Anda di halaman 1dari 20

PERMASALAHAN EKONOMI PERIKANAN INDONESIA

1. Permasalahan Umum
Isu strategis dan permasalahan umum yang menjadi kendala utama dalam
mewujudkan kegiatan perikanan berkelanjutan di Indonesia adalah: 1) pengelolaan
perikanan (fisheries management); 2) penegakan hukum (law enforcement); dan 3)
pelaku usaha perikanan. Masih lemahnya sistem pengelolaan perikanan merupakan
isu strategis dan permasalahan umum yang pokok dalam mewujudkan sektor
perikanan berkelanjutan di Indonesia. Hal ini telah diindikasikan dengan tidak
meratanya tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di wilayah Indonesia. Sebagai
contoh untuk perikanan tangkap, banyak perairan laut di kawasan barat dan tengah
Indonesia sudah menunjukkan gejala padat tangkap (overfishing), seperti Selat
Malaka, perairan timur Sumatera, Laut Jawa, dan Selat Bali. Sementara, di perairan
laut kawasan timur Indonesia, tingkat pemanfaatan sumberdaya ikannya belum
optimal atau masih underfishing. Akibatnya, pada daerah-daerah penangkapan ikan
tertentu yang mengalami over-exploitation, nelayan-nelayannya umumnya menjadi
miskin, karena sulit mendapatkan ikan hasil tangkapan. Selain itu pula, sangat rawan
terjadinya konflik antar nelayan di perairan tersebut. Disisi lain, pada daerah-daerah
penangkapan ikan yang tingkat pemanfaatannya belum optimal atau underfishing,
sumber daya ikan yang bernilai tersebut terkesan dibuang begitu saja, bahkan di
beberapa perairan, yang memanfaatkannya adalah kapal-kapal perikanan illegal dari
negara lain. Untuk contoh perikanan budidaya, salah satunya adalah memenuhi
kebutuhan nasional akan benih dan pakan seringkali tidak mencukupi, sehingga
aktivitas perikanan budidaya, sebagian masih tergantung dengan negara lain yang
tentunya akan mengancam keberlanjutan usaha para pembudidaya ikan nasional.
Kenyataan seperti tersebut di atas sebagai cerminan bahwa betapa belum kuatnya
pengelolaan perikanan nasional, sehingga pemerintah perlu segera menata dan
memperbaiki kelemahan yang ada sekarang dengan melakukan penguatan
kebijakannya.

Kondisi penegakan hukum untuk sektor perikanan di Indonesia juga relatif


masih lemah, baik secara kuantitas dan kualitas. Belum kuatnya penegakan hukum
di bidang perikanan ini, selain mengakibatkan kerugian negara, baik secara ekonomi
dan lingkungan, juga berdampak pada penegakan kedaulatan wilayah negara,
sehingga dapat mengakibatkan rakyat Indonesia menjadi tidak berdaulat di
negaranya sendiri. Contoh utama akibat belum tegaknya hukum di bidang perikanan
tangkap adalah maraknya kegiatan IUU fishing yang jelas-jelas menjadi kendala
utama untuk mewujudkan pembangunan perikanan berkelanjutan. Sementara
dibidang perikanan budidaya adalah masalah peraturan tata ruang yang sering kali
dilanggar atau tidak dipatuhi tanpa ada tindakan yang tegas dari pemerintah atau
aparat penegak hukum. Bahkan tidak sedikit aturan tata ruang diganti atau
disesuaikan dengan kepentingan pribadi atau kelompok penguasa
Isu strategis lainnya adalah pelaku usaha perikanan yang sebagian besar belum
memiliki pengetahuan yang cukup tentang usaha perikanan yang berkelanjutan dan
juga belum memiliki skala usaha yang layak (economy of scale). Akibatnya, tidak
sedikit pelaku usaha perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya,
yang melakukan praktik-praktik usaha perikanan yang tidak berkelanjutan, bahkan
beberapa masih ada yang menggunakan alat tangkap atau bahan-bahan yang
berbahaya bagi sumber daya ikan, lingkungan, dan manusianya. Terlebih lagi
ditambah dengan skala usaha ekonomi mereka yang belum layak, sehingga para
pelaku usaha perikanan tersebut lebih cenderung untuk mengejar kuantitas produksi
semata, tanpa memperhatikan daya dukung ekosistemnya.

2. Permasalahan Perikanan Tangkap

Untuk mengetahui akar permasalahan yang menghambat dalam mewujudkan


perikanan tangkap berkelanjutan, maka dilakukan analisis berdasarkan sebab akibat
dengan menggunakan diagram tulang ikan (fish-bone diagram). Diagram tersebut
dianalisis berdasarkan hasil desk study, diskusi intensif dengan para pemangku
kepentingan terkait (seperti: Kepala Pelabuhan Perikanan, Kepala Dinas Perikanan
dan Kelautan, dan Kepala PSDKP di lokasi survei) dengan panduan kuisioner dan
kunjungan lapangan. Gambar 6.1 menjelaskan hasil analisis dengan pendekatan
diagram tulang ikan atau fish-bone diagram tentang akar permasalahan yang
menghambat terwujudnya perikanan tangkap yang berkelanjutan.
Gambar Hasil Analisis Diagram Tulang Ikan untuk Permasalahan
Perikanan Tangkap Nasional

Kemudian, dari hasil analisis tersebut diatas, maka disusun beberapa isu dan
permasalahan utama yang menghambat pembangunan perikanan tangkap
berkelanjutan berdasarkan aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan kelembagaan,
seperti dapat dilihat pada tabel.

Tabel Isu, Permasalahan dan Dampak Potensial pada Keberlanjutan Perikanan


Tangkap

No Isu Permasalahannya Dampak Potensial

ASPEK EKONOMI

1. Daya saing produk - Usaha perikanan - Penyediaan lapangan


perikanan tangkap tangkap belum efisien kerja akan berkurang
yang masih rendah
- Kontinuitas produksi - Pendapatan masyarakat
tidak akan menurun.
stabil
- Penerimaan devisa akan
menurun
2. Kurang - Sistem logistik ikan -Usaha perikanan akan
berkembangnya belum tertata dengan sangat tergantung
pasar domestik baik dan efisien dengan negara
untuk produk pengimpor
- Daya beli sebagian
perikanan tangkap
besar masyarakat - Kualitas masyarakat
dan pengamanan
Indonesia masih lemah Indonesia akan
kualitas ikan
menurun, akibat
- Tingkat pemahaman
rendahnya tingkat
untuk pengamanan
kualitas ikan pada konsumsi ikan per
nelayan/pembudi daya kapita
ikan masih kurang - Akan terjadi
penggunaan bahan-
bahan yang
berbahaya untuk
mengawetkan /
mengolah ikan
3. Akses untuk - Prosedur perbankan - Usaha perikanan yang
permodalan bagi yang sulit dipenuhi bagi ada tidak akan
pengembangan nelayan skala kecil. berkembang
usaha perikanan
- Tingkat suku bunga - Akan terjadi tingkat
tangkap terbatas
kredit pemanfaatan sumber
yang masih relatif tinggi daya ikan yang tidak
berimbang dan optimal
ASPEK SOSIAL

4. Kualitas nelayan - Profesi nelayan masih - Sulit mewujudkan


sebagian besar termasuk pekerjaan praktikpraktik
masih relatif rendah informal dan tanpa penangkapan ikan
persyaratan yang profesional dan
bertanggungjawab
- Sistem upah untuk
nelayan buruh masih - Tingkat kesejahteraan
bersifat harian dengan nelayan buruh akan
cara bagi hasil sulit ditingkatkan,
karena tidak memiliki
- Sebagian besar nelayan
skala kecil berusaha kemampuan
secara sendirisendiri manajemen keuangan
(individual). yang baik
- Posisi tawar nelayan
menjadi
lemah
ASPEK LINGKUNGAN
5. Kegiatan Illegal, - Kurangnya sarana dan - Sumber daya ikan (SDI)
Unregulated and SDM penegak hukum di akan mengalami
Unreported (IUU) laut degradasi dan
Fishing overfishing
- Belum diberdayakannya
petugas Pengawas - Hilangnya nilai devisa
Sumberdaya Ikan dan dari sub-sektor
Pengawas Kapal lkan perikanan tangkap
secara optimal
- Berkurangnya nilai
- Manipulasi ukuran GT PNBP subsektor
kapal perikanan tangkap
6. Padat - Kemampuan sebagian - SDI di perairan pantai
tangkap besar armada akan mengalami
(Overfishing) perikanan tangkap di degradasi hingga
di perairan Indonesia hanya dapat kepunahan
pantai beroperasi di perairan
- Usaha perikanan rakyat
pantai, karena skalanya akan mengalami
yang relatif kecil. degradasi hingga
- Kebijakan ”limited menuju kebangkrutan
access”
belum diterapkan secara
menyeluruh.

ASPEK KELEMBAGAAN
7. Lemahnya - Kemampuan kapasitas - Maraknya aksi IUU
kapasitas kelembagaan fishing, baik oleh kapal
kelembagaan pengawas perikanan ikan asing maupun
pengawas dan masih terbatas kapal ikan Indonesia
penegakan hukum
- Belum optimalnya - Biaya operasi
koordinasi antar instansi pengawasan yang
terkait dalam mahal dan dengan hasil
pengendalian yang kurang efektif
pemanfaatan
- Tidak terlindunginya
sumberdaya perikanan
usaha investasi usaha
- Kapasitas kelembagaan yang legal dibidang
penegakan hukum perikanan tangkap
belum kuat, tegas, dan
independent
8. Sistem pendataan - Mekanisme - Rumusan Kebijakan dan
perikanan tangkap pengumpulan data Program Pembangunan
yang belum andal perikanan tangkap Perikanan Tangkap
dan masih parsial masif bersifat pasif. Tidak Tepat Sasaran
- Belum adanya sistem - Terbatasnya Investasi
pengelolaan data Perikanan Tangkap
perikanan tangkap yang karena
terintegrasi ketidaktersediaan data
dan informasi.
- Terbatasnya SDM
pengelola data - Salah pengelolaan
perikanan tangkap
- Terbatasnya sarana
dan prasarana untuk
pengelolaan data
perikanan tangkap

Terdapat delapan isu beserta permasalahan dan dampak potensial yang terjadi
dalam kegiatan pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan di Indonesia.
Delapan isu tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Daya saing produk yang masih rendah

Produk-produk perikanan mengalami kalah saing jika dibandingkan dengan


produk pangan lain, seperti daging sapi dan ayam. Permasalahan yang terjadi
adalah usaha perikanan yang belum efisien maupun kontinuitas produksi yang
tidak stabil. Penyebabnya antara lain adalah kurangnya sarana prasarana
maupun pengetahuan untuk meningkatkan atau memberikan nilai tambah pada
produk perikanan.

Dampak dari rendahnya daya saing produk perikanan tangkap adalah


berkurangnya lapangan pekerjaan, yang diiringi menurunnya pendapatan
masyarakat. Secara global maka negara juga akan mengalami kerugian akibat
menurunnya devisa.

2) Pasar domestik perikanan tangkap yang kurang berkembang dan pengamanan


kualitas ikan
Permasalahan logistik perikanan yang belum tertata dengan baik dan
efisien. Saat ini permasalahan logistik perikanan sudah menjadi fokus bagi
pemerintah. Logistik produk perikanan memiliki karakteristik yang berbeda
dengan produk lain seperti penanganan yang berbeda dengan produk pertanian,
peternakan maupun produk lain. Selain itu permasalahan lokasi Indonesia yang
terdiri dari banyak pulau juga menjadi kendala tersendiri yaitu untuk daerah-
daerah terpencil yang terdapat di bagian timur Indonesia yang memiliki
sumberdaya besar namun memiliki kesulitan untuk mendistribusikan.
Permasalahan lain yang timbul adalah kurangnya daya beli masyarakat
terhadap produk perikanan. Keinginan makan ikan masyarakat Indonesia
termasuk rendah jika dibandingkan dengan negara lain, hal ini terlihat dari
konsumsi ikan per kapita Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan
negara Asia lain. Penyebab kurangnya konsumsi ikan per kapita adalah kondisi
ekonomi masyarakat, dan masih sulitnya mendapat ikan di daerah pelosok.
Karena arus distribusi lambat, ikan segar tidak lagi murah sampai ke tangan
konsumen.
Kurang berkembangnya pasar domestik perikanan tangkap di Indonesia
menyebabkan usaha perikanan sangat tergantung dengan negara-negara
pengimpor, sedangkan pada pemasaran ekspor sendiri para pengusaha juga
mengalami banyak kendala seperti keterlambatan pembayaran, hingga
ditolaknya produk perikanan yang kadang terjadi bukan dengan alasan yang
jelas. Selain itu kurangnya konsumsi ikan per kapita juga dapat menurunkan
kualitas masyarakat Indonesia, hal ini karena ikan merupakan sumber protein
yang tersusun atas asam amino esensial yang lengkap dan mudah dicerna
dibanding protein dari sumber hewani lainnya. Selain itu lemak pada ikan
mengandung lemak tak jenuh yang biasa disebut omega 3. Dimana salah satu
dari keunggulan omega 3 pada ikan adalah dapat meminimalisir penyakit
degeneratif seperti jantung koroner.

Selanjutnya, saat ini juga sedang santer diberitakan mengenai keamanan


pangan di negara ini, termasuk salah satunya pengamanan kualitas ikan.
Permasalahannya adalah rendahnya tingkat pemahaman nelayan ataupun
pengusaha ikan dalam pengamanan kualitas ikan.

Permasalahan tersebut akan berdampak terjadinya penggunaan


bahanbahan berbahaya untuk mengawetkan atau mengolah ikan. Hal ini
diperparah dengan rendahnya pengawasan terhadap penjualan bahan-bahan
tidak layak tersebut di pasaran bebas.

3) Akses permodalan usaha perikanan tangkap masih terbatas

Permasalahan yang terjadi saat ini adalah sulitnya prosedur perbankan


bagi masyarakat nelayan yang sebagian besar merupakan nelayan skala kecil.
Selain itu suku bunga kredit yang relatif tinggi juga menjadi salah satu
penghambat berkembangnya usaha perikanan nelayan di Indonesia.

Dampak dari terbatasnya akses permodalan usaha bagi nelayan adalah


sulitnya perkembangan usaha perikanan tangkap atau cenderung stagnan. Di sisi
lain terbatasnya akses permodalan bagi nelayan juga menyebabkan
pemanfaatan sumberdaya ikan yang tidak berimbang terutama di daerah pesisir.

4) Kualitas nelayan sebagian besar masih relatif rendah

Pekerjaan nelayan di Indonesia merupakan pekerjaan informal. Hal ini


menyebabkan sebagian besar nelayan Indonesia berkualitas relatif rendah,
karena menjadi nelayan tidak dibutuhkan persyaratan atau ketrampilan tertentu.
Sehingga kemampuan mereka dalam hal pengetahuan dan ketrampilan dalam
menangkap ikan, manajemen usaha, penanganan kualitas ikan hingga
pemasarannya, masih sangat terbatas.

Selain itu, sistem upah untuk nelayan buruh masih bersifat harian dengan
cara bagi hasil. Hal ini memberikan tingkat ketidakpastian yang tinggi terhadap
kehidupan para nelayan terutama di musim panceklik.

Sementara, untuk para nelayan skala kecil yang beroperasi secara mandiri,
mereka tidak memiliki posisi tawar yang kuat untuk menentukan harga ikan hasil
tangkapannya. Hal tersebut karena mereka umumnya bekerja secara
sendirisendiri dan tidak bekerja dalam satu serikat usaha bersama.

Dengan adanya permasalahan-permasalahan yang terjadi tersebut


menyebabkan terjadinya kesulitan untuk mewujudkan optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya ikan yang bertanggungjawab terkait dengan kurangnya kualitas
nelayan, sehingga terjadi banyak kesulitan untuk melakukan alih pemahaman
maupun alih teknologi. Kemudian dari sisi sosial-ekonomi, tingkat kesejahteraan
nelayan buruh dan skala kecil di Indonesia juga akan sulit untuk ditingkatkan
karena mereka mempunyai kemampuan yang terbatas dalam manajemen usaha,
sehingga di saat musim panen akan menghamburkan pendapatannya dan di
musim panceklik mencari pinjaman untuk menutupi kekurangan pendapatannya.

5. Adanya IUU Fishing

Secara umum petugas pengawas sumber daya kelautan dan perikanan


(PSDKP) belum berfungsi secara optimal. Selain itu di banyak daerah Kelompok
Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) belum berfungsi dan belum
berkoordinasi dengan PSDKP dengan baik. POKMASWAS sendiri seharusnya
dapat menjadi informasi awal yang baik bagi kegiatan illegal yang dilakukan di
laut, baik destructive fishing maupun pelanggaran oleh negara lain.

Sarana dan prasarana yang digunakan untuk penegakan hukum di laut


sangat kurang. Para pengawas belum dilengkapi dengan transportasi dan
peralatan yang memadai. Sehingga cenderung tidak dapat berbuat banyak
walaupun melihat adanya pelanggaran di laut terutama yang dilakukan oleh
asing.

Manipulasi ukuran tonage (GT) dan perijinan (SIPI dan SIKPI) kapal ikan
adalah hal yang sangat terkait dengan tidak terlaporkannya kondisi armada
penangkapan yang ril atau sesungguhnya di Indonesia. Hal ini menyebabkan
sulitnya untuk membuat kebijakan berkenaan dengan jumlah armada yang boleh
beroperasi sebagai input control dalam pengelolaan perikanan tangkap
berkelanjutan. Manipulasi ini banyak dilakukan pemilik kapal dengan alasan
sulitnya mengurus birokrasi perijinan ke tingkat lebih tinggi jika melaporkan
ukuran kapal yang sebenarnya, selain itu, hal tersebut juga dilakukan oleh pemilik
kapal untuk menghindari pajak dan sebagainya.

Kegiatan IUU fishing yang terjadi di perairan Indonesia memberikan


dampak negatif terhadap dua sektor penting yaitu lingkungan dan pendapatan
negara. Dengan adanya kegiatan IUU fishing sumberdaya ikan terkuras tanpa
dimanfaatkan dengan baik sehingga akan mengalami degradasi dan overfishing.
Sedangkan dari sektor pendapatan negara terjadi kehilangan nilai devisa dari
subsektor perikanan tangkap yang cukup besar dan berkurangnya nilai PNBP
perikanan tangkap.

6) Padat tangkap di perairan pantai


Telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar kegiatan perikanan
tangkap di Indonesia (89%) merupakan skala kecil dengan ukuran kapal kurang
dari 5 GT yang beroperasi di hampir semua pesisir Indonesia. Hal ini utamanya
disebabkan kondisi sosial masyarakat peisisir yang memiliki berbagai
keterbatasan baik dari segi ekonomi maupun SDM.
Permasalahan lainnya adalah belum diterapkannya kebijakan “limited
access” secara menyeluruh, sehingga hingga saat ini belum terjadi pembatasan
baik armada penangkapan, alat tangkap maupun jumlah dan jenis tangkapan.
Permasalahan yang terjadi di atas menyebabkan terjadinya dampak negatif
berupa terganggunya ekosistem pantai yang merupakan sumber trophic level,
sehingga dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan kehancuran
sumberdaya bahkan kepunahan ikan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya
bahwa keberlanjutan perikanan akan berhubungan antara beberapa aspek, jika
sumberdaya mengalami kehancuran yang merupakan kehancuran lingkungan
maka akan berdampak pula terhadap degradasi usaha perikanan rakyat.

7) Lemahnya kapasitas kelembagaan pengawas dan penegakan hukum


Kemampuan kapasitas kelembagaan pengawas perikanan masih terbatas,
baik dari sisi sarana, SDM, maupun dana operasionalnya. Hal ini menjadi salah
satu kendala untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal, apalagi
dengan cakupan wilayah perikanan tangkap yang sangat luas, tentu memerlukan
kapasitas kelembagaan pengawasan perikanan yang kuat.
Kemudian, ditambah lagi dengan belum optimalnya koordinasi antar
instansi terkait dalam pengendalian sumber daya ikan, yang menyebabkan
banyaknya celah untuk terjadi pelanggaran di laut, baik dari sisi kuantitas maupun
kualitasnya.
Kapasitas kelembagaan penegakan hukum di bidang perikanan tangkap
juga belum kuat, tegas, dan independent (mandiri), karena keputusannya
seringkali masih dipengaruhi oleh oknum-oknum penguasa. Hal ini terjadi, karena
Pemerintah belum memberikan dukungan penuh kepada lembaga penegakan
hukum tersebut, sehingga oknum-oknum penguasa masih bisa dapat
mempengaruhi dalam proses penegakan hukumnya.

Bila permasalahan diatas tidak segera diatasi maka akan menimbulkan


dampak akan maraknya aksi IUU fishing, yang tidak hanya dilakukan oleh kapal ikan
asing, tetapi juga oleh kapal ikan Indonesia. Selain itu, karena kurangnya
keterpaduan dalam melakukan operasi pengawasan, maka biaya operasi
pengawasan akan menjadi mahal dengan hasil yang kurang efektif. Kemudian,
investasi usaha perikanan tangkap akan menurun, karena tidak terjamin dan
terlindunginya usaha investasi usaha perikanan tangkap yang legal.

8) Sistem pendataan yang belum handal dan masih parsial


Pendataan perikanan termasuk hal utama yang harus diatasi terlebih dahulu.
Hal ini disebabkan pendataan perikanan merupakan input utama dalam menentukan
pengambilan kebijakan yang akan dilakukan kemudian. Saat ini pencatatan data
perikanan tangkap belum tepat, cepat, dan efisien serta masih parsial.
Penyebabnya utamanya adalah dibangunnya sistem basis data yang komprehensif
dan bersifat pro-aktif. Selain itu, juga karena terbatasnya SDM pengelola data
perikanan tangkap dan terbatasnya sarana dan prasarana pendukung untuk
pengelolaan sistem basis data dan informasi perikanan tangkap.
Dampak yang dihasilkan dari ketidakakuratan data perikanan tangkap adalah
terciptanya rumusan kebijakan pembangunan perikanan tangkap yang tidak tepat
sasaran, sehingga menghasilkan pengelolaan yang salah. Dismping itu,
ketidaktepatan data dan informasi perikanan tangkap juga berdampak pada
investasi bidang perikanan tangkap yang tidak tepat, sebagai contoh kesalahan
dalam penentuan lokasi pelabuhan perikanan, penentuan jumlah alokasi kapal ikan
dan sebagainya.

Pada dasarnnya setiap permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan perikanan


tangkap yang berkelanjutan sangat berhubungan antara satu dengan lainnya.
Keterikatan antara satu masalah dengan masalah lainnya. Secara garis besar penyebab
utama dari semua akar permasalahan tersebut dapat dikelompokkan kedalam 4 (empat)
aspek, yakni: ekonomi, sosial, ekologi/lingkungan, dan kelembagaan.

Permasalahan ekonomi yang terjadi adalah akibat: kemiskinan nelayan,


keterbatasan modal, kesulitan BBM, TPI dan industri yang tidak berkembang. Akar
permasalahan dari kemiskinan nelayan sendiri disebabkan oleh masalah sosial seperti
pendidikan yaang kurang baik, terutama untuk masyarakat pesisir. Selain itu
permasalahan kesulitan modal bagi nelayan juga menjadi kesulitan untuk melakukan
usaha penangkapan ikan yang baik. Kombinasi antara kemiskinan yang disebabkan oleh
SDM yang kurang serta keterbatasan modal ini menyebabkan terjadinya padat tangkap
di sebagian besar pesisir laut Indonesia, selain itu kedua permasalahan tersebut
merupakan penyebab terjadinya praktek illegal fishing seperti penyalahgunaan alat
tangkap, penangkapan ikan yang bersifat merusak (penggunaan bom, potassium dan
sebagainya). Dan maraknya kegiatan illegal fishing ini juga diperparah dengan sistem
pengawasan perikanan (MCS) yang belum terlaksana dengan baik. Selain itu dalam
permasalahan ekonomi juga terjadi kegiatan TPI yang tidak berkembang, dimana seperti
yang diketahui bersama bahwa fungsi pelabuhan perikanan adalah sebagai perputaran
uang. Penyebab suatu pelabuhan tidak berkembang diantaranya adalah sarana
prasarana yang kurang memadai di pelabuhan tersebut, kurangnya pelayanan jasa dari
pemerintah terkait, teknologi penangkapan yang belum maksimal, serta kesesuaian
antara pelabuhan perikanan dengan para pelaku perikanan.

Permasalahan sosial utama yang terjadi dalam perikanan tangkap berkelanjutan


adalah kondisi SDM mayarakat nelayan yang mayoritas masih kurang baik. Hal ini
disebabkan oleh rendahnya pendidikan formal yang sebagian besar disebabkan oleh
sulitnya sekolah atau akses di daerah pesisir. Kurangnya pendidikan ini berdampak
sulitnya masyarakat nelayan untuk menerima transfer ilmu maupun transfer teknologi,
sehingga sering terjadi pelanggaran.

Permasalahan ekologi/lingkungan yang terjadi adalah tekanan terhadap


sumberdaya ikan terutama di daerah pesisir. Tekanan ini menyebabkan stok ikan yang
menurun. Akar penyebab dari menurunnya sumberdaya ikan adalah penyalahgunaan
alat tangkap seperti ukuran mata jaring yang terlalu kecil sehingga menyebabkan banyak
tertangkapnya ikan berukuran kecil yang belum matang gonad. Selain itu penggunaan
alat tangkap yang bersifat merusak juga masih marak digunakan oleh nelayan seperti
penggunaan bom maupun potassium untuk menangkap ikan. Sehingga menyebabkan
kerusakan ekosistem laut dan terganggunya habitat ikan. Praktek illegal fishing dari
asing semakin memperparah tekanan terhadap stok ikan. Illegal fishing ini terutama
diakibatkan oleh belum mampunya pemerintah dalam mengawasi seluruh perairan
Indonesia, baik secara sarana prasarana, SDM, maupun sistem pelaksanaan. Seperti
telah dijelaskan sebelumnya bahwa permasalahan ekologi / lingkungan disebabkan oleh
permasalahan ekonomi dan sosial yang timbul terlebih dahulu, namun jika
permasalahan ini tidak kunjung diatasi maka permasalahan ekonomi dan sosial yang
terjadi akan semakin besar karena jika sumberdaya ikan berkurang atau bahkan habis,
maka tentu saja roda perekonomian akan terhenti dan berdampak pula pada kehidupan
sosial masyarakat.

Permasalahan kelembagaan pada perikanan tangkap terutama adalah pendataan


terkait perikanan tangkap yang kurang baik. Data yang akurat adalah hal penting dalam
penentuan kebijakan, dengan data yang tidak sesuai maka akan menyebabkan
terjadinya kesalahan pengambilan keputusan terkait pengelolaan perikanan
berkelanjutan. Selain itu pendataan yang kurang baik menyebabkan minat investor yang
kurang berkembang, hal ini disebabkan tingginya ketidakpastian dalam bisnis yang akan
dijalani, sehingga industri juga tidak berkembang dengan baik. Selain itu kerjasama
antar pemerintah daerah masih kurang untuk memunculkan kegiatan ekonomi yang baik
dalam pasar domestik. Permasalahan kelembagaan lain adalah kurangnya kontrol dan
pengawasan pemerintah dalam kegiatan perikanan tangkap terutama untuk kegiatan
hulu berupa penangkapan ikan di laut. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa ini
disebabkan masih minimnya sarana prasarana, SDM, maupun sistem pelaksanaan MCS
di Indonesia.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa antara satu permasalahan dengan


permasalahan lainnya dalam pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan tentu sangat
terkait dan berhubungan. Untuk itu, kebijakan yang nantinya perlu diambil oleh
pemerintah harus berlaku secara komprehensif untuk dapat mengatasi berbagai aspek
tersebut secara bersamaan dan sinergi.

3. Permasalahan Perikanan Budidaya

Isu strategis dan permasalahan yang terinventarisasi dalam kajian ini dapat dilihat
dalam Tabel. Masih banyaknya isu strategis dan permasalahan tersebut jelas
menunjukkan bahwa sektor perikanan budidaya di Indonesia masih mempunyai banyak
kendala dalam pengelolaan dan pengembangannya.
Gambar Hasil Analisis Permasalahan Diagram Tulang Ikan untuk Perikanan Budidaya
Nasional

Berdasarkan hasil analisis permasalahan memakai metoda diagram tulang ikan


(fish-bone diagram), maka disusun isu strategis dan permasalahan beserta dampak
potensialnya yang dihadapi oleh perikanan budidaya secara nasional berdasarkan aspek
ekonomi, sosial, ekologi/lingkungan, dan kelembagaan.

Tabel Isu strategis dan permasalahan beserta dampak potensialnya yang dihadapi
oleh perikanan budidaya secara nasional.

No. Isu Strategis Permasalahannya Dampak Potensial

ASPEK EKONOMI

1. Besarnya porsi - Sebagian besar bahan - Ongkos produksi


biaya dan baku pakan masih meningkat sehingga
tingginya harga harus membutuhkan modal
pakan didatangkan dari usaha yang lebih besar
- negara lain (import) - Keuntungan
Pabrik pakan skala pembudidaya
rumah tangga belum - berkurang
- berkembang dengan
Usaha budidaya ikan
baik. skala kecil akan
Kenaikan harga ikan mengalami degradasi
- tidak seimbang hingga menuju
dengan kenaikan
kebangkrutan
harga pakan
Industri penyediaan
bahan baku pakan
lokal masih sangat
terbatas
2. Skala Usaha - Pembudidaya ikan di - Biaya produksi
Pembudidaya Ikan Indonesia didominasi menjadi tidak efisien
oleh pembudidaya sehingga daya saing
skala kecil sehingga - produk rendah
porsi biaya tetap yang Kontinuitas produksi
dikeluarkan menjadi - tidak stabil
- besar.
Tingkat kesejahteraan
Sebagian besar kualitas pembudidaya ikan
SDM pembudidaya ikan skala kecil akan sulit
- masih terbatas.
ditingkatkan,
Sistem upah untuk karena tidak memiliki
-
sebagian usaha kemampuan
budidaya skala kecil manajemen keuangan
masih bersifat harianl. yang baik
Sulit mewujudkan
optimalisasi
pemanfaatan sumber
daya budidaya ikan
yang
bertanggungjawab
3. Akses untuk - Prosedur perbankan - Usaha budidaya
permodalan bagi yang sulit dipenuhi perikanan
pengembangan bagi pembudidaya skala kecil tidak akan
usaha perikanan - skala kecil. - berkembang
budidaya terbatas Tingkat suku bunga Akan terjadi tingkat
kredit yang masih relatif pemanfaatan sumber
tinggi daya budidaya
perikanan yang tidak
berimbang dan
optimal
4. Sistem logistik - Sistem logistik - Biaya produksi
kegiatan budidaya ikan meningkat sehingga
belum tertata dengan usaha budidaya
- baik dan efisien - menjadi kurang
Infrastruktur efisien
pendukung masih Daya saing produk
- terbatas (jalan, listrik, menjadi lemah
bbm, dll.)
Kualitas produk dan
harga jual tidak
menentu

ASPEK SOSIAL
5. Teknologi dan - Ketersediaan benih - Pembudidaya tidak
sistem produksi bermutu tinggi masih leluasa untuk
- terbatas meningkatkan skala
Akses terhadap usaha dan atau
- teknologi terbatas mengaplikasikan
Umumnya masih teknologi untuk
menerapkan sistem efisiensi usaha
tradisional dan atau
sistem semi-intensive
6. Masalah - Tingkat pemahaman - Akan terjadi
pengamanan untuk pengamanan penggunaan bahan-
kualitas ikan kualitas ikan pada bahan yang berbahaya
pembudidaya ikan untuk dalam proses
masih kurang produksi budidaya ikan.
ASPEK LINGKUNGAN

7. Penurunan Masa pemeliharaan


kualitas - ikan - semakin lama
Produktivitas budidaya
perairan Ikan lebih mudah perikanan akan
terkena - penyakit menurun
Konversi pakan makin Biaya produksi akan
tinggi - (boros pakan) meningkat
Dalam jangka panjang
- kegiatan usaha
perikanan budidaya
- menjadi tidak menarik
lagi

ASPEK KELEMBAGAAN

8. Kepastian tata - Terjadi konflik - Sustainability usaha


ruang usaha kepentingan dengan perikanan budidaya
budidaya perikanan - pengguna lain tidak bisa dijamin
Tidak ada kepastian - Tidak ada jaminan
hukum dalam arti fisik bahwa perairan yang
dan fungsional bagi ada tidak akan
para investor perikanan tercemari baik oleh
budidaya limbah industri,
pertanian ataupun
rumah tangga yang
berada dibagian hulu
DAS (Daerah Aliran
Sungai) yang mengalir
di kawasan tersebut.
9 Sistem pendataan - Mekanisme sistem - Rumusan Kebijakan
perikanan budidaya pencatatan data dan
belum andal dan perikanan budidaya Program Pembangunan
efisien belum tepat, cepat, Perikanan Budidaya
- dan efisien. - Tidak Tepat Sasaran
Terbatasnya SDM Salah kebijakan dalam
- pengelola data pengelolaan perikanan
perikanan budidaya -
budidaya
Terbatasnya sarana Investasi perikanan
dan prasarana untuk budidaya yang tidak
pengelolaan data tepat.
perikanan budidaya
Permasalahan dan Solusi Perikanan dan Kelautan Menurut Aspek
Pribadi

Negeri kita tercinta Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia


karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Dengan luasnya laut
Indonesia, membuat negeri kita memiliki potensi kekayaan yang begitu melimpah.
Bermacam-macam jenis flora fauna air di Indonesia membuat negeri ini semakin
indah. Kekayaan alam laut Indonesia sangat berpotensi untuk mensejahterakan
rakyat Indonesia.

Tapi kita sangat sedih dan terpukul ketikan kekayaan alam kita dicuri oleh
bangsa lain. Seakan akan kita tak mampu berbuat apapun. Kita menjadi lemah dan
dipandang sebagai budak oleh bangsa lain. Kekayaan yang kita miliki yang
seharusnya untuk rakyat Indonesia justru diperuntukan bagi bangsa-bangsa lain yang
tertawa melihat kesusahan rakyat Indonesia. Sumberdaya ikan yang melimpah di laut
Indonesia memang menarik perhatian Negara lain. Sehingga Negara lain pun ingin
mengambil kekayaan perikanan dan kelautan Indonesia. Kapal-kapal asing yang
masuk wilayah Indonesia dan mengambil ikan secara illegal belum mampu diatasi
sepenuhnya oleh pemerintah. Hal ini membuat bangsa kita dipandang rendah oleh
bangsa lain. Kita dianggap lemah secara pengawasan dan tindakan. Dan akan
membuat rakyat kita hanya menjadi budak di rumah sendiri. Potensi kekayaan alam
laut tidak termanfaatkan secara optimal oleh rakyat kita. Seharusnya kitalah yang
menguasai ikan-ikan kita sendiri. Kitalah yang seharusnya mengolah alam kita
sendiri. Dan kitalah yang seharusnya menikmati kekayaan alam kita sendiri.

Permasalahan yang lain ialah kesejahteraan dari Nelayan. Kesejahteraan


nelayan secara ekonomi dan social masih jauh dari harapan nelayan. Penghasilan
dari menangkap ikan belumlah cukup untuk mensejahterakan keluarga. Penghasilan
yang ia peroleh belum mampu untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke
Perguruan Tinggi, belum mampu membiayai perawatan rumah sakit, belum mampu
memberi makan makanan yang bergizi, sehat dan bermutu untuk istri dan anak-anak
mereka, dan belum mampu meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Sehingga
profesi sebagai nelayan masih diasumsikan sebagai profesi yang belum memiliki
prospek yang bagus. Hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Tanpa nelayan
penduduk perkotaan tidak akan bisa memakan ikan yang kaya dengan protein.
Nelayanlah yang berperan sebagai penyokong ketahanan pangan nasional.
Factor keberpihakan pemerintah masih menjadi sesuatu yang sentral bagi
penyebab kemiskinan nelayan. Pemerintah memiliki peran yang sangat strategis
dalam menentukan kebijakan. Kebijakan pemerintah lah yang ditunggu dan
diharapkan oleh para nelayan. Kebijakan Bahan bakar solar yang sangat dibutuhkan
bagi para nelayan, masih jauh dari ekspetasi para nelayan. Termasuk harga yang
terlalu mahal, ketersediaan yang terbatas, dan lemahnya pengawasan terhadap
penyelewengan distribusi bbm bagi nelayan. Hal ini membuat nelayan kebingungan
dalam memikirkan bagaimana langkah kedepannya.

Lalu permasalahan yang terpenting dan tak disadari perannya ialah


kesadaran masyarakat terhadap potensi perikanan dan kelautan yang masih kecil.
Masyarakat belum terlalu tertarik terhadap perikanan dan kelautan Indonesia. Hal ini
bisa dicontohkan seperti, konsumsi ikan yang belum menempati peringkat teratas
masyarakat Indonesia. Masyarakat belum menyadari bahwa kandungan hasil laut
memiliki gizi yang tinggi. Kita bisa mencontoh pada Negara Jepang yang
masyarakatnya sangat menyukai makanan laut. Sehingga Negara Jepang bisa
sangat maju. Contoh yang kedua ialah bisa terlihat dari minat masyarakat untuk
mempelajari ilmu perikanan dan kelautan yang belum menjadi prioritas utama.
Passing grade jurusan perikanan dan kelautan di beberapa Perguruan Tinggi di
Indonesia masih menempati posisi pertengahan.

Lalu apakah hal ini akan dibiarkan terus menerus? Tidak!. Kita sebagai
generasi muda harus memiliki tekad yang kuat untuk merubah kondisi seperti ini.
Dibutuhkan solusi yang nyata atas permasalahan tersebut. Permasalahan illegal
fishing haruslah diatasi dengan pengawasan dan tindakan hokum yang tegas.
Pemerintah harus menjaga kedaulatan laut Indonesia atas pencurian oleh kapal-
kapal Negara asing. Dan juga penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku illegal
fishing. Sehingga para pelaku illegal fishing tidak akan mencuri kekayaan alam laut
Indonesia.

Solusi yang kedua ialah berkaitan dengan peran pemerintah terhadap


kesejahteraan nelayan Indonesia. Harus ada program yang pro rakyat kecil
khususnya bagi para nelayan. Seperti harga bbm untuk melaut yang harus terjangkau
oleh para nelayan. Keteserdiaan bbm bagi para nelayan sehingga para nelayan tidak
khawatir untuk melaut. Juga kesejahteraan nelayan dalam bidang selain profesi
nelayan. Seperti pendidikan, kesehatan, pelayanan bagi para nelayan.
Lalu solusi yang ketiga berkaitan dengan kesadaran masyarakat terhadap
perikanan dan kelautan Indonesia. Harus ada peran yang reaktif antara masyarakat
dengan para ahli kelautan dan perikanan. Masyarakat perlu mengenal laut dan
potensi kelautan negeri kita sendiri. Dan bagi para ahli perikanan dan kelautan perlu
mengenalkan perikanan dan kelautan Indonesia yang kaya akan potensi. Termasuk
memberikan ilmu perikanan dan kelautan di perguruan tinggi di Indonesia. Hingga
akhirnya kita sebagai mahasiswa khususnya taruna perikanan. Kenalilah, cintailah
dan sayangilah sumberdaya alam Indonesia khususnya perikanapn dan kelautan.

Anda mungkin juga menyukai