Anda di halaman 1dari 19

PENERAPAN ALAT ANALISIS WILAYAH DI WILAYAH

FORMAL DAN WILAYAH NON FORMAL

Ditulis oleh :

Bagas Fajriyanto Wibowo – 30.0378

Dilfa Abdhitya Sirullah – 30.1075

Dimas Alameka – 30.0984

Dhanu Al-Qadri – 30.0012

Habib Aulia Sitorus – 30.0098

FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat dan
karunianya sehingga makalah ini bisa tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan begitu banyak terimakasih atas uluran tangan dan bantuan berasal
dari pihak yang telah bersedia berkontribusi bersama dengan mengimbuhkan
sumbangan baik anggapan, pikiran, dan materi yang telah mereka kontribusikan.

Kita semua berharap semoga makalah tentang Penerapan Alat Analisis Wilayah
baik Wilayah Formal dan Wilayah Non Formal ini mampu menambah pengalaman serta
ilmu bagi para pembaca. Sehingga untuk ke depannya sanggup memperbaiki bentuk
maupun tingkatkan isikan makalah sehingga menjadi makalah yang miliki wawasan
yang luas dan lebih baik lagi.

Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami, Kami percaya banyak


sekali kekurangan dalam makalah yang kami buat ini. Oleh karena itu kami
sangat berharap saran dan kritik yang membangun berasal dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jatinangor, 31 Agustus 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI
PENERAPAN ALAT ANALISIS WILAYAH DI WILAYAH FORMAL DAN WILAYAH
NON FORMAL..........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1 Alat Analisis Wilayah................................................................................................3
2.1.1 Analisis Location Quotient...........................................................................................3
2.1.2 Analisis Tipologi Klassen..............................................................................................6
2.1.3 Analisis Linkage System...............................................................................................7
2.1.4 Analisis SWOT dan Telaah IFAS – EFAS........................................................................7
2.2 Ruang Lingkup Wilayah Formal................................................................................9
2.3 Ruang Lingkup Wilayah Non Formal.......................................................................10
2.3.1 Wilayah Non-Formal / Fungsional.............................................................................10
2.3.2 Perwilayahan.............................................................................................................11
2.3.3 Manfaat Perwilayahan (Regionalisasi).......................................................................12
2.4 Penerapan Alat Analisis Wilayah............................................................................12
BAB III PENUTUP........................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................15
3.2 Daftar Pustaka........................................................................................................15

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis potensi wilayah adalah segala sesuatu yang dimiliki (Sumber Daya Alam
dan Sumber Daya Manusia) suatu wilayah baik yang telah di mobilisir maupun yang
belum di mobilisir yang bisa mendukung upaya meningkatkan kesejahteraan
penduduk di wilayah yang bersangkutan dan atau wilayah lain. Jadi bisa dikatakan
bahwa analisis potensi wilayah dapat di artikan sebagai pengkaji secara ilmiah
rincian semua kekayaan atau sumber daya baik fisik dan non fisik pada wilayah
tertentu sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi kekuatan tertentu.

Sementara itu, untuk menganalisis potensi wilayah dan daerah dengan baik, perlu
melihat dahulu definisi masing-masing istilah tersebut. Analisis dapat didefinisikan
sebagai upaya mengkaji suatu fenomena atau gejala secara ilmiah. Sedangkan
potensi memiliki makna sebagai sebuah kekayaan baik segi fisik maupun non fisik
yang belum diolah. Jika potensi yang sudah diolah dinamakan kemampuan dan
kekuatan. Lalu wilayah sendiri adalah kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait pada yang batas sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
berkaitan dengan oeraturan oemerintah yang mengatur batas-batas wilayah atau
daerah dari sisi kewenangan untuk memerintah di daerah tersebut, contohnya adalah
wilayah administratif kabupaten, kota, atau provinsi. Sedangkan di segi aspek
fungsional arti dari wilayah sendiri adalah upaya manusia untuk membatasi wilayah
berdasarkan kepentingan manusia, seperti munculnya berbagai kawasan, seperti
kawasan hutan lindung atau kawasan budidaya atau kawasan lainnya.

Untuk mengetahui sektor-sektor yang sedang berkembang di suatu wilayah


kabupaten dengan laju pertumbuhan perekonomian di wilayah provinsi serta dengan
sektor-sektornya, dan mengamati penyimpangan-penyimpangan dan perbandingan -
perbandingan tersebut. Sehingga kita bisa mengetahui shift (pergeseran) hasil

1
pembangunan perekonomian kabupaten jika kabupaten tersebut memperoleh sebuah
hasil yang sesuai dengan kedudukannya dengan keunggulan kompetitif dari suatu
sektor dalam kabupaten tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas, tujuan dibuatnya makalah ini untuk memahami alat
analisis wilayah dalam wilayah formal dan non formal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu alat analisis wilayah
2. Apa saja ruang lingkup wilayah formal
3. Apa saja ruang lingkup wilayah non formal
4. Bagaimana penerapan alat analisis wilayah

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui alat analisis wilayah
2. Untuk mengetahui ruang lingkup wilayah formal
3. Untuk mengetahui ruang lingkup wilayah non formal
4. Untuk mengetahui bagaimana penerapan alat analisis wilayah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Alat Analisis Wilayah


2.1.1 Analisis Location Quotient
Metode LQ adalah metode yang membandingkan porsi lapangan kerja/jumlah
produksi/nilai tambah untuk sektor tertentu di suatu wilayah dibandingkan
dengan porsi lapangan kerja/jumlah produksi/nilai tambah untuk sektor yang
sama secara nasional. Tujuan metode LQ ini untuk mengidentifikasi sektor
unggulan(basis) dalam suatu wilayah

Teknik analisis location quotient (LQ) merupakan cara permulaan untuk


mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Cara ini
tidak atau belum memberi kesimpulan akhir. Kesimpulan yang diperoleh baru
merupakan kesimpulan sementara yang masih harus dikaji dan ditilik kembali
melalui teknik analisis lain yang dapat menjawab apakah kesimpulan
sementara di atas terbukti kebenarannya.

Walaupun teknik ini tidak memberikan kesimpulan akhir, namun dalam tahap
pertama sudah cukup memberi gambaran akan kemampuan daerah yang
bersangkutan dalam sektor yang diamati.

Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan


suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama
pada daerah yang lebih luas.

Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien dapat


menggunakan satuan jumlah buruh atau hasil produksi atau satuan lainnya
yang dapat digunakan sebagai kriteria. Perbandingan relatif ini dinyatakan
secara matematika sebagai berikut:

3
Dimana:

Si = jumlah buruh industri i didaerah yang diselidiki

S = jumlah buruh seluruhnya di daerah yang diselidiki

Ni = jumlah buruh industri i di seluruh negara, atau daerah yang lebih luas
dimana daerah yang diselidiki menjadi bagiannya

N = jumlah seluruh buruh di seluruh negara, atau daerah yang lebih luas
dimana daerah yang diselidiki menjadi bagiannya.

Penafsiran

Dunia dapat dilihat sebagai kumpulan daerah. Setiap daerah (tunggal)


mempunyai sistem pengolahan sumber daya alam, tenaga kerja, produksi,
yang merupakan kegiatan memperkembangkan industri dan kegiatan lainnya
di dalam daerah tersebut. Setiap daerah berusaha mencukupi kebutuhannya
dan mengembangkan daerahnya secara maksimum. Adanya kekurangan dan
kelebihan menyebabkan kegiatan impor-ekspor antar daerah. Barang dan jasa
yang diimpor oleh suatu daerah adalah ekspor dari daerah lain, yang menurut
teori merupakan kelebihan dari daerah disebut terakhir. Struktur perumusan
LQ memberikan beberapa nilai sebagai berikut:

LQ > 1, atau LQ = 1, atau LQ = 1.

Analisis dengan LQ ini merupakan alat sederhana untuk mengetahui apakah


suatu daerah (atau sub-sub) sudah “seimbang” atau belum dalam kegiatan
tertentu (misalnya industri), yang dapat dilihat dari besarnya angka LQ. Bila
kenyataannya proporsi tenaga kerja tiap kategori itu lebih besar daripada
koefisien LQ, maka kelebihannya dianggap sebagai sektor “ekspor”. Dengan
kata lain angka LQ memberikan indikasi sebagai berikut:

1. Jika nilai LQ1, maka sektor yang bersangkutan kurang terspesialisasi


dibanding sektor yang sama di tingkat daerah tertentu, sehingga bukan
merupakan sektor unggulan.
2. Jika nilai LQ=1, sektor yang bersangkutan memiliki tingkat spesialisasi
yang sama dengan sektor sejenis di tingkat daerah tertentu, sehingga
hanya cukup untuk melayani kebutuhan daerah sendiri.
3. Jika nilai LQ1, sektor yang bersangkutan lebih terspesialisasi dibanding
sektor yang sama di tingkat daerah tertentu, sehingga merupakan sektor
unggulan.

Untuk penggunaan di Indonesia, hendaknya diperhatikan hal berikut:


 Tingkatan buruh di Indonesia tidak sama

4
 Kecenderungan membelanjakan pendapatan rata-rata di Indonesia tidak
sama
 Kecenderungan dan laju perkembangan tiap daerah di Indonesia tidak
sama
 Cara perhitungan dan sistem penyektoran masih belum jelas, masih belum
seragam, masih dalam perkembangan
 Pendapatan per kapita masih sangat rendah, hingga dapat dikatakan habis
untuk kepentingan konsumsi.

Besaran lain yang dapat dipakai sebagai ukuran dasar ialah pendapatan, nilai
tambah, jumlah penduduk, luas tanah. Penggunaan besaran sebagai ukuran
mempunyai nilai penafsiran yang berbeda-beda, yaitu (Isard, 1969):

1. Pendapatan merupakan besaran yang digunakan bila kita ingin


mengetahui hubungan lokasi industri dengan pasaran umum produksi
2. Nilai tambah, digunakan bila kita tertarik pada satuan industri daerah
berbanding dengan daya produksi buruh secara keseluruhan
3. Penduduk, digunakan bila yang dipersoalkan adalah keadaan dan kriteria
kesejahteraan dan keseimbangan pembagian pembagian per kapita
4. Area/ kawasan (luas tanah), digunakan bila yang menjadi perhatian adalah
persolan kemampuan perubahan guna tanah
5. Tenaga kerja pada industri sekunder, digunakan bila kita ingin menguji
hipotesis orientasi suatu industri, atau mengetahui ada tidaknya faktor
dalam suatu daerah yang diselidiki yang memperkuat atau memperlemah
satuan industri, mengetahui lebih jauh daripada sekedar analisis orientasi,
atau mengadakan studi kaitan geograsi yang ada dengan industri
sekunder.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan teknik LQ untuk


menyatakan kemampuan daerah ialah:

1. Selera dan pola pembelanjaan rumah tangga dari tipe dan pendapatan
yang sama, berbeda antara satu daerah dengan daerah lain
2. Tingkat pendapatan rumah tangga tidak sama di setiap daerah
3. Praktek produksi (termasuk produktivitas buruh) di setiap daerah berbeda-
beda
4. Mungkin yang terpenting, gabungan industri sangat bermacam ragam di
setiap daerah.

5
Adapun metode growth untuk melihat tingkat pertumbuhan produktivitas dari
tahun ke tahun.

Growth = [Tn – (Tn-1)/Tn-1] X 100 %

Dengan :

Tn : jumlah produksi tahun ke-n

Tn-1 : jumlah produksi tahun ke-(n-1)

Hasil rata-rata diatas kemudian dijumlah ke bawah sesuai dengan jumlah data
dan hasilnya dijadikan standar bagi rata-rata produksi lain. Tanda positif (+)
dinyatakan bahwa produksi tersebut berpotensi dan tanda (-) dianggap bahwa
produksi tersebut kurang berpotensi.

Share membantu mengkarakteristikkan struktur ekonomi berbagai wilayah,


dengan rumus :

Share = [NP1/NP2] X 100%

Dengan :

NP1 : Nilai produksi komoditi a di suatu kawasan

NP2 : Nilai produksi komoditi a di seluruh wilayah perencanaan

Share > 1 diberi tanda 3 dan bila share = 1 maka diberi nilai 2 dan bila share
< 1 diberi nilai 1. Kontribusi yang diberikan itu besar atau tidak adalah
dengan melihat ketentuan berikut : bila share yang diberi nilai 2 dan 3 maka
diberi tanda (+) dan dinyatakan kontribusi yang diberikan besar dan bila share
diberi nilai 1 maka diberi tanda (-) dan dinyatakan kontribusi yang diberikan
kecil (rendah). Nilai 2 dinyatakan memiliki kontribusi yang besar dengan
asumsi bahwa perkembangan berikutnya akan mengalami peningkatan atau
dalam kurun waktu 3 tahun kontribusi yang diberikan tetap atau dalam artian
tidak mengalami peningkatan dan penurunan.

2.1.2 Analisis Tipologi Klassen


Alat analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran
tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah.
Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator
utama yaitu pertumbuhan ekonomi pada sumbu vertikal dan rata-rata
pendapatan perkapita pada sumbu horizontal. Berdasarkan kriteria tersebut
daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat kuadran wilayah,
diantaranya:

6
Kuadran 1. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh yaitu daerah yang memiliki
tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi
dibanding rata-rata kabupaten/kota.

Kuadran 2. Daerah berkembang yaitu daerah yang memiliki tingkat


pertumbuhan tinggi tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah
dibanding rata-rata kabupaten/kota.

Kuadran 3. Daerah Maju tapi tertekan, yaitu daerah yang memiliki


pendapatan perkapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya
lebih rendah dibanding dengan rata-rata kabupaten/kota.

Kuadran 4. Daerah relatif tertinggal yaitu daerah yang memiliki tingkat


pertumbuhan dan pendapatan perkapita yang lebih rendah dibanding dengan
rata-rata kabupaten/kota.

2.1.3 Analisis Linkage System


Analisis linkage system merupakan analisis yang mempelajari adanya
hubungan/keterkaitan antara forward linkage dan backward linkage ekonomi
kerakyatan. Keterkaitan tersebut meliputi :

1. Keterkaitan ke belakang (backward linkage), yaitu keterkaitan ekonomi


kerakyatan dengan penyedia input produksi (keterkaitan penyerapan
tenaga kerja dan keterkaitan dengan penyediaan bahan baku dan peralatan
produksi) beserta sektor pendukung ekonomi kerakyatan.
2. Keterkaitan ke depan (forward linkage), yaitu keterkaitan masyarakat
dengan pengguna output produksi (keterkaitan pemasaran produk
ekonomi kerakyatan) beserta wilayah tujuan pemasaran.

2.1.4 Analisis SWOT dan Telaah IFAS – EFAS


Analisis SWOT digunakan dalam menginterpretasikan wilayah perencanaan,
khususnya pada kondisi yang sangat kompleks, faktor eksternal dan internal
memegang peran yang sama pentingnya. Analisis SWOT digunakan untuk
mengetahui inventarisasi faktor
potensi (strenght),masalah (weakness),peluang (opportunities) danancaman (t
hreats) dari pengembangan ekonomi kerakyatan yang akan dilakukan atau
untuk mengetahui arah pengembangan ekonomi kerakyatan (Wicaksono et
al., 2001). SWOT secara harfiah merupakan akronim yang terdiri dari
konsep/kata:

 S (strenght/kekuatan) : suatu kondisi atau keadaan yang dimiliki dan


dianggap merupakan hal yang sudah baik

7
 W (weakness/kelemahan) : suatu keadaan atau kondisi yang dianggap
memiliki kelemahan atau masalah
 O(opportunity/kesempatan/peluang) : suatu keadaan atau kondisi yang
ada atau yang akan terjadi di dalam dan di sekitar daerah yang dianggap
berpeluang untuk digunakan dalam pengembangan potensi
 T (threat/ancaman/hambatan) : suatu keadaan atau kondisi yang ada atau
yang akan terjadi di dalam atau di sekitar daerah yang dianggap dapat
menghambat atau mengancam pengembangan potensi.

Kekuatan dan kelemahan merupakan faktor intern, sedangkan kesempatan


dan ancaman merupakan faktor ekstern.

SWOT digunakan untuk dapat menetapkan tujuan secara lebih realistis dan
efektif, serta merumuskan strategi dengan efektif pula. Dalam memanfaatkan
SWOT, juga terdapat alternatif penggunaan yang didasarkan dari kombinasi
masing-masing faktor:

 SO : memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk meraih peluang


(O);
 ST : memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk mengantisipasi
atau menghadapi ancaman (T) dan berusaha menjadikan ancaman sebagai
peluang;
 WO : meminimalkan kelemahan (W) untuk meraih peluang (O);
 WT : meminimalkan kelemahan (W) untuk menghindari secara baik dari
ancaman (T)

Keempat faktor pada SWOT masing-masing dianalisis berdasarkan


komponen dari tiap faktor untuk selanjutnya diberikan penilaian untuk
mengetahui posisi obyek penelitian pada kuadran SWOT. Adapun sistem
penilaian yang dilakukan adalah memberikan penilaian dalam bentuk matriks
kepada dua kelompok besar yaitu faktor internal (IFAS/Internal Strategic
Analysis Summary) yang terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness) serta faktor eksternal (EFAS/Eksternal Strategic Analysis
Summary) yang terdiri dari peluang (opportunity) dan ancaman (threat).

 Matrik faktor strategi eksternal

Cara-cara penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS) adalah:

 Kolom 1 disusun peluang dan ancaman;


 Masing-masing faktor dalam kolom 2 diberi bobot ;
 Rating dihitung untuk masing-masing faktor dengan memberikan
skala mulai dari 3 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan

8
pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi ekonomi kerakyatan yang
bersangkutan;
 Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang
yang semakin besar diberi rating 3 tetapi jika peluangnya kecil, diberi
rating 1)
 Bobot dikalikan dengan rating untuk memperoleh faktor pembobotan.
Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang
nilainya bervariasi;
 Skor pembobotan dijumlahkan untuk memperoleh total skor bagi
ekonomi kerakyatan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana ekonomi kerakyatan tertentu bereaksi terhadap faktor-
faktor strategis eksternalnya.

 Matrik faktor strategi internal

Kolom 1 disusun faktor-faktor kekuatan dan kelemahan ekonomi


kerakyatan;

1. Masing-masing faktor dalam kolom 2 diberi bobot;


2. Rating dihitung untuk masing-masing faktor dengan memberikan
skala mulai dari 3 outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan
pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi ekonomi kerakyatan yang
bersangkutan;
3. Skor pembobotan dijumlahkan untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi ekonomi kerakyatan yang bersangkutan. Nilai total
ini menunjukkan bagaimana ekonomi kerakyatan tertentu bereaksi
terhadap faktor-faktor strategis internalnya.

2.2 Ruang Lingkup Wilayah Formal

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata


Ruang Wilayah Nasional, wilayah adalah ruang yan merupakan kesatuan geografis
beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkaan administratif dan/ aspek fungsional.

Dapat disimpulkan, wilayah adalah area di permukaan bumi yang dibatasi oleh
kenampakan tertentu yang bersifat khas dan membedakan wilayah tersebut dengan
wilayah lainnya. Misalnya, wilayah hutan berbeda dengan wilayah pertanian,
wilayah kota berbeda dengan perdesaan.

9
Wilayah Formal Kawasan yang homogen dan dicirikan oleh sesuatu yang
dimiliki atau melekat pada manusia dan alam secara umum. Wilayah formal
adalah suatu wilayah yang dicirikan berdasarkan keseragaman atau
homogenitas tertentu. Oleh karena itu, wilayah formal sering pula disebut
wilayah seragam (uniform region). Homogenitas dari wilayah formal dapat ditinjau
berdasarkan kriteria fisik atau alam ataupun kriteria sosial budaya.

Wilayah formal berdasarkan kriteria fisik didasarkan pada kesamaan topografi,


jenis batuan, iklim, dan vegetasi. Misalnya, wilayah pegunungan kapur (karst),
wilayah beriklim dingin, dan wilayah vegetasi mangrove. Adapun wilayah
formal berdasarkan kriteria sosial budaya, seperti wilayah suku Asmat,
wilayah industri tekstil, wilayah Kesultanan Yogyakarta, dan wilayah pertanian
sawah basah. Wilayah formal ini bisanya bersifat statis karena membutuhkan
waktu yang lama untuk mengubah sifat utama dari wilayahnya

2.3 Ruang Lingkup Wilayah Non Formal


2.3.1 Wilayah Non-Formal / Fungsional

Wilayah formal ditandai dengan karakteristik khasnya, sebaliknya wilayah


non formal ini ditandai dengan adanya interaksi antara komponen atau lokasi
di dalamnya,. Interaksi ini biasanya bersifat ekonomi dan paling sering terjadi
di pusat wilayah. Oleh karena itu, wilayah-wilayah yang ada di sekitarnya
berfungsi untuk mendukung kegiatan di pusatnya tersebut.

Contoh dari wilayah fungsional ini adalah Jabodetabek. Wilayah Jabodetabek


dapat dikatakan sebagai wilayah fungsional karena memiliki pusat kegiatan di
Jakarta. Sementara Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang berada di
sekitar Jakarta berfungsi mendukung kegiatan utama yang terjadi di Jakarta.

Wilayah fungsional biasanya bersifat dinamis karena fungsi daerah di dalam


wilayahnya itu bisa berubah sewaktu-waktu. Misalnya, Bekasi yang tadinya

10
hanya menjadi kota pendukung Jakarta, karena berkembang dengan pesat,
akhirnya bisa menjadi wilayah metropolitannya sendiri.

2.3.2 Perwilayahan

Perwilayahan (regionalisasi) adalah suatu proses penggolongan wilayah


berdasarkan kriteria tertentu. Klasifikasi atau penggolongan wilayah dapat
dilakukan secara formal maupun fungsional. Dalam perencanaan
pembangunan, pemerintah harus memahami kondisi suatu wilayah karena
setiap wilayah memiliki kondisi yang berbeda-beda.

Penggolongan wilayah secara garis besar terbagi atas:

1. Natural Region (Wilayah Alamiah atau Fisik); berdasarkan ketampakan


alami, seperti wilayah pertanian dan kehutanan.
2. Single Feature Region (Wilayah Ketampakan Tunggal); berdasarkan
pada satu ketampakan, seperti wilayah berdasarkan iklim, hewan, atau
iklim saja.
3. Generic Region (Wilayah Berdasarkan Jenisnya); didasarkan pada
ketampakan jenis atau tema tertentu. Misalnya di wilayah hutan hujan
tropis yang ditonjolkan hanyalah flora tertentu seperti anggrek.
4. Specific Region (Wilayah Spesifik atau Khusus); dicirikan kondisi grafis
yang khas dalam hubungannya dengan letak, adat istiadat, budaya, dan
kependudukan secara umum. Misalnya wilayah Asia Tenggara, Eropa
Timur, dsb.
5. Factor Analysis Region (Wilayah Analisis Faktor); berdasarkan metoda
statistik-deskriptif atau dengan metoda statistik-analitik. Penentuan
wilayah berdasarkan analisis faktor terutama bertujuan untuk hal-hal
yang bersifat produktif, seperti penentuan wilayah untuk tanaman jagung
dan kentang.

11
2.3.3 Manfaat Perwilayahan (Regionalisasi)

1. Mengurutkan dan menyederhanakan informasi mengenai


keanekaragaman dan gejala atau fenomena di permukaan bumi.
2. Untuk meratakan pembangunan di semua wilayah sehingga dapat
mengurangi kesenjangan antar wilayah.
3. Memudahkan koordinasi berbagai program pembangunan pada tiap
daerah.
4. Memantau perubahan-perubahan yang terjadi, baik gejala alam maupun
manusia.

2.4 Penerapan Alat Analisis Wilayah

Analisis Tipologi Klassen


Alat analisis ini adalah untuk mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan
ekonomi ekonomi daerah.

Tabel .Laju Pertumbuhandan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Malang Masing-Masing SWP
Laju Pendapatan per
NO Wilayah Klasifikasi Wilayah
Pertumbuhan Kapita
1 Kabupaten Malang 8.208 1201913.56 -
SWP Ngantang &
2 sekitarnya 8.753 1144154.31 Daerah Berkembang Cepat
SWP Lingkar Kota Daerah Cepat Maju dan
3 Malang 9.665 1296667.47 Cepat Tumbuh
Daerah Cepat Maju dan
4 SWP Lawang 8.974 1526120.31 Cepat Tumbuh
SWP Tumpang &
5 sekitarnya 7.509 995989.81 Daerah Relatif Tertinggal
SWP Kepanjen & Daerah Maju Tapi
6 sekitarnya 8.083 1275411.80 Tertekan
7 SWP Donomulyo 7.026 981375.19 Daerah Relatif Tertinggal
SWP Gondanglegi &
8 sekitarnya 6.745 1094867.45 Daerah Relatif Tertinggal
SWP Dampit & Daerah Maju Tapi
9 sekitarnya 7.263 1207497.38 Tertekan
Sumber: Malang dan Jawa Timur Dalam Angka 2OO2 (diolah)

12
Klasifikasi wilayah berdasarkan pendapatan per kapita dan pertumbuhan dapat
digambarkan dengan Tipologi Klassen, Dengan Tipologi Klassen, SWP yang ada di
Kabupaten Malang dapat diklasifikasi menjadi empat pola pertumbuhan (lihat
gambar 3) yaitu: Satuan Wilayah Pengembangan I, merupakan SWP yang tergolong
daerah berkembang cepat. Ciri daerah mempunyai klasifikasi ini adalah daerah yang
pertumbuhannya cepat namun pendapat per kapitanya masih dibawah pendapatan
per kapita Kabupaten Malang. Sedangkan Satuan Wilayah Pengembangan II, III
tergolong pada pola pertumbuhan wilayah “Cepat Maju dan Cepat Tumbuh”,
dimana pada umumnya wilayah ini maju baik dari segi pembangunan atau
kecepatan pertumbuhan. SWP yang termasuk kategori Cepat Maju dan Cepat
Tumbuh mempunyai pola pertumbuhan; pendapatan per kapita dan laju
pertumbuhan PDRB SWP lebih besar dari Pendapatan per Kapita Kabupaten dan
laju pertumbuhan PDRB kabupaten.

Sedangkan untuk Satuan Wilayah Pengembangan IV, VI, VII tergolong pada pola
pertumbuhan wilayah “Relatif Tertinggal”. SWP yang termasuk dalam kategori ini
adalah SWP yang secara ekonomis sangat tertinggal, baik dari segi pertumbuhan
ekonomi maupun pendapatan per kapita. Dengan kata lain, SWP-SWP dalam
kategori ini adalah SWP yang paling buruk keadaanya dibandingkan SWP lain.

13
PDRB per Kapita (y)
yi < y yi > y

Laju Pertumbuhan (r)


Daerah erkembang Daerah Cepat Maju
Cepat dan Cepat Tumbuh
ri > r
SWP I - SWP II
- SWP III
Daerah Relatif Daerah Maju Tapi
ri < r Tertinggal Tertekan
- SWP IV - SWP V
- SWP VI - SWP VIII
- SWP VII

SWP yang termasuk kategori Relatif Tertinggal mempunyai pola pertumbuhan;


pendapatan per kapita dan laju pertumbuhan PDRB SWP lebih kecil dari
pendapatan per kapita dan laju pertumbuhan PDRB kabupaten.
Dan untuk Satuan Wilayah Pengembangan V, VIII tergolong pada pola
pertumbuhan wilayah “Maju Tapi Tertekan”. SWP ini adalah SWPyang relatif maju
tetapi dalam beberapa tahun mengalami pertumbuhan yang relatif kecil, akibat
tertekannya kegiatan utama SWP yang bersangkutan. Pola pertumbuhan dari SWP
ini yaitu; pendapatan per kapita SWP lebih besar dari pendapatan per kapita
kabupaten dan laju pertumbuhan PDRB SWP lebih kecil dari laju pertumbuhan total
PDRB kabupaten.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Untuk mengetahui sektor-sektor yang sedang berkembang di suatu wilayah
kabupaten dengan laju pertumbuhan perekonomian di wilayah provinsi serta dengan
sektor-sektornya, dan mengamati penyimpangan-penyimpangan dan perbandingan -
perbandingan tersebut. Sehingga kita bisa mengetahui shift (pergeseran) hasil
pembangunan perekonomian kabupaten jika kabupaten tersebut memperoleh sebuah
hasil yang sesuai dengan kedudukannya dengan keunggulan kompetitif dari suatu
sektor dalam kabupaten tersebut.

Alat Analisis Wilayah Terdiri dari:


• Analisis Location Quotient
• Analisis Tipologi Klassen
• Analisis Linkage System
• Analisis SWOT dan Telaah IFAS – EFAS

3.2 Daftar Pustaka

(7) (DOC) ALAT ANALISIS POTENSI DAERAH | Fathista V I S T A R A N I


Dwi Octaviani - Academia.edu. (n.d.). Retrieved September 13, 2021, from
https://www.academia.edu/23231850/ALAT_ANALISIS_POTENSI_DAERAH

Octaviani, F. V. I. S. T. A. R. A. N. I. D. (n.d.). ALAT ANALISIS POTENSI


DAERAH. Retrieved from
https://www.academia.edu/23231850/ALAT_ANALISIS_POTENSI_DAERA
H

Pengertian serta Perbedaan Wilayah Formal dan Fungsional. (n.d.). Retrieved


September 13, 2021, from
https://www.kompas.com/skola/read/2021/08/04/140317969/pengertian-serta-
perbedaan-wilayah-formal-dan-fungsional

Sagajoka, O. E., Si, M., Prodi, D., & Pembnagunan, E. (n.d.). ANALISIS WILAYAH
KECAMATAN POTENSIAL MELALUI PENDEKATAN TIPOLOGI KLASSEN
DI KABUPATEN ENDE. Sagajoka Jurnal Analisis (Vol. 19).

15
Geografi - Konsep Wilayah dan Tata Ruang - Pahamify | Semua Bisa Semua
Paham. (n.d.). Retrieved September 13, 2021, from
https://pahamify.com/blog/artikel/geografi-konsep-wilayah-dan-tata-ruang/

Konsep Wilayah dan Perwilayahan | Geografi Kelas 12. (n.d.). Retrieved


September 13, 2021, from https://www.ruangguru.com/blog/konsep-wilayah-
dan-perwilayahan

Analisis Daya Saing dan Potensi Daerah, https://media.neliti.com

16

Anda mungkin juga menyukai