Anda di halaman 1dari 2

Ciri Fenomenologi Heidegger :

 Urgensi untuk mengajukan pertanyaan tentang, dan mencari jawaban atas makna Ada
telah mendorong Heidegger untuk merancang suatu pendekatan yang disebut sendiri
olehnya “destruksi fenomenologis”
Hal ini bertujuan untuk membersihkan kabut metafisika tradisional karena hingga saat
ini belum ada suatu pendekatan yang cocok untuk mendekati ada.
Untuk sampai pada fenomena Ada diperlukan “Logos” dalam menanganinya. Logos
yang dimaksud adalah suatu metode khusus yang disebut interpretasi. Metode ini
dipakai untuk menggali dan mengangkat ke permukaan setiap makna dari gejala Ada.
Dalam arti ini Heidegger menamakan metode itu sebagai “fenomenologi” yakni
interpretasi atas makna tersembunyi dari setiap gejala Ada.

 Fenomenologi Hermeneutik yakni suatu metode yang dipakai untuk mengungkap


makna tersembunyi dari Ada (Sein) melalui mengadanya manusia (Dasein)

Tema-tema Eksistensi Manusia :

 Eksistensi sebagai “milik pribadi” dan berada dalam waktu


Waktu adalah dimensi eksistensi, yang memungkinkan Dasein menuju Ada-nya
sendiri, menuju eksistensinya sendiri. Namun, konsekuensi dari individualitas Dasein
adalah fakta bahwa apapun yang terdapat pada Dasein, dan apapun yang dialami oleh
Dasein, adalah “milik pribadi” Dasein.

Contoh ketika Budi bersama teman-temannya melihat setangkai mawar merah, apa
yang dirasakan oleh Budi akan berbeda dengan apa yang dirasakan oleh teman-
temannya, karena Budi memiliki pengalaman tersendiri dimasa lalu berkaitan dengan
mawar merah, dulu ia pernah menyatakan rasa cintanya kepada seseorang
menggunakan mawar merah namun ditolak. Jadi ketika dikemudian hari Budi melihat
bunga mawar berwarna merah pengalaman menyakitkan itu akan muncul kembali
dalam ingatannya. Namun lebih dari itu, menurut Heidegger orientasi Budi dimasa
depan jauh lebih dominan. Dimasa depan Budi akan mengantisipasi untuk
menghindar agar jangan sampai terjadi kontak dengan bunga mawar merah, karena
kalau sampai terjadi kontak maka bukan hanya pengalaman masa lalunya yang akan
teringat kembali, tetapi juga perasaan tidak senang atau sakit itupun akan terulang.

Inilah yang disebut “milik sendiri”, tidak ada seorangpun yang bisa menggantikan
atau mengambil alih “milik” si Budi itu. Dalam konteks yang lebih luas , fakta milik
sendiri itu pada asasnya sering merupakan beban yang teramat berat dan beban itu
harus dipikul sendirian.

 Ada-Dalam-Dunia
Dasein pada dasarnya adalah Ada-Dalam-Dunia (in-der-welt-Sein). Ada-dalam-dunia
adalah struktur dasar mengadanya manusia sedemikian rupa sehingga mengadanya
manusia tidak bisa lepas dari dunianya. Tidak mungkin manusa dipisahkan dari
dunianya dan sebaliknya tidak mungkin dunia dilepaskan dari manusia yang
menciptakannya.

“dalam” mempunya maksa yang sangat eksistensial, yakni “keterlibatan”,


“keterikatan”, “komitmen” dan “keakraban”

“Dunia” tidak dimaksudkan sebagai lingkungan fisik material, seperti halnya ruang
yang bisa diukur melainkan “dunia-manusia”, yakni dunia pengalaman hidup
keseharian yang didalamnya manusia merasa “terlibat”, “terikat”, “berkomitmen” dan
“akrab”.

Dalam kehidupan sehari-hari, benda-benda tidak dialami atau dihayati oleh kita
sebagai objek-objek fisik yang ada begitu saja tanpa campur tangan kita.
Contohnya : bagi si A yang religius misalnya, pantai yang sangat indah dimaknai
sebagai simbol simbol kebesaran dan keindahan Tuhan, namun bagi si B yang yang
berjiwa bisnis, pantai yang sama dilihat sebagai aset yang menguntungkan, ia
membayangkan keuntungan yang luar biasa besar kalau ia menanamkan modalnya
dipantai itu, untuk dijadikan tempat rekreasi.

Seperti halnya benda menjalin suatu jaringan atau sistem referensi makna tertentu,
demikian pula halnya dengan manusia. Komputer baru dikatakan mempunyai makna
jika ada listrik, hardware, software, kertas, cahaya, ide yang akan ditulis.Mahasiswa
terkait erat dengan dosen, ruang kuliah, perpustakaan, teman-teman satu kampus,
fasilitas pendidikan.

 “Orang” (Das Man atau Manusia Impersonal)

Yang ada dalam dunia pertama-tama adalah “Orang” (das Man). Manusia pada awal
mulanya berada dalam kondisi “lari” dari dirinya sendiri dan terperangkap dalam
eksistensi yang anonim dan tidak otentik. Manusia membuka pintu lebar-lebar bagi
orang lain dan mengizinkan mereka untuk membentuk dan mengarahkan
eksistensinya, misalnya dari cara berpakaian, berbicara, bergaya, berpikir, bercita
rasa. Public figures, iklan dan media massa menjadi acuan hidupnya dan mode
menjadi tujuan eksistensinya. Kemungkinan untuk bereksistensi secara lain (yang
muncul dari suara hatinya sendiri) dibendung oleh kontrol atau kuasa orang lain.

Alasannya supaya terbebaskan dari perasaan cemas yang akan menghimpit dan dari
tanggung jawab yang akan membebani pundak. Memutuskan sendiri apa yang akan di
lakukan , seringkali menimbulkan rasa cemas, bukan saja karena sering tidak tahu
resiko apa yang akan terjadi, tetapi juga karena khawatir akan menjadi “lain” dari apa
yang dipikirkan atau diperbuat oleh orang lain. Jika saya mengisis eksistensi saya
sendiri (menjadi diri sendiri) maka segala konsekuensi dari kegagalan saya harus
saya tanggung sendiri pula, hal itu sungguh berat sehingga manusia memilih menjadi
das Man, menjadi orang, menjadi tidak otentik.

Anda mungkin juga menyukai