, plastic,
dan lain-lain (Effendi 2003). Protein derivat merupakan hasil pemecahan protein
alam sebelum menjadi asam alfa amino. Pemecahan protein umumnya melalui
hidrolisis. Hidrolisis berat diperoleh protein derivate sekunder, salah satunya ialah
pepton. Struktur kimia pepton jauh lebih sederhana daripada proteosa. Pepton ikut
larut dalam air dan tak menggumpal apabila dipanaskan (Sumardjo 2006).
Uji Millon berfungsi untuk mengetahui adanya gugus phenol dalam
protein. Pereaksi Millon terdiri dari merkuri nitrit (HgNO2) dan merkuri nitrat
(Hg(NO3)2). Protein yang mengandung gugus hidroksil Phenil (-OH) dapat
bereaksi dengan larutan mercuri nitrat dapat menghasilkan larutan atau endapan
berwarna putih kemudian berubah warna menjadi merah setelah dipanaskan
(Sutresna 2008). Pereaksi Millon merupakan larutan merkuri yang ada di dalam
asam nitrat. Uji ini dilakukan pada senyawa turunan monofenol yang mengandung
hidroksifenil. Jika larutan yang mengandung hidroksifenil bereaksi dengan
peraksi Millon maka akan dihasilkan endapan putih. Jika suhu campuran ini
dinaikkan maka warna larutan akan berubah menjadi warna merah. Warna merah
yang terbentuk disebabkan oleh garam dari hasil nitrasi tirosin.

Tabel 1 Hasil uji Millon


Albumin Gelatin Kasein 2% Pepton 2% Fenol
Sampel Uji
2% 2% 2%
Pengamata + - - - -
n
Bening Bening Bening Bening Bening
Warna
keruh keruh

Gambar

Keterangan: (+) mengandung asam amino, (-) tidak mengandung asam amino

Prinsip dari uji millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin
yang ternitrasi. Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol
pada gugus R-nya, yang akan membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa albumin, gelatin, kasein, dan fenol tidak
mengandung tirosin, sedangkan pepton mengandung tirosin. Seharusnya fenol,
albumin, dan kasein positif dalam uji millon karena tirosin memiliki molekul
fenol pada gugus R-nya dan albumin serta kasein mengandung tirosin sebagai
salah satu asam penyusunnya, namun pada percobaan tersebut tidak dihasilkan
hasil positif. Penyimpangan tersebut terjadi karena kesalahan kerja pada
praktikan, bahan yang telah terkontaminasi (Handini 2009). Hasil percobaan,
diketahui bahwa protein albumin dan kasein mengandung Tirosin sebagai salah
stu asam amino penyusunnya, sedangkan gelatin dan pepton tidak. Uji terhadap
fenol negatif, walaupun secara teori tidak. Alasan yang mungkin untuk hal ini
adalah kesalahan praktikan dalam bekerja atau kualitas alat yang telah menurun.
Uji Hopkins-Cole dilakukan untuk mengetahui apakah senyawa protein
mengandung salah satu asam amino triptofan atau tidak. Percobaan uji Hopkins-
Cole dengan bahan yang sama dengan uji sebelumnya, didapatkan reaksi yang
positif terhadap senyawa albumin, gelatin, kasein, dan pepton. Triptofan akan
berkondensasi dengan aldehid bila ada asam kuaat sehingga membentuk cincin
berwarna ungu. Hal ini berarti senyawa gelatin,albumin,kasein dan pepton
mengandung triptofan dengan ditunjukan oleh adanya cincin berwarna ungu.

Tabel 2 Hasil uji Hopkins-Cole


Albumin 2% Gelatin 2% Kasein 2% Pepton 2% Fenol
Sampel Uji
2%
Pengamatan + + + + -
Kuning pucat Kuning Kuning Kuning Bening
Warna
pucat bening
Gambar

Keterangan: (+) mengandung asam amino, (-) tidak mengandung asam amino
Tabel 3 Hasil uji Ninhidrin
Albumin 2% Gelatin 2% Kasein 2% Pepton 2% Fenol
Sampel Uji
2%
Pengamatan + + - + +
Warna Biru Bening Kuning Biru pekat Ungu

Gambar

Keterangan: (+) mengandung asam amino, (-) tidak mengandung asam amino

Uji Ninhidrin akan positif jika senyawa tersebut mengandung sedikitnya


satu gugus karboksil dan asam amino bebas atau alfa asam amino maupun gugus
hidroksil. Uji yang positif akan ditandai dengan terbentuknya warna biru ungu dan
untuk prolin,hidroksiprolin berwarnakuning. Berdasarkan hasil percobaan, hasil
positif ditunjukkan oleh albumin, gelatin, kasein, pepton. Pada percobaan
albumin, gelatin, dan pepton membentuk warna biru ungu karena dapat bereaksi
dengan Ninhidrin. Hal ini menandakan ketiga zat uji tersebut mempunyai gugus
asam amino bebas. Semakin banyak ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi,
semakin pekat warnanya. Hal ini juga mendasari bahwa uji Ninhidrin dapat
digunakan untuk menentukan asam amino secara kuantitatif dan fenol
menunjukkan hasil yang negatif serta kasein menunjukkan hasil yang positif
dengan membentuk warna kuning Karena kasein mengandung gugus prolin atau
hidroksiprolin.
Ninhidrin merupakan oksidator yang menyebabkan dekarboksilasi
oksidatif dari asam amino yang menghasilkan CO2, NH3, dan aldehid yang
rantainya lebih pendek 1 C dari asam amino asalnya. Ninhydrin yang tereduksi
akan bereaksi dengan NH3 sehingga membentuk senyawa kompleks berwarna biru
dengan absorpsi warna maksimum pada panjang gelombang 570 nm (Hamdan
2007).
Setelah dilakukan percobaan dengan bahan yang sama seperti uji
sebelumnya, didapatkan senyawa yang positif yaitu senyawa albumin, gelatin,
pepton dan fenol. Uji ini akan positif jika ada senyawa-senyawa yang didalamnya
mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan asam amino bebas atau α-asam
amino. Uji ninhidrin yang positif akan ditandai dengan terbentuknya warna biru.
Pada uji ini, hanya kasein yang menunjukan hasil yang negatif. Hal ini disebabkan
karena kasein tidak mengandung asam amino bebas atau salah satu gugus
karboksil.
Uji belerang dilakukan untuk mengetahui apakah di dalam bahan-bahan
yang diujikan terdapat asam amino sistein atau metionin atau tidak. Sistein dan
metionin merupakan asam amino yang mengandung S pada molekulnya. Reaksi
Pb-asetat dengan asam amino tersebut akan membentuk endapan berwarna hitam
atau kelabu. Penambahan NaOH dalam percobaan tersebut ialah untuk
mendenaturasi protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat
terputus oleh Pb-asetat dan membentuk garam PbS. Berdasarkan hasil percobaan
albumin dan kasein yang berwarna gelap atau kuning gelap, sehingga kasein dan
albumin megandung metionin atau sistein (Handini 2009).

Tabel 4 Hasil uji Belerang


Albumin Gelatin Kasein Pepton Fenol
Sampel Uji
0.02% 0.02% 0.02% 0.02% 0.02%
Pengamata + - - - -
n
Warna Hitam Kuning kuning Kuning Kuning

Gambar

Keterangan: (+) mengandung asam amino, (-) tidak mengandung asam amino

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahan-bahan yang positif


terhadap uji ini adalah senyawa albumin. uji ini dilakukan untuk mengetahui
apakah didalam bahan-bahan tersebut terdapat asam amino sistein dan metionin
atau tidak. Sistein dan metionin merupakan asam amino yang mengandung atom S
pada molekulnya. Reaksi yang positif ditandai oleh adanya endapan garam PbS
berwarna kelabu. Hal ini karena adanya reaksi antara Pb-asetat dengan asam-asam
amino tersebut. Penambahan NaOH dalam hal ini adalah untuk mendenaturasikan
protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-
asetat membentuk PbS.
Uji Xantoproteat. Uji ini merupakan uji kualitatif protein. Positif untuk
protein yang mengandung asam amino dengan inti benzena, misalnya tirosin,
triptofan, dan fenilalanin. Pada uji Xantoproteat ini, larutan asam nitrat pekat
(HNO3) ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur
terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan
kemudian menjadi warna jingga bila dibuat alkalis (basa) dengan larutan NaOH.
Reaksi yang terjadi ialah nitrasi atau reaksi substitusi atom H pada benzena yang
terdapat pada molekul protein oleh gugus nitro. Inti benzena dapat ternitrasi oleh
asam nitrat pekat menghasilkan turunan nitrobenzena.
Hasil uji menunjukkan bahwa dari semua bahan, hanya kasein yang tidak
mengandung asam amino yang mempunyai inti benzena pada molekulnya. Tetapi
hal ini patut dipertanyakan, karena dari data-data yang diperoleh pada uji millon
dan uji Hopkins-Cole, kasein mengandung tirosin dan triptofan. Salah satu alasan
yang mungkin adalah karena kesalahan kerja praktikan dalam mengamati warna
yang terbentuk selama reaksi atau dapat juga disebabkan karena kurangnya
pengalaman kerja serta kualitas alat dan bahan yang sudah berkurang.

Tabel 5 Hasil uji Xantoproteat


Albumin Gelatin Kasein 2% Pepton 2% Fenol
Sampel Uji
2% 2% 2%
Pengamata + + + + +
n
Kuning Kuning Kuning Kuning Coklat
Warna
bening pekat berbusa

Gambar

Keterangan: (+) mengandung asam amino, (-) tidak mengandung asam amino

Uji Biuret semua protein yang diujikan memberikan hasil positif. Biuret
bereaksi membentuk senyawa kompleks Cu dengan gugus -CO dan -NH pada
asam amino dalam protein. Fenol tidak bereaksi dengan biuret karena tidak
mempunyai gugus -CO dan -NH pada molekulnya. Ketika suasana basa, Cu
bereaksi dengan beberapa jenis protein dan menghasilkan senyawa kompleks,
reaksi biuret dapat terjadi pada molekul yang mengandung dua gugus yang terikat
pada 1 atom karbon/ atom nitrogen/ terikat langsung. Senyawa yang mengandung
gugus diganti dengan gugus atau gugus -CH2NH2 juga positif dalam uji biuret.
Uji Biuret merupakan uji karateristik dari protein.

Tabel 6 Hasil uji Biuret


Albumin Gelatin Kasein 2% Pepton 2% Fenol
Sampel Uji
2% 2% 2%
Pengamata + + + + +
n
Ungu Ungu Ungu Ungu Ungu
Warna
kuning
Gambar

Keterangan: (+) mengandung asam amino, (-) tidak mengandung asam amino

Percobaan uji biuret menunjukan semua protein yang diujikan memberikan


hasil positif. Biuret bereaksi dengan membentuk senyawa kompleks Cu dengan
gugus -CO dan -NH pada asam amino dalam protein. Fenol tidak bereaksi dengan
biuret karena tidak mempunyai gugus -CO dan -NH pada molekulnya.
Kegunaan serta fungsi protein pada hewan dengan manusia sama, hanya
dalam pecernaannya saja yang berbeda. Diantara kegunaan protein bagi tubuh
baik hewan maupun manusia diantaranya: sebagai enzim; alat pengangkut dan alat
penyimpan; pengatur pergerakan; penunjang mekanis; pertahanan
tubuh/imunisasi; media perambatan impuls saraf; dan pengendalian pertumbuhan.
KESIMPULAN

Hasil dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa uji
Millon menunjukkan hasil positif pada pepton. Uji Ninhidrin menunjukkan hasil
positif pada albumin, gelatin, kasein, dan pepton. Uji Belerang positif terhadap
albumin dan kasein. Uji Xantoproteat positif terhadap albumin, gelatin, kasein,
pepton, dan fenol. Uji Biuret positif terhadap albumin, gelatin, kasein, dan pepton.
Pengendapan oleh logam dan pengendapan oleh garam positif terhadap albumin.
Uji Hopkins-Cole negative pada fenol. Denaturasi protein positif seluruhnya
terhadap albumin atau membentuk endapan.

DAFTAR PUSTAKA

Djarir M. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Yogyakarta (ID): Penerbit
Kanisius.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.
Hamdan A. 2007. Buku biokimia laboratorium dasar universitas trunojoyo.
http://labdasar.trunojoyo.ac.id/buku%20biokimia.pdf [diunduh 14 Maret
2016].
Handini. 2009. Karbohidrat pada uji kualitatif.
http://www.rismaka.net/2009/06/uji-kualitatif-protein-dan-asam-
amino.html [diunduh14 Maret 2016].
Hawab H. 2004. Pengantar Biokimia. Jakarta (ID): Bayu Media Publishing.
Lehninger A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta (ID): Erlangga.
Pearce E. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta (ID): PT
Gramedia Pustaka Utama.
Poedjiadi A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta (ID): Universitas Indonesia
Pers.
Rismaka. 2009. Uji kualitatif dan asam amino.
http://www.rismaka.net/2009/06/uji-kualitatif-protein-dan- %20asam-ami
no.html [diunduh14 Maret 2016].
Sabiston D. 1987. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta (ID): Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sutresna N. 2008. Get Succes Kimia. Jakarta (ID): Grafindo Media Pratama.
Winarno F. 2002. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai