Ditulis oleh :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat dan
karunianya sehingga makalah ini bisa tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan begitu banyak terimakasih atas uluran tangan dan bantuan berasal
dari pihak yang telah bersedia berkontribusi bersama dengan mengimbuhkan
sumbangan baik anggapan, pikiran, dan materi yang telah mereka kontribusikan.
Kita semua berharap semoga makalah tentang Penerapan Alat Analisis Wilayah
baik Wilayah Formal dan Wilayah Non Formal ini mampu menambah pengalaman serta
ilmu bagi para pembaca. Sehingga untuk ke depannya sanggup memperbaiki bentuk
maupun tingkatkan isikan makalah sehingga menjadi makalah yang miliki wawasan
yang luas dan lebih baik lagi.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
PENERAPAN ALAT ANALISIS WILAYAH DI WILAYAH FORMAL DAN WILAYAH
NON FORMAL..........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1 Alat Analisis Wilayah................................................................................................3
2.1.1 Analisis Location Quotient...........................................................................................3
2.1.2 Analisis Tipologi Klassen..............................................................................................6
2.1.3 Analisis Linkage System...............................................................................................7
2.1.4 Analisis SWOT dan Telaah IFAS – EFAS........................................................................7
2.2 Ruang Lingkup Wilayah Formal................................................................................9
2.3 Ruang Lingkup Wilayah Non Formal.......................................................................10
2.3.1 Wilayah Non-Formal / Fungsional.............................................................................10
2.3.2 Perwilayahan.............................................................................................................11
2.3.3 Manfaat Perwilayahan (Regionalisasi).......................................................................12
2.4 Penerapan Alat Analisis Wilayah............................................................................12
BAB III PENUTUP........................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................15
3.2 Daftar Pustaka........................................................................................................15
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Analisis potensi wilayah adalah segala sesuatu yang dimiliki (Sumber Daya Alam
dan Sumber Daya Manusia) suatu wilayah baik yang telah di mobilisir maupun yang
belum di mobilisir yang bisa mendukung upaya meningkatkan kesejahteraan
penduduk di wilayah yang bersangkutan dan atau wilayah lain. Jadi bisa dikatakan
bahwa analisis potensi wilayah dapat di artikan sebagai pengkaji secara ilmiah
rincian semua kekayaan atau sumber daya baik fisik dan non fisik pada wilayah
tertentu sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi kekuatan tertentu.
Sementara itu, untuk menganalisis potensi wilayah dan daerah dengan baik, perlu
melihat dahulu definisi masing-masing istilah tersebut. Analisis dapat didefinisikan
sebagai upaya mengkaji suatu fenomena atau gejala secara ilmiah. Sedangkan
potensi memiliki makna sebagai sebuah kekayaan baik segi fisik maupun non fisik
yang belum diolah. Jika potensi yang sudah diolah dinamakan kemampuan dan
kekuatan. Lalu wilayah sendiri adalah kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait pada yang batas sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
berkaitan dengan oeraturan oemerintah yang mengatur batas-batas wilayah atau
daerah dari sisi kewenangan untuk memerintah di daerah tersebut, contohnya adalah
wilayah administratif kabupaten, kota, atau provinsi. Sedangkan di segi aspek
fungsional arti dari wilayah sendiri adalah upaya manusia untuk membatasi wilayah
berdasarkan kepentingan manusia, seperti munculnya berbagai kawasan, seperti
kawasan hutan lindung atau kawasan budidaya atau kawasan lainnya.
1
pembangunan perekonomian kabupaten jika kabupaten tersebut memperoleh sebuah
hasil yang sesuai dengan kedudukannya dengan keunggulan kompetitif dari suatu
sektor dalam kabupaten tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, tujuan dibuatnya makalah ini untuk memahami alat
analisis wilayah dalam wilayah formal dan non formal.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui alat analisis wilayah
2. Untuk mengetahui ruang lingkup wilayah formal
3. Untuk mengetahui ruang lingkup wilayah non formal
4. Untuk mengetahui bagaimana penerapan alat analisis wilayah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Walaupun teknik ini tidak memberikan kesimpulan akhir, namun dalam tahap
pertama sudah cukup memberi gambaran akan kemampuan daerah yang
bersangkutan dalam sektor yang diamati.
3
Dimana:
Ni = jumlah buruh industri i di seluruh negara, atau daerah yang lebih luas
dimana daerah yang diselidiki menjadi bagiannya
N = jumlah seluruh buruh di seluruh negara, atau daerah yang lebih luas
dimana daerah yang diselidiki menjadi bagiannya.
Penafsiran
4
Kecenderungan membelanjakan pendapatan rata-rata di Indonesia tidak
sama
Kecenderungan dan laju perkembangan tiap daerah di Indonesia tidak
sama
Cara perhitungan dan sistem penyektoran masih belum jelas, masih belum
seragam, masih dalam perkembangan
Pendapatan per kapita masih sangat rendah, hingga dapat dikatakan habis
untuk kepentingan konsumsi.
Besaran lain yang dapat dipakai sebagai ukuran dasar ialah pendapatan, nilai
tambah, jumlah penduduk, luas tanah. Penggunaan besaran sebagai ukuran
mempunyai nilai penafsiran yang berbeda-beda, yaitu (Isard, 1969):
1. Selera dan pola pembelanjaan rumah tangga dari tipe dan pendapatan
yang sama, berbeda antara satu daerah dengan daerah lain
2. Tingkat pendapatan rumah tangga tidak sama di setiap daerah
3. Praktek produksi (termasuk produktivitas buruh) di setiap daerah berbeda-
beda
4. Mungkin yang terpenting, gabungan industri sangat bermacam ragam di
setiap daerah.
5
Adapun metode growth untuk melihat tingkat pertumbuhan produktivitas dari
tahun ke tahun.
Dengan :
Hasil rata-rata diatas kemudian dijumlah ke bawah sesuai dengan jumlah data
dan hasilnya dijadikan standar bagi rata-rata produksi lain. Tanda positif (+)
dinyatakan bahwa produksi tersebut berpotensi dan tanda (-) dianggap bahwa
produksi tersebut kurang berpotensi.
Dengan :
Share > 1 diberi tanda 3 dan bila share = 1 maka diberi nilai 2 dan bila share
< 1 diberi nilai 1. Kontribusi yang diberikan itu besar atau tidak adalah
dengan melihat ketentuan berikut : bila share yang diberi nilai 2 dan 3 maka
diberi tanda (+) dan dinyatakan kontribusi yang diberikan besar dan bila share
diberi nilai 1 maka diberi tanda (-) dan dinyatakan kontribusi yang diberikan
kecil (rendah). Nilai 2 dinyatakan memiliki kontribusi yang besar dengan
asumsi bahwa perkembangan berikutnya akan mengalami peningkatan atau
dalam kurun waktu 3 tahun kontribusi yang diberikan tetap atau dalam artian
tidak mengalami peningkatan dan penurunan.
6
Kuadran 1. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh yaitu daerah yang memiliki
tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi
dibanding rata-rata kabupaten/kota.
7
W (weakness/kelemahan) : suatu keadaan atau kondisi yang dianggap
memiliki kelemahan atau masalah
O(opportunity/kesempatan/peluang) : suatu keadaan atau kondisi yang
ada atau yang akan terjadi di dalam dan di sekitar daerah yang dianggap
berpeluang untuk digunakan dalam pengembangan potensi
T (threat/ancaman/hambatan) : suatu keadaan atau kondisi yang ada atau
yang akan terjadi di dalam atau di sekitar daerah yang dianggap dapat
menghambat atau mengancam pengembangan potensi.
SWOT digunakan untuk dapat menetapkan tujuan secara lebih realistis dan
efektif, serta merumuskan strategi dengan efektif pula. Dalam memanfaatkan
SWOT, juga terdapat alternatif penggunaan yang didasarkan dari kombinasi
masing-masing faktor:
8
pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi ekonomi kerakyatan yang
bersangkutan;
Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang
yang semakin besar diberi rating 3 tetapi jika peluangnya kecil, diberi
rating 1)
Bobot dikalikan dengan rating untuk memperoleh faktor pembobotan.
Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang
nilainya bervariasi;
Skor pembobotan dijumlahkan untuk memperoleh total skor bagi
ekonomi kerakyatan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana ekonomi kerakyatan tertentu bereaksi terhadap faktor-
faktor strategis eksternalnya.
Dapat disimpulkan, wilayah adalah area di permukaan bumi yang dibatasi oleh
kenampakan tertentu yang bersifat khas dan membedakan wilayah tersebut dengan
wilayah lainnya. Misalnya, wilayah hutan berbeda dengan wilayah pertanian,
wilayah kota berbeda dengan perdesaan.
9
Wilayah Formal Kawasan yang homogen dan dicirikan oleh sesuatu yang
dimiliki atau melekat pada manusia dan alam secara umum. Wilayah formal
adalah suatu wilayah yang dicirikan berdasarkan keseragaman atau
homogenitas tertentu. Oleh karena itu, wilayah formal sering pula disebut
wilayah seragam (uniform region). Homogenitas dari wilayah formal dapat ditinjau
berdasarkan kriteria fisik atau alam ataupun kriteria sosial budaya.
10
hanya menjadi kota pendukung Jakarta, karena berkembang dengan pesat,
akhirnya bisa menjadi wilayah metropolitannya sendiri.
2.3.2 Perwilayahan
11
2.3.3 Manfaat Perwilayahan (Regionalisasi)
Tabel .Laju Pertumbuhandan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Malang Masing-Masing SWP
Laju Pendapatan per
NO Wilayah Klasifikasi Wilayah
Pertumbuhan Kapita
1 Kabupaten Malang 8.208 1201913.56 -
SWP Ngantang &
2 sekitarnya 8.753 1144154.31 Daerah Berkembang Cepat
SWP Lingkar Kota Daerah Cepat Maju dan
3 Malang 9.665 1296667.47 Cepat Tumbuh
Daerah Cepat Maju dan
4 SWP Lawang 8.974 1526120.31 Cepat Tumbuh
SWP Tumpang &
5 sekitarnya 7.509 995989.81 Daerah Relatif Tertinggal
SWP Kepanjen & Daerah Maju Tapi
6 sekitarnya 8.083 1275411.80 Tertekan
7 SWP Donomulyo 7.026 981375.19 Daerah Relatif Tertinggal
SWP Gondanglegi &
8 sekitarnya 6.745 1094867.45 Daerah Relatif Tertinggal
SWP Dampit & Daerah Maju Tapi
9 sekitarnya 7.263 1207497.38 Tertekan
Sumber: Malang dan Jawa Timur Dalam Angka 2OO2 (diolah)
12
Klasifikasi wilayah berdasarkan pendapatan per kapita dan pertumbuhan dapat
digambarkan dengan Tipologi Klassen, Dengan Tipologi Klassen, SWP yang ada di
Kabupaten Malang dapat diklasifikasi menjadi empat pola pertumbuhan (lihat
gambar 3) yaitu: Satuan Wilayah Pengembangan I, merupakan SWP yang tergolong
daerah berkembang cepat. Ciri daerah mempunyai klasifikasi ini adalah daerah yang
pertumbuhannya cepat namun pendapat per kapitanya masih dibawah pendapatan
per kapita Kabupaten Malang. Sedangkan Satuan Wilayah Pengembangan II, III
tergolong pada pola pertumbuhan wilayah “Cepat Maju dan Cepat Tumbuh”,
dimana pada umumnya wilayah ini maju baik dari segi pembangunan atau
kecepatan pertumbuhan. SWP yang termasuk kategori Cepat Maju dan Cepat
Tumbuh mempunyai pola pertumbuhan; pendapatan per kapita dan laju
pertumbuhan PDRB SWP lebih besar dari Pendapatan per Kapita Kabupaten dan
laju pertumbuhan PDRB kabupaten.
Sedangkan untuk Satuan Wilayah Pengembangan IV, VI, VII tergolong pada pola
pertumbuhan wilayah “Relatif Tertinggal”. SWP yang termasuk dalam kategori ini
adalah SWP yang secara ekonomis sangat tertinggal, baik dari segi pertumbuhan
ekonomi maupun pendapatan per kapita. Dengan kata lain, SWP-SWP dalam
kategori ini adalah SWP yang paling buruk keadaanya dibandingkan SWP lain.
13
PDRB per Kapita (y)
yi < y yi > y
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk mengetahui sektor-sektor yang sedang berkembang di suatu wilayah
kabupaten dengan laju pertumbuhan perekonomian di wilayah provinsi serta dengan
sektor-sektornya, dan mengamati penyimpangan-penyimpangan dan perbandingan -
perbandingan tersebut. Sehingga kita bisa mengetahui shift (pergeseran) hasil
pembangunan perekonomian kabupaten jika kabupaten tersebut memperoleh sebuah
hasil yang sesuai dengan kedudukannya dengan keunggulan kompetitif dari suatu
sektor dalam kabupaten tersebut.
Sagajoka, O. E., Si, M., Prodi, D., & Pembnagunan, E. (n.d.). ANALISIS WILAYAH
KECAMATAN POTENSIAL MELALUI PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN
DI KABUPATEN ENDE. Sagajoka Jurnal Analisis (Vol. 19).
15
Geografi - Konsep Wilayah dan Tata Ruang - Pahamify | Semua Bisa Semua
Paham. (n.d.). Retrieved September 13, 2021, from
https://pahamify.com/blog/artikel/geografi-konsep-wilayah-dan-tata-ruang/
16