Anda di halaman 1dari 24

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PERSPEKTIF ISLAM

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Etika Bisnis Islam Kelas B.

Dosen Pengampu:
Mun Yah Zahiroh, S.E., M.B.A.

Kelompok 3:

1. Esa Laifi Tianma 19108020012


2. Dean Noor Hissy Akbar 19108020017
3. Wahyu Shiddiqotul Muflihah 19108020068
4. Athoriq Astriaji Hadicahya 19108020080
5. Alexander Sembiring 19108020081
6. Aji Santoso 19108020086
7. Tonie Narojatna 19108020117

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Terimakasih saya panjatkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa
karena atas karunia dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Perspektif Islam” dengan baik
dan tepat pada waktunya. Makalah ini, disusun dalam rangka memenuhi salah satu
tugas kelompok mata kuliah Etika Bisnis Islam.

Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai


pihak, karena itu kami mengucapkan terimakasih atas kesempatan yang diperoleh
kepada orang tua, saudara dan seluruh keluarga yang telah mencurahkan doa dan
semangat kepada kami. Serta, teman-teman yang telah banyak memberi dukungan
khususnya teman-teman kelas Etika Bisnis Islam B.

Akhir kata, semoga hasil dari penyusunan makalah ini, mampu memberikan
wawasan dan manfaat terhadap persepsi mahasiswa terhadap suatu fenomena salah
satunya yang diatas. Dalam penyusunannya, penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan dapat
digunakan sebagaimana fungsinya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yogyakarta, 2 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4 Kajian Teori .............................................................................................. 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN DAN CONTOH KASUS ............................................................ 3
2.1 Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) ................................ 3
2.2 Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) ................................ 4
2.3 Teori Pertanggungjawaban Perusahaan .................................................... 7
2.4 Manfaat Corporate Social Responsibility Bagi Masyarakat dan
Perusahaan ........................................................................................................... 9
2.5 Pandangan Islam terhadap Corporate Social Responsibility .................. 11
2.6 Implementasi CSR pada PT. Djarum ..................................................... 17
BAB III ................................................................................................................. 20
PENUTUP ............................................................................................................. 20
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 20
3.1 Saran ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Corporate Social Responsibility (CSR) adalah basis teori tentang perlunya
sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis dengan masyarakat dan
lingkungan tempat beroperasi. Secara teori, CSR dapat didefinisikan sebagai
tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholder terutama
komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja dan operasinya. Sebuah
perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas. Parameter keberhasilan suatu
perusahaan dalam sudut pandang CSR adalah mengedepankan prinsip moral dan
etis, yakni menggapai suatu hasil terbaik, tanpa merugikan kelompok
masyarakat lainnya.
Peraturan yang mengatur tentang tanggung jawab sosial diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2007 pasal 74 tentang
tanggung jawab sosial dan lingkungan menjelaskan “Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber
daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”.
Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan meperhatikan
kepatutan dan kewajaran. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung
jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintahDalam
pemasaran dan periklanan pun tentunya memiliki aturan-aturan atau etika yang
harus dipertimbangkan guna menghindari sesuatu yang nantinya akan membuat
produk yang dipasarkan “gagal” dalam proses promosi atau bahkan
pendistribusian.
Tanggung jawab sosial harus mendapatkan perhatian yang serius bagi
dunia usaha. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan kontrol

1
sosial terhadap dunia usaha. Hal ini menuntut para pelaku bisnis untuk
menjalankan usahanya dengan semakin bertanggungjawab. Pelaku bisnis tidak
hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan usahanya,
melainkan mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap
lingkungan sosialnya. Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat tersebut
memunculkan kesadararan baru tentang pentingnya melaksanakan CSR.
Pemahaman itu memberikan pedoman bahwa perusahaan tidak hanya sebagai
entitas yang mementingkan dirinya sendiri untuk memperoleh keuntungan,
namun perusahaan merupakan entitas yang wajib melakukan tanggung jawab
sosial dan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)?
2. Bagaimana konsep dari Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)?
3. Apa saja manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) bagi
masyarakat dan perusahaan?
4. Bagaimana pandangan islam tentang CSR?
5. Apa saja contoh Kasus CSR di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)
2. Mengetahui konsep dari Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)
3. Mengetahui manfaat CSR bagi masyarakat dan perusahaan
4. Mengetahui pandangan Islam tentang CSR
5. Mengetahui contoh kasus CSR di Indonesia
1.4 Kajian Teori
Kajian teori yang disusun dalam makalah ini berkaitan dengan perusahaan,
individu dan keluarga. Bagaimana setiap oknum yang terlibat memahami
bahwa setiap orang akan dipertanggung jawabkan amalnya baik di dunia
maupun di akhirat. Walaupun tanggungjawab keluarga dan perusahaan bermula
pula dari bagaimana setiap individu dapat pemahaman bahwa aksinya
merupakan tanggung jawab atas perbuatan nya itu.

2
BAB II

PEMBAHASAN DAN CONTOH KASUS

2.1 Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)


Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility
adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya Perusahaan adalah memiliki
berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepen-tingannya,
yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas
dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana
suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus
mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan dampak dari aspek
ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau dividen, melainkan juga harus
menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu,
baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih Panjang
(Sukmawaty, 2017).
Dengan pengertian tersebut, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dapat
dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan
berkelanjutan dengan cara manajemen dampak seperti minimisasi dampak
negatif dan maksimisasi dampak positif terhadap seluruh pemangku
kepentingannya (Sukmawaty, 2017).
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility
adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara
perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan (Sukmawaty, 2017).
Para ahli mendefinisikan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai
perusahaan bisnis yang berkontribusi secara positif kepada masyarakat dengan
melampaui fokus sempit pada maksimalisasi keuntungan. Ini mungkin termasuk

3
pemberian amal, berinvestasi dalam solusi hijau, menerapkan praktik sumber
daya manusia yang progresif, dan terlibat dalam pengembangan masyarakat.
Tuntutan untuk tindakan ini sering didorong oleh organisasi non-pemerintah
seperti Amnesty International dan World Wide Fund for Nature (WWF), yang
tujuannya adalah untuk memberikan informasi dan mempengaruhi perubahan
melalui kesadaran publik (McWilliams, 2015).
Ada beberapa definisi tentang CSR (Corporate Social Responsibility) di
antaranya dinyatakan dalam buku CSR oleh Yusuf Wibisono: ”The World
Business Council for Sustainable Development (WBCSD) mendefinisikan CSR
sebagai continuing commitment by business to behave ethically and contribute
to economic development while improving the quality of life of the workforce
and their families as will as of the local community and society at large”.
(komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi
secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan
peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga
peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas) (Aziz,
2013).

2.2 Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)


Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility
(selanjutnya dalam artikel akan disingkat CSR) adalah suatu konsep bahwa
organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu
tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas
dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan (Aziz, 2013).
Dalam Wikipedia dijelaskan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan
atau corporate social responsibility atau disingkat CSR adalah suatu konsep
bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki
suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham,
komunitas, dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.
Secara umum, CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari pada
tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu 3 P

4
(profit, people dan planet). Istilah ini, kata Syahidin, dipopulerkan oleh John
Elkington tahun 1997 melalui bukunya berjudul “Cannibals with forks, the
Triple Line of Twentieth Century Business. Elkington mengembangkan konsep
triple ini dalam istilah economic prosperity environmental quality dan social
justice (Aziz, 2013).
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social
responsibility (CSR), muncul sebagai akibat adanya kenyataan bahwa pada
dasarnya karakter alami dari setiap perusahaan adalah mencari keuntungan
semaksimal mungkin tanpa memperdulikan kesejahteraan karyawan,
masyarakat dan lingkungan alam. Seiring dengan meningkatnya kesadaran dan
kepekaan dari stakeholder perusahaan maka konsep tanggung jawab sosial
muncul dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kelangsungan hidup
perusahaan di masa yang akan datang (Aziz, 2013).
Tanggung jawab sosial perusahaan dapat didefinisikan secara sederhana
sebagai suatu konsep yang mewajibkan perusahaan untuk memenuhi dan
memperhatikan kepentingan para stakeholder dalam kegiatan operasinya
mencari keuntungan. Stakeholder yang dimaksud diantaranya adalah para
shareholder, karyawan (buruh), kustomer, komunitas lokal, pemerintah,
lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan lain sebagainya (Aziz, 2013).
Contoh penerapan tanggung jawab dan isu sosial perusahaan yang saat ini
baru dilakukan (Aziz, 2013), yaitu:
1. Pengaruh dari globalisasi dan internasionalisasi yang memaksa perusahaan
untuk dapat menerapkan fungsi tanggung jawab sosial perusahaan. Bentuk
globalisasi dan internasionalisasi ini dapat berupa tekanan dari pihak
ketiga (distributor, buyer, client, dan shareholder) yang menjadi bagian
atau mitra kerja dari perusahaan lokal. Mereka dapat menetapkan suatu
kondisi yang harus diikuti oleh perusahaan lokal dalam memenuhi
tanggung jawab sosialnya.
2. Ditinjau dari jenis perusahaan, umumnya yang menjalankan fungsi
tanggung jawab sosial adalah perusahaan yang bergerak dalam usaha
eksplorasi alam (tambang, minyak, hutan). Perusahaan tambang lebih

5
mendapatkan perhatian dari masyarakat dibanding-kan dengan perusahaan
non tambang (terutama LSM).
3. Bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang biasanya dilakukan adalah
pemberian fasilitas kepada para pekerja atau buruh.
4. Bentuk lainnya dari tanggung jawab sosial perusahaan sebatas pemberian
sumbangan, hibah, bantuan untuk bencana alam yang sifatnya momentum.
Menurut Prince of Wales International Business Forum, ada lima pilar
aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan (Sukmawaty, 2017), yaitu sebagai
berikut:
a. Building Human Capital adalah berkaitan dengan internal perusahaan
untuk menciptakan sumber daya manusia yang handal, sedangkan secara
eksternal perusahaan dituntut melakukan pemberdayaan masyarakat.
b. Strengthening economies adalah perusahaan dituntut untuk tidak menjadi
kaya sendiri sementara komunitas di lingkungannya miskin, Perusahaan
harus memberdayakan ekonomi sekitarnya.
c. Assesing Social chesion adalah upaya untuk menjaga keharmonisan
dengan masyarakat sekitarnya agar tidak menimbulkan konflik.
d. Encouraging good governance adalah perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya, harus mengacu pada Good Corporate Governance (GCG).
e. Protecting the environment adalah perusahaan harus berupaya keras
menjaga kelestarian lingkungan.
Garriga & Mele mencoba memetakan konsep-konsep CSR ke dalam empat
kelompok (S & Raharjo, 2014), yaitu:
a. Instrument CSR, Kelompok pertama, kelompok instrumental theories,
menganggap bahwa CSR atau kegiatan sosial adalah sebuah alat untuk
mencapai tujuan ekonomi yang pada akhirnya adalah menghasilkan
kekayaan. Ada tiga tujuan ekonomi yang kemudian dapat diidentifikasi
dari kelompok instrumental theories ini maximization of shareholder
value; the strategic goal of achieving competitive advantages; dan cause-
related marketing.

6
b. Politik CSR, Kelompok teori ini memusatkan perhatiannya pada
bagaimana menggunakan tanggung jawab dari kekuatan bisnis dalam
arena politik. Teori politik adalah VHNHORPSRN WHRUL-teori dan
pendekatan CSR yang memusatkan perhatiannya pada interaksi dan
koneksi antara bisnis dan masyarakat dan pada kekuasaan dan posisi bisnis
dan tanggung jawab yang melekat pada bisnis tersebut.
c. Integrative CSR, Kelompok ini berpendapat bahwa bisnis sangat
tergantung pada masyarakat untuk menjaga keberadaan, keberlanjutan dan
perkembangan bisnis tersebut. Integrative theories memandang pada
bagaimana bisnis mengintegrasikan tuntutan sosial dan biasanya fokus
kepada mendeteksi, mencari dan memberikan respon kepada tuntutan
sosial untuk mencapai legitimasi sosial, penerimaan sosial yang lebih
tinggi dan prestige. Pendekatan yang diurai dalam kelompok teori ini
adalah issues management, the principle of public responsibility,
stakeholder management dan corporate social performance.
d. Etik CSR, Teori-teori yang tercakup dalam kelompok ini berperan sebagai
perekat hubungan diantara perusahaan dan masyarakat. Teori-teori ini
merupakan prinsip-prinsip yang mengungkapkan mengenai hal-hal yang
benar untuk dilakukan atau hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai
masyarakat yang sejahtera.

2.3 Teori Pertanggungjawaban Perusahaan


Tanggung jawab sangat terkait dengan hak dan kewajiban, yang pada
akhirnya dapat menimbulkan kesadaran tanggung-jawab. Ada dua bentuk
kesadaran: Pertama, kesadaran yang muncul dari hati nurani seseorang yang
sering disebut dengan etika dan moral. Kedua, kesadaran hukum yang bersifat
paksaan berupa tuntutan-tuntutan yang diiringi sanksi-sanksi hukum. Etika
membantu manusia bertindak secara bebas tetapi dapat dipertanggungjawabkan
(Aziz, 2013).
Sedangkan bisnis, sebagai suatu organisasi yang menjalankan aktivitas
produksi dan penjualan barang dan jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk

7
memperoleh profit. Penggabungan etika dan bisnis dapat berarti memaksakan
norma-norma agama bagi dunia bisnis, memasang kode etik profesi bisnis,
merevisi sistem dan hukum ekonomi, meningkatkan keterampilan memenuhi
tuntutan-tuntutan etika pihak-pihak luar untuk mencari aman dan sebaginya
(Aziz, 2013).
Bisnis yang beretika adalah bisnis yang memiliki komitmen ketulusan
dalam menjaga kontrak sosial yang sudah berjalan. Kontrak sosial merupakan
janji yang harus ditepati. Bisnis Islami ialah serangkaian aktivitas bisnis dalam
berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan (barang/jasa)
termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan
pendayagunaan harta-nya karena aturan halal dan haram (lihat. QS. 2:188, 4:29)
(Aziz, 2013).
Etika bisnis Islam sebenarnya telah diajarkan Nabi Saw. saat menjalankan
perdagangan. Karakteristik Nabi Saw., sebagai pedagang adalah, selain dedikasi
dan keuletannya juga memiliki sifat; shidiq, fathanah, amanah dan tabligh. Ciri-
ciri itu masih ditambah Istiqamah. Shidiq berarti mempunyai kejujuran dan
selalu melandasi ucapan, keyakinan dan amal perbuatan atas dasar nilai-nilai
yang di-ajarkan Islam. Istiqamah atau konsisten dalam iman dan nilai-nilai
kebaikan, meski menghadapi godaan dan tantangan. Istiqamah dalam kebaikan
di tampilkan dalam keteguhan, kesabaran serta keuletan sehingga menghasilkan
sesuatu yang optimal.
Fathanah berarti mengerti, memahami, dan menghayati secara mendalam
segala yang menjadi tugas dan kewajibannya. Sifat ini akan menimbulkan
kreatifitas dan kemampuan melakukan berbagai macam inovasi yang
bermanfaat. Amanah, tanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan
kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang
optimal, dan ihsan (kebajikan) dalam segala hal. Tablig, mengajak sekaligus
memberikan contoh kepada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan
ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari (berbagai sumber).
Dalam konteks tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility/CSR), maqashid as-yari’ah ditujukan agar pelaku usaha atau pihak

8
perusahaan mampu menentukan skala prioritas kebutuhannya yang terpenting.
Kebutuhan-kebutuhan itu tidak hanya diorientasikan untuk jangka pendek, tetapi
juga jangka panjang dalam mencapai ridha Allah. Kegiatan ekonomi tidak saja
melibatkan aspek materi, tapi juga kualitas keimanan seorang hamba kepada
Allah Swt.
Oleh karena itu, konsep pembangunan yang melibatkan maqashid as-
yari’ah dimaksudkan agar terbentuk pribadi-pribadi muslim yang memiliki
keimanan dan ketakwaan. Tentu saja sikap ini tidak saja didapatkan dari lubuk
hati yang dalam. Tetapi, dilandasi juga dari kesadaran manusia untuk
melaksanakan kewajiban sebagai seorang hamba-Nya. Kewajiban
mengaplikasikan tanggung jawab seorang hamba untuk melakukan kejujuran,
kebenaran, kebajikan dan kasih sayang terhadap seluruh data kehidupan aktual.
Islam mengajarkan tanggung jawab agar mampu mengendalikan diri dari
tindakan melampaui batas kewajaran dan kemanusiaan. Tanggung jawab ini
mencakup tanggung jawab kepada Allah, kepada sesama dan lingkungannya.

2.4 Manfaat Corporate Social Responsibility Bagi Masyarakat dan


Perusahaan
CSR Dalam menjalankan tanggungjawab sosialnya, memfokuskan
perhatiannya kepada tiga hal yaitu keuntungan (profit), masyarakat (people), dan
lingkungan (planet). Perusahaan harus memiliki tingkat profitabilitas yang
memadai, sebab laba merupakan fondasi bagi perusahaan untuk dapat
berkembang dan mempertahankan eksistensinya. Dengan perolehan laba yang
memadai, perusahaan dapat membagi
deviden kepada pemegang saham, memberi imbalan yang layak kepada
karyawan, mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh untuk pertumbuhan
dan pengembangan usaha di masa depan, membayar pajak kepada pemerintah,
dan memberikan banyak dampak yang diharapkan kepada masyarakat. Dengan
memperhatikan masyarakat, perusahaan dapat berkontribusi terhadap
peningkatan kualitas hidup masyarakat. Perhatian terhadap masyarakat dapat
dilakukan dengan cara perusahaan melakukan aktivitas-aktivitas serta

9
pembuatan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan,
kualitas hidup dan kompetensi masyarakat diberbagai bidang. Dengan
memperhatikan lingkungan, perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha
pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas hidup umat manusia dalam
jangka panjang. Keterlibatan perusahaan dalam pemeliharaan dan pelestarian
lingkungan berarti perusahaan berpartisipasi dalam usaha mencegah terjadinya
bencana serta meminimalkan dampak bencana yang diakibatkan oleh kerusakan
lingkungan. Dengan menjalankan tanggungjawab sosial, perusahaan diharapkan
tidak hanya mengejar laba jangka pendek, tetapi juga ikut berkontribusi terhadap
peningkatan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan (terutama lingkungan
sekitar) dalam jangka panjang.
Bagi perusahaan, dengan adanya CSR sangat bermanfaat, antara lain:
1. Meningkatkan Citra Perusahaan.
2. Dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen dapat lebih mengenal
perusahaan sebagai perusahaan yang selalu melakukan kegiatan yang baik
bagi masyarakat.
3. Memperkuat “Brand” Perusahaan.
4. Melalui kegiatan CSR memberikan product knowledge kepada konsumen
dengan cara membagikan produk secara gratis, dapat menimbulkan
kesadaran konsumen akan keberadaan produk perusahaan sehingga dapat
meningkatkan posisi brand perusahaan.
5. Mengembangkan Kerja Sama dengan Para Pemangku Kepentingan.
6. Dalam melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan tentunya tidak mampu
mengerjakan sendiri, jadi harus dibantu dengan para pemangku
kepentingan, seperti pemerintah daerah, masyarakat, dan universitas lokal.
Maka perusahaan dapat membuka relasi yang baik dengan para pemangku
kepentingan tersebut.
7. Membedakan Perusahaan dengan Pesaingnya.
8. Jika CSR dilakukan sendiri oleh perusahaan, perusahaan mempunyai
kesempatan menonjolkan keunggulan komparatifnya sehingga dapat

10
membedakannya dengan pesaing yang menawarkan produk atau jasa yang
sama.
9. Menghasilkan Inovasi dan Pembelajaran untuk Meningkatkan Pengaruh
Perusahaan.
10. Memilih kegiatan CSR yang sesuai dengan kegiatan utama perusahaan
memerlukan kreativitas. Merencanakan CSR secara konsisten dan berkala
dapat memicu inovasi dalam perusahaan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam bisnis global
11. Membuka Akses untuk Investasi dan Pembiayaan bagi Perusahaan.
12. Para investor saat ini sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya
berinvestasi pada perusahaan yang telah melakukan CSR. Demikian juga
penyedia dana, seperti perbankan, lebih memprioritaskan pemberian
bantuan dana pada perusahaan yang melakukan CSR.
13. Meningkatkan Harga Saham.
14. Pada akhirnya jika perusahaan rutin melakukan CSR yang sesuai dengan
bisnis utamanya dan melakukannya dengan konsisten dan rutin,
masyarakat bisnis (investor, kreditur,dll), pemerintah, akademisi, maupun
konsumen akan makin mengenal perusahaan. Maka permintaan terhadap
saham perusahaan akan naik dan otomatis harga saham perusahaan juga
akan meningkat.

2.5 Pandangan Islam terhadap Corporate Social Responsibility


Islam mempunyai prinsip pertanggungjawaban yang seimbang dalam
segala bentuk dan ruang lingkupnya, antara jiwa dan raga, antara individu dan
keluarga, antara individu dan sosial, dan antara suatu masyarakat dengan
masyarakat yang lain. Tanggung jawab sosial merujuk pada kewajiban-
kewajiban sebuah perusahaan untuk melindungi dan memberi kontribusi kepada
masyarakat dimana perusahaan itu berada.
Sebuah perusahaan mengemban tanggung jawab sosial dalam tiga domain:
1. Pelaku-pelaku Organisasi, meliputi:
a. Hubungan Perusahaan dengan Pekerja

11
1) Keputusan Perekrutan, Promosi, dll bagi pekerja.
Islam mendorong kita untuk memperlakukan setiap muslim secara adil.
Sebagai contoh, dalam perekrutan, promosi dan keputusan-keputusan
lain dimana seorang manajer harus menilai kinerja seseorang terhadap
orang lain, kejujuran dan keadilan adalah sebuah keharusan.
2) Upah yang adil
Dalam organisasi Islam, upah harus direncanakan dengan cara yang adil
baik bagi pekerja maupun juga majikan. Pada hari pembalasan,
Rasulullah SAW akan menjadi saksi terhadap orang yang
mempekerjakan buruh dan mendapatkan pekerjaannya diselesaikan
olehnya namun tidak memberikan upah kepadanya.
3) Penghargaan terhadap keyakinan pekerja
Prinsip umum tauhid atau keesaan berlaku untuk semua aspek
hubungan antara perusahaan dan pekerjaannya. Pengusaha Muslim
tidak boleh memperlakukan perkerjaannya seolah-olah Islam tidak
berlaku selama waktu kerja. Sebagai contoh, pekerja Muslim harus
diberi waktu untuk mengerjakan shalat, tidak boleh dipaksa untuk
melakukan tindakan yang bertentangan dengan aturan moral Islam,
harus di beri waktu istirahat bila mereka sakit dan tidak dapat bekerja,
dan lain-lain. Untuk menegakkan keadilan dan keseimbangan,
keyakinan para pekerja non-muslim juga harus dihargai.
4) Hak Pribadi
Jika seorang pekerja memiliki masalah fisik yang membuatnya tidak
dapat mengerjakan tugas terentu atau jika seorang pekerja telah berbuat
kesalahan di masa lalu, sang majikan tidak boleh menyiarkan berita
tersebut. Hal ini akan melanggar hak pribadi sang pekerja.
b. Hubungan Pekerja dengan Perusahaan
Berbagai persoalan etis mewarnai hubungan antara pekerja dengan
perusahaan, terutama berkaitan dengan persoalan kejujuran, kerahasiaan,
dan konflik kepentingan. Dengan demikian, seorang pekerja tidak boleh
menggelapkan uang perusahaan dan jyga tidak boleh membocorkan

12
rahasia perusahaan kepada orang luar. Praktek tidak etis lain terjadi jka
para manajer menambahkan harga palsu untuk makanan dan pelayanan
dlam pembukuan keuanan perusahaan mereka. Beberapa dari mereka
melakukan penipuan karena merasa dibayar rendah dan ingin
mendapatkan upah yang adil. Pada saat yang lain, hal ini dilakukan hanya
karena ketamakkan. Bagi para pekerja Muslim, Allah SWT memberikan
peringatan yang jelas di dalam Al-Quran suarah Al A’raaf ayat 33;
“Katakanlah: Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji,
baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa,
melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar”
Pekerja Muslim yang menyadari makna ayat diatas seharusnya
tidak berbuat sesuatu dengan cara-cara yang tidak etis.
c. Hubungan Perusahaan dan Pelaku Usaha Lain
1) Distributor
Berkaitan dengan distributor, etika bisnis menyatakan bahwa seseorang
harus melakukan negosiasi dengan harga yang adil dan tidak
mengambil keuntungan berdasarkan bagian atau kekuasaan yang lebih
besar. Untuk menghindari kesalahpahaman di masa depan, Allah SWT
telah memerintahkan kita untuk membuat perjanjian kewajiban bisnis
secara tertulis. Transaksi gharar antara perusahaan dan pemasoknya
juga dilarang dalam Islam.selain persoalan di perbolehkannya praktek
agensi secara umum, pedagang dilarang campurtangan dalam sistem
pasar bebas melalui suatu bentuk perantaraan tertentu. Perantaraan
semacam ini mungkin akan menyebabkan terjadinya inflasi harga.
2) Pembeli atau Konsumen
Pembeli seharusnya menerima barang dalam kondisi baik dalam
kondisi baik dan dengan harga yang wajar.mereka juga harus di beri tau
bila terdapat kekurangan kekurangan pada suatu barang Islam melarang
praktek praktek di bawah ini ketika berhubungan dengan konsumen
atau pembeli:
a) Penggunaan alat ukur atau timbanagan yang tidak tepat

13
b) Penimbunan dan manipulasi harga
c) Penjualan barang palsu atau rusak
d) Bersumbah palsu untuk mendukung sebuah penjualan
e) Membeli barang curian
f) Larangan mengambil bunga atau riba
3) Pesaing
Meskipun negara negara barat menyatakan diri sebagai Kawasan
berdasarkan prinsip persaingan pasar, publikasi publikasi bisnis utama
akan memperlihatkan bahwa sebuah bisnis akan brusaha memenangkan
dirinya dan mengeliminasi para pesaingnya. Dengan mengeliminasi
para pesaingnya, sebuah perusahaan selanjutnya akan dapat
memperoleh hasil ekonomi di atas rata rata melalui praktek praktek
penimbunan dan monopoli harga.
2. Lingkungan Alam
Kaum muslim selalu didorong untuk menghargai alam. Bahkan, Allah
SWT telah menunjuk keindahan alam sebagai salah satu dari tanda-
tandaNya. Islam menekankan peran manusia atas lingkungan alam dengan
membuatnya bertanggung jawab terhadap lingkungan sekelilingnya
sebagai khalifah Allah SWT. Dalam peranannya sebagai khalifah, seorang
pengusaha Muslim diharapkan memelihara lingkungan alamnya.
Kecenderungan mutakhir paham environmentalisme bisnis, dimana
sebuah usaha secara proaktif memberi perhatian sangat cermat dalam
memperhatikan lingkungan, sebenarnya bukan merupakan suatu yang
baru. Sejumlah contoh semakin memperjelas betapa pentingnya hbungan
Islam dengan lingkungan alam, perlakuan terhadap binatang, polusi
lingkungan dan hak-hak kepemilikan, dan polusi lingkungan terhadap
sumber-sumber alam “bebas” seperti misalnya udara dan air.
3. Kesejahteraan Sosial Masyarakat
Selain harus bertanggung jawab kepada berbagai pihak yang
berkepentingan dalam usahanya dan lingkungan alam sekelilingnya, kaum
Muslim dan organisasi tempat mereka bekerja juga diharapkan

14
memberikan perhatian kepada kesejahteran umum masyarakat dimana
mereka tinggal. Sebagai bagian masyarakat, pengusaha muslim harus turut
memperhatikan kesejateraan anggotanya yang miskin dan lemah. Bisnis
muslim harus memberi perhatian kepada usaha-usaha amal dan
mendukung berbagai tindakan kedermawanan.
Dalam perspektif Islam, Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan realisasi dari konsep ajaran ihsan sebagai puncak dari ajaran
etika yang sangat mulia. Ihsan merupakan melaksanakan perbuatan baik
yang dapat memberikan kemanfaatan kepada orang lain demi
mendapatkan ridho Allah swt. Disamping itu, CSR merupakan implikasi
dari ajaran kepemilikan dalam Islam. Allah SWT adalah pemilik Mutlaq
(haqiqiyah) sedangkan manusia hanya sebatas pemilik sementara
(temporer) yang berfungsi sebagai penerima amanah Corporate Social
Responsibility (CSR) ternyata selaras dengan pandangan Islam tentang
manusia sehubungan dengan dirinya sendiri dan lingkungan sosial, dapat
dipresentasikan dengan empat aksioma yaitu kesatuan (tauhid),
keseimbangan (equilibrum), kehendak bebas (free will) dan tanggung
jawab (responsibility).
Menurut Muhammad Djakfar, Implementasi Corporate Social
Responsibility (CSR) dalam Islam secara rinci harus memenuhi beberapa
unsur yang menjadikannya ruh sehingga dapat membedakan CSR dalam
perspektif Islam dengan CSR secara universal yaitu:
a. Al-Adl
Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis atau usaha yang
mengandung kezaliman dan mewajibkan terpenuhinya keadilan yang
teraplikasikan dalam hubungan usaha dan kontrak- kontrak serta
pejanjian bisnis. Sifat keseimbangan atau keadilan dalam bisnis adalah
ketika korporat mampu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
Dalam beraktifitas di dunia bisnis, Islam mengharuskan berbuat adil yang
diarahkan kepada hak orang lain, hak lingkungan sosial, hak alam
semesta. Jadi, keseimbangan alam dan keseimbangan sosial harus tetap

15
terjaga bersamaan dengan operasional usaha bisnis, dalam alQuran Surat
Huud ayat 85 Allah SWT berfirman yang artinya:
“Dan Syuaib berkata: “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan
timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia
terhadap hak-hak mereka dan jangan lah kamu membuat kejahatan di
muka bumi denga membuat kerusakan”.
Islam juga melarang segala bentuk penipuan, gharar (spekulasi),
najsyi (iklan palsu), ihtikar (menimbun barang) yang akan merugian
pihak lain
b. Al-Ihsan
Islam hanya memerintahkan dan menganjurkan perbuatan baik bagi
kemanusiaan, agar amal yang dilakukan manusia dapat memberi nilai
tambah dan mengangkat derajat manusia baik individu maupun
kelompok. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dengan
semangat ihsan akan dimiliki ketika individu atau kelompok melakukan
kontribusi dengan semangat ibadah dan berbuat karena atas ridho Allah
SWT. Ihsan adalah melakukan perbuatan baik, tanpa adanya kewajiban
tertentu untuk melakukan hal tersebut. Ihsan adalah beauty dan
perfection dalam sistem sosial. Bisnis yang dilandasi unsur ihsan
dimaksudkan sebagai proses niat, sikap dan perilaku yang baik, transaksi
yang baik, serta berupaya memberikan keuntungan lebih kepada
stakeholders.
c. Manfaat
Konsep ihsan yang telah di jelaskan di atas seharusnya memenuhi unsur
manfaat bagi kesejahteran masyarakat (internal maupun eksternal
perusahaan). Pada dasarnya, perbankan telah memberikan manfaat
terkait operasional yang bergerak dalam bidang jasa yaitu jasa
penyimpanan, pembiayaan dan produk atau fasilitas lain yang sangat
dibutuhkan masyarakat. Konsep manfaat dalam Corporate Social
Responsibility (CSR), lebih dari aktivitas ekonomi. Bank syariah sudah
seharusnya memberikan manfaat yang lebih luas dan tidak statis

16
misalnya terkait bentuk philanthropi dalam berbagai aspek sosial seperti
pendidikan, kesehatan, pemberdayaan kaum marginal, pelestarian
lingkungan.
d. Amanah
Dalam usaha bisnis, konsep amanah merupakan niat dan iktikad
yang perlu diperhatikan terkait pengelolaan sumber daya (alam dan
manusia) secara makro, maupun dalam mengemudikan suatu
perusahaan.
Perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility
(CSR), harus memahami dan menjaga amanah dari masyarakat yang
secara otomatis terbebani di pundaknya misalnya menciptakan produk
yang berkualitas, serta menghindari perbuatan tidak terpuji dalam setiap
aktivitas bisnis. Amanah dalam perbankan dapat dilakukan dengan
pelaporan dan transparan yang jujur kepada yang berhak, serta amanah
dalam pembayaran pajak, pembayaran karyawan, dll. Amanah dalam
skala makro dapat direalisasikan dengan melaksanakan perbaikan sosial
dan menjaga keseimbangan lingkungan.
Dalam perspektif Islam, kebijakan perusahaan dalam mengemban
tanggung jawab sosial (CSR) terdapat tiga bentuk implementasi yang
dominan yaitu:
1) Tangung Jawab Sosial (CSR) terhadap para pelaku dalam
perusahaan dan stakeholder.
2) Tanggung Jawab Sosial (CSR) terhadap lingkungan alam
3) Tanggung Jawab Sosial (CSR) terhadap kesejahteraan sosial secara
umum.

2.6 Implementasi CSR pada PT. Djarum


Program Konservasi Lereng Muria (KLM) merupakan salah satu program
Corporate Social Responsibility (CSR) dari Djarum Foundation atau khsusnya
Bakti Lingkungan. Dalam program KLM, ada dua kegiatan yang dilakukan
yaitu membagikan bibit kepada warga di sekitar lereng muria dan yang kedua

17
adalah melakukan konservasi atau penanaman pada lahan warga yang kritis.
Dalam melaksanakan program Konservasi Lereng Muria tersebut, Djarum
foundation memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan CSR seperti yang
dikemukakan oleh David Crowther, yaitu: Sustainability (Keberlanjutan),
Accountability (Pertanggungjawaban), Transparency (Keterbukaan).
Program Konservasi Lereng Muria (KLM) yang dilakukan oleh Djarum
Foundation, dapat dikategorikan sebagai jenis kegiatan atau program Socially
responsible business practice. Jenis atau kategori program ini adalah dimana
perusahaan melakukan kegiatan yang mendukung pemecahan suatu masalah
sosial untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara
lingkungan hidup. Djarum Foundation melakukan program Konservasi Lereng
Muria (KLM) adalah untuk membantu masyarakat di sekitar lereng muria agar
tidak lagi melakukan eksploitasi lingkungan yang disebabkan oleh faktor
ekonomi. Selain itu tujuan dari program tersebut adalah untuk mengembalikan
kondisi lahan kritis yang ada di sekitar lereng muria kembali normal.
Dalam kegiatan KLM tersebut, Djarum Foundation dan Dinas PKPLH
mempunyai mekanisme atau skema dalam melaksanakan kegiatan. Yang
pertama adalah melakukan pemetaan lahan kritis, kemudian melakukan survei
dan observasi, kemudian melakukan wawancara dengan pemilik lahan dan
pemerintah desa, menentukan lokasi yang akan ditanami, kemudian melakukan
sosialisasi dengan warga yang lahannya akan ditanami dan pemerintah desa,
kemudian melakukan rekruitmen relawan yang berasal dari mahasiswa untuk
membantu melakukan penanaman, kemudian adalah melakukan penanaman di
lokasi yang sudah ditentukan dan yang terakhir adalah melakukan evaluasi
kegiatan.
Manfaat yang diperoleh Dinas dari adanya kegiatan Konservasi Lereng
Muria tersebut adalah relasi mereka dengan Djarum Foundation menjadi dekat
dan semakin baik. Hal ini berimbas baik untuk Dinas, karena dalam
melaksanakan tugas-tugas dan program kerjanya Dinas PKPLH dapat meminta
bantuan dari Djarum Foundation sehingga Dinas tetap bisa menjalankan
program kerjanya dengan baik walaupun dengan anggaran yang terbatas.

18
Sementara manfaat program KLM bagi masyarakat sudah sangat jelas, mereka
diberikan bantuan bibit tanaman yang memiliki nilai konservasi sekaligus nilai
ekonomi yang tinggi, sehingga dapat memperbaiki kehidupan perekonomian
mereka. Selain itu juga dapat mengurangi kerusakan lingkungan yang ada di
lereng muria dengan bertambahnya tanaman konservasi.
Hasil dari kemitraan tersebut adalah Djarum Foundation dan Dinas
PKPLH telah melakukan penanaman di tujuh daerah yaitu, Soco, Colo,
Kuwukan, Ternadi, Japan, Rahtawu dan Menawan. Dari ketujuh daerah
tersebut Djarum Foundation dan Dinas PKPLH telah melakukan penanaman
seluas kurang lebih 30 hektar. Sementara sejak 2006 sampai 2017 jumlah bibit
yang telah diberikan kepada warga sudah mencapai lebih dari 70 ribu bibit
pohon yang terdiri atas jenis tanaman dengan lebih dari 100 orang yang telah
menerima bantuan.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Islam sangat mendukung Corporate Social Responsibility (CSR) karena
tidak dapat dipungkiri bahwa bisnis menciptakan banyak permasalahan sosial,
dan perusahaan bertanggung jawab menyelesaikannya. Bisnis membutuhkan
berbagai sumber daya alam untuk kelangsungan usaha, sehinga perusahaan
bertanggung jawab untuk memeliharanya. Islam secara tidak langsung
menganggap bisnis sebagai entitas yang kewajibannya terpisah dari
pemiliknya, adanya CSR akan mengembangkan kemauan baik perusahaan
tersebut.

3.1 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat
penulis harapkan untuk perbaikan penulisan makalah ke depannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. (2013). Etika BIsnis Perspektif Islam "Implementasi Etika Islami untuk
Dunia Usaha. Cirebon: Penerbit Alfabeta Bandung.

McWilliams, A. (2015). Corporate Sosial Responsibility. Wiley Encyclopedia of


Management, 2.

S, M. B., & Raharjo, S. T. (2014). Corporate Social Responsibility (CSR) dari


sudut pandang perusahaan. Share Social Work Journal, 16-22.

Sukmawaty, S. (2017). Membangun Daerah Melalui Kebijakan Tanggung Jawab


Sosial Perusahaan. Jurnal Selat, 212.

Muhammad Alfian Afif, Analisis Manfaat Program Corporate Social


Responsibility (CSR) PT Djarum Bagi Dinas Perumahan, Kawasan
Permukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kabupaten Kudus dan
Masyarakat. Journal Undip, 1-15.

Darmawati, 2014. Corporate Social Responsibility Dalam Perspektif Islam.


MAZAHIB, Vol. XIII (2), 125-138.

Anda mungkin juga menyukai