Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

POSISI DAN RANGE OF MOTION ( ROM)

NAMA KELOMPOK 4 :
Moh. Dimas Aqil Firdaus ( 202101009 )
Renita Salsabila Putri ( 202101012 )
Meira Safira Salsabila ( 202101016 )
Hikmah Wahyuni ( 202101021 )
Raisa Monalisa ( 202101022 )

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BANYUWANGI
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Keperawatan Pengenalan Program Studi ( PPS ) dengan judul


“Posisi dan ROM”
Oleh:
1. Moh. Dimas Aqil Firdaus ( 202101009 )
2. Renita Salsabila Putri ( 202101012 )
3. Meira Safira Salsabila ( 202101016 )
4. Hikmah Wahyuni ( 202101021 )
5. Raisa Monalisa ( 202101022 )

Mengetahui,
Kakak Pendamping 1 Kakak Pendamping 2

Dela Yustiana Nirly Ni Luh Inka Sari Dewi


( 202001001) ( 202001007)

Ketua HIMA D3 Keperawatan Ketua Panitia

Nathanael Marvel Shane Meilia Retno Pratiwi


( 202001014 ) ( 2020010
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang
telah melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Posisi dan ROM”. Dengan sangat
teliti dan sangat baik penulis menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi
kegiatan PPS (Pengenalan Program Studi) di program studi D3 Keperawatan ini.
Penulisan makalah ini tidak dapat di selesaikan dengan baik tanpa
semangat, bantuan, dari teman-teman dan kakak pembimbing di kegiatan PPS ini,
oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada semuanya yang telah
memberikan bimbingan dan semangat kepada kami selaku penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Semoga atas segala bantuan yang telah diberikan kepada kami selaku
penulis akan mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami selaku
penulis mengharapkan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Banyuwangi, 27 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................I
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................II
KATA PENGANTAR...............................................................................................III
DAFTAR ISI..............................................................................................................IV
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................
1.3. Tujuan......................................................................................................
1.2.1. Tujuan Umum...............................................................................
1.2.2. Tujuan Khusus...............................................................................
1.4. Manfaat....................................................................................................
1.4.1.Manfaat Bagi Penulis.....................................................................
1.4.2.Manfaat Bagi Pembaca...................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
2.1. Definisi Posisi..........................................................................................
2.1.1. Macam-macam posisi....................................................................
2.2. Definisi ROM..........................................................................................
2.2.1. Jenis-jenis ROM............................................................................
2.2.2. Tujuan ROM.................................................................................
2.2.3. Gerakan Pada ROM......................................................................
2.3. Anatomi...................................................................................................
2.4. Indikasi dan Kontraindikasi.....................................................................
2.5. Teknik Pemeriksaan................................................................................
BAB 3 SOP................................................................................................................
3.1. Evaluasi...................................................................................................
3.2. Dokumentasi............................................................................................
BAB 4 PENUTUP......................................................................................................
4.1. Kesimpulan..............................................................................................
....................................................................................................................................
4.2. Saran........................................................................................................
4.3. Daftar Pustaka.........................................................................................
4.4. Lembar Konsul........................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pola perilaku manusia seperti mengonsumsi makanan dengan kadar
lemak jenuh tinggi, minum minuman beralkohol dan jarangnya melakukan
olahraga meningkatkan resiko terkena penyakit berbahaya seperti penyakit
jantung ataupun stroke (American Heart Association, 2009)
Stroke adalah penyakit atau ganguan fungsional otak akut fokal maupun
global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran
darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya
pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen
dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak
akan memunculkan kematian saraf. Gangguan fungsi otak ini akan
memunculkan gejala stroke, salah satu program rehabilitasi yang dapat
diberikan pada pasien stroke yaitu mobilisasi persendian melalui Range Of
Motion (ROM), (Junaidi, 2011).
ROM (Range Of Motion) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus. Latihan ROM biasanya dilakukan pada pasien
semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak
mampu melakukan beberapa atau semua paralis ekstermitas total. Latihan ini
bertujuan mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, memelihara
mobilitas persendian, merangsang sirkulasi darah dan mencegah kelainan
bentuk (Derison et al, 2016).
Posisi tidur pasien juga harus diperhatikan dalam melakukan terapi,
Posisi disini bertujuan untuk mempertahankan jalan nafas pasien,
meningkatkan sirkulasi pada darah, memberikan ekspansi pada daerah dada
dan untuk memberikan posisi yang aman juga nyaman bagi pasien dan juga
untuk membantu proses pemberian terapi dan obat.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Range Of Motion (ROM)?
2. Apa tujuan dari tindakan Range Of Motion (ROM)?
3. Apa manfaat Range Of Motion (ROM)?
4. Apa saja jenis jenis Range Of Motion (ROM)?
5. Apa indikasi tindakan Range Of Motion (ROM)?
6. Apa kontradiksi tindakan Range Of Motion (ROM)?
7. Apa saja macam-macam gerakan Range Of Motion (ROM)?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemeriksaan ROM
atau Range Of Motion, untuk memposisikan pasien dan pengkajian
otot.
2. Untuk mengetahui manfaat dari pemeriksaan ROM dan Posisi Tidur
Pasien.
3. Untuk mengetahui bagaimana prosedur tindak pemeriksaan ROM
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Tujuan khusus posisi dan ROM
2. Memperoleh data dasar tentang pengkajian ROM
3. Untuk mengetahui adanya keterbatasan ganguan pada sendi atau
pergerakan otot
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis yang dirasakan langsung oleh penulis dapat
berupaya adanya motivasi yang tinggi dalam menerapkan praktek ROM
dan Posisi Tidur Pasien secara efektif untuk meningkatkan kemampuan
ADL pada pasien.
1.4.2. Manfaat Bagi Pembaca
1. Sebagai pertimbangan masukan untuk menambah wawasan tentang
latihan ROM Pasif terhadap tingkat kekuatan otot pada pasien stroke
dan posisi tidur pasien.
2. Untuk penelitian lanjutan tentang posisi tidur pasien dan hubungan
latihan ROM pasif terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien
stroke.

3. Dapat dimanfaatkan sebagai acuan bagi petugas kesehatan terhadap


posisi tidur pasien dana dalam pemahaman tentang latihan ROM
pasif terhadap peningkatan kekuatan otot.

4. Agar lebih menyadari manfaat latihan ROM pasif terhadap


peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke.

5. Memberikan keamanan dan kenyamanan pasien

6. Memberikan jalan napas dan mempertahankan sirkulasi sepanjang


prosedur (mis. Dalam pembedahan, pemeriksaan, pengumpulan
specimen dan perawatan)

7. Menjaga martabat dan privasi pasien. Dalam operasi, penentuan


posisi yang tepat adalah cara untuk menghormati martabat pasien
dengan meminimalkan eksposur pasien yang sering merasa rentan
secara perioperatif.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Posisi


Pengaturan posisi pasien melibatkan pemeliharaan dengan benar
keselarasan tubuh netral pasien dengan mencegah hiperekstensi dan rotasi
lateral yang ekstrim untuk mencegah komplikasi imobilitas dan cedera.
Memposisikan pasien adalah aspek penting dari praktik dan tanggung jawab
seorang perawat.
Dalam pembedahan, pengumpulan spesimen, atau perawatan lain,
pemosisian pasien yang tepat dapat memberikan eksposur yang optimal dari
tempat pembedahan/perawatan dan pemeliharaan martabat pasien dengan
mengendalikan eksposur yang tidak perlu. Di sebagian besar pengaturan
posisi, pasien yang diposisikan dengan optimal dapat memberikan pengaruh
pada peningkatan manajemen jalan nafas dan ventilasi, menjaga keselarasan
tubuh, serta memberikan keamanan fisiologis.

2.1.1. Macam Macam Posisi:


1). SUPINE (Terlentang)

Sikap terlentang adalah suatu posisi dimana bagian depan dari badan
menghadap ke atas. Digunakan untuk oprasi. Hal-hal yang bisa di
lakukan perawat antara lain:
a) Kaji kondisi seluruh badan,adakah keadaan-keadaan tertentu
yang ada pada pasien sehingga tidak direkomendasikan pada
posisi terlentang.
b) Posisikan ketinggian bed sesuai dengan petugas sehingga
mempermudah kerja petugas serta memberikan resiko untuk
cedera pada petugas.
c) Ratakan dan luruskan kondisi bed.
d) Beri bantal yang tidak terlalu tinggi, dan gunakan bantal yang
mana lekukan bagian leher dapat tertopang.
e) Beri bantal yang lebih kecil (sesuaikan dengan badan pasien)
untuk diletakkan di bawah punggung/pinggang. Hal tersebut
dimaksudkan agar tetap terjaga kelengkungan normal tulang
belakang.
f) Beri bantal kecil atau gulungan handuk/kain di bawah lutut.
Bantalan tersebut berfungsi sebagai penyangga serta
mengurangi tekanan pada tumit, selain itu bantalan tersebut
dapat mencegah terjadinya decubitus.

2). TRENDELENBURG

Merupakan posisi bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki


dengan posisi terlentang. Untuk melancarkan peredaran darah dan
memaksimalkan oksigen ke otak pasien Acute Hipotensi ke kepala.
Cara:
a) Kaji kesejajaran tubuh dan tingkat kenyamanan selama
pasien berbaring.
b) Persiapkan peralatan dan dekatkan dengan pasien.
c) Naikkan tempat tidur pada ketinggian yang nyaman untuk
bekerja, pindahkan bantal dan alat bantu yang digunakan
pada posisi awal.
d) Minta bantuan bila di perlukan.
e) Jelaskan prosedur pada pasien.
f) Cuci tangan dan jaga privasi pasien.
g) Letakkan pasien berbaring dengan bagian kepala tempat
tidur rata.
h) Pasien dalam keadaan berbaring telentang, letakan bantal di
antara kepala dan ujung tempat tidur pasien, dan berikan
bantal dibawah lipatan lutut.
i) Letakkan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur
atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian
kaki pasien
j) Awasi dan catat vital sign dan respon pasien.
k) Rapikan dan berikan kenyamanan pada pasien.
l) Dokumentasikan pada catatan keperawatan.

3). SEMI FOWLER

Posisi Semi Fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60
derajat. Sirkulasi pernapasan.Contoh:
a) Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang
tepat (45-90 derajat)
b) Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien
jika tubuh bagian atas klien lumpuh
c) Letakkan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan
keinfinan klien, menaikkan lutut dari tempat tidur yang
rendah menghindari adanya tekanan di bawah jarak Poplital
(di bawah lutut)

4). FOWLER (Tersokong)

Posisi fowler adalah posisi dimana bagian atas dari tempat tidur
ditinggikan pada posisi 45-60°. Memudahkan pemberian makan
kepada pasien. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Pada posisi masih terlentang, posisikan pasien sesuai
dengan bednya, idak dalam kondisi melorot.
b) Berikan bantal yang sesuai, jangan terlalu besar
c) Sokong vertebra lumbal dengan memberikan bantal kecil di
punggung bagian bawah pasien.
d) Hiperekstensi lutut dan penyumbatan arteri popliteal eleh
tekanan berat badan dapat kita cegah dengan memberikan
ganjalan pada bawah paha menggunakan bantal kecil.
e) Untuk mencegah penekanan pada tumit serta mencegah
footdrop, berikan gulungan bantal kecil di pergelangan kaki.
f) Setelah itu, tinggikan bed bagian atas padaa posisi 45°-60°
5). HIGH FOWLER

Posisi High Fowler adalah posisi dimana tempat tidur di posisikan


dengan ketinggian 60-90° bagian lutut tidak ditinggikan. Posisi High
Fowler ini sangat membantu bagi pasien yang mengalami dyspnea
karena menghilangkan tekanan pada diafragma yang memungkinkan
pertukaran volume yang lebih besar dari udara. Yang harus
dilakukan:
a) Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan
dilakukan.
b) Mencuci tangan.
c) Memakai sarung tangan
d) Menaikkan pasien jika pasien kooperatif:
1) Perawat berdiri di sebelah kanan pasien
2) Mengajukan pasien untuk menekuk kedua lutut
3) Tangan kanan perawat di bawah ketiak pasien dan
tangan kiri dibelakang punggung pasien, dan
pergelangan tangan kiri menyangga leher pasien.
4) Menganjurkar pasien untuk mendorong badannya
kebelakang dan menompang badan dengan kedua
lengan.
e) Bila pasien tidak kooperatif / tidak dapat membantu:
1) 2 perawat berdiri di kedua sisi tempat tidur
2) Masing-masing perawat merentangkan 1 tangan di
bawah leher dan 1 tangan di bawah pangkal paha saling
berpegangan
3) Menganjurkan pasien untuk meletakkan kedua tangan
di atas perut
4) Salah satu perawat memberikan aba-aba dan bersama-
sama mengangkat pasien keatas
f) Menyusun bantal atau tempat tidur yang bias di naik turunkan
dengan sudut 90°
g) Memberikan posisi yang enak, letakkan bantal untuk
menopang lengan tangan kiri
h) Pasang selimut pasien
i) Mencuci tangan
j) Catat tindakan yang dilakukan

6). ORTOPHNEIC
Posisi orthopneic adalah posisi duduk dengan menyandarkan kepala
pada penopang yang sejajar dada, seperti pada meja. Meningkatkan
sirkulasi pernapasan ekspansi dada maksimal. Caranya
a) Kaji kesejajaran tubuh dan tingkat kenyamanan selama
pasien berbaring.
b) Persiapkan peralatan dan dekatkan dengan pasien.
c) Jelaskan prosedur pada pasien.
d) Cuci tangan dan jaga privasi pasien
e) Dudukkan pasien di tepi tempat tidur dengan meja
dihadapannya.
f) Alasi meja dengan bantalan dan posisikan dengan
ketinggian yang sesuai.
g) Posisikan kepala pasien menyandar dimeja dengan lengan
juga dimeja untuk menyokongnya.
h) Rapikan pasien dan cuci tangan.
i) Dokumentasikan pada catatan keperawatan. 

7). LATERAL/SIDE LAYING (Miring)

Posisi lateral adalah posisi miring di mana pasien bersandar ke


samping dengan sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul dan
bahu. Mengurangi tekanan pada daerah sacrum, menyusui. Hal yang
harus di perhatikan:
a) Kaji kesejajaran tubuh dan tingkat kenyamanan selama
pasien berbaring.
b) Persiapkan peralatan dan dekatkan dengan pasien.
c) Naikkan tempat tidur pada ketinggian yang nyaman untuk
bekerja, pindahkan bantal dan alat bantu yang digunakan
pada posisi awal.
d) Minta bantuan bila di perlukan.
e) Jelaskan prosedur pada pasien.
f) Cuci tangan dan jaga privasi pasien.
g) Letakkan pasien berbaring dengan bagian kepala tempat
tidur rata.
h) Rendahkan bagian kepala temapat tidur seluruhnya atau
serendah yang dapat di toleransi pasien.
i) Posisikan pasien di sisi tempat tidur.
j) Putar pasien ke sisi dalam.
k) Letakkan bantal di bawah kepala.
l) Bawa bahu maju ke depan.
m) Letakkan kedua lengan pada posisi agak fleksi. Lengan atas
di sokong dengan bantal setinggi bahu.
n) Letakkan bantal yang keras di belakang punggung pasien.
o) Letakkan bantal di bawah kaki bagian atas yang semi fleksi
setinggi pinggul dari lipat paha hingga ke kaki.
p) Letakkan bantal pasir sejajar dengan permukaan telapak
kaki yang menggantung.
q) Rapikan pasien dan dokumentasikan.

8). SIMS/SEMI (Telungkup)

Posisi ini merupakan posisi telungkup namun tidak sempurna.


Pemberian obat supositoria, tirah baring, posisi ibu hamil.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Posisikan tempat tidur rata.
b) Posisikan pasien terlentang.
c) Kondisikan pasien berada lebih dekat pada salah satu sisi
tempat tidur.
d) Posisikan miring kearah tempat tidur yang lebih luas.
e) Letakkan bantal yang cukup besar di depan kaki yang
dimaksudkan untuk menopang kaki.
f) Letakkan pula bantal untuk menopang dada dan lengan.
g) Perlahan-lahan posisikan badan merebah pada bantal yang
telah di sediakan.
h) Pada kaki yang berada di atas bantal,posisikan dengan
posisi fleksi.
i) Ambil tangan yang tertindih badan untuk di tarik ke
belakang sehingga posisi badan semi tengkurap.

9). DORSAL RECUMBENT

Dorsal rekumben adalah posisi terlentang dengan pasien


menyandarkan punggungnya dimana hubungan antar bagian dasar
tubuh sama dengan kesejajaran berdiri yang baik, dengan lutut
dinaikkan. Pemasangan cateter perempuan, VT, pemberian obat
vagina atau anus.Caranya:
a) Kaji kesejajaran tubuh dan tingkat kenyamanan selama
pasien berbaring.
b) Persiapkan peralatan dan dekatkan dengan pasien.
c) Naikkan tempat tidur pada ketinggian yang nyaman untuk
bekerja, pindahkan bantal dan alat bantu yang digunakan
pada posisi awal.
d) Minta bantuan bila di perlukan.
e) Jelaskan prosedur pada pasien.
f) Cuci tangan dan jaga privasi pasien.
g) Letakkan pasien berbaring dengan bagian kepala tempat
tidur rata.
h) Letakkan gulungan handuk kecil di bawah area belakang
lumbal.
i) Letakkan bantal di bawah bahu atas, leher dan kepala.
j) Tempatkan papan kaki atau bantal lunak di bawah telapak
kaki.
k) Letakkan bantal di bawah lengan bawah yang pronasi,
mempertahankan lengan atas sejajar dengan tubuh pasien.
l) Letakkan gulungan tangan di dalam tangan.
m) Rapikan pasien dan dokumentasikan.

10). KNEE CHEST / GENU PECTORAL

Genu pectoral adalah posisi berlutut dimana dada dan kepala pasien
mengenai matras/tempat tidur. Pemberian obat pada rectum.Caranya:
a) Kaji kesejajaran tubuh dan tingkat kenyamanan selama
pasien berbaring.
b) Persiapkan peralatan dan dekatkan dengan pasien.
c) Naikkan tempat tidur pada ketinggian yang nyaman untuk
bekerja, pindahkan bantal dan alat bantu yang digunakan
pada posisi awal.
d) Minta bantuan bila di perlukan.
e) Jelaskan prosedur pada pasien.
f) Cuci tangan dan jaga privasi pasien.
g) Letakkan pasien berbaring dengan bagian kepala tempat
tidur rata.
h) Anjurkan pasien untuk berbaring menghadap tempat tidur,
dan tempatkan satu bantal di bawah wajah.
i) Mintakan pasien untuk menungging dan mengangkat
bokongnya sampai dinding perut menggantung dan hanya
dada, kedua lutut serta kaki yang menyentuh tempat tidur.
j) Rapikan pasien dan cuci tangan.
k) Dokumentasikan pada catatan keperawatan.

11). LITHOTOMY

Posisi lithotomi adalah sikap pasien terlentang dimana paha diangkat


dan ditekuk ke arah perut. Oleh karena itu posisi ini sukar
dipertahankan, maka digunakan penahan untuk kaki tersebut.
Persalinan tindakan pada area genetalia, hemoroid, curetase, KB,
Spiral IUD. Caranya:
a) Kaji kesejajaran tubuh dan tingkat kenyamanan selama
pasien berbaring.
b) Persiapkan peralatan dan dekatkan dengan pasien.
c) Naikkan tempat tidur pada ketinggian yang nyaman untuk
bekerja, pindahkan bantal dan alat bantu yang digunakan
pada posisi awal.
d) Minta bantuan bila diperlukan
e) Jelaskan prosedur pada pasien
f) Cuci tangan dan jaga privasi pasien.
g) Letakkan pasien berbaring dengan bagian kepala tempat
tidur rata.
h) Pasang bantal di bagian kepala.
i) Mintalah pasien mengangkat paha dan menekuk ke arah
perut, lalu pertahankan tungkai bawah berada sejajar
dengan posisi lutut.
j) Pasangkan alat penyangga kaki.
k) Lakukan pemeriksaan sesuai kebutuhan.
l) Rapikan pasien dan dokumentasikan.

2.2. Definisi Range Of Motion (ROM)


Range Of motion (ROM), merupakan istilah baku untuk menyatakan
batas/besarnya gerakan sendi baik normal. ROM juga digunakan sebagai
dasar untuk menetapkn adanya kelainan batas gerakan sendi abnormal.
Rentang gerak atau (Range Of Motion) adalah jumlah pergerakan maksimum
yang dapat di lakukan pada sendi, di salah satu dari tiga bidang yaitu: sagital,
frontal, atau transversal.
Range Of Motion (ROM), adalah gerakan yang dalam keadaan
normaldapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan. Range Of Motion
dibagimenjadi dua jenis yaitu ROM aktif dan ROM pasif. Range of motion
adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot, di mana klien menggerakanmasing-masing persendiannya
sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.

2.2.1. Jenis - Jenis ROM


Jenis – jenis ROM sebagai berikut:
1) ROM Aktif
Dapat memberikan informasi tentang keberadaan gerakan
yang dilakukan klien/pasien termasuk memantau/melihat
koordinasi gerak, kekuatan otot dan ROM sendiri.
Bila terdapat rasa nyeri selama melakukan aktif ROM,
kemungkinan terjadi pemendekan atau penguluran pada jaringan
kontraktil (otot dan tendon). Rasa nyeri dapat juga disebabkan oleh
penguluran/penjepitan jaringan non kontraktil seperti ligamen,
kapsul sendi dan bursa.
2) Pasif ROM
Pasif ROM biasanya sedikit lebih besar daripada aktif
ROM. Hal ini disebabkan oleh kontrol gerak volunteer pada tiap
sendi lebih kecil pada pasif ROM. Pemeriksaan pasif ROM
memberikan informasi tentang integritas permukaan sendi dan
ekstensibilitas kapsul sendi, ligmen dan otot tanpa dipengaruhi oleh
kekuatan otot dan koordinasi gerak klien/pasien.

2.2.2. Macam – Macam Gerakan ROM


2.2.4 Prinsip Dasar ROM
Prinsip dasar latihan range of motion (ROM) :
1) ROM harus di ulangi sekitar 8 kali dan di kerjakan minimal 2kali sehari
2) ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehinga tidak melelahkanpasien.
3)Dalam merencanakan program latihan range of motion (ROM) , Memperhatikan
umur pasien, diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah baring.
4) ROM sering di programkan oleh dokter dan di kerjakan oleh ahli fisioterapi
5) Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari, lengan,
siku, bahu, tumit, atau pergelangan kaki.
6) Rom dapat dilakukan pada semua persendian yang di curigaimengurangi proses
penyakit.
7) Melakukan ROM hrus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau perawatan
rutin telah dilakukan
2.2.5 Gerakan Pada ROOM
A. Rom aktif Merupakan latian gerak isotonik ( Terjadi kontraksi dan
pergerakan otot )yang dilakukan klien dengan menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai dengan rentang geraknya yang normal.
B. Rom pasif merupakan latihan pergerakan perawat atau petugas lain
yang menggerakkan persendian klien sesuai dengan rentang geraknya.
Prosedur pelaksanaan:
Gerakan pinggul dan panggul
1) Fleksi dan ekstensi lutut dan pinggula.
a. Angkat kaki dan bengkokkan lutut
b. Gerakkan lutut ke atas menuju dada sejauh mungkin
c. Kembalikan lutut ke bawah, tegakkan lutut, rendahkan kaki
sampai pada kasur.
2) Abduksi dan adduksi kaki
a. Gerakkan kaki ke samping menjauh klien
b. Kembalikan melintas di atas kaki yang lainnya
3) Rotasikan pinggul internal dan eksternal
a. Putar kaki ke dalam, kemudian ke luarGerakkan telapak kaki dan
pergelangan kaki
4) Dorso fleksi telapak kaki
a. Letakkan satu tangan di bawah tumit
b. Tekan kaki klien dengan lengan anda untuk menggerakkannya ke
arah kaki
5) Fleksi plantar telapak kaki
a. Letakkan satu tangan pada punggung dan tangan yang lainnya
berada pada tumit
b. Dorong telapak kaki menjauh dari kaki
6) Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki
a. Letakkan satu tangan pada punggung kaki klien, letakkan tangan
yang lainnya pada pergelangan kaki
b. Bengkokkan jari-jari ke bawah
c. Kembalikan lagi pada posisi semula
7) Intervensi dan eversi telapak kaki
a. Letakkan satu tangan di bawah tumit, dan tangan yang lainnyadi
atas punggung kaki
b. Putar telapak kaki ke dalam, kemudian ke luar.
2.2 Konsep dasar kekuatan otot

Otot merupakan alat gerak aktif, sebagai hasil kerja sama antaraotot
dan tulang. Tulang tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak jika tidakdigerakan
oleh otot, hal ini karena otot mempunyai kemampuan berkontraksi ( memendek /
kerja berat & memanjang / kerja ringan ) yang mengakibatkan terjadinya
kelelahan otot, proses kelelahan ini terjadi saat
waktu ketahanan otot ( jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot )
terlampaui.Pengertian kekuatan otot adalah kemampuan dari otot baik
secarakualitas maupun kuantitas mengembangkan ketegangan otot untuk
melakukan kontraksi.
A. Pengukuran kekuatan otot
Perubahan struktur otot sangat bervariasi. Penurunan jumlah dan
serabut otot, atrofi, pada beberapa serabut otot dan hipertropi pada
beberapa serabut otot yang lain, peningkatan jaringan lemak dan jaringan
penghubung dan lain-lain mengakibatkan efek negative. Efek
tersebutadalah penurunan kekuatan, penurun fleksibilitas, perlambatan
waktureaksi dan penurunan kemampuan fungsional.
Penilaian Kekuatan Otot mempunyai skala ukur yang
umumnyadipakai untuk memeriksa penderita yang mengalami
kelumpuhan selain mendiagnosa status kelumpuhan juga dipakai untuk
melihat apakah ada kemajuan yang diperoleh selama menjalani perawatan
atau sebaliknyaapakah terjadi perburukan pada penderita. Penilaian
tersebut meliputi :

(1). Nilai 0: paralisis total atau tidak ditemukan adanya kontraksi


pada otot.
(2) Nilai 1: kontaksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari
tonus otot. dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat
menggerakan sendi.
(3) Nilai 2: otot hanya mampu mengerakkan persendian tetapi
kekuatannya tidak dapat melawan pengaruh gravitasi.
(4) Nilai 3: dapat menggerakkansendi, otot juga dapat melawan
pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan
pemeriksa.
(5) Nilai 4: kekuatan otot seperti pada derajat 3 disertai dengan
kemampuan otot terhadap tahananyang ringan.
(6) Nilai 5: kekuatan otot normal.

Untuk mengetahui kekuatan atau kemampuan otot


perlu dilakukanpemeriksaan derajat kekuatan otot yang di buat ke
dalam enam derajat ( 0 – 5 ) . Derajat ini menunjukan tingkat
kemampuan otot yang berbeda-beda.

kekuatan otot normal dimana seluruh gerakan


Derajat 5 dapat dilakukan otot dengan tahanan maksimal
dari proses yang dilakukan berulang-ulang
tanpa menimbulkan kelelahan
Dapat melakukanRange Of Motion (ROM)
Derajat 4 secara penuh dan dapat melawan tahanan ringan
Dapat melkukan ROM secara penuh dengan
Derajat 3 melawan gaya berat (gravitasi), tetapi tidak
dapat melawan tahanan.
Dengan bantuan atau dengan menyangga sendi
Derajat 2 dapat melakukan ROM secara penuh
kontraksi otot minimal terasa/teraba pada otot
Derajat 1 bersangkutan tanpa menimbulkan gerakan.
Derajat 0 Tidak ada kontraksi otot sam sekal
Adapun cara untuk memeriksa kekutan otot dengan
menggunakan derajatkekuatan otot tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Pemeriksaan kekuatan otot ekstermitas atas.
1) Pemeriksaan kekuatan otot bahu.Caranya:
a). Minta klien melakukan fleksi pada lengan ekstensi
lengan dan beri tahanan.
b). Lakukan prosedur yang sama untuk gerakan ekstensi
lengan, lalu beri tahanan.
c). Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.
2) Pemeriksaan kekuatan otot siku.Caranya:
a) Minta klien melakukan gerakan fleksi pada siku dan beri
tahanan.
b) Lakukan prosedur yang sama untuk gerakan ekstensi
siku, lalu beri tahanan.
c) Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.
3) Pemeriksaan kekuatan otot pergelangan tangan.
a) Letakkan lengan bawah klien di atas meja dengan
telapak tanganmenghadap keatas.
b) Minta klien untuk melakukan gerakan fleksi telapak
tangan denganmelawan tahanan.
c) Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.
4) Pemeriksaan kekuatan otot jari-jari tanganCaranya:
a) Mintalah klien untuk meregangkan jari-jari melawan
tahanan.
b) Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5

2. Pemeriksaan kekuatan otot ekstremitas bawah


1). Pemeriksaan kekuatan otot panggul.Caranya:
a). Atur posisi tidul klien, lebih baik pemeriksaan dilakukan
dalam posisi supine.
b). Minta klien untuk melakukan gerakan fleksi tungkai
dengan melawantahanan.
c). Minta klien untuk melakukan gerakan abduktif dan
adduksi tungkaimelawan tahanan.
d). Nilai kekuatan otot dengan menggunkan skala 0-5.
2). Pemeriksaan kekuatan otot lutut.Caranya:
a). Minta klien untuk melakukan gerakn fleksi lutut dengan
melawantahanan.
b). Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.
3). Pemeriksan kekuatan otot tumit.Caranya:
a). Minta klien untuk melakukan gerakan plantarfleksi dan
dorsifleksidengan melawan tahanan.
b). Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.
4). Pemeriksaan kekuatan otot jari-jari kaki.
a). Minta klien untuk melakukan gerakan fleksi dan ekstensi
jari-jari kaki dengan melawan tahanan.
b). Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5

Anda mungkin juga menyukai