Anda di halaman 1dari 3

PROSEDUR FIT TO WORK

Pendahuluan

Pemeriksaan kesehatan personel diartikan sebagai pemeriksaan personel mengenai


kesehatannya dengan tujuan yang ditentukan berkaitan dengan pekerjaan  yang akan,
sedang atau telah dilakukannya. Yang dimaksud personel adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk banyak orang. Fit To Work adalah keadaan
fisik, mental dan sosial yang sebaik- baiknya (well being) untuk pekerjaan yang akan,
sedang atau telah dilakukannya dan Fit (sehat) bukan sekadar tidak adanya penyakit,
cacat dan kelemahan.

Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi memeriksa, menganalisis dan menyimpulkan


kondisi kesehatan personel yang temuannya dihubungkan dengan pekerjaan yang
akan, sedang atau telah dilakukan oleh personel. Oleh karena itu, kondisi kesehatan
personel menjadi fokus perhatian pemeriksaan kesehatan personel hanya ada
maknanya apabila benar-benar memberikan informasi yang memadai mengenai
hubungan timbal balik antara kondisi kesehatan tersebut dengan pekerjaan personel
yang bersangkutan termasuk lingkungan kerjanya.
Kondisi kesehatan yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan personel harus
memberikan informasi yang cukup dan benar- benar tepat untuk memenuhi kualifikasi
hubungan personel dan pekerjaannya.Ada tiga jenis pemeriksaan kesehatan personel
yaitu pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (Prakes), pemeriksaan kesehatan
berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
(Prakes) adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang
personel diterima untuk melakukan pekerjaannya.

Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu


tertentu terhadap personel yang dilakukan oleh dokter dan  minimal setahun sekali.
Pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh
dokter secara khusus terhadap personel tertentu. Pemeriksaan kesehatan personel
sebagaimana diatur oleh peraturan pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter,
dokter yang dimaksud adalah Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi yang berkompeten
dan mempunyai sertifikat hiperkes sesuai dengan Undang- Undang Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2004.2,3,4 Pemeriksaan kesehatan personel merupakan salah satu
tugas pokok dari pelayanan kesehatan kerja yang merupakan program dari K3RS
(Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit), dimana Dokter Spesialis Kedokteran
Okupasi yang bertanggung jawab pada K3RS.
Dasar Pertimbangan Dalam Penentuan Fit to Work (Kelaikan Kerja)
Prinsip dasar dari penetapan status kelaikan kerja adalah bahwa asesmen yang
dilakukan hanya berlaku untuk satu jenis pekerjaan tertentu atau sekelompok
pekerjaan dengan konteks dan kebutuhan kerja yang serupa. Faktor pekerjaan yang
mempengaruhi dan dijadikan dasar pertimbangan dalam menentukan kelaikan kerja
diantaranya adalah:
1. Tingkat ketrampilan, kapasitas fisik, mental, ketajaman sensoris dan
ketelitian yang dibutuhkan.

2. Potensi dampak negatif pekerjaan atau lingkungan pekerjaan terhadap


kesehatan personel.

3. Potensi dampak negatif terhadap kesehatan dan keselamatan bagi personel


lain dan atau banyak orang.

4. Apakah pekerjaan menuntut kesiapan untuk keadaan darurat sehingga


membutuhkan tingkat kebugaran yang lebih tinggi.

Dikenal ada dua pendekatan yang harus dilakukan dalam melakukan asesmen kelaikan
kerja, yaitu pendekatan klinis dan pendekatan okupasi yaitu kebutuhan/ tuntutan
pekerjaan/ kondisi di tempat kerjanya dengan mempertimbangkan kebutuhan dan
risiko pekerjaan serta aspek medikolegal dalam pelaksanaan, pencatatan dan
pelaporannya. Pendekatan klinis digunakan untuk melihat status kesehatannya,
sedangkan pendekatan okupasi diperlukan untuk melihat apakah seorang personel
dengan status kesehatan demikian dapat cocok dengan pekerjaan yang akan
dilakukan. Oleh karenanya kedua pendekatan ini harus objektif dan terukur yang
ditunjukkan dengan adanya kriteria batas putus (cut-off) sesuai dengan standar- standar
yang berlaku atau berbasiskan bukti yang sahih.

Pada dasarnya hasil Penilaian Laik Kerja terbagi dalam empat kategori di bawah
ini yaitu:

1. Laik Kerja
Personel dianggap memenuhi syarat kesehatan untuk melaksanakan pekerjaan yang
telah ditetapkan, yakni mampu melakukan tanggung jawab pekerjaan tanpa
pembatasan apapun.
2. Laik Kerja Dengan Catatan
Secara keseluruhan didapatkan adanya kelainan medis minor dengan tingkat risiko
rendah- sedang yang membutuhkan pengelolaan, namun personel dapat dianggap
cakap dan mampu memenuhi kebutuhan pekerjaannya.
3. Tidak Laik Kerja Untuk Sementara Waktu
Hasil pemeriksaan kesehatan menunjukkan adanya kelainan medis yang
membutuhkan tindak lanjut segera karena berpotensi membahayakan jiwa,
menimbulkan komplikasi berat dan atau kecacatan lanjut, membahayakan personel
lain, atau asset instansi/ perusahaan, dan diharapkan kondisi ini dapat pulih atau
positive progress dalam kurun waktu 8 minggu.

4. Tidak Laik Kerja


Karena kondisinya, personel tidak laik kerja secara permanen untuk satu jenis
pekerjaan tertentu, namun masih mungkin dapat bekerja dengan baik untuk jenis
pekerjaan lainnya.

Referensi
1. Suma’mur PK. Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja (Standar Yang Berlaku
Umum), Majalah Kedokteran dan Kesehatan Kerja PERDOKI, Tahun II,
Nomor 1-2, halaman 1-13, 2008.
2. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktek Kedokteran dan Petunjuk Pelaksanaannya Tahun 2005 yang
menyatakan Kompetensi Dokter yang melakukan pemeriksaan Medical
Check Up (MCU) harus mempunyai Surat Ijin Praktek dan Sertifikat Hiperkes.
3. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 2/Men/1979
Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja.

Anda mungkin juga menyukai