Tujuan :
1. Mengetahui prinsip dinamika stok ikan
2. Mengetahui pengaruh penangkapan terhadap stok ikan
3. Mengetahui pentingnya pengelolaan perikanan
Dasar Teori
Stok ikan adalah satu kesatuan biomassa seluruh ikan, baik yang masih kecil maupun yang
sudah dewasa, dan tidak memperhitungkan strukturnya ( ukuran ikan, umur ikan, dan jenis
kelamin ) ( Purwaningsih et al., 2012 ). Laju pertumbuhan stok ikan dipengaruhi oleh
pertumbuhan instrinsik, daya dukung lingkunagn, dan besarnya jumlah stok itu sendiri. Besarnya
jumlah stok ikan di perairan bersifat dinamis. Hal tersebut disebabkan karena nilai jumlah
tangkapan pada setiap tahunnya selalu berubah atau tidak tetap. Meskipun stok ikan dijaga pada
kondisi MSY namun penggunaan jumlah effort tidak terkendali akan menyebabkan degradasi
sumberdaya ikan ( Yulianto et al., 2016 ).
Ikan didefinisikan sebagai vertebrata atau hewan bertulang belakang yang hidup di air.
Berdasarkan klasifikasinya ikan berapa pada kelompok filum Chordata yang terbagi menjadi tiga
kelas yaitu kelas aghnata, yaitu ikan yang tidak memiliki rahang; kelas Chondrichtyes, yaitu ikan
bertulang rawan; dan kelas Osteichtyes, yaitu ikan bertulang keras ( Abdullah, 2014 ). Seluruh
anggota ikan hidup di dalam air dan bereproduksi secara ovipar. Pada bagian tubuh ikan
dilengkapi dengan sirip dada, sirip perut, sirip punggung, sirip ekor, dan sirip belakang ( Fitrah et
Ikan yang
Tahun Stok Sisa ikan Rekruitmen
tertangkap
1 30 4 26 3
2 29 11 18 2
3 20 7 13 1
4 14 6 8 1
5 9 7 2 0
6 2 2 0 0
Ikan yang
Tahun Stok Sisa ikan Rekruitmen
tertangkap
1 30 5 25 3
2 28 5 23 2
3 25 4 21 2
4 23 5 18 2
5 20 4 16 2
6 18 5 13 1
7 14 5 9 1
8 10 5 5 1
9 6 3 3 0
10 3 3 0 0
Ikan yang
Tahun Stok Sisa ikan Rekruitmen
tertangkap
1 30 8 22 2
2 24 8 16 2
3 18 6 12 1
4 13 5 8 1
5 9 5 4 0
6 4 4 0 0
Ikan yang
Tahun Stok Sisa ikan Rekruitmen
tertangkap
1 30 9 21 2
2 23 7 16 2
3 18 3 15 2
Ikan yang
Tahun Stok Sisa ikan Rekruitmen
tertangkap
1 30 7 23 1
2 24 4 20 0
3 20 8 12 1
4 13 8 5 1
5 6 6 0 1
6 1 1 0 0
Ikan yang
Tahun Stok Sisa ikan Rekruitmen
tertangkap
1 30 5 25 1
2 26 5 21 1
3 22 5 17 1
4 18 5 13 1
5 14 5 9 1
6 10 5 5 1
7 6 5 1 1
8 2 2 0 0
Ikan yang
Tahun Stok Sisa ikan Rekruitmen
tertangkap
1 30 8 22 1
2 23 6 17 1
3 18 7 11 1
4 12 8 4 1
5 5 5 0 1
6 1 1 1 0
Ikan yang
Tahun Stok Sisa ikan Rekruitmen
tertangkap
1 30 6 24 1
2 25 9 16 1
3 17 5 12 1
4 13 5 8 1
Berdasarkan Sadhotomo dan Suherman ( 2012 ), terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhi jumlah stok ikan dalam perairan yaitu, kelahiran dan mortalitas alami dan/atau
kegiatan penangkapan. Peningkatan upaya pengakapan dan moodernisasi teknologi alat tangkap
akan berdampak pada semakin banyaknya ikan yang dapat tertangkap, hal tersebut yang menjadi
salah satu faktor penurunan kelimpahan stok ikan (biomassa) yang ditunjukkan oleh penurunan
CPUE. Juga diasumsikan mortalitas alami berbanding lurus dengan upaya penangkapan.
Sebaliknya ketika wilayah perairan memiliki kondisi lingkungan yang menguntungkan akan
terjadi peningkatan biomassa dari kelahiran yang signifikan. Hal tersebut yang menjadi faktor
meningkatnya kelimpahan stok ikan.
Pada praktikum simulasi dinamika stok ikan terdapat tiga skenario yang dilakukan yaitu
skenario open access, skenario pembatasan kuota ( kuota tinggi dan kuota rendah ), dan skenario
pembatasan waktu. Pengelolaan open access dapat diartikan jika siapa saja dapat memanfaatkan
sumberdaya tersebut tanpa adanya batasan jumlah yang diambil. Kebebasan tersebut yang
menyebabkan kemungkinan terjadinya eksploitasi sumberdaya ikan mengalami peningkatan.
Akibat dari peningkatann tanpa adanya pemberian waktu untuk sumberdaya ikan dan lingkungan
itu untuk pemulihan akan menyebabkan penurunan produksi sumberdaya ikan diperairan. Apabila
hal tersebut berlanjut terus untuk waktu yang lama akan maka berdampak pada penurunan jumlah
stok ikan yang dapat ditangkap untuk tiap tahunnya yang akan datang ( Zulbainarni, 2012 ). Pada
praktikum simulasi dinamika stok ikan, skenario open access untuk jumlah ikan yang dapat
ditangkap digambarkan dengan nilai yang diperoleh dari pelemparan dua mata dadu tanpa adanya
batasan jumlah untuk tiap pelemparan di tiap tahunnya. Sedangkan pengelolaan dengan
pempatasan kuota penangkapan dilakukan dengan membagi potensi penangkapan yang
berdasarkan kemampuan wilayah dalam menangkap sumberdaya ikan. Oleh sebab itu dibutuhkan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diketahui jika pada skenario pengelolaan
dengan open access, baik pada model rekruitmen yang diasumsikan dari 10% stok mataupun
rekruitmen yang diasumsikan 10% dari hasil tangkap, stok ikan yang berada pada perairan akan
habis dan tidak ada rekruimen kembali terjadi pada tahun keenam. Pada skenario pengelolaan
dengan pembatasan kuota, untuk pembatasan kuota rendah stok ikan yang berada pada perairan
dapat dimanfaatkan sekitar 8 hingga 10 tahun kedepan sebelum kemudian jumlah sisa stok dan
rekruitmen habis. Sedangkan pada pembatasan kuota tinggi stok ikan yang berada perairan hanya
bisa dimanfaatkan sekitar 6 tahun kedepan, karena jumlah maksimum ikan yang dapat ditangkap
jauh lebih ditinggi. Berbeda dengan ketiga skenario sebelumnya, pada skenario pengelolaan yang
dibatasi waktu stok ikan yang berada di perairan jumlahnya tidak akan habis meskipun dilakukan
beberapa kali penangkapan. Hal tersebut diasumsikan pada waktu pembatasan yang diberikan,
ikan dalam perairan akan melakukan pertumbuhan dan perkembangbiakan untuk memperbarui
jumlah populasi nya
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan jika skenario yang paling baik
untuk dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya ikan adalah skenario dengan pembatasan waktu.
Dalam skenario tersebut stok ikan yang berada diperairan akan tetap ada meskipun dilakukan
Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang bersifat renewable atau dapat pulih kembali.
Maka dari itu perlu adanya pengkajian mengenai bagaimana pengelolaan yang tepat terkait
kelestraian sumbedaya ikan dan lingkungannya. Dengan mempelajari dinamika stok ikan maka
dapat menentukan aturan yang tepat untuk aktivitas penangkapan dengan memperhatikan faktor –
faktor seperti upaya penangkapan, daerah dan waktu penangkapan, jumlah ikan yang dapat
ditangkap dan relokasi upaya tersebut. Sehingga nantinya ketika semua faktor tersebut telah
dilaksanan maka kelestarian dan keberlanjutan sumberdaya ikan akan tetap terjaga ( Suman dan
Fakayun, 2014 ).
Kearifan lokal merupakan suatu nilai budaya yang tidak terlepas dari kehidupan masyarakat
Indonesia dan diakui keberadaannya oleh hukum negara. Kearifan lokal terkait pengelolaan
perairan saat ini masih banyak berlangsung dalam budaya masyarakat di Sumatera Selatan, Jambi,
Sumatera Barat, dan Riau. Misalnya rantau larangan yang merupakan salah satu model penglolaan
perikanan di perairan umum daratan di Kabupaten Rokan Hulu Kecamatan IV Koto. Penerapan
rantau larangan bertujuan untuk melestarikan sumberdaya ikan di wilayah tersebut. Para
pemangku adat biasanya akan membuat area untuk pengelolaan ikan dengan ukuran yang telah
disepakati dan masyarakat sekitar dilarang untuk mengambil dengan cara apapun sebelum acara
adat panen dilaksanan. Berdasarkan kepercayaan masyarakat sekitar jika ada masyarakat yang
sengaja mengambil di wilayah tersebut maka akan tertimpa penyakit yang hanya bisa
disembuhkan melalui upaya adat ninik mamak. Secara ekologis penerapan rantau larangan akan
memberikan kesempatan untuk ikan melakukan pertumbuhan dan perkembangbiakan serta
menjaga area pemijahan ikan. Pengelolaan perairan dengan kearifan lainnya yaitu ma’uwo yang
berasal dari Kabupaten Kampar di Danau Bakuok dan Danau Sembat. Pada prinsipnya model
pengelolaan ma’uwo hampir sama dengan rantau larangan, dimana pada pengeolaan danau ini
penangkapan ikan hanya dilakukan sekali dalam setahun ( sekitar bulan September ). Diluar dari
masa ma’uwo masyarakat dilarang untuk menangkap ikan di Danau Bakuok dan Danau Sembat.
Larangan ini dikendalikan langsung oleh Pemangku Adat Kenegerian Tambang, sehingga ketika
ada masyarakat yang melanggal akan dikenakan denda sejumlah satu ekor kerbau. Kedua aturan
Kesimpulan:
Dalam mempelajari dinamika stok ikan bermanfaat sebagai gambaran bagaimana pola
pertumbuhan dan mortalitas ikan. Selain itu juga dapat membuat dugaan mengenai nilai MSY (
Maximum Sustainable Yeild ) dan MEY ( Maximum Economic Yeild ) serta upaya atau effort
optimum dalam kegiatan penangkapan
Penangkapan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelimpahan stok ikan di
perairan. Dengan adanya peningkatan upaya pengakapan dan modernisasi teknologi alat tangkap
akan berdampak pada semakin banyaknya ikan yang dapat tertangkap, hal tersebut yang menjadi
salah satu faktor penurunan kelimpahan stok ikan (biomassa) yang ditunjukkan oleh penurunan
CPUE.
Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang bersifat renewable atau dapat pulih kembali.
Maka dari itu perlu adanya pengkajian mengenai bagaimana pengelolaan yang tepat terkait
kelestraian sumbedaya ikan dan lingkungannya. Faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam
pengelolaan adalah upaya penangkapan, daerah dan waktu penangkapan, jumlah ikan yang dapat
ditangkap dan relokasi upaya tersebut. Sehingga nantinya ketika semua faktor tersebut telah
dilaksanan maka kelestarian dan keberlanjutan sumberdaya ikan akan tetap terjaga
Saran
Tidak ada saran apa – apa karena praktikum SDI sudah lebih baik dari awal pertemuan
semoga bisa terus seperti ini