Tugas Biokimum Uji Millon Uji Hopkins Co
Tugas Biokimum Uji Millon Uji Hopkins Co
UJI PROTEIN I
(Uji Millon, uji Hopkins-Cole, uji ninhidrin, uji belerang, uji
xantoproteat, dan uji biuret)
Kelompok 3
1. Sutisno B04150042
2. Resti Indana B04150052
3. Nais Nashiatul K B04150187
Protein adalah polimer alami yang terdiri dari beberapa unit asam amino
yang mempunyai ikatan amida dan peptida. Di dalam protein terdiri atas asam
amino α, asam karboksilat dengan gugus amino pada atom karbon C α. Peptida
dan protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan
unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil (Winarno 2002).
Asam amino dengan protein yang terdapat di alam umumnya merupakan
asam amino dengan atom C-α yang mengikat 4 gugus yang berbeda (asimetris).
Konfirmasi atom C-α asam amino penyusun protein termasuk L, sedangkan
bentuk D secara alamiah jarang dijumpai di alam seperti asam amino nonprotein
pada senyawa antibiotika yang dihasilkan oleh bakteri tanah. Berdasarkan bisa
tidaknya asam amino disintesis oleh tubuh manusia, maka asam amino dibedakan
menjadi asam amino esensial dan nonesensial (Poedjiadi 1994).
Asam amino merupakan unit pembangun protein yang dihubungkan
melalui ikatan peptida pada setiap ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O,
dan N, serta kadang-kadang P dan S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat
di alam hanya 20 asam amino yang biasa dijumpai pada protein.
Protein merupakan biopolimer yang multifungsi, yaitu sebagai struktural
pada sel maupun jaringan dan organ, sebagai enzim suatu biokatalis, sebagai
pengemban atau pembawa senyawa atau zat ketika melalui biomembran sel, dan
sebagai zat pengatur (Hawab 2004).
Struktur umum asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya,
yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion
dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-
sifat spesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua gugus tersebut, senyawa
ini akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan gugus-gugusnya.
Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam amino juga bersifat
amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan proton kepada basa
kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton dari basa kuat
(Lehninger 1988).
Melalui reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino
yang dibagi berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut:
asam amino non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin,
Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua
yaitu asam amino polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin,
Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu
asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu
asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang
ada, dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin,
metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini
tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari
luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Rismaka 2009). Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui sifat dan struktur asam amino dan protein
melalui uji-uji kualitatif serta mempelajari beberapa reaksi uji terhadap asam
amino dan protein.
METODE PRAKTIKUM
Waktu Praktikum
Praktikum mengenai uji protein 1 (Uji Millon, uji Hopkins-Cole, uji
Ninhidrin, uji Belerang, uji Xantoproteat, dan uji Biuret) dilaksanakan di
Laboratorium Biokimia pada hari Kamis, tanggal 10 Maret 2016 pukul 12.00-
14.30 WIB.
Prosedur Percobaan
Uji Millon. Larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2% dan
fenol 2% masing-masing sebanyak 3 ml ditambahkan 5 tetes pereaksi millon
kedalam tabung reaksi kemudian di panaskan.
Uji Hopkins-Cole. Larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2% dan
pepton 2% masing-masing sebanyak 2 ml di campur dengan pereaksi Hopkins-
Cole dalam tabung reaksi. Asam pekat 3 ml ditambahkan melalui dinding tabung
sehingga membentuk lapisan dari cairan, setelah beberapa detik akan terbentuk
cincin violet (ungu) pada pertemuan kedua lapisan cairan jika mengandung
triptofan.
Uji Ninhidrin. Larutan ninhidrin 0.1% ditambahkan sebanyak 0,5 mL
kedalam 3 ml larutan albumin 0.02%, kasein 0.02%, gelatin 0.02%, dan pepton
0.02%. dipanaskan selama 10 menit, amati perubahan warna yang terjadi.
Uji Belerang. Larutan albumin 0.02%, kasein 0.02%, gelatin 0.02%, dan
pepton 0.02% masing-masing sebanyak 2 mL di tambah 5 mL NaOH 10%
dipanaskan selama 5 menit. Kemudian ditambah 2 tetes larutan larutan Pb-asetat
5%, pemanasan dilanjutkan, diamati warna yang terjadi.
Uji Xantoproteat. Larutan albumin 2%, kasein 2%, gelatin 2%, pepton
2% dan fenol 2% masing-masing sebanyak 2 mL ditambahkan 1 mL HNO3 pekat,
dicampur, kemudian dipanaskan, di amati timbulnya warna kuning tua.
Didinginkan, ditambahkan larutan NaOH 10% sebanyak 3 mL sampai larutan
menjadi basa. Diamati perubahan warna yang terjadi.
Uji Biuret. Larutan 1.5 mL albumin 2%, kasein 2%, gelatin 2%, pepton
2% dan fenol 2% ditambahkan 0.5 mL NaOH 10%, kocok lalu tambahkan 1 tetes
larutan CuSO4 0,1%, kocok kembali dan jika tidak timbul warna tambahkan lagi
CuSO4 0,1% hingga terbentuk warna ungu.
Gambar
Keterangan: (+) mengandung asam amino, (-) tidak mengandung asam amino
Prinsip dari uji millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin
yang ternitrasi. Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol
pada gugus R-nya, yang akan membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa albumin, gelatin, kasein, dan fenol tidak
mengandung tirosin, sedangkan pepton mengandung tirosin. Seharusnya fenol,
albumin, dan kasein positif dalam uji millon karena tirosin memiliki molekul
fenol pada gugus R-nya dan albumin serta kasein mengandung tirosin sebagai
salah satu asam penyusunnya, namun pada percobaan tersebut tidak dihasilkan
hasil positif. Penyimpangan tersebut terjadi karena kesalahan kerja pada
praktikan, bahan yang telah terkontaminasi (Handini 2009). Hasil percobaan,
diketahui bahwa protein albumin dan kasein mengandung Tirosin sebagai salah
stu asam amino penyusunnya, sedangkan gelatin dan pepton tidak. Uji terhadap
fenol negatif, walaupun secara teori tidak. Alasan yang mungkin untuk hal ini
adalah kesalahan praktikan dalam bekerja atau kualitas alat yang telah menurun.
Uji Hopkins-Cole dilakukan untuk mengetahui apakah senyawa protein
mengandung salah satu asam amino triptofan atau tidak. Percobaan uji Hopkins-
Cole dengan bahan yang sama dengan uji sebelumnya, didapatkan reaksi yang
positif terhadap senyawa albumin, gelatin, kasein, dan pepton. Triptofan akan
berkondensasi dengan aldehid bila ada asam kuaat sehingga membentuk cincin
berwarna ungu. Hal ini berarti senyawa gelatin,albumin,kasein dan pepton
mengandung triptofan dengan ditunjukan oleh adanya cincin berwarna ungu.
Keterangan: (+) mengandung asam amino, (-) tidak mengandung asam amino
Tabel 3 Hasil uji Ninhidrin
Albumin 2% Gelatin 2% Kasein 2% Pepton 2% Fenol
Sampel Uji
2%
Pengamatan + + - + +
Warna Biru Bening Kuning Biru pekat Ungu
Gambar
Keterangan: (+) mengandung asam amino, (-) tidak mengandung asam amino
Gambar
Keterangan: (+) mengandung asam amino, (-) tidak mengandung asam amino
Gambar
Keterangan: (+) mengandung asam amino, (-) tidak mengandung asam amino
Uji Biuret semua protein yang diujikan memberikan hasil positif. Biuret
bereaksi membentuk senyawa kompleks Cu dengan gugus -CO dan -NH pada
asam amino dalam protein. Fenol tidak bereaksi dengan biuret karena tidak
mempunyai gugus -CO dan -NH pada molekulnya. Ketika suasana basa, Cu
bereaksi dengan beberapa jenis protein dan menghasilkan senyawa kompleks,
reaksi biuret dapat terjadi pada molekul yang mengandung dua gugus yang terikat
pada 1 atom karbon/ atom nitrogen/ terikat langsung. Senyawa yang mengandung
gugus diganti dengan gugus atau gugus -CH2NH2 juga positif dalam uji biuret.
Uji Biuret merupakan uji karateristik dari protein.
Keterangan: (+) mengandung asam amino, (-) tidak mengandung asam amino
Hasil dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa uji
Millon menunjukkan hasil positif pada pepton. Uji Ninhidrin menunjukkan hasil
positif pada albumin, gelatin, kasein, dan pepton. Uji Belerang positif terhadap
albumin dan kasein. Uji Xantoproteat positif terhadap albumin, gelatin, kasein,
pepton, dan fenol. Uji Biuret positif terhadap albumin, gelatin, kasein, dan pepton.
Pengendapan oleh logam dan pengendapan oleh garam positif terhadap albumin.
Uji Hopkins-Cole negative pada fenol. Denaturasi protein positif seluruhnya
terhadap albumin atau membentuk endapan.
DAFTAR PUSTAKA
Djarir M. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Yogyakarta (ID): Penerbit
Kanisius.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.
Hamdan A. 2007. Buku biokimia laboratorium dasar universitas trunojoyo.
http://labdasar.trunojoyo.ac.id/buku%20biokimia.pdf [diunduh 14 Maret
2016].
Handini. 2009. Karbohidrat pada uji kualitatif.
http://www.rismaka.net/2009/06/uji-kualitatif-protein-dan-asam-
amino.html [diunduh14 Maret 2016].
Hawab H. 2004. Pengantar Biokimia. Jakarta (ID): Bayu Media Publishing.
Lehninger A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta (ID): Erlangga.
Pearce E. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta (ID): PT
Gramedia Pustaka Utama.
Poedjiadi A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta (ID): Universitas Indonesia
Pers.
Rismaka. 2009. Uji kualitatif dan asam amino.
http://www.rismaka.net/2009/06/uji-kualitatif-protein-dan- %20asam-ami
no.html [diunduh14 Maret 2016].
Sabiston D. 1987. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta (ID): Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sutresna N. 2008. Get Succes Kimia. Jakarta (ID): Grafindo Media Pratama.
Winarno F. 2002. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia.