Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MULOK

KLIPING

NAMA: SITI SASKIAH


KELAS: IX C

MTs AT-TAQWA MAUMERE


2021

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami
dapat menyelesaikan kliping Mulok ini dengan baik. Karena dengan izin-Nya kami
dapat membuat dan menyelesaikan kliping Mulok ini, walaupun masih banyak
kekurangan.

Besar harapan kami, kehadiran kliping ini dapat memberikan kontribusi bagi
terselenggaranya pendidikan yang berkualitas serta mendorong siswa untuk
menjadi generasi berprestasi.

Kami menyadari dalam penyusunan kliping ini masih banyak kekurangan,


maka dari itu dengan kerendahan hati, kami mengharap kritik dan saran dari semua
pihak untuk/memperbaiki kliping ini sehingga menjadi lebih baik.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
PEMBAHASAN
A. Permasalahan yang dihadapi nelayan dalam kegiatan budi daya ikan, langkah langkah
apa yang sdh ditempuh untuk mengatasinya, dan peran pemerintah dalam kasus ini...
B. Permasalahan yang dihadapi nelayan dalam kegiatan budi daya rumput laut , langkah
langkah apa yang sdh ditempuh untuk mengatasinya, dan peran pemerintah dalam
kasus ini......................................................................................................................
C. Permasalahan yang dihadapi nelayan dalam kegiatan budi dayakerang mutiara ,
langkah langkah apa yang sdh ditempuh untuk mengatasinya, dan peran pemerintah
dalam kasus
ini.....................................................................................................................
PENUTUP
A. KESIMPULAN..........................................................................................................
B. SARAN.......................................................................................................................
ULASAN................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................

PEMBAHASAN
GAMBAR
A. Permasalahan yang dihadapi nelayan dalam kegiatan budi daya ikan, langkah langkah apa yang
sdh ditempuh untuk mengatasinya, dan peran pemerintah dalam kasus ini
Salah satu yang dianggap sering menjadi penghambat utama budidaya ikan terbesar adalah
dropnya beberapa parameter kualitas air tawar seperti menurun kadar oksigen terlarut, pH bersifat
asam, dan tingginya ammonia sehingga ikan mudah stress dan mengakibatkan turunnya sistem
imunitas pada tubuh ikan. Keracunan yang bayak dikenal adalah yang disebabkan oleh ion NO2– dan
NH3. Tetapi ini terjadi hanya pada kondisi lingkungan tertentu, misalnya sisa feces, penimbunan
lumpur dan sisa pakan yang banyak dikolam ikan. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan
tidak datang begitu saja, melainkan  melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi
lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya jasad pathogen (jasad penyakit).
Dengan demikian timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil dari interaksi yang tidak serasi
antara lingkungan, ikan, dan jasad/ organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan
stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya
mudah diserang penyakit.
Selain itu memasuki dunia pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), penggunaan
antibiotik sedemikian rupa hendaknya dikurangi bahkan ditinggalkan sejak dini. Karena dinegara
maju seperti Amerika dan Masyarakat Ekonomi Eropa melarang  penggunaan antibiotik, contohnya
Amerika Serikat (AS) telah menghentikan impor ikan patin asal Vietnam. Salah satu penyebabnya
adalah karena diduga ikan patin asal Vietnam mengandung zat antibiotik.
Upaya pemerintah yaitu menggunakan sistem RAS (Resirculating Aquaculture System) aquaponic.
Sistem ini telah di coba pada budidaya lele yang terbukti hemat lahan dan air dengan produksi ganda
berupa ikan dan sayuran. Secara teknis aquaponik mampu meningkatkan produksi pembudidaya ikan. 
Hal ini dapat terjadi karena teknologi aquaponik merupakan gabungan teknologi aquakultur dengan
teknologi hidroponik (bercocok tanam tanpa tanah) untuk mengoptimalkan fungsi air dan ruang
sebagai media pemeliharaan. Kelebihan lainnya adalah jarang terjadi penyakit hal tersebut
dikarenakan memanfaatkan probiotik, vitamin bahkan vaksin. “Bagi anda yang punya hobi berkebun
dan memelihara ikan, sistem ini sangatlah cocok

B. Permasalahan yang dihadapi nelayan dalam kegiatan budi daya rumput laut , langkah langkah apa
yang sdh ditempuh untuk mengatasinya, dan peran pemerintah dalam kasus ini.

Kegiatan pembudidayaan rumput laut sebenarnya baru marak kurang dari 10 tahun ini. Awalnya
para nelayan melihat rumput laut yang banyak dibudidayakan. Umumnya metode pembudidayaan
rumput laut menggunakan tali rentang (long line). Bibit rumput laut (kisarannya 100-250 gram) diikat
pada nilon sepanjang 30 m dengan jarak simpul 15 cm. Pada ujung tali bentang, terpasang pemberat
semacam jangkar dan pelampung besar. Untuk menandai kepemilikan, kadang pembudidaya
memasang bendera di bentang utama nilon mereka.
Meski sudah mulai banyak nelayan rumput laut yang memahami teknik budidaya. Terdapat kendala
yang mereka jumpai, khususnya pada harga jual komoditas.
Harga dapat turun drastis dari Rp8.500/kg/kering menjadi hanya Rp4.000/kg/kering. “Bahkan pernah
empat tahun lalu, saat panen melimpah, harga rumput laut hanya Rp2.000/kg/kering,”
Bantuan datang dari Dinas Kelautan dan Perikanan, nelayan pun diperkenalkan dengan rumput laut
jenis Eucheuma cottonii hasil kultur jaringan.
Pasar pun terbuka. Perusahaan nasional bersedia menampung E.cottoni dengan harga beli
Rp17.000/kg/kering. Nelayan pun untuk sementara bisa menarik napas lega.
Persoalannya, jenis E. cottoni yang dibudidayakan nelayan rentan terdapat penyakit ais-ais, yang
dicirikan dengan warna keputihan pada rumput laut.
“Selain penyakit ais-ais, juga ada persoalan ketersediaan bibit.
Masa pelihara jenis ini juga terbatas, yaitu hanya tiga bulan antara bulan Juni sampai Agustus setiap
tahun. Jenis ini pun hanya mau hidup perairan yang sempit. Alhasil produksi nelayan tak mampu
mencukupi permintaan kuota yang diminta perusahaan.
Masalah dalam budidaya rumput laut juga berasal dari material yang biasa dipakai nelayan.  Untuk
mengikat rumput laut, biasanya nelayan menggunakan nilon berukuran 2-2,5 mm sebanyak 3-5
gulung, sementara tali ris pengikat bibit berukuran 4-5 mm sebanyak 5-10 gulung. Dalam sekali
musim, nilon bisa terendam antara 30-45 hari.
Tali nilon yang digunakan nelayan ini bisa digunakan 50-100 kali panen rumput laut, atau sekitar
maksimal 7 tahun penggunaan. Dimana setelahnya, ia akan getas dan rapuh. Penggunaan tali nilon ini,
kedepannya dapat berpotensi menjadi cemaran tambahan di lautan, berupa mikro plastik di perairan
tersebut.
Sedikit fakta tentang nilon, ia terbuat dari polimer sintetik. Saat rapuh, nilon akan terlepas dan
melayang di laut lepas. Saat ikan memakan ujung plastik nilon di sekitar bentangan lokasi budidaya,
maka ia akan membentuk partikel berukuran 4 mikrometer.
Badan dunia seperti FAO dan WHO pun telah menyatakan bahwa partikel monomer ini dapat bersifat
karsinogenik atau toksik jika tertelan mahluk hidup.
Saat ini inovasi baru sedang dijajaki untuk mengurangi dampak plastik di perairan. Mencoba untuk
mencari bahan serat alami (non plastik) seperti ijuk, sabuk kelapa dan serat rotan sebagai tali bentang
rumput laut. Alternatif lain adalah penggunaan waring dan rakit bambu yang didesain khusus, dimana
rumput laut hanya akan dilepas dalam karamba. Di tahun 2020, penelitian ini akan coba diuji dan
diadaptasikan di tingkat nelayan . Untuk meningkatkan nilai tambah produk di tingkat nelayan, maka
fasilitasi akan terus dilakukan. Seperti menjadikan produksi olahan setengah jadi dalam skala home-
industry, seperti karagenan, stik rumput laut, kerupuk dan olahan rumput lain yang dapat dijual pada
konsumen setempat.
Untuk mengatasi persoalan ini Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan yang fokus pada vokasi
kelautan dan perikanan, mencoba membangun kerjasama dengan masyarakat pembudidaya rumput
laut di kedua lokasi ini. Kajian diarahkan pada bio-fisik perairan dan pemanfaatan kolom air laut.
Pemerintah pun merancang program dan kegiatan untuk membantu penyediaan laboratorium kualitas
air dan percobaan untuk daya tahan rumput laut terhadap serangan penyakit.

C. Permasalahan yang dihadapi nelayan dalam kegiatan budi dayakerang mutiara , langkah langkah
apa yang sdh ditempuh untuk mengatasinya, dan peran pemerintah dalam kasus ini

Upaya pengembangkan budidaya mutiara laut dalam negeri  masih menghadapi sejumlah
kendala.  Persoalan lahan yang semakin sempit karena limbah plastik, telah menyebabkan cangkang
mutiara menjadi rusak dan mengganggu ekosistem laut. Alhasil, nilai tambah produksi mutiara pun
menjadi jauh berkurang.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet
Subjakto menjelaskan pemerintah mendukung peningkatan standar mutiara laut Indonesia, antara lain
melalui pemberian benih dan pendampingan dilaksanakan di  balai pengembangbiakan milik
pemerintah seperti Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok dan Balai Pembenihan Induk Udang
Unggul dan Kekerangan. Menurutnya, budidaya mutiara laut terus diarahkan ke timur Indonesia
karena lautnya yang lebih bersih.  KKP mencatat, potensi laut untuk budidaya sebesar 12,1 juta
hektare.

PENUTUP
A. KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. penghambat utama budidaya ikan terbesar adalah dropnya beberapa parameter kualitas air
tawar seperti menurun kadar oksigen terlarut, pH bersifat asam, dan tingginya ammonia
sehingga ikan mudah stress dan mengakibatkan turunnya sistem imunitas pada tubuh
ikan. Upaya yang dilakukan pemerintah adalah menggunakan sistem RAS (Resirculating
Aquaculture System) aquaponic. Sistem ini telah di coba pada budidaya lele yang terbukti
hemat lahan dan air dengan produksi ganda berupa ikan dan sayuran. Secara teknis
aquaponik mampu meningkatkan produksi pembudidaya ikan.  Hal ini dapat terjadi
karena teknologi aquaponik merupakan gabungan teknologi aquakultur dengan teknologi
hidroponik (bercocok tanam tanpa tanah) untuk mengoptimalkan fungsi air dan ruang
sebagai media pemeliharaan.
2. Meski sudah mulai banyak nelayan rumput laut yang memahami teknik budidaya.
Terdapat kendala yang mereka jumpai, khususnya pada harga jual komoditas. Masalah
dalam budidaya rumput laut juga berasal dari material yang biasa dipakai nelayan.  Untuk
mengikat rumput laut, biasanya nelayan menggunakan nilon.
Saat ini inovasi baru sedang dijajaki untuk mengurangi dampak plastik di perairan.
Mencoba untuk mencari bahan serat alami (non plastik) seperti ijuk, sabuk kelapa dan
serat rotan sebagai tali bentang rumput laut. Alternatif lain adalah penggunaan waring dan
rakit bambu yang didesain khusus, dimana rumput laut hanya akan dilepas dalam
karamba. Untuk mengatasi persoalan ini Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan
yang fokus pada vokasi kelautan dan perikanan, mencoba membangun kerjasama dengan
masyarakat pembudidaya rumput laut. Kajian diarahkan pada bio-fisik perairan dan
pemanfaatan kolom air laut. Pemerintah pun merancang program dan kegiatan untuk
membantu penyediaan laboratorium kualitas air dan percobaan untuk daya tahan rumput
laut terhadap serangan penyakit.
3. Upaya pengembangkan budidaya mutiara laut dalam negeri  masih menghadapi sejumlah
kendala.  Persoalan lahan yang semakin sempit karena limbah plastik, telah menyebabkan
cangkang mutiara menjadi rusak dan mengganggu ekosistem laut. Alhasil, nilai tambah
produksi mutiara pun menjadi jauh berkurang.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
Slamet Subjakto menjelaskan pemerintah mendukung peningkatan standar mutiara laut
Indonesia, antara lain melalui pemberian benih dan pendampingan dilaksanakan di  balai
pengembangbiakan milik pemerintah.

SARAN
Budidaya ikan, rumput laut maupun kerang mutiara banyak mengalami hambatan,
pemerintah juga sudah melakukan upaya mengurangi permasalahan tersebut, namun
ada beberapa upaya penyelesaian masalah yang bersifat sementara. Saran saya
pemerintah lebih memperhatikan permasalahan yang dihadapi para nelayan karena itu
merupakan satu-satunya mata penceharian mereka.

ULASAN
Budi daya Laut (akuakultur) merupakan bentuk pemeliharaan dan penangkaran berbagai
macam hewan atau tumbuhan perairan yang menggunakan air sebagai komponen pokoknya.
Kegiatan-kegiatan yang umum termasuk di dalamnya adalah budi daya ikan, budi daya
udang, budi daya tiram, budi daya rumput laut (alga).

Budi daya laut adalah bentuk perikanan budi daya, untuk dipertentangkan dengan perikanan
tangkap.
Di Indonesia, budi daya laut dilakukan melalui berbagai sarana. Kegiatan budi daya yang
paling umum dilakukan di  karamba, serta karamba apung.

Budidaya laut dibandingkan perikanan tangkap dapat lebih merusak lingkungan secara lokal


namun lebih bersahabat secara global. Kerusakan lokal yaitu masalah penanganan limbah,
penggunaan antibiotik, kompetisi antara hewan budi daya dan hewan liar, dan penggunaan
ikan tangkapan dan budi daya untuk membudidayakan ikan karnivora.

DAFTAR PUSTAKA
,https://ekonomi.bisnis.com/read/20180314/99/749506/rumput-laut-hadapi-tantangan.-ini-
langkah-kkp (diakses 06 April 2021)
https://katadata.co.id/ekarina/berita/5e9a55e5243bc/budidaya-mutiara-masih-terkendala-
masalah-lahan-dan-limbah-plastik (diakses 06 April 2021)
https://industri.kontan.co.id/news/arli-masalah-pengembangan-budidaya-rumput-laut-ada-di-
logistik (diakses 06 April 2021)
https://www.mongabay.co.id/2019/11/26/jatuh-bangun-dan-tantangan-bagi-para-
pembudidaya-rumput-laut-di-wakatobi/ (diakses 06 April 2021)
https://id.wikipedia.org/wiki/Budi_daya_perairan (diakses 06 April 2021)

Anda mungkin juga menyukai