Anda di halaman 1dari 20

Asuhan Keperawatan pada Dewasa

Data Fokus

No Data Objektif Data Subjektif

1. Terdapat 800 orang perempuan 1. Sebanyak (42,8%) warga


2. Terdapat 700 orang laki-laki mengatakan tidak nafsu makan
3. Sebanyak 71,4% pasien TB laki- 2. Sebanyak (35,7%) warga
laki mengatakan badan terasa lemas
4. Mayoritas pasien TB berusia >40 3. Sebanyak (57,2%) warga
tahun mengatakan batuk dan sesak
5. Hampir di setiap RW jarak antar ru nafas
mah berdekatan dan banyak terdapa 4. Pasien TB mengatakan belum
t rumah kontrakan. memahami gejala awal TB
6. Rata-rata rumah kontrakan berbent 5. Pasien TB menganggap batuk b
uk rumah petakan yang memiliki si erdarah tersebut karena penyakit
stem sirkulasi udara yang buruk da magic atau diguna-guna
n pencahayaan yang kurang. 6. Pasien TB mengatakan tidak
7. Sebanyak (28,6%) pasien TB pernah membuka jendela kamar
bekerja sebagai buruh dan pegawai dan ruang keluarga
swasta 7. Pasien mengatakan batuk
8. Sebanyak (14,3%) pasien TB berdarah yang dialaminya
bekerja sebagai ibu rumah tangga merupakan batuk biasa dan
9. Sebanyak (7,1%) pasien TB diatasi dengan membeli obat
sebagai mahasiwa. diwarung
10. Sebanyak (78,6%) penghasilan 8. Pasien TB mengatakan bahwa
keliarga dengan dewasa TB < terlambat mengkonsumsi obat
Rp.2.042.000 TB tidak akan mempengaruhi
11. Sebanyak 4 orang pasien TB belum kesembuhan TB
menerapkan cara membuang dahak 9. 2 orang pasien TB mengatakan
dengan baik, dan masih membuang pernah terlambat minum obat 1-
dahak disembarang tempat dan ada 2 hari dan terlambat mengambil
pula yang tidak menggunakan obat ke puskesmas karena sibuk
masker pada saat batuk bekerja dan tidak mendapatkan
12. Jarak puskesmas dari tempat izin dari tempat bekerja ke
tinggal warga kurang lebih 3 km. puskesmas
10. Pasien TB mengatakan karena
merasa sudah sembuh sehingga
tidak melanjutkan kembali
pengobatannya hingga tuntas
11. Sebanyak (28,6%) pasien TB
mengatakan setiap hari merokok
dan (42,9%) menyatakan
kadang-kadang merokok
12. Sebanyak (64,3%) pasien TB
mengatakan berolahraga
seminggu sekali
13. Sebanyak (50%) pasien TB
mengatakan makan bergizi
dengan menyediakan lauk pada
menu makanan
14. Sebanyak (85%) pasien TB
mengatakan mengkonsumsi obat
secara teratur
15. Sebanyak (71,4%) pasien TB
mengatakan selalu
membersihkan rumah dan
kamar
16. Pasien TB mengatakan kurang
adanya penyuluhan kesehatan
mengenai TB dari pihak
puskesmas setempat, sehingga
ia hanya mendapatkan informasi
mengenai TB hanya pada saat
control saja.

1. Analisa Data

No Data fokus Masalah keperawatan

1. Ds : Ketidakefektifan manajemen
1. Sebanyak (28,6%) pasien TB kesehatan di kelurahan Curug
mengatakan setiap hari merokok dengan masalah regimen pengobatan
dan (42,9%) menyatakan kadang- tidak efektif dimaninfestasikan
kadang merokok dengan minum obat tidak teratur
2. Sebanyak (64,3%) pasien TB
mengatakan berolahraga seminggu
sekali
3. Pasien TB mengatakan bahwa
terlambat mengkonsumsi obat TB
tidak akan mempengaruhi
kesembuhan TB
4. 2 orang pasien TB mengatakan
pernah terlambat minum obat 1-2
hari dan terlambat mengambil obat
ke puskesmas karena sibuk bekerja
dan tidak mendapatkan izin dari
tempat bekerja ke puskesmas
5. Pasien TB mengatakan karena
merasa sudah sembuh sehingga
tidak melanjutkan kembali
pengobatannya hingga tuntas
6. Sebanyak (57,2%) warga
mengatakan batuk dan sesak nafas
7. Pasien mengatakan batuk berdarah
yang dialaminya merupakan batuk
biasa dan diatasi dengan membeli
obat diwarung
Do:
1. Jarak puskesmas dari tempat
tinggal warga kurang lebih 3 km
2. Sebanyak (28,6%) pasien TB
bekerja sebagai buruh dan pegawai
swasta

2. Ds: Risiko penyebaran penyakit TB pada


1. Pasien TB mengatakan belum dewasa di Kelurahan Curug dengan
memahami gejala awal TB masalah kurang pengetahuan
2. Pasien TB mengatakan tidak dimaninfestasikan dengan belum
pernah membuka jendela kamar menerapkan cara membuang dahak
dan ruang keluarga dengan baik, dan masih membuang
Do : dahak disembarang tempat dan ada
1. Sebanyak 4 orang pasien TB belum pula yang tidak menggunakan
menerapkan cara membuang dahak masker pada saat batuk
dengan baik, dan masih membuang
dahak disembarang tempat dan ada
pula yang tidak menggunakan
masker pada saat batuk.
2. Hampir di setiap RW jarak antar ru
mah berdekatan dan banyak terdapa
t rumah kontrakan.
3. Rata-rata rumah kontrakan berbent
uk rumah petakan yang memiliki si
stem sirkulasi udara yang buruk da
n pencahayaan yang kurang.

3. Ds : Defisiensi kesehatan komunitas


1. Pasien TB mengatakan kurang Kelurahan Curug dengan masalah
adanya penyuluhan kesehatan kurang aktifnya para kader
mengenai TB dari pihak puskesmas kesehatan setempat dalam
setempat, sehingga ia hanya memberikan informasi terkait TB di
mendapatkan informasi mengenai masyarakat
TB hanya pada saat control saja.
2. Pasien TB menganggap batuk berd
arah tersebut karena penyakit magi
c atau diguna-guna
3. Pasien TB mengatakan berat
badannya turun drastic
4. Sebanyak (42,8%) warga
mengatakan tidak nafsu makan
5. Sebanyak (35,7%) warga
mengatakan badan terasa lemas
Do :
1. Terdapat 14 pasien TB di
Kelurahan Curug
2. Sebanyak (14,3%) pasien TB
adalah ibu rumah tangga
3. Sebanyak (7,1%) pasien TB adalah
mahasiwa.

Prioritas Masalah

No Masalah Kesehatan Kriteria Score Ket


A B C D E F G H I J K
1. A : risiko terjadi
B : risiko parah
Ketidakefektifan C: potensial
manajemen kesehatan di 5 3 4 3 4 2 4 4 2 3 3 37 penkes
kelurahan Curug dengan D : minat
masalah regimen masyarakat
pengobatan tidak efektif E: kemungkinan
dimaninfestasikan dengan diatasi
minum obat tidak teratur F: sesuai
program
pemerintah
G : tempat
H : waktu
I : dana
J: fasilitas
kesehatan
K : sumber daya

2. A : risiko terjadi
B : risiko parah
Risiko penyebaran C: potensial
penyakit TB pada dewasa 4 4 3 3 3 2 4 4 2 3 3 36 penkes
di Kelurahan Curug D : minat
dengan masalah kurang masyarakat
pengetahuan E: kemungkinan
dimaninfestasikan dengan diatasi
belum menerapkan cara F: sesuai
membuang dahak dengan program
baik, dan masih pemerintah
membuang dahak G : tempat
disembarang tempat dan H : waktu
ada pula yang tidak I : dana
menggunakan masker J: fasilitas
pada saat batuk kesehatan
K : sumber daya

3. A : risiko terjadi
B : risiko parah
Defisiensi kesehatan C: potensial
komunitas pada Dewasa penkes
Kelurahan Curug dengan D : minat
masalah kurang aktifnya 4 4 3 3 3 2 4 4 2 3 3 35 masyarakat
para kader kesehatan E: kemungkinan
setempat dalam diatasi
memberikan informasi F: sesuai
terkait TB di masyarakat program
pemerintah
G : tempat
H : waktu
I : dana
J: fasilitas
kesehatan
K : sumber daya

2. INTERVENSI

N Masalah Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan


O Keperawatan
1. Ketidakefektifan Prevensi Primer Prevensi Primer
manajemen Pengetahuan; gayahidup sehat Fasilitasi pembelajaran (5520)
kesehatan (1855)  Identifikasi tujuan
 Strategi mencegah pembelajaran dengan jelas
penyakit, skala 2 dan dalam istilah yang
menjadi 4 terukur
 Factor lingkungan yang  Sesuaikan instruksi dengan
mempengaruhi perilaku tingkat pengetahuan dan
kesehatan, skala 2 pemahaman pasien
menjadi 4  Sesuaikan konten dengan
kognitif pasien ,
Prevensi Sekunder psikomotorik, dan
Kepatuhan perilaku: Aktivitas kemampuan afektif
yang disarankan (1632)  Menyediakan lingkungan
 Membahas aktivitas yang kondusif untuk
dengan professional pembelajaran
kesehatan, skala 1  Menyesuaikan informasi
menjadi 4. untuk mematuhi gaya hidup
 Bersama professional dan rutinitas pasien.
kesehatan menetapkan  Ajarkan terapi batuk efektif
tujuan aktivitas jangka dan napas dalam
pendek yang bisa  Ajarkan terapi inhalasi
dicapai, skala 1 menjadi buatan
4
Prevensi Sekunder
Prevensi Tersier Manajemen perilaku (4350)
Dukungan sosial (1504)  Pertahankan agar pasien
 Bantuan yang bertanggung jawab atas
ditawarkan oleh orang perilakunya.
lain, dari skala 2 ke 4  Komunikasikan harapan
 Waktu yang disediakan bahwa pasien akan tetap
oleh orang lain, dari memegang kendali.
skala 1 ke 3  Berkonsultasilah dengan
 Usaha yang disediakan keluarga untuk menetapkan
oleh orang lain dari, dasar kognitif pasien.
dara skala 2 ke 4  Tetapkan batasan dengan
 Dukungan emosi yang pasien.
disediakan oleh orang  Gunakan pengulangan
lain dari, dari skala 3 ke rutinitas kesehatan secara
5 konsisten sebagai cara
untuk membangunnya
 Hindari gangguan
 Tingkatkan aktivitas fisik,
sebagaimana mestinya
 Ajarkan Senam Pernapasan

Prevensi Tersier
Pengembangan kesehatan
masyarakat (8500)
 Mengidentifikasi masalah
kesehatan, kekuatan, dan
prioritas dengan mitra
masyarakat
 Memberikan peluang untuk
partisipasi oleh semua
segmen masyarakat
 Membantu anggota
masyarakat dalam
meningkatkan kesadaran
akan masalah dan masalah
kesehatan
 Terlibat dalam dialog untuk
mendefinisikan masalah
kesehatan masyarakat dan
menyusun rencana aksi
 Memfasilitasi implementasi
dan revisi rencana
masyarakat
 Membantu anggota
masyarakat dengan
pengembangan dan
pengadaan sumber daya
 Meningkatkan jaringan
dukungan masyarakat
 Mengidentifikasi dan
mengembangkan pemimpin
masyarakat potensial
 Menjaga komunikasi
terbuka dengan anggota
dan lembaga masyarakat
 Memperkuat kontak antara
individu dan kelompok
untuk membahas
kepentingan bersama dan
bersaing untuk membahas
kepentingan bersama dan
bersaing

2. Risiko Prevensi Primer Prevensi Primer


Penyebaran Perilaku promosi kesehatan Pendidikan kesehatan (5510)
Penyakit (1602) - Identifikasi faktor internal
 Menggunakan perilaku dan eksternal yang dapat
yang menghindari meningkatkan atau
risiko, mengurangi motivasi untuk
Dari skala 2 ke 4 berperilaku sehat
 Memonitor lingkungan - Tentukan pengetahuan
terkait dengan risiko kesehatan dan gaya hidup
ditingkatkan, dari skala perilaku saat ini pada
2 ke 4 kelompok sasaran
 Memonitor perilaku - Bantu masyarakat untuk
personal terkait dengan memperjelas keyakinan dan
risiko dari skala 2 ke 4 nilai-nilai kesehatan
- Rumuskan tujuan program
Prevensi Sekunder kesehatan
Kontrol Risiko: Proses Infeksi - Ajarkan cara batuk dan cara
(1924) membuang dahak yang baik
 Mengetahui perilaku Prevensi Sekunder
yang berhubungan Manajemen penularan penyakit
dengan penyebaran (8820)
penyakit, dari skala 3 ke
5 - Monitor populasi yang

 Mempraktikan perilaku berisiko dalam rangka

untuk mengontrol pemenuhan regimen

penyebaran penyakit, prevensi, dan perawatan

dari skala 2 ke 4 - Monitor iniden paparan

Prevensi Tersier penyakit menular selama

Kepercayaan Mengenai wabah berjangkit

Kesehatan: Merasakan - Monitor faktor-faktor

Kemampuan Melakukan (1701) lingkungan yang

 Persepsi bahwa perilaku mempengaruhi penyebaran

tidak terlalu rumit, dari penyakit

skala 2 ke 4 - Sediakan informasi

 Persepsi bahwa mengenai dan penyampaian


kemungkinan - Informasika masyarakat
melakukan perilaku mengenai penyakitnya dan
kesehatan sepanjang aktivitas-aktivitas yang
waktu, skala 1 ke 4 berhubungan dengan
pengatuan (wabah) seperti
yng dinutuhkan
- Tingkatkan akses pada
pendidikan kesehatan yang
memadai sehubung dengan
pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit menular
dan mecegah berulangnya
kejadian

Prevensi Tersier
Peningkatan Kesadaran
Kesehatan (5515)
 Berikan infromasi penting
terkait perilaku yang
berisiko penyebaran
penyakit
 Evaluasi pemahaman
dengan meminta pasien
untuk memperagakan
kembali
 Dorong penggunaan
langkah-langkah yang
diajarkan di kehidupan
sehari-hari
3. Defisiensi Prevensi Primer Prevensi Primer
Kesehatan Pengetahuan; gayahidup sehat Pendidikan kesehatan (5510)
Komunitas (1855)  Targetkan kelompok
 Strategi mencegah berisiko tinggi dan rentang
penyakit, skala 2 usia yang akan mendapat
menjadi 4 manfaat paling besar dari
 Factor lingkungan yang pendidikan kesehatan
mempengaruhi perilaku  Identifikasi faktor internal
kesehatan, skala 2 atau eksternal yang dapat
menjadi 4 meningkatkan atau
 Pentingnya mengurangi motivasi untuk
meningkatkan perilaku sehat
keseimbangan hidup  Menentukan konteks
skala 2 ke 4 pribadi dan sejarah sosial-
budaya perilaku kesehatan
Prevensi Sekunder individu, keluarga, atau
Kontrol Risiko (1902) masyarakat
 Mencari Informasi  Menentukan pengetahuan
tentang risiko kesehatan, kesehatan saat ini dan
skala 2 menjadi 4 perilaku gaya hidup
 Mengenali factor risiko individu, keluarga, atau
individu, dari skala 2 ke kelompok sasaran
4  Membantu individu,
keluarga, dan masyarakat
Prevensi Tersier dalam mengklarifikasi
Perilaku Pencarian Kesehatan kepercayaan dan nilai-nilai
(1603) kesehatan.
 Melakukan skrining diri, Prevensi Sekunder
skala 2 menjadi 4 Identifikasi Resiko (6610)
 Mengajukan pertanyaan  Tinjau riwayat kesehatan
yang berhubungan masa lalu dan dokumen
dengan kesehatan, skala untuk bukti diagnosa dan
2 menjadi 4 perawatan medis dan
keperawatan yang ada atau
sebelumnya
 Tinjau data yang berasal
dari tindakan penilaian
risiko rutin
 Menentukan ketersediaan
dan kualitas sumber daya
(misalnya, psikologis,
keuangan, tingkat
pendidikan, keluarga dan
sosial lainnya, dan
masyarakat)
 Mengidentifikasi sumber
daya agen untuk membantu
mengurangi faktor-faktor
risiko
 Mengidentifikasi risiko
biologis, lingkungan, dan
perilaku dan
keterkaitannya.
 Menentukan tingkat fungsi
di masa lalu dan saat ini

Prevensi Tersier
Konsultasi (7910)
 Identifikasi tujuan untuk
konsultasi
 Kumpulkan data dan
identifikasi masalah yang
menjadi fokus konsultasi
 Identifikasi dan perjelas
harapan semua pihak yang
terlibat
 Berikan pengetahuan ahli
untuk mereka yang mencari
bantuan
 Libatkan mereka yang
mencari bantuan selama
proses konsultasi
 Identifikasi struktur
akuntabilitas
 Tentukan model konsultasi
yang tepat untuk digunakan
(mis., pembelian model
keahlian, model konsultasi
proses)
 Mengidentifikasi harapan
biaya, yang sesuai
 Mengembangkan kontrak
tertulis untuk
mendefinisikan perjanjian
dan menghindari
kesalahpahaman
 Mempromosikan
kemampuan mereka yang
mencari bantuan untuk
maju dengan lebih mandiri
-direksi dan tanggung
jawab
3. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT

PERAN PERAWAT

1. Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan


Perawat berperan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar klien (indiidu, keluarga,
komunitas) terkait penyakit Tuberculosis (TB) yang berfokus pada kesembuhan klien.
Selain itu perawat berperan memberikan layanan asuhan keperawatan menggunakan
metodologi proses-proses keperawatan (mengkaji, mendiagnosa, menentukan intervensi
yang sesuai) berpedoman pada etik keperawatan.
2. Sebagai Advocate
Perawat membantu klien (individu, keluarga, komunitas) dalam mendapatkan hak-
haknya sebagai klien seperti, mendapatkan informasi terkait TB, penjelasan maupun
alasan-alasan mengenai tindakan-tindakan yang diberikan dalam asuhan keperawatan
yang dilakukan, melindungi hak-hak pasien, meliputi: hak atas pelayanan kesehatan yang
menyeluruh dan sebaik-baiknya, hak untuk mendapatkan perlindungan privasi terkait
data individu maupun informasi kesehatannya.
3. Sebagai Pendidik (Educator)
Peran perawat selanjutnya adalah memberikan pendidikan kesehatan mengenai TB,
memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang penyakit, memberikan informasi
tentang proses penyembuhan TB, kepatuhan minum obat, pencegahan penularan
penyakit, memberikan informasi terbaru mengenai trend dan issue terkini mengenai TB.
4. Sebagai Koordinator
Peran perawat sebagai koordinator adalah dengan mengarahkan, merencanakan, serta
mengorganisasikan teman sejawat dalam pemberian pelayanan kesehatan sehingga
pelayanan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan kesehatan klien.
5. Sebagai Kolaborator
Peran perawat disini adalah melakukan identifikasi pelayanan kesehatan lain yang
dibutuhkan oleh masyarakat, adanya kebutuhan lebih terhadap pelayanan akan
melibatkan profesi lainnya serta support system yang mendukung.
6. Sebagai Konsultan
Perawat berperan sebaga penerima konsultasi-konsultasi terhadap masalah kesehatan
yang dialami klien. Perawat juga dapat memberikan masukan-masukan yang dapat
meningkatkan derajat kesehatan klien berdasarkan konsultasi yang telah disampaikan.
7. Sebagai Pembaharu
Perawat mendorong penemuan cara-cara baru mengenai penanganan TB melalui
pengkajian-pengkajian yang dilakukan, data-data yang didaoatkan yang nantinya
diharapkan penemuan ini dapat mendorong penciptaan hal baru mengenai penyakit.
8. Sebagai Pengamat Kesehatan
Perawat melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sebelum,
saat, dan setelah dilakukan asuhan keperawatan maupun saat dilakukan
observasi/pencaharian data keadaan klien (pengkajian).
9. Sebagai Fasilitator
Perawat memfasilitasi/menjadi tempat klien dalam mencari informasi kesehatanyang
berkaitan dengan penyakit sehingga tujuan dalam pemberian asuhan
keperawatan/pelayanan kesehatan yang diharapkan dapat diwujudkan.

FUNGSI PERAWAT

1. Fungsi Independent
Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukan tindakan keperawatan. Didalam fungsi ini seperti: memberikan pendidikan
kesehatan, promosi kesehatan maupun penyuluhan terkait dengan TB, memberikan
layanan konsultasi mengenai tanda dan gejala yang dirasakan oleh klien, melakukan
pengkajian komprehensif sehingga menghasilkan intervensi keperawatan dengan tujuan
yang ingin diwujudkan, memenuhi kebutuhan dasar klien.
2. Fungsi Dependent
Fungsi ini dilakukan dan dilaksanakan oleh seorang perawat atas instruksi dari tim
kesehatan lainnya, seperti dokter, ahli gizi, dll. Fungsi ini dapat dilakukan jika adanya
instruksi dari dokter mengenai pengonsumsian obat TB secara berkala, tentanf waktu,
dosis, maupun rute pemberian obat.
3. Fungsi Interdependent
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara
tim kesehatan satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk
pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan kesehatan. Fungsi
ini dapat dicontohkan dengan, perawat bekerja sama dengan masyarakat sekitar untuk
saling bahu membahu dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat sehingga
dapat meningkatkan pencegahan terhadap penularan TB, perawat dapat bekerjasama
dengan puskesmas setempat untuk mengadakan program pencegahan TB secara berkala
sehingga dapat meminimalisir penularan TB di masyarakat.

4. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMERINTAH

1. Program Tuberculosis Tahun 2015-2020

a. Penguatan Kepemimpinan Program TB berbasis kabupaten/kota

 Koordinasi oleh pemerintah dengan peta jalan eliminasi yang jelas dan diperkuat
dengan regulasi.
 Kolaborasi multisektoral dan koalisi yang kuat dengan organisasi masyarakat
 Peningkatan pembiayaan, terutama dari pendanaan bersumber dalam negeri
 Koordinasi, harmonisasi, sinkronisasi dan sinergi untuk mencapai kinerja program
yang terbaik.

b. Meningkatkan akses layanan TB yang bermutu.

 Melibatkan semua penyedia layanan melalui peningkatan jaringan layanan


pemerintah swasta melalui district-based public-private mix (PPM)
 Intensifikasi penemuan kasus TB aktif melalui pendekatan kesehatan masyarakat
dan keluarga.
 Pendekatan integrasi layanan seperti TB-HIV, TB-DM, IMCI, PAL, dll.
 Inovasi diagnostik TB dengan memanfaatkan alat terbaru sesuai rekomendasi
WHO
 Meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien dan dukungan pasien dan keluarga
 Integrasi dengan asuransi kesehatan untuk mencapai cakupan universal untuk
pengobatan TB

c. Pengendalian faktor risiko

 Promosi, lingkungan dan gaya hidup sehat


 Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi TB (imunisasi, pengobatan
profilaksis, pengendalian infeksi, dll.)
 Meningkatkan penemuan kasus TB dan juga mempertahankan keberhasilan
pengobatan yang tinggi

d. Penguatan kemitraan TB melalui forum koordinasi

 Pemetaan mitra potensial dalam eliminasi TB


 Peningkatan kemitraan melalui koordinasi forum TB di tingkat pusat
 Peningkatan kemitraan melalui forum koordinasi TB di
tingkat provinsi/kabupaten

e. Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengendalian TB


 Meningkatkan keterlibatan dan keterlibatan pasien TB, mantan pasien, keluarga
dan masyarakat dalam pengendalian TB
 Memperluas keterlibatan masyarakat dan keluarga dalam pengendalian TB
 Keterlibatan peran masyarakat dalam promosi TB, temuan kasus TB dan
dukungan pengobatan terhadap TB
 Pemberdayaan masyarakat melalui integrasi TB ke dalam pelayanan kesehatan
berbasis keluarga dan masyarakat

f. Memperkuat sistem kesehatan dan manajemen TB

 Sumber daya manusia yang memadai dan kompeten


 Mengelola logistik secara efektif
 Meningkatkan pembiayaan, advokasi dan peraturan
 Memperkuat sistem informasi strategis, surveilans proaktif, termasuk kewajiban
melaporkan (Mandatory Notification).
 Jaringan dalam penelitian dan pengembangan inovasi program.

2. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67


TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
3. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
364/MENKES/SK/V/2009 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS (TB)
4. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
565/MENKES/PER/III/2011 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGENDALIAN
TUBERKULOSIS
5. STRATEGI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS, 2015-2019
6. RENCANA AKSI NASIONAL PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS TAHUN
2015-2019

Anda mungkin juga menyukai