PENDAHULUAN
peningkatan TIO pada pasien berusia antara 4 hingga 35 tahun. Sebagian JOAG
diwariskan secara autosomal dominan dan paling sering melibatkan protein
myocilin.AAO. JOAG adalah kondisi langka yang terjadi pada 1 dari 50.000 orang.
Penelitian populasi terakhir melaporkan bahwa insiden JOAG adalah 0,38 per
1, 2
100.000 pendudukberusia 4 hingga 20 tahun.
JOAG berhubungan dengan myopia dan peningkatan TIO berat dengan
fluktuasi yang besar. JOAG pada umumnya terlambat dideteksi dan sering kali
datang dengan kerusakan nervus optikus yang lanjut dan TIO yang lebih dari 40
mmHg. Penting bagi klinisi untuk mengenali JOAG karena JOAG merupakan
neuropati optik kronik yang biasanya melibatkan kedua mata dan berpotensi
mengakibatkan kebutaan. Pemeriksaan TIO harus dilakukan sedini mungkin pada
anak-anak, terutama dengan riwayatkeluarga glaucoma. 2, 3
Terapi medikamentosa bagi pasien JOAG pada umumnya gagal. Tekanan
TIO pada kasus JOAG pada umumnya tidak mampu dikendalikan hanya dengan
pengobatan saja.Dibandingkan glaucoma primer sudut terbuka, tatalaksana JOAG
cenderung lebih sering melibatkan tindakan operasi. Sebagian besar pasien
memerlukan prosedur trabekulektomi atau implantasi alat drainase glaucoma jika
diperlukan.1, 2
oleh dokter umum. Diagnosa dan perujukan terhadap ahli glaucoma yang cepat
akan memberikan pasien kemungkinan terbaik untuk mempertahankan
penglihatannya. Oleh karenaitu, kasus ini akan membahas mengenai etiologi dan
patogenesis, klasifikasi, gambaran klinis, pemeriksaan penunjang, tatalaksana, dan
prognosis dari JOAG.
2
BAB II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : An. MBA
Umur : 12 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Kab. Ogan Ilir Sungai Pinang
kepala (+) hilang timbul tidak dipengaruhi posisi, mata merah (-),
berair (-), berasap (-), mengganjal (-), gatal (-), kotoran mata (-),
mual dan muntah (-) sering berkedip (-) riwayat trauma (-).
Sejak ± 3 bulan yang lalu mata kiri pasien kabur secara
perlahan (+), lapangan pandang menyempit, pasien mengeluh sakit
kepala (+), mata merah (-), berair (+), silau (+), berasap (-),
mengganjal (-), gatal (-), kotoran mata (-), mual dan muntah (-),
sering berkedip (-). Pasien lalu berobat ke dokter umum dan diberi
obat tetes mata timolol dua kali sehari untuk kedua mata, tetapi
obat tidak dipakai secara teratur, penglihatan semakin kabur lalu
pasien dirujuk ke RSMH.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Suhu : 36,7o C
GBM
Segmen Posterior
Refleks
RFOD (+), RFOS (+)
Fundus
Bulat, batas tegas, warna Bulat, batas tegas, warna
oranye, c/d ratio 0.9, a/v 2:3 oranye, c/d ratio 0.9, a/v 2:3
Papil
Makula Refleks fovea (+) menurun Refleks fovea (+) normal
3. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan slit lamp
- Pemeriksaan tonometri
- Uji Konfrontasi : didapatkan penyempitan lapangan pandang perifer
- Pemeriksaan gonioskopi
- Rencana pemeriksaan Perimeter Humphrey
4. Diagnosis Banding
Glaukoma Juvenile Primer ODS
5. Diagnosis Kerja
Glaukoma Juvenile Primer ODS
6. Tatalaksana
- Penatalaksanaan Medikamentosa Timol
0.5% ED gtt 1/ 12 jam ODS
- Penatalaksanaan Pembedahan Pro
Trabekulotomi
- KIE
Menjelaskan kepada pasien mengenai kondisi mata dan tentang
prognosisnya sehingga pasien tidak mengalami kecemasan yang
berlebih
Meminta pasien untuk menjaga hygiene diri terutama tangan
Menjelaskan pada pasien untuk tidak menggosok-gosok
mata karena akan memperparah kondisi mata
7. Prognosis
Quo ad vitam : malam
Quo ad functionam : malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
Pemeriksaan Gonioskopi
3.2 Epidemiologi
Glaukoma sudut terbuka onset juvenil (glaukoma juvenile) suatu
glaukoma sudut terbuka primer familial dengan onset dini, sekitar 5% dari seluruh
kasus glaukoma sudut terbuka familial, dan sekitar 3% kasus glaukoma sudut
terbuka primer non familial disebabkan oleh mutasi gen myocilin. 5
Glaukoma juvenile terjadi kira-kira 1:50.000 orang. Tidak ada catatan
mengenai mortalitas glaukoma juvenile ini, namun morbiditas dapat terjadi berupa
hilangnya penglihatan apabila terlambat didiagnosis dan ditatalaksana. Frekuensi
terjadinya dan keparahan glaukoma juvenile pada laki-laki dan perempuan hampir
sama, namun ada kecenderugan secara frekuensi lebih banyak terjadi pada laki-
laki. Glaukoma juvenile dapat terjadi mulai umur 4 sampai 35 tahun, namun onset
peningkatan tekanan intraokluer rata-rata terjaid pada umur 5-10 tahun. Glaukoma
juvenile sering terdiagnosis saat masa remaja atau selama masa dewasa awal pada
kasus sporadik.6
3.3 Etiologi
Glaukoma juvenile merupakan penyakit keturunan autosomal resesif akibat
mutasi pada gen myocilin. Gen ini juga dikenal sebagai trabekular meshwork-
inducible glucocorticoid response (TIGR). Peneliti menemukan bahwa mutasi
pada TIGR ini dapat meningkatkan TIO. Masih dilakukan penelitian lebih lanjut
7
mengenai bagaimana peran gen myocilin ini dalam menyebabkan glaukoma.
3.4 Anatomi dan fisiologi
Aplikasi Anatomi dan
Fisiologi
Korpus siliaris secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang,
membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris (sekitar 6mm).
Korpus siliaris terdiri dari suatu zona anterior yang berombak-ombak, pars plana
dan zona datar, pars plikata. Prosesus siliaris berasal dari kapiler-kapiler dan vena
yang bermuara ke vena-vena korteks.Prosesus siliaris dan epitel siliaris berfungsi
sebagai pembentuk aqueous humor.5
tidak seimbang antara produksi aqueous dan aliran aqueous keluar bola mata
(outflow).
terdapat hubungan yang jelas antara besarnya tekanan intraokular dan keparahan
penurunan penglihatan, efek yang ditimbulkan pengingkatan tekanan pada nervis
opticus sangant bervariasi antar-individu. 5
Adanya riwayat keluarga yang mengalami glaukoma sangat berkaitan
glaukoma, diantaranya :
- Pembesaran bola mata (Bupthalmos)
- Ukuran bola mata lebih besar dari pada ukuran normal (Megalocornea)
- Silau (Photophobia)
- Mata berair (Epiphora)
- Pembengkakan kornea (Edema cornea)
- Mata merah (Conjunctival injection)
- Kekeruhan kornea
- Tukak kornea
bawah, pada kelopak mata atas diberikan tekanan dengan jari telunjuk
kedua tangan bergantaian. Nilai daya tahan bola mata terhadap tekanan jari.
Pada glaukoma juvenil TIO meningkat pada kedua mata
2. Miopia
3. Lapangan pandang
Tes konfrontasi merupakan pemeriksaan paling sederhana. Melihat
gangguan lapangan pandang pasien, dengan dasar membandingkan
lapangan pandang pasien dengan pemeriksa. Pada glaukoma juvenil
terdapat kehilangan lapangan pandang
3.7 Diagnosis
Anamnesis
Mata ditutup
Pandangan kedua mata menghadap kebawah
Jari-jari lainnya bersandar pada dahi dan pipi pasien
Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang kornea
bergantian
Satu telunjuk menyeimbangi tekanan saat telunjuk lainnya menekan
bola mata
Nilai:
Didapat kesan berapa ringannya bola mata dapat ditekan. Penilaian
pasien.
Dasar
Membandingkan lapangan pandangan pasien dengan pemeriksa.
Teknik
Pasien dan pemeriksa duduk dengan berhadapan muka dengan jarak
kira-kira 1 meter
Mata kiri pemeriksa ditutup dan mata kanan pemeriksa ditutup
Mata kanan pemeriksa dan mata kiri pasien saling berpandangan,
sebuah benda diletakkan antara pasien dengan pemeriksa pada jarak
yang sama
Benda mulai digerakkan dari perifer ke arah sentral sehingga mulai
1. Gonioskpi
Tujuan
Melihat langsung keadaan patologik sudut bilik mata, dan untuk melihat
hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing.
Dasar
Dengan sistem prisma dan penerangan yang cukup sudut bilik mata dapat
dilihat
Gambar 7. Pemeriksaan Gonioskopy
Teknik
Pemeriksaan dilakukan di kamar gelap
Mata yang akan diperiksa diberikan tetes anastesi topikal
Pasien duduk menaruh dagu didepan slitlamp
Goniolens diletakkan di permukaan kornea
Disatukan sinar pada prisma goniolens degan pandangan
Yang dilihat pada prisma goniolens:
o Garis Schwalbe
o Trabekulum
o Saluran Schlemm
o Skleral spur
o Badan siliar
Nilai
Derajat 0, bila terlihat struktur sudut dan terdapat kontak kornea
dengan iris (sudut tertutup)
Derajat 1, bila tidak terlihat ½ bagian jalinan trabekulum sebelah
belakang dan garis Schwalbe terlihat disebut sudut sangat sempit
Derajat 2, bila sebagian kanal Schlem terlihat
Derajat 3, belakang kanal Schlemm dan skleral spur masih terlihat
Derajat 4, badan siliar terlihat (sudut terbuka)
2. Tonometri
Tujuan pemeriksaan dengan tonometri adalah untuk mengetahui tekanan
bola mata seseorang (tekanan intra okuler). Rentang tekanan intra okuler
Tujuan:
Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer.
Alat:
Obat tetes anestesi lokal (tetrakain atau pantokain)
Tonometer Schiotz
penampang yang ditekan alat sampai kornea rata dan jumlah tenaga yang
diberikan. Pada tonometer aplanasi Goldmann jumlah tekanan dibagi
penampang dikali sepuluh dikonfirmasi langsung kedalam mmHg
tekanan bola mata.
Dengan tonometer aplanasi tidak diperhatikan kekakuan sklera
( scleral rigidity) karena pad atonometer aplanasi pengembangan mata
dalam 0,5 mm3 sehingga tidak terjadi pengembangan sklera yang berarti.
Alat:
1. Slitlamp dengan sinar biru.
2. Tonometer aplanasi
3. Flouresein strip/tetes
4. Obat tetes anestesi lokal (tetrakai/pantokain)
Teknik:
Mata yang akan diperiksa diberi anestesi topikal
Pada mata tersebut ditempelkan kertas fluoresein. Sinar oblik warna
biru dari slitlamp disinarkan pada dasar telapak prisma tonometer
aplanasi Goldmann
Pasien diminta duduk dan meletakkan dagunya pada slitlamp dan
dahi tepat pada penyangganya.
Pada skala tonometer aplanasi dipasang tombol tekanan 10 mm
Telapak prisma aplanasi di dekatkan pada kornea perlahan-lahan
Tekanan ditambah sehingga gambar kedua setengah lingkaran pada
kornea yang sudah diberi fluoresein terlihat berimpit antara bagian
luar dengan bagian dalam.
Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer. Tekanan tersebut
merupakan tekanan intra okuler dalam mmHg.
Nilai:
Dengan tonometer aplanasi tekanan bola mata lebih dari 21 mmHg
dianggap menderita glaukoma.
c.Tonometri Non Kontak
Tonometri non kontak tidak seteliti tonometer aplanasi.
Dihembuskan sedikit udara pada kornea. Udara terpantul dari permukaan
3. Perimetri
Perimetri Goldman
Tujuan
Perimetri dilakukan untuk mencari batas luar persepsi sinar perifer
dan melihat kemampuan penglihatan daerah yang sama dan dengan
demikian dapat dilakukan pemeriksaan defek lapangan pandangan.
Dasar
Saraf yang mempunyai fungsi sama akan mempunyai kemampuan
melihat yang sama. Bila ada rangsangan sinar pada retina maka retina akan
melihat rangsangan tersebut.
Teknik
Pemeriksa menerangkan terlebih dahulu tentang perlunya kerjasama
pada pemeriksaan, perlunya fiksasi terus menerus dan diminta untuk
bereaksi cepat bila sudah melihat sinar yang datang dari perifer.
Pasien dimintaduduk didepan perimetri Goldman dengan dagu
didepanmata pasien.
Objek bercahaya digeser dari perifer (tak terlihat) kearah sentral
Nilai
Dilihat defek lapang pandangan yang tergambar pada kartu kampus,
dan berdasarkan susunan anatomik diketahui letak gangguan serat
saraf.
Dapat ditemukan kelainan retina, saraf, glaukoma, dan saraf optik.
terlihat.
Gambar 11. Pemeriksaan perimetri Goldman10
4. Funduskopi
a. Pemeriksaan ophtalmoskop langsung
Tujuan
Untuk menilai kelainan dan keadaan pada fundus okuli.
Dasar
Cahaya yang dimasukkan kedalam fundus akan menghasilkan
reflek fundus. Gambaran fundus mata akan terlihat bila fundus diberi
sinar .Funduskopi dilihat dikamar gelap.
Nilai
Pada papil saraf optik dapat terlihat apakah ada papil edema,
hilangnya pulsasi vena, saraf optik, ekskavasi papil pada glaukoma dan
atrofi saraf optik. Pada retina dapat dinilai kelainan seperti perdarahan
subhialoid, perdarahan intraretina, lidah api, dots, blots, edema retina dan
edema makula. Pembuluh darah retina dapat dilihat perbandingan atau
ratio arteri vena, perdarahan arteri dan vena dan adanya mikroaneurisma
dari vena.
Gambar 12. Funduskopi direk (a) funduskopi normal (b) funduskopi glaukoma
1.8 Tatalaksana
3.8.1 Medikamentosa:
Obat glaukoma dapat sementara waktu mengontrol TIO. Seringkali TIO meningkat
setelah 1 –3 tahun yang mungkin menyebabkan resisten terhadap semua
obat dan dibutuhkan operasi mata. Obat-obat yang dapat diberikan, yaitu:
1. Beta blokers (timolol ophthalmic)
Dapat menurunkan TIO, dengan atau tanpa glaukoma dengan
menghambat aliran. Digunakan sebesar 0,25% atau 0,5% larutan dan
dioleskan ke mata 1-2 kali per hari.
2. Prostaglandin agonis (Latanoprost atau Xalatan)
Untuk menurunkan TIO pada pasien intoleran terhadap obat penurun
TIO yang lain.
3. Anti glaukoma
Pengobatan kombinasi dapat menurunkan sekresi aqueous humor, dan
lebih baik dari monoterapi, serta dapat meningkatkan kepatuhan dalam
pemakaian obat. Kombinasi ini dapat diberikan pada anak usia 2 tahun
atau lebih. Obat anti glaukoma yang termasuk yaitu:
1. Alfa adrenergik agonis: berfungsi untuk menurunkan produksi
aquous humor dan mengurangi tahanan terhadap aliran keluar
cairan aquous, seperti epinefrin, apraclonidin.
2. Beta blocker: mengurangi produksi aquous humor oleh corpus
siliaris, seperti timolol maleat, betaxolol
3. Karbonik anhidrase inhibitor: mengurangi sekresi humor aquos
dengan cara menghambat enzim karbonik anhidrase yang
terdapat dalam corpus siliaris, seperti asetazolamid, dorsolamid
3.9 Komplikasi
1. Glaukoma kronis
Penatalaksanaan yang tidak adekuat dapat menyebakan perjalan progesif
dari glaucoma yang lebih parah.
2. Sinekia anterior
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan
t r ab e k u l ar ( s i n ek i a an ter ior), sehingga men im bu lk an su
mb atan i rev er s i b e l su d u t k a m e r a an t er i o r d an
menghambat aliran aqueous humor keluar.
3. Katarak
Glaukoma, pada keadaan tekanan bola mata yang sangat tinggi, maka akan
terjadi gangguan permeabilitas kapsul lensa sehingga terjadi kekeruhan
lensa.
4. Kerusakan saraf optikus
Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi karena terjadi
peningkatan tekanan dalam bola mata. Bola mata normal memiliki kisaran
tekanan antara 10 – 20 mmHg sedangkan penderita glaukoma memiliki
tekanan mata yang lebih dari normal bahkan terkadang dapat mencapai 50
– 60 mmHg pada keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi akan
menyebabkan kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata akan semakin
berat kerusakan saraf yang terjadi.
5. Kebutaan
Kontrol tekanan intraokular yang jelek akan menyebabkan semakin
rusaknya nervus optik dan semakin menurunnya visus sampai terjadi kebutaan.12
3.10 Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini. Walaupun
telah ada teknik pembedahan, namun tidak menjamin kesembuhan mata. Dengan
demikian tetap diperlukan kontrol teratur. Pada penderita memerlukan
pemeriksaan papil saraf optik (funduskopi) dan lapangan pandang 6 bulan sekali.
Bila terdapat riwayat keluarga glaukoma, buta, myopia tinggi, anemia, hipertensi,
diabetes mellitus, maka harus dilakukan kontrol lebih sering. 11
BAB IV
ANALISIS MASALAH
menerus diproduksi tetapi tidak bisa didrainase karena tidak berfungsinya saluran
drainase dengan baik. Oleh karena itu, jumlah cairan di dalam mata meningkat
dan meningkatkan tekanan intraokular. Peningkatan tekanan intraokular
mendahului kelainan-kelainan diskus optikus dan lapangan pandang yang dialami
oleh pasien. Tingginya tekanan intraocular menyebabkan perubahan-perubahan
elemen penunjang struktural di saraf optikus setinggi lamina kribrosa atau di
pembuluh yang memperdarahi ujung saraf optikus.
Salah satu tujuan pengobatan ialah menekan pembentukan humor akuous
sehingga peningkatan tekanan intraocular dapat dicegah. Terapi yang dianjurkan
pada pasien ini berupa terapi medikamentosa. Beta Bloker Timolol 0.5% ED gtt 1/
12 jam dan operasi dengan trabekulotomi. Timolol merupakan obat Nonselektif
adrenoreseptor beta bloker yang berkerja mengurangi produksi cairan mata
dengan cara menghambat produksi dari aquous humour. Analog Prostaglandin
seperti latanoprost yaitu Glaopen ED gtt 1 / 24 jam juga diberikan untuk
meningkatkan aliran keluar humor aquos melalui induksi metallopoteinase pada
badan siliar yang akan merusak matriks ekstraseluler sehingga mengurangi
tahanan terhadap aliran keluar cairan aquos.
Terapi medis seperti medikamentosa biasanya tidak memberikan hasil
Pada glaukoma sudut terbuka primer bila telah terjadi kerusakan sel saraf
maka akan berakibat terbentuk skotoma (bercak hitam) disertai penurunan fungsi
penglihatan dan lapang pandangan. Bila telah terjadi gangguan penglihatan maka
2015.
9. Goldenfeld M, Melamed S. Albert & Jakoibec’s Principles & Practice
of Opthalmology, chapter 199. Elsevier. Philadelphia. 2008.
10. Ilyas, sidarta.et al. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. FKUI. Edisi ketiga.
Jakarta :Gaya Baru. 2003.
11. Skuta GL, Cantor LB, 2011. Clinical Evaluation. Dalam: BCSC Glaucoma,
Section 10, 2011-2012. American Academy of Ophthalmology. 2011.
12. Parul S, Yogesh K, Manoj T, Krishna K, Parmeshwari DS. Childhood
Glaucoma: An Overview. Open Journal of Ophthalmology, 2012.