SENI SUSILAWATI
NIM.PO.62.31.3.15.103
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Tim Penguji :
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing
Dhini M.Kes
NIP.19650401 198902 2 002
iii
ABSTRAK
JURUSAN GIZI
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir (LTA) tentang
“Perbandingan Estimasi Tinggi Badan Berdasarkan Rentang Lengan Dengan Tinggi
badan Aktual Mahasiswa Semester II Program Studi D-III Gizi Poltekkes Kemenkes
Palangka Raya”
Dengan selesainya laporan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
telah memberikan masukan-masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan
terima kasih banyak kepada:
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan pada laporan yang telah
penulis buat ini dan semoga yang penulis buat ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
Jurusan Gizi, Institusi Pendidikan dan Masyarakat Luas.
Palangka Raya, Juni 2018
v Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN..................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR..............................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL……………………………..…………………………………..vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………...…………...……………viii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….……. 1
A.Latar Belakang…………………………………………………………...............1
B.Rumusan masalah……………….…..……………………………………………3
C.Tujuan………….………...……………………………………………………….3
a. Tujuan Umum………….………………...……………………………………3
b. Tujuan Khusus………………………………...………………………………3
D. Manfaat...............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................4
A.Kerangka teori...…….…………...……………..………………………………...5
1. Pertumbuhan manusia..……………...….…….……………………………....5
2. Pengertian…………………………………...…………….…………………..5
3. Jenis Parameter………………………………………………………………..7
4. Tinggi Badan…………………………………….……………………………9
5. Rentang Lengan…………………………………….....………………..……14
6. Penilaian Status Gizi…………………………………………..…………….16
B.Kerangka Konsep………………………………………………………...……..18
C.Definisa Operasiona…………………………………...………………………..18
BAB III METODE PENELITIAN……………………………….………………..20
A. Ruang Lingkungan Penelitian………………………………………...………..20
B. Populasi dan Sampel……………………………………………………………20
C. Jenis dan Cara Pengumpulan Data…………………………………...………...21
D. Analisis Data………………………………………...…..…..…………………21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………..22
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………...…………22
B. Karakteristik Sampel………...……………………………………………...….29
C. Univariat………………………………...……………………………………...29
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………34
A. Kesimpulan……………………………………………………………………..34
B. Saran…………………………………………………………...……………….34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin Umur……………………………...23
Tabel 4.2 Distribusi Univariat Tinggi Badan dan Tinggi Badan Estimasi………..…..23
Tabel 4.3 Distribusi Tinggi Badan dan Tinggi Badan Estimasi Laki-Laki…………...24
Tabel 4.4 Distribusi Tinggi Badan dan Tinggi Badan Estimasi Perempuan……..…..24
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penilaian status gizi merupakan cara yang dapat digunakan untuk mengetahui
keadaan gizi seseorang yang berhubungan dengan pola makan dan aktivitasnya.
Melalui penilaian status gizi dapat diketahui apakah seseorang termasuk dalam
kelompok gizi kurang, normal, dan gizi lebih. Penilaian status gizi dapat dibagi
menjadi 4 (empat) metode atau cara penilaian yakni antropometri, biokimia, klinis dan
biofisik (Supariasadkk, 2001).
Status gizi adalah keadaan tubuh yang dilakukan oleh keseimbangan antara
asupan zat gizi dengan kebutuhan.Keseimbangan antara asupan zat gizi dengan
kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variable pertumbuhan, yaitu berat
badan, tinggi badan atau panjang badan, lingkar kepala,lingkar lengan, dan panjang
lengan. (Supariasadkk, 2001).
Pengukuran antropometri (tinggi badan dan rentang lengan) sebenarnya sangat
mudah dilakukan namun juga sekaligus rawan terhadap bias dan error data. Untuk
menghindari bias dan error data maka hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas alat
yang digunakan dan ketelitian dalam melakukanpengukuran.(Supariasadkk, 2001).
Tinggi badan merupakan karakteristik biologi yang berubah seiring dengan
bertambahnya usia. Perubahannya yang disebabkan o;eh osteoporosis,kyposis, serta
kompresi pada tulang belakang. Tinggi badan merupakan ukuran posisi tubuh berdiri
(vertical) dengan kaki menempel pada lantai, posisi kelapa dan leher tegak,pandangan
rata-rata air, dada dibusungkan, perut datar dan tarik nafas beberapa saat.yang dikutip
oleh Murtiantmo wibowo adi (2014).Tinggi badan diukur dalam posisi berdiri sikap
sempurna tanpa alas kaki. Menurut wahyudi (2015).
Panjang lengan adalah jarak dari titik acromial sampai titik styloid.(Tim
Anatomi FIK UNY dalam buku Anatomi).Panjang lengan adalah jarak yang diukur
1
2
dari titik acomion pada humerus sampai titik styloid pada ulna. (Murtiantmo
wibowo(2015).
Beberapa penelitian mengatakan bahwa pengukuran tinggi badan yang tidak
akurat pada orang dewasa disebabkan adanya beberapa perubahan fisik
yangmempengaruhi tinggi badan. Maka berbagai usaha dilakukan untuk
mengembangkan persamaan, mengestimasi tinggi badan dari tulang panjang seperti
panjang lutut (Chumleadkk,1998., Roubenoff & Wilson, 1993), panjang entang lengan
(Aggarwal,et al., 1999; Brown,et al., 2000) dan demispan (Tanja,et al., 2006).
Menurut Suzana (2003) ketiga pengukuran antropometri tersebut positif berkorelasi
dengan tinggi badan (p<0,05 untuk semua parameter).
Berdasarkan uraian di atas, maka saya tertarik untuk
mengetahuiPerbandingan Estimasi Tinggi Badan Berdasarkan Rentang Lengan
Dengan Tinggi badan Aktual Mahasiswa Semester II Program Studi D-III Gizi
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Bagaimana Perbandingan Estimasi Tinggi Badan Berdasarkan Rentang Lengan
Dengan Tinggi badan Aktual Mahasiswa Semester II Program Studi D-III Gizi
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya?
C.Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui perbandingan estimasi tinggi Badan Berdasarkan Rentang Lengan
Dengan Tinggi badan Aktual Mahasiswa Semester II Program Studi D-III Gizi
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya?
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik sampel yang meliputi umur dan jenis kelamin
Mahasiswa Semester II Program Studi D-III Gizi Poltekkes Kemenkes
Palangka Raya
3
1. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan
tentang perbandingan Tinggi badan berdasarkan rentang lengan dengan tinggi
badan aktual di institusi khususnya untuk menambah khasanah pustaka di
perpustakaan Poltekkes Kemenkes Palangka raya.
2. Bagi Lahan Praktek
TINJAUAN PUSTAKA
A.Kerangka Teori
1. Pertumbuhan Manusia
Pertumbuhan manusia dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor
internal.Faktor eksternal yaitu asupan nutrisi yang cukup dan seimbang, olahraga,
dan postur tubuh dalam melakukan berbagai kegiatan seharihari. Faktor internal
antara lain fungsi gastrointestinal, faktor hormonal, serta faktor genetik (Nina,
2006).
Agar manusia dapat tumbuh seimbang butuh asupan kalori total yang cukup,
jumlah dan kualitas asupan protein serta mineral (calcium, zinc, copper) yang
penting untuk regulasi pertumbuhan. Tidak hanya asupan nutrisi yang perlu
diperhatikan, tetapi gastrointestinal juga harus berfungsi dengan baik, mulai dari
permukaan mukosa, motilitasnya, enzyme pencernaan (enzyme di lambung,
duodenum dan pankreas) dan garam empedu yang penting untuk penyerapan
lemak (Chao,2006).
Hormon sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan seseorang, growth hormone
(GH) salah satunya.Homon ini regulasinya di atur oleh hipotalamus, hormone
thyroid juga berperan dalam sekresi GH.GH dilepaskan dari pituitary, kemudian
mencapai liver dan jaringan lainnya, kemudian IGF-I (Insulin-like Growth factor
atau somatomedin C) disintesis.IGF-I merangsang proliferasi kartilago dan
berpengaruh pada pertumbuhan tulang panjang. Kerja GH membutuhkan asupan
kalori yang cukup dan di bantu oleh insulin. Vitamin D dibutuhkan untuk
pertumbuhan, vitamin ini di dimetabolisme di ginjal dan liver untuk mendapatkan
bentuk aktif. Hormon kelamin juga ikut mengambil peran dalam proses
pertumbuhan, hormon ini merangsang pertumbuhan dan fusi dari epifisis dan
diafisis tulang panjang (Tien,et al., 2000).Pada lansia, penelitian menunjukan
4
5
bahwa sel tua somatotrope pituitary masih mampu melepaskan sejumlah besar GH
sama seperti sel muda jika ada rangsangan yang adequat. Ini berarti kelainan
terletak pada faktor “feedback loop” yang mengatur pelepasan GH. Umumnya
menurunnya IGF-1 akan memberikan signal pada hypothalamus dalamotak untuk
memberi perintah pada pituitary membuat GH (Tien,et al.,2000).
Beberapa ahli percaya masalahnya terletak pada somatostatin, penghambat GH
alami yang diketahui meningkat pada usia lanjut dan menghambat pelepasan GH.
Peneliti lain menduga penyebabnya adalah Growth Hormone Releasing Hormone
(GHRH) yang memicu lepasnya GH menjadi kurang respon terhadap sinyal
feedback. Kedua faktor diatas dapat terjadi bersamaan pada usia lanjut
(Tien,etal.,2000).
2. Pengertian Antropometri
Menurut Indrianti (2010:2), antropometri berasal dari kata anthropos dan
metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran.Antropometri
artinya ukuran dari tubuh.Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi.Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat
pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot
dan jumlah air dalam tubuh.
Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah sebagai
berikut :
a. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita LILA, mikrotoa,
dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah.
b. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif.
c. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional,
tetapi juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
d. Biayanya relatif lebih murah.
e. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas.
6
2. Jenis Parameter
g. Jaringan Lunak
Otot, hati,jantung, dan organ dalam lainnya merupakan bagian yang
cukup besar dari berat badan, tetapi relatif tidak berubah beratnya pada
anak malnutrisi. Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang
sangat bervariasi pada penderita KEP. Antropometri jaringan dapat
digunakan pada kedua jaringan tersebut dalam pengukuran status gizi
dimasyarakat (Supariasa dkk., 2001).
4. Tinggi Badan
Koesoemato Setyonegoro mengelompokkan usia dewasa muda =
18/20 – 25 tahun, usia dewasa penuh (Middle Years) = 25 – 60/65
tahun, lansia (Geriatric Age) = > 65/70 tahun Batasan usia menurut
WHO meliputi usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45
sampai 59 tahun lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun lanjut
usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun usia sangat tua (very old),
diatas 90 tahun.
Proses menua tidaklah dapat dicegah, hanya dapat diperlambat
terjadinya dan perlu dicegah dari proses-proses yang bersifat patologis.
Proses patologis ini dapat mempercepat kemunduran anatomi dan
fungsi organ atau sistem (Darmojo, 1999).
Pada lansia pasti menginginkan suatu keadaan healthy aging yaitu
proses menua tanpa disertai proses patologi. Healthy aging akan
dipengaruhi oleh faktor :
a. endogenic aging, yang dimulai dengan cellular aging, lewat tissue
dan anatomical aging kearah proses menuanya organ tubuh
b. Exogenic aging, yang dapat dibagi dalam faktor lingkungan di
mana seseorang hidup dan faktor sosio budaya yang paling tepat
disebut gaya hidup (life style). Faktor exogen ini juga dapat
berpengaruh pada faktor endogen (Darmojo, 1999)
10
cm pertahun dan selanjutnya pada tahap remaja akhir hanya mencapai 2-3
cm (Inayah, 2000).
Tinggi badan merupakan karakteristik biologi yang berubah seiring
dengan bertambahnya usia. Perubahannya dapat disebabkan oleh
osteoporosis , kyphosis, serta komperensi pada tulang belakang. IMT
berhubungan dengan kuadrat tinggi, maka dapat memberikan efek yang
besar terhadap nilai IMT. Pada lansia terjadi penurunan growth hormone
yang menimbulkan penurunan penimbunan protein, berkurangnya
kekuatan otot, peningkatan timbunan lemak dan penurunan densitas
tulang, yang akan berdampak pula pada penurunan tinggi badan.
Penentuan tinggi badan merupakan langkah utama dalam proses
identifikasi suatu subyek ketika hanyasebagian tubuh saja yang ditemukan.
Tinggi badan pada setiap manusia memiliki variasi yang berbeda antara
satu dengan yang lainnya.Perkiraan pengukuran tinggi badan berdasarkan
rentang lengan merupakan salah satu metode yang banyak dipakai karena
memiliki korelasi yang baik.Penentuan tinggi badan berdasarkanrentang
lengan telah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu dan telah digunakan
pada kasus medikolegal.Korelasi antara tinggi badan dengan rentang
lengan telah banyak dibuktikan penelitian yang dilakukan di Fakultas
Kedokteran (FK) Universitas Lampung (Unila). Penelitian mengenai
korelasi antara tinggi badan berdasarkan rentang lenganmemberikan hasil
bahwa keduanya memiliki korelasi yang sangat kuat.4 Penelitian yang lain
juga telah dilakukan di FK Unila yaitu korelasi panjang tulang ulna5,
panjang telapak kaki6, humerus7 dengan tinggi badan. Penelitian-
penelitian tersebut menunjukkan korelasi yang kuat antara panjang tulang
dengan tinggi badan, akan tetapi penelitian mengenai panjang tulang
radius belum diteliti di FK Unila dan tulang radius merupakan salah satu
tulang panjang yang mempengaruhi tinggi badan, oleh karena itu peneliti
tertarik untuk meneliti panjang tulang radius dengan tinggi badan.
12
pengukuran dan alat ukur yang digunakan. Dibawah ini akan diuraikan
beberapa alat ukur tinggi badan/panjang badan dan penggunaan alat
ukur untuk mengestimasi tinggi badan/panjang badan dan penggunaan
alat ukur untuk mengestimasikan tinggi badan seseorang apabila dalam
kondisi normal ataupun kondisi tertentu.
Alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan orang dewasa
yaitu Mikrotoise (mikrotoa). Adapun Langkah-langkah nya sebagai
berikut ( Citerawati SY dan Sukati, 2017) :
a. Pastikan permukaan lantai rata dan kuat.
b. Meminta subjek melepaskan sepatu dan kaos kaki dan berdiri
tegak dengan tumit bersamaan, tumit, pantat, kepala dan bahu
menempel di stadiometer.
c. Lengan harus tergantung bebas dengan telapak tangan menghadap
paha.
d. Menatap lurus ke depan, pastikan kepala tegak dan miring
kebelakang.
e. Pastikan tumit subjek tetap menapak dilantai.
f. Turunkan ukuran pada stadiometer sampai kotak dengan bagian
atas kepala.
g. Catat hasil pengukuran pada angka terdekat.
14
3. Rentang Lengan
Tulang panjang seperti lengan dan kaki, meskipun lebih rapuh karena
kehilangan mineral, tetapi tidak berubah panjangnya seiring dengan
bertambahnya umur. Maka berbagai usaha dilakukan untuk dapat
mengembangkan pengukuran tinggi badan dengan menggunakan variabel tulang
panjang, seperti knee height, arm span dan demi span (Suzana, 2003).Arm span
(panjang rentang lengan) merupakan jarak antara ujung jari tengah pada salah
satu lengan dengan ujung jari tengah pada lengan yang lain. Panjang rentang
lengan terdiri dari panjang humerus, lengan bawah, serta carpal, metacarpal
dan phalanges(Yousafzai, 2003). Pada penduduk dewasa di Etiopia panjang
rentang lengan cocok sebagai pengganti tinggi badan untuk menilai indeks
massa tubuh, meskipun dipengaruhi juga oleh etnis dan jenis kelamin (Lucia et
15
a. Cari dan tandai tepi tulang selangka kanan ( dalam posisi sternum) dengan
pena.
b. Minta responden untuk menempatkan lengan pada posisi Horizontal.
c. Periksa apakah lengan pasien adalah horizontal dan searah dengan bahu.
d. Menggunakan pita pengukur, mengukur jarak ditanda pada garis tengah
pada posisi lurus ke ujung jari tengah.
e. Periksa apakah lengan datar dan pergelangan tangan lurus.
f. Baca hasil pengukuran dalam Cm.
g. Untuk menghitung panjang dilakukan dengan mengalihkan hasil
pengukuran setengah rentang lengan.
16
17
Rumusestimasitinggibadanberdasarkanrentanglengan
RumusestimasitinggibadanBasseyEj1986 :
Laki-laki = (1.40 x RL)+57,8 cm.
Wanita = (1,35 x RL) + 60,1 cm
4. Penilaian Status Gizi
Status gizi diartikan sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi dan
penggunaan zat gizi (Sunita, 2001). Selanjutnya menurut Suhardjo (1996) status
gizi adalah keadaan kesehatan individu atau kelompok yang ditentukan oleh
derajat kesehatan fisik dan energi zatzat gizi lain yang diperoleh dari pangan
dan makanan yang dampak fisiknya diukur dengan antropometri.Untuk
mengetahui penilaian status gizi dapat diketahui dengan penilaian status gizi
secara langsung dan status gizi secara tidak langsung.Secara langsung dengan
antropometri, klinis, biokimia. Secara tidak langsung survai konsumsi makanan,
statistik vital, faktor ekologi (Supariasa dkk.2002; Kris, 1999).
Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein
dan energi, ketidakseimbangan ini dapat dilihat pada pola pertumbuhan fisik
dan proporsi jaringan tubuhseperti otot dan jumlah air di dalam tubuh
(Supariasa dkk, 2002).
Berdasarkan dari laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985.Batasan berat
badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai body mass index
IMT.Di Indonesia istilah IMT diterjemahkan dengan Index Mass Tubuh
(IMT).IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Maka
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai
usia harapan hidup lebih panjang (Supariasa dkk, 2002).
18
B. Kerangka Konsep
Karakteristik sampel
1. Umur
2. Jenis kelamin
1. Tinggi Badan
1. Estimasi
2. Rentang Lengan
tinggi badan
C. Definisi Operasional
1. Umur adalah lamanya hidup sampel yang dihitung sejak dilahirkan sampai
waktu penelitian dilakukan, berdasarkan jumlah tahun penuh. Data umur
diperoleh dari wawancara .
Kriteria : Tahun
Skala : Rasio
2. Jenis kelamin adalah yang membedakan laki-laki dan perempuan seseorang.
Data diperoleh dari wawancara.
Kriteria : Laki-laki dan Perempuan
Skala : Nominal
19
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
kurang pada waktu itu. Adapun jurusan yang ada di Poltekkes Kemenkes
Palangka Raya ini yaitu Keperawatan, Kebidanan dan Gizi.
Dalam perkembangannya, Poltekkes Kemenkes Palangka Raya selalu
berupaya berbenah diri mencapai visi dan misinya. Dalam upaya
pembangunan bidang kesehatan di daerah, Poltekkes Kemenkes Palangka
Raya bekerjasama dengan pemerintah daerah kabupaten pemekaran, yakni
dengan pemerintah daerah kabupaten Katingan untuk penyelenggaraan
Diploma III kelas reguler dan Program Khusus Keperawatan dan Kebidanan.
Kemudian untuk Progsus Diploma III Kebidanan bekerjasama dengan
kabupaten Katingan, Barito Timur, Kotawaringin Timur, Barito Selatan,
Kotawaringin Barat, Sukamara, Tamiang Layang, Kapuas, Murung raya, dan
Seruyan (Profil Poltekkes Kemenkes Palangka Raya, 2017).
2. Kedudukan
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya adalah unit pelaksana teknis di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan dan dipimpin oleh seorang
Direktur.
3. Tugas Pokok dan Fungsi
a. Tugas Pokok
Poltekkes mempunyai tugas melaksanakan pendidikan kesehatan
pada jenjang Program Diploma III dan/ atau IV/ S1 Terapan, serta
program lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Fungsi
1) Pelaksanaan pengembangan pendidikan dalam bidang kesehatan
2) Pelaksanaan penelitian di bidang pendidikan dan kesehatan
3) Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan bidang
yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya
4) Pelaksanaan pembinaan civitas akademika.
24
4. Tujuan
Meningkatkan kualitas dan kuantitas lulusan sesuai dengan kebutuhan
stakeholder.
a. Mewujudkan penjamin mutu pendidikan sehingga menghasilkan
tenaga kesehatan yang profesional dan bermartabat.
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian.
c. Meningkatkan peran serta aktif Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
untuk memberdayakan potensi masyarakat dan membantu masyarakat
agar lebih mandiri.
d. Meningkatnya pemenuhan sarana dan prasarana dalam jumlah dan
jenis yang memadai.
e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga pendidik dan
kependidikan
f. Meningkatkan manajemen pendidikan.
g. Meningkatkan kedisiplinan dan budaya kerja sivitas akademika
h. Meningkatkan transparansi dan akuntabel peneglolaan administrasi
dan keuangan institusi (Profil Poltekkes Kemenkes Palangka Raya,
2017).
5. Fasilitas Proses Belajar Mengajar
Fasilitas Proses Belajar Mengajar Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
sebagai berikut :
a. Gedung Perkuliahan
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya memiliki 3 Gedung yaitu
Kampus A, Kampus B dan Kampus C. Kampus A diperuntukkan bagi
Jurusan Kebidanan yang berlokasi di Jl. G. Obos No. 30, Kampus B
diperuntukan bagi Jurusan Gizi yang berada di Jl. G. Obos No. 32
Palangka Raya, dan Kampus C diperuntukkan bagi Jurusan
Keperawatan yang berada di Jl. dr. Sutomo Palangka Raya.
26
6. Laboratorium
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya memiliki laboratorium
terpadu dalam menunjang proses belajar mengajar. Keberadaan
laboratorium ini ada yang terpusat dan ada pula di masing-masing jurusan.
Jenis laboratorium yang tersedia diantaranya :
a. Laboratorium Bahasa
b. Laboratorium Komputer
c. Laboratorium Praktik Kebidanan
d. Laboratorium Praktik Keperawatan
e. Laboratorium Dietetik dan Kuliner
f. Laboratorium Teknologi Pangan/Ilmu Pangan
g. Laboratorium Kimia/Biokimia
h. Laboratorium Mikrobiologi dan Parasitologi
i. Laboratorium Mikrobiologi Pangan
j. Laboratorium Organoleptik
k. Laboratorium Penilaian Status Gizi
7. Perpustakaan
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya memiliki perpustakaan terpadu
dan terakreditasi B dari Perpustakaan Nasional Tahun 2012.Perpustakaan
ini memiliki koleksi buku lebih dari 4500 judul dan 21 eksemplar. Selain
buku referensi, perpustakaan juga memiliki koleksi majalah, ensiklopedia,
kamus, atlas, koran dan koleksi audio visual yaitu video dan compact disk
(CD).
Sistem pelayanan perpustakaan sudah terkomputerisasi memudahkan
mahasiswa dalam mencari literatur terkini dan up to date.Perpustakaan
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya juga didukung dengan security system
27
8. Lahan Praktik
Lokal/Nasional
a. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
b. Seluruh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Kalimantan Tengah
c. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Tengah
d. Rumah Sakit Umum Daerah disemua Kabupaten/Kota di Kalimantan
Tengah
e. Puskesmas di Wilayah Kota Palangka Raya
f. Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Palangka Raya
g. Rumah Bersalin Swasta : RSIA Yasmin dan Barito Shinta
h. RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, RS Bhayangkara, RSUD
Ulin Banjarmasin, RSUD Ansari Saleh Banjarmasin, RSJ
Banjarmasin, RSUD dr. Moewardi, Surakarta, RS Panti Waluyo,
Surakarta, RSUP dr. Soetomo, Surabaya, RSUP dr. Sardjito,
Yogyakarta, RS PKU Muhammadiyah, Yogyakarta
i. Bidan Praktik Swasta
BKKBN (Profil Poltekkes Kemenkes Palangka Raya, 2017).
Internasional
a. Centra Escolar University Philippines
b. Emilio Aguinaldo College Philippines
c. CHEERS (Community Health Education Emergency Rescue services)
Philippines
d. Burapha University Thailand
e. Mumi International College Malaysia
f. Lincoln University Malaysia
28
29
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah laki-laki yang menjadi responden
yaitu (30%), sedangkan jumlah perempuan yang menjadi responden yaitu (70%).
umur ≤ 20 tahun (74%) sedangkan umur > 20 tahun ( 26%). Dari tabel distribusi
univariat rata-rata tinggi badan aktual responden yaitu 156 cm dan rata-rata
estimasi tinggi badan responden 157 cm, tidak terdapat perbedaan tinggi badan
yang signifikan. Sedangkan untuk nilai tengah dari tinggi badan aktual responden
yaitu 157,8 cm dan nilai tengah dari estimasi tinggi badan responden 168,1 cm,
terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai tengah tinggi badan aktual
responden dan estimasi tinggi badan responden. Untuk tinggi badan aktual terkecil
yaitu 150 cm dan estimasi tinggi badan terkecil 155 cm, terdapat perbedaan yang
signifikan dari nilai tinggi badan aktual responden dan estimasi tinggi badan
responden yang terkecil. Dan untuk tinggi badan aktual terbesar yaitu 174,8 cm
32
dan estimasi tinggi badan terkecil 170 cm, terdapat perbedaan yang signifikan dari
nilai tinggi badan aktual responden dan estimasi tinggi badan responden yang
terbesar. Selisih rata-rata yaitu 7 cm,terdapat perbedaan yang signifikan . Selisih
nilai tengah yaitu 8 cm,dan nilai selisih minimal yaitu 1 cm tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara tinggi badan responden dan estimasi responden,
sedangkan nilai tertingginya yaitu 16,1 cm,terdapat nilai yang signifikan pada
selisih tersebut. Hubungan yang kuat dan signifikan antara tinggi badan dan
rentang lengan disebabkan dalam pertumbuhannya rentang lengan juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama dengan tinggi badan (Haitamy dan
Brahmadhi 2016)
Penggantian secara langsung tinggi badan dengan rentnag lengan pada rumus
Indeks masa tubuh akan cenderung overestimate kekurangan energy tingkat berat
atau crhonic deficiency (CED) (Haitami dan Brahmadhi 2016).
C. Univariat
Tabel 4.2 distribusi univariatTinggiBadandan Tinggi Badan Estimasi
Variabel Mean Median Minimal Maksimal
Tinggibadan 156 157,8 150 174,8
EstimasiTinggibadan 157 168,1 155 170
Selisih 7 8 1 16,1
Hasil penelitan ini menunjukan bahwa rata-rata dari tinggi badan yaitu 156
nilai tengah 157,8 minimal 150 dan maksimalnya 174,8. Estimasi Tinggi Badan
rata-rata 157 nilai tengah 168,1 minimal 155 dan maksimalnya 170. Selisih rata-
rata yaitu 7, nilai tengahnya 8 dan nilai minimalnya 1 sedangkan nilai
maksimalnya 16,1.
Pada tabel 4.2 didapat bahwa rata- rata estimasi tinggi badan lebih besar
nilainya dari pada tinggi badan aktual dan pada median juga estimasi tinggi badan
lebih besar nilainya dibandingkan dengan median tinggi badan aktual dan nilai
minimal estimasi tinggi badan nilainya lebih besar dibandingkan minimal tinggi
33
badan aktual sedangkan nilai maksimal tinggi badan aktual lebih besar
dibandingkan dengan nilai estimasi tinggi badan.
Perbedaan signifikan antara tinggi badan dengan rentang lengan pada tiap-tiap
penelitian disebabkan karena variable-variabel ini berkaitan dengan jenis kelamin
unur dan perbedaan gaya hidup yang menyebabkan perbedaan karakteristik
antropometri. (Haitamy dan Brahmadhi 2016)
32
Tabel 4.3 Distribusi Tinggi Badan dan Tinggi Badan Estimasi Laki-Laki
Hasil penelitan ini menunjukan bahwa rata-rata dari tinggi badan mahasiswa
yaitu 161 nilai tengah 160 minimal 155 dan maksimalnya 174,8. Estimasi Tinggi
Badan rata-rata 167,7 nilai tengah 169 minimal 156 dan maksimalnya 170. Selisih
rata-rata yaitu 6, nilai tengahnya 8 dan nilai minimalnya 1 sedangka nilai
maksimalnya 9.
Sedangkan dari tabel distribusi karakteristik jenis kelamin laki laki rata-rata
tinggi badan 161 cm nilai tengah 160 cm nilai minimal 155 cm dan nilai maksimal
174,8 cm,rata-rata estimasi tinggi badan 167,7 cm nilai tengah 169 cm minimal 156
cm dan nilai maksimal 170 cm sedangkan rata-rata selisih 6 cm nilai tengah 8 cm
minimal 1 cm dan maksimal 9 cm tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Tabel 4.4 Distribusi Tinggi Badan dan Tinggi Badan Estimasi Perempuan
Hasil penelitan ini menunjukan bahwa rata-rata dari tinggi badan mahasiswi
yaitu 150 nilai tengah 157 minimal 151 dan maksimalnya 166. Estimasi Tinggi
Badan rata-rata 161 nilai tengah 168 minimal 155 dan maksimalnya 168,1. Selisih
rata-rata yaitu 6, nilai tengahnya 9 dan nilai minimalnya 1 sedangkan nilai
maksimalnya 16,1.Dari tabel distribusi tinggi badan dan tinggi badan estimasi
perempuan terdapat nilai rata-rata tinggi badan 150 cm nilai tengah 157 cm inimal
151 cm dan maksima 166 cm,dan nilai rata-rata estimasi tinggi badan perempuan
yaitu 161 cm median 168 cm minimal 155 cm dan maksimal 168,1 cm sedangkan
33
A.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Merryana &B Wirjatmadi. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan,
Jakarta: Kharisma Putra Utama.
Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013.
Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013.
Supariasa, dkk., 2001. Penilaian Status Gizi, Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Lampiran
Pengukuran tinggi badan Pengukuran tinggi badan