Anda di halaman 1dari 15

Bab 6

ISU STRATEGIS DAN PERMASALAHANNYA

6.1 Isu dan Permasalahan Umum


Isu strategis dan permasalahan umum yang menjadi kendala utama dalam
mewujudkan kegiatan perikanan berkelanjutan di Indonesia adalah: 1) pengelolaan
perikanan (fisheries management); 2) penegakan hukum (law enforcement); dan 3)
pelaku usaha perikanan. Masih lemahnya sistem pengelolaan perikanan merupakan
isu strategis dan permasalahan umum yang pokok dalam mewujudkan sektor
perikanan berkelanjutan di Indonesia. Hal ini telah diindikasikan dengan tidak
meratanya tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di wilayah Indonesia. Sebagai
contoh untuk perikanan tangkap, banyak perairan laut di kawasan barat dan tengah
Indonesia sudah menunjukkan gejala padat tangkap (overfishing), seperti Selat
Malaka, perairan timur Sumatera, Laut Jawa, dan Selat Bali. Sementara, di perairan
laut kawasan timur Indonesia, tingkat pemanfaatan sumberdaya ikannya belum
optimal atau masih underfishing. Akibatnya, pada daerah-daerah penangkapan ikan
tertentu yang mengalami over-exploitation, nelayan-nelayannya umumnya menjadi
miskin, karena sulit mendapatkan ikan hasil tangkapan. Selain itu pula, sangat rawan
terjadinya konflik antar nelayan di perairan tersebut. Disisi lain, pada daerah-daerah
penangkapan ikan yang tingkat pemanfaatannya belum optimal atau underfishing,
sumber daya ikan yang bernilai tersebut terkesan dibuang begitu saja, bahkan di
beberapa perairan, yang memanfaatkannya adalah kapal-kapal perikanan illegal dari
negara lain. Untuk contoh perikanan budidaya, salah satunya adalah memenuhi
kebutuhan nasional akan benih dan pakan seringkali tidak mencukupi, sehingga
aktivitas perikanan budidaya, sebagian masih tergantung dengan negara lain yang
tentunya akan mengancam keberlanjutan usaha para pembudidaya ikan nasional.
Kenyataan seperti tersebut di atas sebagai cerminan bahwa betapa belum kuatnya
pengelolaan perikanan nasional, sehingga pemerintah perlu segera menata dan
memperbaiki kelemahan yang ada sekarang dengan melakukan penguatan
kebijakannya.

Bab 6 Isu Strategis dan Permasalahannya Page 6-1


Kondisi penegakan hukum untuk sektor perikanan di Indonesia juga relatif masih
lemah, baik secara kuantitas dan kualitas. Belum kuatnya penegakan hukum di bidang
perikanan ini, selain mengakibatkan kerugian negara, baik secara ekonomi dan
lingkungan, juga berdampak pada penegakan kedaulatan wilayah negara, sehingga
dapat mengakibatkan rakyat Indonesia menjadi tidak berdaulat di negaranya sendiri.
Contoh utama akibat belum tegaknya hukum di bidang perikanan tangkap adalah
maraknya kegiatan IUU fishing yang jelas-jelas menjadi kendala utama untuk
mewujudkan pembangunan perikanan berkelanjutan. Sementara dibidang perikanan
budidaya adalah masalah peraturan tata ruang yang sering kali dilanggar atau tidak
dipatuhi tanpa ada tindakan yang tegas dari pemerintah atau aparat penegak hukum.
Bahkan tidak sedikit aturan tata ruang diganti atau disesuaikan dengan kepentingan
pribadi atau kelompok penguasa
Isu strategis lainnya adalah pelaku usaha perikanan yang sebagian besar belum
memiliki pengetahuan yang cukup tentang usaha perikanan yang berkelanjutan dan
juga belum memiliki skala usaha yang layak (economy of scale). Akibatnya, tidak
sedikit pelaku usaha perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya,
yang melakukan praktik-praktik usaha perikanan yang tidak berkelanjutan, bahkan
beberapa masih ada yang menggunakan alat tangkap atau bahan-bahan yang
berbahaya bagi sumber daya ikan, lingkungan, dan manusianya. Terlebih lagi
ditambah dengan skala usaha ekonomi mereka yang belum layak, sehingga para
pelaku usaha perikanan tersebut lebih cenderung untuk mengejar kuantitas produksi
semata, tanpa memperhatikan daya dukung ekosistemnya.

6.2 Isu dan Permasalahan Perikanan Tangkap

Untuk mengetahui akar permasalahan yang menghambat dalam mewujudkan


perikanan tangkap berkelanjutan, maka dilakukan analisis berdasarkan sebab akibat
dengan menggunakan diagram tulang ikan (fish-bone diagram). Diagram tersebut
dianalisis berdasarkan hasil desk study, diskusi intensif dengan para pemangku
kepentingan terkait (seperti: Kepala Pelabuhan Perikanan, Kepala Dinas Perikanan dan
Kelautan, dan Kepala PSDKP di lokasi survei) dengan panduan kuisioner dan
kunjungan lapangan. Gambar 6.1 menjelaskan hasil analisis dengan pendekatan
diagram tulang ikan atau fish-bone diagram tentang akar permasalahan yang
menghambat terwujudnya perikanan tangkap yang berkelanjutan.

Bab 6 Isu Strategis dan Permasalahannya Page 6-2


Gambar 6.1 Hasil Analisis Diagram Tulang Ikan untuk Permasalahan
Perikanan Tangkap Nasional

Kemudian, dari hasil analisis tersebut diatas, maka disusun beberapa isu dan
permasalahan utama yang menghambat pembangunan perikanan tangkap
berkelanjutan berdasarkan aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan kelembagaan,
seperti dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1 Isu, Permasalahan dan Dampak Potensial pada Keberlanjutan Perikanan
Tangkap

No Isu Permasalahannya Dampak Potensial

ASPEK EKONOMI
1. Daya saing produk - Usaha perikanan tangkap - Penyediaan lapangan kerja
perikanan tangkap yang belum efisien akan berkurang
masih rendah
- Kontinuitas produksi tidak - Pendapatan masyarakat akan
stabil menurun.

- Penerimaan devisa akan


menurun

2. Kurang berkembangnya - Sistem logistik ikan belum - Usaha perikanan akan sangat
pasar domestik untuk tertata dengan baik dan tergantung dengan negara

Bab 6 Isu Strategis dan Permasalahannya Page 6-3


No Isu Permasalahannya Dampak Potensial

produk perikanan efisien pengimpor


tangkap dan
- Daya beli sebagian besar - Kualitas masyarakat
pengamanan kualitas
masyarakat Indonesia masih Indonesia akan menurun,
ikan
lemah akibat rendahnya tingkat
konsumsi ikan per kapita
- Tingkat pemahaman untuk
pengamanan kualitas ikan - Akan terjadi penggunaan
pada nelayan/pembudi daya bahan-bahan yang berbahaya
ikan masih kurang untuk mengawetkan /
mengolah ikan

3. Akses untuk - Prosedur perbankan yang - Usaha perikanan yang ada


permodalan bagi sulit dipenuhi bagi nelayan tidak akan berkembang
pengembangan usaha skala kecil.
- Akan terjadi tingkat
perikanan tangkap
- Tingkat suku bunga kredit pemanfaatan sumber daya
terbatas
yang masih relatif tinggi ikan yang tidak berimbang
dan optimal

ASPEK SOSIAL
4. Kualitas nelayan - Profesi nelayan masih - Sulit mewujudkan praktik-
sebagian besar masih termasuk pekerjaan informal praktik penangkapan ikan
relatif rendah dan tanpa persyaratan yang profesional dan
bertanggungjawab
- Sistem upah untuk nelayan
buruh masih bersifat harian - Tingkat kesejahteraan
dengan cara bagi hasil nelayan buruh akan sulit
ditingkatkan, karena tidak
- Sebagian besar nelayan skala
memiliki kemampuan
kecil berusaha secara sendiri-
manajemen keuangan yang
sendiri (individual).
baik

- Posisi tawar nelayan menjadi


lemah

ASPEK LINGKUNGAN
5. Kegiatan Illegal, - Kurangnya sarana dan SDM - Sumber daya ikan (SDI) akan
Unregulated and penegak hukum di laut mengalami degradasi dan
Unreported (IUU) overfishing
- Belum diberdayakannya
Fishing
petugas Pengawas - Hilangnya nilai devisa dari
Sumberdaya Ikan dan sub-sektor perikanan tangkap
Pengawas Kapal lkan secara
- Berkurangnya nilai PNBP sub-
optimal
sektor perikanan tangkap
- Manipulasi ukuran GT kapal

6. Padat tangkap - Kemampuan sebagian besar - SDI di perairan pantai akan


(Overfishing) di armada perikanan tangkap di mengalami degradasi hingga
perairan pantai Indonesia hanya dapat kepunahan
beroperasi di perairan pantai,
- Usaha perikanan rakyat akan
karena skalanya yang relatif
mengalami degradasi hingga
kecil.
menuju kebangkrutan
- Kebijakan ”limited access”

Bab 6 Isu Strategis dan Permasalahannya Page 6-4


No Isu Permasalahannya Dampak Potensial

belum diterapkan secara


menyeluruh.

ASPEK KELEMBAGAAN
7. Lemahnya kapasitas - Kemampuan kapasitas - Maraknya aksi IUU fishing,
kelembagaan pengawas kelembagaan pengawas baik oleh kapal ikan asing
dan penegakan hukum perikanan masih terbatas maupun kapal ikan Indonesia

- Belum optimalnya koordinasi - Biaya operasi pengawasan


antar instansi terkait dalam yang mahal dan dengan hasil
pengendalian pemanfaatan yang kurang efektif
sumberdaya perikanan
- Tidak terlindunginya usaha
- Kapasitas kelembagaan investasi usaha yang legal
penegakan hukum belum dibidang perikanan tangkap
kuat, tegas, dan independent

8. Sistem pendataan - Mekanisme pengumpulan - Rumusan Kebijakan dan


perikanan tangkap yang data perikanan tangkap masif Program Pembangunan
belum andal dan masih bersifat pasif. Perikanan Tangkap Tidak
parsial Tepat Sasaran
- Belum adanya sistem
pengelolaan data perikanan - Terbatasnya Investasi
tangkap yang terintegrasi Perikanan Tangkap karena
ketidaktersediaan data dan
- Terbatasnya SDM pengelola
informasi.
data perikanan tangkap
- Salah pengelolaan
- Terbatasnya sarana dan
prasarana untuk pengelolaan
data perikanan tangkap

Terdapat delapan isu beserta permasalahan dan dampak potensial yang terjadi
dalam kegiatan pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan di Indonesia.
Delapan isu tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Daya saing produk yang masih rendah

Produk-produk perikanan mengalami kalah saing jika dibandingkan dengan


produk pangan lain, seperti daging sapi dan ayam. Permasalahan yang terjadi
adalah usaha perikanan yang belum efisien maupun kontinuitas produksi yang
tidak stabil. Penyebabnya antara lain adalah kurangnya sarana prasarana maupun
pengetahuan untuk meningkatkan atau memberikan nilai tambah pada produk
perikanan.

Dampak dari rendahnya daya saing produk perikanan tangkap adalah


berkurangnya lapangan pekerjaan, yang diiringi menurunnya pendapatan

Bab 6 Isu Strategis dan Permasalahannya Page 6-5


masyarakat. Secara global maka negara juga akan mengalami kerugian akibat
menurunnya devisa.

2. Pasar domestik perikanan tangkap yang kurang berkembang dan pengamanan


kualitas ikan
Permasalahan logistik perikanan yang belum tertata dengan baik dan efisien.
Saat ini permasalahan logistik perikanan sudah menjadi fokus bagi pemerintah.
Logistik produk perikanan memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk lain
seperti penanganan yang berbeda dengan produk pertanian, peternakan maupun
produk lain. Selain itu permasalahan lokasi Indonesia yang terdiri dari banyak
pulau juga menjadi kendala tersendiri yaitu untuk daerah-daerah terpencil yang
terdapat di bagian timur Indonesia yang memiliki sumberdaya besar namun
memiliki kesulitan untuk mendistribusikan.
Permasalahan lain yang timbul adalah kurangnya daya beli masyarakat
terhadap produk perikanan. Keinginan makan ikan masyarakat Indonesia termasuk
rendah jika dibandingkan dengan negara lain, hal ini terlihat dari konsumsi ikan
per kapita Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan negara Asia lain.
Penyebab kurangnya konsumsi ikan per kapita adalah kondisi ekonomi
masyarakat, dan masih sulitnya mendapat ikan di daerah pelosok. Karena
arus distribusi lambat, ikan segar tidak lagi murah sampai ke tangan
konsumen.
Kurang berkembangnya pasar domestik perikanan tangkap di Indonesia
menyebabkan usaha perikanan sangat tergantung dengan negara-negara
pengimpor, sedangkan pada pemasaran ekspor sendiri para pengusaha juga
mengalami banyak kendala seperti keterlambatan pembayaran, hingga ditolaknya
produk perikanan yang kadang terjadi bukan dengan alasan yang jelas. Selain itu
kurangnya konsumsi ikan per kapita juga dapat menurunkan kualitas masyarakat
Indonesia, hal ini karena ikan merupakan sumber protein yang tersusun atas asam
amino esensial yang lengkap dan mudah dicerna dibanding protein dari sumber
hewani lainnya. Selain itu lemak pada ikan mengandung lemak tak jenuh yang
biasa disebut omega 3. Dimana salah satu dari keunggulan omega 3 pada ikan
adalah dapat meminimalisir penyekit degeneratif seperti jantung koroner.

Selanjutnya, saat ini juga sedang santer diberitakan mengenai keamanan


pangan di negara ini, termasuk salah satunya pengamanan kualitas ikan.

Bab 6 Isu Strategis dan Permasalahannya Page 6-6


Permasalahannya adalah rendahnya tingkat pemahaman nelayan ataupun
pengusaha ikan dalam pengamanan kualitas ikan.

Permasalahan tersebut akan berdampak terjadinya penggunaan bahan-


bahan berbahaya untuk mengawetkan atau mengolah ikan. Hal ini diperparah
dengan rendahnya pengawasan terhadap penjualan bahan-bahan tidak layak
tersebut di pasaran bebas.

3. Akses permodalan usaha perikanan tangkap masih terbatas

Permasalahan yang terjadi saat ini adalah sulitnya prosedur perbankan bagi
masyarakat nelayan yang sebagian besar merupakan nelayan skala kecil. Selain itu
suku bunga kredit yang relatif tinggi juga menjadi salah satu penghambat
berkembangnya usaha perikanan nelayan di Indonesia.

Dampak dari terbatasnya akses permodalan usaha bagi nelayan adalah


sulitnya perkembangan usaha perikanan tangkap atau cenderung stagnan. Di sisi
lain terbatasnya akses permodalan bagi nelayan juga menyebabkan pemanfaatan
sumberdaya ikan yang tidak berimbang terutama di daerah pesisir.

4. Kualitas nelayan sebagian besar masih relatif rendah

Pekerjaan nelayan di Indonesia merupakan pekerjaan informal. Hal ini


menyebabkan sebagian besar nelayan Indonesia berkualitas relatif rendah, karena
menjadi nelayan tidak dibutuhkan persyaratan atau ketrampilan tertentu.
Sehingga kemampuan mereka dalam hal pengetahuan dan ketrampilan dalam
menangkap ikan, manajemen usaha, penanganan kualitas ikan hingga
pemasarannya, masih sangat terbatas.

Selain itu, sistem upah untuk nelayan buruh masih bersifat harian dengan
cara bagi hasil. Hal ini memberikan tingkat ketidakpastian yang tinggi terhadap
kehidupan para nelayan terutama di musim panceklik.

Sementara, untuk para nelayan skala kecil yang beroperasi secara mandiri,
mereka tidak memiliki posisi tawar yang kuat untuk menentukan harga ikan hasil
tangkapannya. Hal tersebut karena mereka umumnya bekerja secara sendiri-
sendiri dan tidak bekerja dalam satu serikat usaha bersama.

Dengan adanya permasalahan-permasalahan yang terjadi tersebut


menyebabkan terjadinya kesulitan untuk mewujudkan optimalisasi pemanfaatan

Bab 6 Isu Strategis dan Permasalahannya Page 6-7


sumberdaya ikan yang bertanggungjawab terkait dengan kurangnya kualitas
nelayan, sehingga terjadi banyak kesulitan untuk melakukan alih pemahaman
maupun alih teknologi. Kemudian dari sisi sosial-ekonomi, tingkat kesejahteraan
nelayan buruh dan skala kecil di Indonesia juga akan sulit untuk ditingkatkan
karena mereka mempunyai kemampuan yang terbatas dalam manajemen usaha,
sehingga di saat musim panen akan menghamburkan pendapatannya dan di
musim panceklik mencari pinjaman untuk menutupi kekurangan pendapatannya.

5. Adanya IUU Fishing

Secara umum petugas pengawas sumber daya kelautan dan perikanan


(PSDKP) belum berfungsi secara optimal. Selain itu di banyak daerah Kelompok
Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) belum berfungsi dan belum berkoordinasi
dengan PSDKP dengan baik. POKMASWAS sendiri seharusnya dapat menjadi
informasi awal yang baik bagi kegiatan illegal yang dilakukan di laut, baik
destructive fishing maupun pelanggaran oleh negara lain.

Sarana dan prasarana yang digunakan untuk penegakan hukum di laut


sangat kurang. Para pengawas belum dilengkapi dengan transportasi dan
peralatan yang memadai. Sehingga cenderung tidak dapat berbuat banyak
walaupun melihat adanya pelanggaran di laut terutama yang dilakukan oleh asing.

Manipulasi ukuran tonage (GT) dan perijinan (SIPI dan SIKPI) kapal ikan
adalah hal yang sangat terkait dengan tidak terlaporkannya kondisi armada
penangkapan yang ril atau sesungguhnya di Indonesia. Hal ini menyebabkan
sulitnya untuk membuat kebijakan berkenaan dengan jumlah armada yang boleh
beroperasi sebagai input control dalam pengelolaan perikanan tangkap
berkelanjutan. Manipulasi ini banyak dilakukan pemilik kapal dengan alasan
sulitnya mengurus birokrasi perijinan ke tingkat lebih tinggi jika melaporkan
ukuran kapal yang sebenarnya, selain itu, hal tersebut juga dilakukan oleh pemilik
kapal untuk menghindari pajak dan sebagainya.

Kegiatan IUU fishing yang terjadi di perairan Indonesia memberikan dampak


negatif terhadap dua sektor penting yaitu lingkungan dan pendapatan negara.
Dengan adanya kegiatan IUU fishing sumberdaya ikan terkuras tanpa
dimanfaatkan dengan baik sehingga akan mengalami degradasi dan overfishing.
Sedangkan dari sektor pendapatan negara terjadi kehilangan nilai devisa dari sub-

Bab 6 Isu Strategis dan Permasalahannya Page 6-8


sektor perikanan tangkap yang cukup besar dan berkurangnya nilai PNBP
perikanan tangkap.

6. Padat tangkap di perairan pantai


Telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar kegiatan perikanan
tangkap di Indonesia (89%) merupakan skala kecil dengan ukuran kapal kurang
dari 5 GT yang beroperasi di hampir semua pesisir Indonesia. Hal ini utamanya
disebabkan kondisi sosial masyarakat peisisir yang memiliki berbagai keterbatasan
baik dari segi ekonomi maupun SDM.
Permasalahan lainnya adalah belum diterapkannya kebijakan “limited access”
secara menyeluruh, sehingga hingga saat ini belum terjadi pembatasan baik
armada penangkapan, alat tangkap maupun jumlah dan jenis tangkapan.
Permasalahan yang terjadi di atas menyebabkan terjadinya dampak negatif
berupa terganggunya ekosistem pantai yang merupakan sumber trophic level,
sehingga dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan kehancuran
sumberdaya bahkan kepunahan ikan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa
keberlanjutan perikanan akan berhubungan antara beberapa aspek, jika
sumberdaya mengalami kehancuran yang merupakan kehancuran lingkungan
maka akan berdampak pula terhadap degradasi usaha perikanan rakyat.

7. Lemahnya kapasitas kelembagaan pengawas dan penegakan hukum


Kemampuan kapasitas kelembagaan pengawas perikanan masih terbatas,
baik dari sisi sarana, SDM, maupun dana operasionalnya. Hal ini menjadi salah
satu kendala untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal, apalagi
dengan cakupan wilayah perikanan tangkap yang sangat luas, tentu memerlukan
kapasitas kelembagaan pengawasan perikanan yang kuat.
Kemudian, ditambah lagi dengan belum optimalnya koordinasi antar instansi
terkait dalam pengendalian sumber daya ikan, yang menyebabkan banyaknya
celah untuk terjadi pelanggaran di laut, baik dari sisi kuantitas maupun
kualitasnya.
Kapasitas kelembagaan penegakan hukum di bidang perikanan tangkap juga
belum kuat, tegas, dan independent (mandiri), karena keputusannya seringkali
masih dipengaruhi oleh oknum-oknum penguasa. Hal ini terjadi, karena
Pemerintah belum memberikan dukungan penuh kepada lembaga penegakan

Bab 6 Isu Strategis dan Permasalahannya Page 6-9


hukum tersebut, sehingga oknum-oknum penguasa masih bisa dapat
mempengaruhi dalam proses penegakan hukumnya.
Bila permasalahan diatas tidak segera diatasi maka akan menimbulkan
dampak akan maraknya aksi IUU fishing, yang tidak hanya dilakukan oleh kapal
ikan asing, tetapi juga oleh kapal ikan Indonesia. Selain itu, karena kurangnya
keterpaduan dalam melakukan operasi pengawasan, maka biaya operasi
pengawasan akan menjadi mahal dengan hasil yang kurang efektif. Kemudian,
investasi usaha perikanan tangkap akan menurun, karena tidak terjamin dan
terlindunginya usaha investasi usaha perikanan tangkap yang legal.

8. Sistem pendataan yang belum handal dan masih parsial


Pendataan perikanan termasuk hal utama yang harus diatasi terlebih dahulu.
Hal ini disebabkan pendataan perikanan merupakan input utama dalam
menentukan pengambilan kebijakan yang akan dilakukan kemudian. Saat ini
pencatatan data perikanan tangkap belum tepat, cepat, dan efisien serta masih
parsial. Penyebabnya utamanya adalah dibangunnya sistem basis data yang
komprehensif dan bersifat pro-aktif. Selain itu, juga karena terbatasnya SDM
pengelola data perikanan tangkap dan terbatasnya sarana dan prasarana
pendukung untuk pengelolaan sistem basis data dan informasi perikanan tangkap.
Dampak yang dihasilkan dari ketidakakuratan data perikanan tangkap adalah
terciptanya rumusan kebijakan pembangunan perikanan tangkap yang tidak tepat
sasaran, sehingga menghasilkan pengelolaan yang salah. Dismping itu,
ketidaktepatan data dan informasi perikanan tangkap juga berdampak pada
investasi bidang perikanan tangkap yang tidak tepat, sebagai contoh kesalahan
dalam penentuan lokasi pelabuhan perikanan, penentuan jumlah alokasi kapal ikan
dan sebagainya.

Pada dasarnnya setiap permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan perikanan


tangkap yang berkelanjutan sangat berhubungan antara satu dengan lainnya.
Keterikatan antara satu masalah dengan masalah lainnya dapat dilihat pada Gambar
6.1. Secara garis besar penyebab utama dari semua akar permasalahan tersebut dapat
dikelompokkan kedalam 4 (empat) aspek, yakni: ekonomi, sosial, ekologi/lingkungan,
dan kelembagaan.

Bab 6 Isu Strategis dan Permasalahannya Page 6-10


Permasalahan ekonomi yang terjadi adalah akibat: kemiskinan nelayan,
keterbatasan modal, kesulitan BBM, TPI dan industri yang tidak berkembang. Akar
permasalahan dari kemiskinan nelayan sendiri disebabkan oleh masalah sosial seperti
pendidikan yaang kurang baik, terutama untuk masyarakat pesisir. Selain itu
permasalahan kesulitan modal bagi nelayan juga menjadi kesulitan untuk melakukan
usaha penangkapan ikan yang baik. Kombinasi antara kemiskinan yang disebabkan
oleh SDM yang kurang serta keterbatasan modal ini menyebabkan terjadinya padat
tangkap di sebagian besar pesisir laut Indonesia, selain itu kedua permasalahan
tersebut merupakan penyebab terjadinya praktek illegal fishing seperti
penyalahgunaan alat tangkap, penangkapan ikan yang bersifat merusak (penggunaan
bom, potassium dan sebagainya). Dan maraknya kegiatan illegal fishing ini juga
diperparah dengan sistem pengawasan perikanan (MCS) yang belum terlaksana
dengan baik. Selain itu dalam permasalahan ekonomi juga terjadi kegiatan TPI yang
tidak berkembang, dimana seperti yang diketahui bersama bahwa fungsi pelabuhan
perikanan adalah sebagai perputaran uang. Penyebab suatu pelabuhan tidak
berkembang diantaranya adalah sarana prasarana yang kurang memadai di pelabuhan
tersebut, kurangnya pelayanan jasa dari pemerintah terkait, teknologi penangkapan
yang belum maksimal, serta kesesuaian antara pelabuhan perikanan dengan para
pelaku perikanan.

Permasalahan sosial utama yang terjadi dalam perikanan tangkap berkelanjutan


adalah kondisi SDM mayarakat nelayan yang mayoritas masih kurang baik. Hal ini
disebabkan oleh rendahnya pendidikan formal yang sebagian besar disebabkan oleh
sulitnya sekolah atau akses di daerah pesisir. Kurangnya pendidikan ini berdampak
sulitnya masyarakat nelayan untuk menerima transfer ilmu maupun transfer teknologi,
sehingga sering terjadi pelanggaran.

Permasalahan ekologi/lingkungan yang terjadi adalah tekanan terhadap


sumberdaya ikan terutama di daerah pesisir. Tekanan ini menyebabkan stok ikan yang
menurun. Akar penyebab dari menurunnya sumberdaya ikan adalah penyalahgunaan
alat tangkap seperti ukuran mata jaring yang terlalu kecil sehingga menyebabkan
banyak tertangkapnya ikan berukuran kecil yang belum matang gonad. Selain itu
penggunaan alat tangkap yang bersifat merusak juga masih marak digunakan oleh
nelayan seperti penggunaan bom maupun potassium untuk menangkap ikan. Sehingga
menyebabkan kerusakan ekosistem laut dan terganggunya habitat ikan. Praktek illegal

Bab 6 Isu Strategis dan Permasalahannya Page 6-11


fishing dari asing semakin memperparah tekanan terhadap stok ikan. Illegal fishing ini
terutama diakibatkan oleh belum mampunya pemerintah dalam mengawasi seluruh
perairan Indonesia, baik secara sarana prasarana, SDM, maupun sistem pelaksanaan.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa permasalahan ekologi / lingkungan
disebabkan oleh permasalahan ekonomi dan sosial yang timbul terlebih dahulu, namun
jika permasalahan ini tidak kunjung diatasi maka permasalahan ekonomi dan sosial
yang terjadi akan semakin besar karena jika sumberdaya ikan berkurang atau bahkan
habis, maka tentu saja roda perekonomian akan terhenti dan berdampak pula pada
kehidupan sosial masyarakat.

Permasalahan kelembagaan pada perikanan tangkap terutama adalah pendataan


terkait perikanan tangkap yang kurang baik. Data yang akurat adalah hal penting
dalam penentuan kebijakan, dengan data yang tidak sesuai maka akan menyebabkan
terjadinya kesalahan pengambilan keputusan terkait pengelolaan perikanan
berkelanjutan. Selain itu pendataan yang kurang baik menyebabkan minat investor
yang kurang berkembang, hal ini disebabkan tingginya ketidakpastian dalam bisnis
yang akan dijalani, sehingga industri juga tidak berkembang dengan baik. Selain itu
kerjasama antar pemerintah daerah masih kurang untuk memunculkan kegiatan
ekonomi yang baik dalam pasar domestik. Permasalahan kelembagaan lain adalah
kurangnya kontrol dan pengawasan pemerintah dalam kegiatan perikanan tangkap
terutama untuk kegiatan hulu berupa penangkapan ikan di laut. Seperti dijelaskan
sebelumnya bahwa ini disebabkan masih minimnya sarana prasarana, SDM, maupun
sistem pelaksanaan MCS di Indonesia.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa antara satu permasalahan dengan


permasalahan lainnya dalam pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan tentu
sangat terkait dan berhubungan. Untuk itu, kebijakan yang nantinya perlu diambil
oleh pemerintah harus berlaku secara komprehensif untuk dapat mengatasi berbagai
aspek tersebut secara bersamaan dan sinergi.

Bab 6 Isu Strategis dan Permasalahannya Page 6-12


6.3 Isu dan Permasalahan Perikanan Budidaya

Isu strategis dan permasalahan yang terinventarisasi dalam kajian ini dapat
dilihat dalam Tabel 6.2. Masih banyaknya isu strategis dan permasalahan tersebut
jelas menunjukkan bahwa sektor perikanan budidaya di Indonesia masih mempunyai
banyak kendala dalam pengelolaan dan pengembangannya.

TEKNOLOGI & SUMBERDAYA


Biaya SISTEM IKAN
Penurunan
Produksi tidak PRODUKSI
Mayoritas Kualitas Limbah
pembudidaya efisien Lingkungan kegiatan
skala kecil Daya saing budidaya &
produk Kontinuitas jumlah
dengan & mutu produksi non-
sistem rendah budidaya
Keterbatasan benih tidak stabil
teknologi Besarnya porsi Kawasan
produksi berkualitas
biaya dan harga penyangga
sederhana pakan Ancaman Invasive Alien rusak SUSTAINABILITY
Masalah Penyakit Species (IAS) PERIKANAN
Pasar terbatas BUDIDAYA
Kepastian tata ruang Sulit melakukan Sistem logistik BELUM BISA
diperlukan adopsi terhadap belum tertata baik
Konsumsi DIJAMIN
rendah perubahan teknologi & efisien
Hambatan dan sistem budidaya
ekspor
Konflik kepentingan Keterbatasan
Rantai Keterbatasan sarana
Tidak ada kepastian hukum modal, pengetahua
pemasaran saluran, jalan, listri, bb
dalam arti fisik dan fungsional n dan akses
belum m dll
teknologi
efisien
FASILITAS &
KELEMBAGAAN SDM INFRASTRUKTUR
PASAR DAN KEBIJAKAN

Gambar 6.2. Hasil Analisis Permasalahan Diagram Tulang Ikan untuk Perikanan
Budidaya Nasional

Berdasarkan hasil analisis permasalahan memakai metoda diagram tulang ikan


(fish-bone diagram), maka disusun isu strategis dan permasalahan beserta dampak
potensialnya yang dihadapi oleh perikanan budidaya secara nasional berdasarkan
aspek ekonomi, sosial, ekologi/lingkungan, dan kelembagaan, disajikan pada Tabel 1.

Bab 6 Isu Strategis dan Permasalahannya Page 6-13


Tabel 6.2. Isu strategis dan permasalahan beserta dampak potensialnya yang dihadapi
oleh perikanan budidaya secara nasional.

No. Isu Strategis Permasalahannya Dampak Potensial

ASPEK EKONOMI

1. Besarnya porsi biaya - Sebagian besar bahan baku - Ongkos produksi meningkat
dan tingginya harga pakan masih harus sehingga membutuhkan
pakan didatangkan dari negara lain modal usaha yang lebih
(import) besar
- Pabrik pakan skala rumah - Keuntungan pembudidaya
tangga belum berkembang berkurang
dengan baik. - Usaha budidaya ikan skala
- Kenaikan harga ikan tidak kecil akan mengalami
seimbang dengan kenaikan degradasi hingga menuju
harga pakan kebangkrutan
- Industri penyediaan bahan
baku pakan lokal masih
sangat terbatas

2. Skala Usaha - Pembudidaya ikan di - Biaya produksi menjadi


Pembudidaya Ikan Indonesia didominasi oleh tidak efisien sehingga daya
pembudidaya skala kecil saing produk rendah
sehingga porsi biaya tetap - Kontinuitas produksi tidak
yang dikeluarkan menjadi stabil
besar.
- Tingkat kesejahteraan
- Sebagian besar kualitas SDM pembudidaya ikan skala
pembudidaya ikan masih kecil akan sulit ditingkatkan,
terbatas. karena tidak memiliki
- Sistem upah untuk sebagian kemampuan manajemen
usaha budidaya skala kecil keuangan yang baik
masih bersifat harianl. - Sulit mewujudkan
optimalisasi pemanfaatan
sumber daya budidaya ikan
yang bertanggungjawab

3. Akses untuk - Prosedur perbankan yang - Usaha budidaya perikanan


permodalan bagi sulit dipenuhi bagi skala kecil tidak akan
pengembangan usaha pembudidaya skala kecil. berkembang
perikanan budidaya - Tingkat suku bunga kredit - Akan terjadi tingkat
terbatas yang masih relatif tinggi pemanfaatan sumber daya
budidaya perikanan yang
tidak berimbang dan
optimal

4. Sistem logistik - Sistem logistik kegiatan - Biaya produksi meningkat


budidaya ikan belum tertata sehingga usaha budidaya
dengan baik dan efisien menjadi kurang efisien
- Infrastruktur pendukung - Daya saing produk menjadi
masih terbatas (jalan, listrik, lemah
bbm, dll.)
- Kualitas produk dan harga
jual tidak menentu

Bab 6 Isu Strategis dan Permasalahannya Page 6-14


No. Isu Strategis Permasalahannya Dampak Potensial

ASPEK SOSIAL

5. Teknologi dan sistem - Ketersediaan benih bermutu - Pembudidaya tidak leluasa


produksi tinggi masih terbatas untuk meningkatkan skala
- Akses terhadap teknologi usaha dan atau
terbatas mengaplikasikan teknologi
untuk efisiensi usaha
- Umumnya masih
menerapkan sistem
tradisional dan atau sistem
semi-intensive

6. Masalah pengamanan - Tingkat pemahaman untuk - Akan terjadi penggunaan


kualitas ikan pengamanan kualitas ikan bahan-bahan yang
pada pembudidaya ikan berbahaya untuk dalam
masih kurang proses produksi budidaya
ikan.

ASPEK LINGKUNGAN

7. Penurunan kualitas - Masa pemeliharaan ikan - Produktivitas budidaya


perairan semakin lama perikanan akan menurun
- Ikan lebih mudah terkena - Biaya produksi akan
penyakit meningkat
- Konversi pakan makin tinggi - Dalam jangka panjang
(boros pakan) kegiatan usaha perikanan
budidaya menjadi tidak
menarik lagi

ASPEK KELEMBAGAAN

8. Kepastian tata ruang - Terjadi konflik kepentingan - Sustainability usaha


usaha budidaya dengan pengguna lain perikanan budidaya tidak
perikanan - Tidak ada kepastian hukum bisa dijamin
dalam arti fisik dan - Tidak ada jaminan bahwa
fungsional bagi para investor perairan yang ada tidak
perikanan budidaya akan tercemari baik oleh
limbah industri, pertanian
ataupun rumah tangga yang
berada dibagian hulu DAS
(Daerah Aliran Sungai) yang
mengalir di kawasan
tersebut.

9 Sistem pendataan - Mekanisme sistem - Rumusan Kebijakan dan


perikanan budidaya pencatatan data perikanan Program Pembangunan
belum andal dan budidaya belum tepat, Perikanan Budidaya Tidak
efisien cepat, dan efisien. Tepat Sasaran
- Terbatasnya SDM pengelola - Salah kebijakan dalam
data perikanan budidaya pengelolaan perikanan
- Terbatasnya sarana dan budidaya
prasarana untuk - Investasi perikanan
pengelolaan data perikanan budidaya yang tidak tepat.
budidaya

Bab 6 Isu Strategis dan Permasalahannya Page 6-15

Anda mungkin juga menyukai