Anda di halaman 1dari 15

Jalan WR Supratman No.

10 T (0341)482612

Kota Malang, Jawa Timur F (0341) 470804

www.nusamed.co.id E rslavalette.nsm@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT


NOMOR : 01-SURKP-NSM-11021-19.001

tentang
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
KEPALA RUMAH SAKIT LAVALETTE

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit,


maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang
bermutu tinggi;
b. Bahwa agar pelayanan kefarmasian dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya Kebijakan Pelayanan Farmasi sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan kefarmasian;
c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu ditetapkan
berdasarkan Keputusan Kepala Rumah Sakit.

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor : 36 Tahun 2009 tanggal 13 Oktober 2009


tentang Kesehatan;
2. Undang – Undang Nomor : 44 Tahun 2009 tanggal 28 Oktober 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 56 Tahun 2014 tanggal 18
Agustus 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan no 72 tahun 2016, tentang Standart
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
5. Keputusan Badan Penanaman Modal UPT Pelayanan Perizinan
Terpadu Nomor : P2T/5/03.22/01/V/2016 tanggal 23 Mei 2016 tentang
Surat Izin Operasional Rumah Sakit
6. Keputusan Direktur Utama PT. Perkebunan Nusantara XI dan Ketua
Koperasi Karyawan Rumah Sakit Lavalette Nomor : XA-SURKP/18.121

www.nusamed.co.id
Jalan WR Supratman No. 10 T (0341)482612

Kota Malang, Jawa Timur F (0341) 470804

www.nusamed.co.id E rslavalette.nsm@gmail.com

dan Nomor : 03/VI/KOPKAR.RSL/2018 tanggal 26 Juni 2018 tentang


Pengangkatan dan Pemberhentian Direksi PT. Nusantara Sebelas
Medika;
7. Keputusan Direktur PT. Nusantara Sebelas Medika Nomor : XX-
SURKP-NSM/15.027 tanggal 31 Juli 2015 tentang Pemindahan atau
Penetapan Jabatan Kepala Rumah Sakit Lavalette;
8. Keputusan Direktur PT. Nusantara Sebelas Medika Nomor : XX-
SURKP-NSM/18.060 tanggal 1 Oktober 2018 tentang Penetapan
Struktur Organisasi PT Nusantara Sebelas Medika Rumah Sakit
Lavalette.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT LAVALETTE TENTANG KEBIJAKAN
PELAYANAN FARMASI DI RUMAH SAKIT LAVALETTE
Kedua : Kebijakan Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Lavalette sebagaimana
dimaksud dalam keputusan kesatu sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini
Ketiga : Kebijakan Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Lavalette sebagaimana
dimaksud dalam keputusan kedua dijadikan sebagai acuan dalam
penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Lavalette
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat
kekeliruan

www.nusamed.co.id
Jalan WR Supratman No. 10 T (0341)482612

Kota Malang, Jawa Timur F (0341) 470804

www.nusamed.co.id E rslavalette.nsm@gmail.com

Ditetapkan di : Malang
Pada tanggal : 17 Januari 2019

PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA


RUMAH SAKIT LAVALETTE

dr. Abdul Rokhim, MARS


Kepala Rumah Sakit

www.nusamed.co.id
Jalan WR Supratman No. 10 T (0341)482612

Kota Malang, Jawa Timur F (0341) 470804

www.nusamed.co.id E rslavalette.nsm@gmail.com

Lampiran
Keputusan Kepala Rumah Sakit
No. : 01-SURKP-NSM-11021-19.001
Tanggal : 17 Januari 2019

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

1. Pelayanan di Instalasi Farmasi harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
2. Setiap petugas harus bekerja sesuai standar profesi, standar prosedur operasional yang
berlaku, etika profesi dan menghormati hak pasien.
3. Pelayanan farmasi berlangsung selama 24 jam di Instalasi Farmasi berupa layanan rawat jalan
dan rawat inap, gudang farmasi hanya sampai jam 21.00.
4. Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker yang telah memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi
Apoteker) dan SIPA (Surat Ijin Praktek Apoteker) dan pada pelaksanaannya dibantu oleh
Apoteker Pendamping yang telah memiliki STRA dan SIPA, Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)
yang telah memilki STRTTK dan SIKTTK serta bagian adminsitrasi.
5. Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan farmasi / perbekalan farmasi
yang beredar di rumah sakit.
6. Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian meliputi seleksi, perencanaan, penyimpanan, distribusi
atau penyaluran, pelayanan sediaan farmasi, pendokumentasian dan pemantauan.
7. Semua prosedur pemesanan pengadaan perbekalan farmasi lewat satu pintu, berlaku
ketentuan seragam di seluruh unit pelayanan rumah sakit dan pengelolaannya menjadi
tanggung jawab Instalasi Farmasi.
8. Obat program pemerintah diterima oleh gudang farmasi dan kemudian disalurkan ke unit yang
menggunakan.
9. Pemilihan jenis persediaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Tim Farmasi dan Terapi melalui
proses kerja sama / kolaboratif dengan para praktisi pelayanan kesehatan yang
mempertimbangkan kebutuhan dan keselamatan pasien maupun kondisi ekonomisnya yang

www.nusamed.co.id
Jalan WR Supratman No. 10 T (0341)482612

Kota Malang, Jawa Timur F (0341) 470804

www.nusamed.co.id E rslavalette.nsm@gmail.com

dituangkan dalam formularium rumah sakit. Penambahan dan pengurangan daftar obat
formularium dilakukan berdasarkan indikasi penggunaan, efektivitas, respons terhadap obat
baru, risiko dan biaya sesuai dengan kebutuhan pasien rumah sakit. Formularium minimal
ditelaah setiap 1 tahun sekali.
10. Sistem perencaan perbekalan farmasi di Instalasi farmasi dilakukan bulanan dan harian. Untuk
perencaan bulanan digunakan untuk memenuhi kebutuhan obat sesuai e-katalog sedangkan
perencanaan harian digunakan untuk memenuhi kebutuhan obat harian berdasarkan pola
penggunaan obat.
11. Pengadaan perbekalan farmasi mengikuti Formularium Rumah Sakit dan disiapkan agar tetap
tersedia sehingga pasien dapat terlayani dengan baik.
12. Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan oleh sub unit pengadaan atas perencanaan dari
Instalasi farmasi yang telah disetujui oleh Kepala Bagian Akuntansi Keuangan dan Umum, dan
diketahui oleh Kepala Rumah Sakit.
13. Untuk menjaga mutu dan kualitas maka pembelian semua perbekalan farmasi dilakukan kepada
PBF resmi yang telah memiliki kerjasama dengan rumah sakit. Serta dengan kriteria
pertimbangan: pengiriman cepat, waktu kadaluarsa obat minimal 1 tahun , obat dapat diretur
bila rusak atau kadaluwarsa, pelayanan tepat sesuai pesanan dan informasi kenaikan harga.
14. Permintaan perbekalan farmasi ke gudang farmasi dilakukan melalui SIM rumah sakit dan
dilayani oleh petugas gudang farmasi sesuai permintaan Instalasi Farmasi. Permintaan
perbekalan farmasi ke gudang farmasi di luar jam kerja gudang farmasi, maka petugas instalasi
farmasi menghubungi petugas gudang farmasi yang bertugas cito untuk membuka gudang dan
melakukan proses administrasi didampingi dengan petugas keamanan.
15. Permintaan perbekalan farmasi yang bersifat “CYTO” yang harus segera tersedia dapat
langsung dipesan oleh Apoteker Penanggung jawab pelayanan atau Apoteker Penanggung
jawab administrasi.
16. Pembelian perbekalan farmasi di luar jam dinas sub unit pengadaan dilakukan oleh petugas
Instalasi Farmasi ke rumah sakit atau apotek yang menjalin kerjasama dengan Rumah Sakit
Lavalette sesuai kebutuhan Instalasi Farmasi.

www.nusamed.co.id
Jalan WR Supratman No. 10 T (0341)482612

Kota Malang, Jawa Timur F (0341) 470804

www.nusamed.co.id E rslavalette.nsm@gmail.com

17. Perbekalan farmasi sumbangan tidak diperkenankan di rumah sakit.


18. Penggunaan obat sampel, obat baru yang masih di uji coba (trial) tidak diperkenankan di rumah
sakit.
19. Penggunaan obat radio aktif tidak digunakan di Rumah Sakit
20. Sisa obat kemoterapi dan obat yang dioploskan oleh instalasi farmasi dalam satuan utuh,
dimasukan kembali ke gudang medis sebagai donasi dari Instalasi Farmasi.
21. Obat progam pemerintah yang dikelola oleh Instalasi Farmasi yaitu obat TB (OAT), yang terdiri
dari OAT Untuk Dewasa (Fase Intensif dan Fase Lanjutan) dan OAT Untuk Anak (Fase Intensif
dan Fase Lanjutan). Obat program didistribusikan berdasarkan formulir TB02.
22. Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan di gudang farmasi oleh petugas gudang dengan
menyesuaikan antara surat pesanan atau PB-24 dengan faktur pembelian dan fisik barang.
Simpan barang sesuai dengan ketentuan penyimpanan dan input di SIMRS dan HIS.
23. Penerimaan obat narkotika dan psikotropika diterima oleh Apoteker Koordinator gudang
farmasi dengan menyesuaikan antara surat pesanan dengan faktur pembelian dan fisik barang.
24. Instalasi farmasi menerima pinjaman barang (konsinyasi) untuk produk – produk mahal dan
bersifat life saving untuk mempercepat pelayanan yang disertai bukti faktur pinjaman.
25. Penyimpanan perbekalan farmasi juga disusun berdasarkan sistem FIFO (first in first out) dan
FEFO (First Expired First Out).
26. Penyimpanan perbekalan farmasi di Instalasi farmasi dipisahkan berdasarkan kestabilitasan,
keamanan, kelas terapi, berdasarkan bentuk sediaan kemudian diurutkan secara alphabetis,
sedangkan di gudang farmasi dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan, dan diurutkan secara
alphabetis untuk mempermudah pengambilan dan monitoring ketersediaan perbekalan farmasi
27. Penyimpanan perbekalan farmasi untuk suhu dingin disimpan di lemari pendingin dengan suhu
(2°C - 8°C).
28. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika disimpan pada lemari tersendiri, dengan kunci
ganda sesuai undang-undang yang berlaku.

www.nusamed.co.id
Jalan WR Supratman No. 10 T (0341)482612

Kota Malang, Jawa Timur F (0341) 470804

www.nusamed.co.id E rslavalette.nsm@gmail.com

29. Penyimpanan obat High Alert dipisahkan dari obat yang lain ditempatkan pada rak khusus dan
diberi labeling High Alert untuk mendapatkan perhatian khusus bagi semua personil yang
terlibat dalam penggunaannya dan di monitor secara efektif.
30. Elektrolit konsentrat tinggi hanya boleh disimpan di Instalasi Farmasi dan di ruangan tertentu
yaitu IGD, Unit Intensive, R.Emerald dan Unit Kamar Operasi dan Sterilisasi sesuai dengan
kebutuhan dan dimonitor secara berkala oleh petugas farmasi.
31. Penyimpanan produk nutrisi ditempatkan di Instalasi farmasi disimpan pada rak terdiri yang
terpisah dari obat lain. Penyimpanan produk nutrisi di unit gizi dilakukan setiap satu bulan
sekali.
32. Penyimpanan gas medis disupervisi oleh petugas farmasi dan didokumentasikan.
33. Penyimpanan B3 (Bahan-bahan berbahaya) di gudang farmasi disupervisi setiap hari oleh
petugas farmasi.
34. Penyimpanan B3 (Bahan- bahan berbahaya) di unit lain disupervisi setiap minggu.
35. Obat emergensi yang ada di unit pelayanan R.Emerald, R.Topaz, R.Ruby, R.Zamrud, R.Diamond,
R.Shapire, R. Hemodialisa, R.Radiologi, R. Kemoterapi, Ambulan disimpan pada kotak emergensi
dengan segel terkunci, sedangkan di unit pelayanan (Unit Intensive, IGD, Kamar Operasi dan
Sterilisasi) disimpan pada troli emergensi yang isinya disesuaikan dengan kebutuhan unit
tersebut. Kotak emergency Ruang Perinatologi disesuaikan dengan kebutuhan ruangan. Lokasi
penyimpanan obat emergensi harus mudah dicapai dan dipahami oleh petugas kesehatan.
36. Obat PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatus Emergensi Komperehensif) disediakan di R.Emerlad,
IGD, Unit Intensive, Kamar Operasi dan Sterilisasi disesuaikan dengan pedoman PONEK. Lokasi
penyimpanan harus mudah dicapai dan dipahami oleh petugas kesehatan, harus selalu tersedia
dengan penggantian segera apabila telah terpakai.
37. Obat emergensi di unit-unit pelayanan di lingkungan rumah sakit harus selalu tersedia setiap
saat, dengan penggantian segera apabila telah terpakai atau kadaluarsa/ rusak yang sesuai
dengan kebutuhan rumah sakit, monitor dan pengelolaannya di bawah kendali instalasi
farmasi.
38. Instalasi Farmasi menjamin ketersediaan obat Tim code blue.

www.nusamed.co.id
Jalan WR Supratman No. 10 T (0341)482612

Kota Malang, Jawa Timur F (0341) 470804

www.nusamed.co.id E rslavalette.nsm@gmail.com

39. Obat-obat yang dibawa oleh pasien dari rumah dilakukan identifikasi, pencatatan pada rekam
medis dan disimpan pada kotak obat pasien rawat inap jika obat telah disetujui oleh DPJP.
40. Pelaksanaan rekonsiliasi obat dilakukan pada saat awal masuk rumah sakit, pindah ruangan,
dan saat pasien pulang.
41. Rekonsiliasi obat dilakukan di IGD, dan di ruang rawat inap, tercatat pada rekam medis pasien.
42. Pengobatan mandiri oleh pasien pada saat pasien rawat inap diperbolehkan dengan
persetujuan dokter, bila dokter tidak menyetujui maka obat tidak dapat diberikan.
43. Persediaan perbekalan farmasi di ruang IGD, Unit Intensive, dan Unit Kamar Operasi dan
Sterilisasi dikelola secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan untuk memudahkan
pelayanan kepada pasien dan di supervisi oleh petugas farmasi setiap minggu.
44. Seluruh tempat penyimpanan obat di Rumah Sakit Lavalette dilakukan pemantauan secara
berkala oleh petugas farmasi setiap 1 bulan sekali.
45. Penggunaan obat golongan narkotika dan psikotropika di Kamar operasi dilaporkan kepada
kepala Instalasi Farmasi oleh tenaga farmasi yang bertugas di depo kamar operasi. Laporan
penggunaan tersebut digunakan sebagai arsip untuk menghitung pengeluaran jumlah obat bius
yang digunakan.
46. Sisa obat golongan narkotika, psikotropika yang digunakan oleh pasien, harus dikembalikan ke
depo kamar operasi, dicatat, dibuang di safety box khusus untuk sisa obat bius. Safety box yang
sudah penuh akan dimusnahkan dengan melibatkan dinas kesehatan setempat dan BPOM
dilengkapi dengan berita acara.
47. Untuk mempermudah pelayanan implan di kamar operasi , implan disediakan di kamar operasi
dan dibawah pengawasan petugas depo kamar operasi.
48. Jenis dan jumlah implan yang dipakai dituliskan di bon alkes setelah tindakan operasi.
49. Pemesanan obat yang diperlukan dalam perawatan pasien dapat dilakukan dengan penulisan
resep oleh dokter dan dicatat di rekam medis. Pemesanan obat secara verbal atau melalui
telepon harus dilakukan dengan ketentuan komunikasi efektif (Tehnik SBAR) untuk menjaga
keselamatan pasien.

www.nusamed.co.id
Jalan WR Supratman No. 10 T (0341)482612

Kota Malang, Jawa Timur F (0341) 470804

www.nusamed.co.id E rslavalette.nsm@gmail.com

50. Pelayanan obat oleh Instalasi farmasi berasal dari resep dokter yang berpraktik dan ber-SIP di
Rumah Sakit Lavalette dan salinan resep resmi dari Instalasi Farmasi RS Lavalette. Dimana
penulisan resepnya harus sesuai dengan formularium rumah sakit dan menggunakan blanko
resep milik RS Lavalette atau blanko resep milik dokter yang mencantumkan tempat praktik di
RS Lavalette.
51. Apabila dokter yang merawat pasien dalam situasi tertentu belum bisa menulis resep, maka
dapat digantikan oleh dokter IGD rumah sakit untuk mewakili penulisan resep setelah
berkomunikasi secara langsung dengan dokter yang merawat atau perawat yang mendapat
perintah dari dokter yang merawat dan dicatat di rekam medis pasien.
52. Pemesanan alat kesehatan dan cairan infus yang diperlukan dalam perawatan pasien dapat
dilakukan dengan penulisan bon obat oleh perawat atas perintah dokter yang merawat pasien
dan dicatat di rekam medis.
53. Resep yang bersifat segera/cito diberikan keterangan di bagian atas resep dengan tulisan
“CITO”.
54. Penulisan resep harus mengikuti kaidah penulisan resep yang benar termasuk pembubuhan
tanda tangan pada resep narkotika dan psikotropika oleh tenaga medis yang berwenang.
55. Penulisan resep sitostatika serta protokolnya dapat dilakukan oleh dokter yang ber SIP di rs
lavalette dan memiliki spesialisasi.
56. Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, penelaahan resep, penyiapan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan dan
penyerahan disertai pemberian informasi. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk mencegah
terjadinya medication error.
57. Semua resep yang diterima harus melalui telaah administratif, farmasi, dan klinis.
58. Telaah administratif dapat dilakukan oleh yang oleh Apoteker yang mempunyai STRA (Surat
Tanda Registrasi Apoteker), Tenaga Teknik Kefarmasian yang mempunyai STRTTK (Surat Tanda
Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian) dan tenaga admin.

www.nusamed.co.id
Jalan WR Supratman No. 10 T (0341)482612

Kota Malang, Jawa Timur F (0341) 470804

www.nusamed.co.id E rslavalette.nsm@gmail.com

59. Telaah Farmasi dapat dilakukan oleh yang oleh Apoteker yang mempunyai STRA (Surat Tanda
Registrasi Apoteker), dan Tenaga Teknik Kefarmasian yang mempunyai STRTTK (Surat Tanda
Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian).
60. Telaah klinis dilakukan oleh apoteker yang mempunyai STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker),
dan dilakukan oleh pasien yang memperoleh terapi lebih dari 5 macam obat dalam satu lembar
resep (poli farmasi). Dilakukan menggunakan alat bantu berupa website resmi online
(medscape.com) dan software PIO untuk mengetahui adanya interaksi obat.
61. Petugas yang berwenang menerima resep, menelaah resep dan menyerahkan obat kepada
pasien adalah apoteker yang telah memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker) dan atau
Tenaga Teknik Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK (Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis
Kefarmasian), sedangkan pemberian obat untuk pasien rawat inap dapat dilakukan oleh dokter,
apoteker, tenaga teknis kefarmasian dan perawat yang sesuai dengan kewenangan klinisnya
serta mengikuti panduan pemberian obat yang telah ditetapkan.
62. Resep dengan stempel “Geriatri” diberi pelayanan prioritas di Instalasi Farmasi.
63. Apabila ada permintaan obat yang tidak termasuk dalam formularium, petugas farmasi harus
mengingatkan dokter penulis resep karena tidak termasuk dalam formularium dan mencari
informasi ke dokter yang menulis resep apabila memang dibutuhkan secara darurat maka
hanya obat diluar formularium yang dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa yang dapat
dibelikan segera tanpa persetujuan dari Tim Farmasi dan Terapi.
64. Apabila obat yang diresepkan oleh dokter tidak tersedia di Instalasi Farmasi, petugas farmasi
harus memberitahukan kepada dokter penulis resep dan memberikan saran substitusinya
sesuai formularium rumah sakit.
65. Apabila resep tidak lengkap, tidak terbaca atau tidak jelas maka petugas farmasi harus
mengkonfirmasi ke dokter penulis resep. Apabila tidak dapat dihubungi, maka petugas farmasi
harus berusaha memastikan tulisan resep kepada perawat dan atau dokter IGD rumah sakit. Hasil
Konfirmasi dicatat pada kolom dibalik resep. Pelaksanaan konfirmasi menggunakan teknik
Tulbakon sesuai dengan panduan komunikasi yang efektif.

www.nusamed.co.id
Jalan WR Supratman No. 10 T (0341)482612

Kota Malang, Jawa Timur F (0341) 470804

www.nusamed.co.id E rslavalette.nsm@gmail.com

66. Untuk instruksi pengobatan dari DPJP (ketika tidak berada di lingkungan RS Lavalette) via
telepon atau whatsapp, dapat dilayani dengan cara meminta resep pada dokter jaga UGD
sesuai dengan instruksi DPJP, dan dalam 1 x 24 jam instruksi diverifikasi oleh DPJP pada lembar
CPPT dan menuliskan ulang resep.
67. Apabila terdapat pemberian obat berhenti otomatis (automatic stop order), dalam hal ini
ketorolax injeksi. Maka petugas farmasi wajib memonitor lama pemberian. Obat dihentikan
dengan konfirmasi dokter maksimal pemberian selama 5 hari.
68. Penggunaan antibiotik harus mengikuti kebijakan dari KPRA RS Lavalette, pemberian antibiotik
berhenti otomatis (automatic stop order) saat antibiotik empiris digunakan lebih dari 7 hari.
Antibiotik dihentikan dengan konfirmasi dokter.
69. Pengendalian penggunaan obat-obat automatic stop order dipantau oleh farmasi.
70. Pelaksanaan pemantauan terapi obat dilakukan oleh apoteker pelaksana farmasi klinis. 1 orang
apoteker bertugas di beberapa ruangan sesuai dengan pembagian yang telah disepakati.
71. Terapi pasien yang dipantau adalah terapi dengan obat automatic stop order, obat dengan
indeks terapi sempit, obat dengan kemungkinan efek samping obat yang besar, serta terapi
dengan banyak obat.
72. Resep pasien rawat jalan dengan penjamin BPJS, dilayani sesuai dengan ketentuan Formularium
Nasional yang berlaku. Dilayani dengan batasan kebutuhan tujuh hari untuk obat non kronis
dan 30 hari untuk obat kronis.
73. Resep pasien BPJS yang diterima harus diperhatikan tanggal SEP nya. Resep yang dapat dilayani
adalah resep dengan tanggal SEP yang masih aktif (7 hari sejak tanggal terbit SEP). Bila
ditemukan kesulitan dalam proses input billing, maka dapat dikonfirmasikan terlebih dahulu
dengan pihak billing.
74. Bila ditemukan kesulitan dalam pelaksanaan pelayanan obat pada pasien BPJS maka harus
dikonsultasikan pada koordinator unit, bagian casemix, pihak manajemen melalui CM (Case
Manager).
75. Petugas IFRS tidak diperkenankan memberi kopi resep pada pasien BPJS.
76. Resep bertanda “cyto” pelayanannya wajib di dahulukan.

www.nusamed.co.id
Jalan WR Supratman No. 10 T (0341)482612

Kota Malang, Jawa Timur F (0341) 470804

www.nusamed.co.id E rslavalette.nsm@gmail.com

77. Pelayanan resep obat pasien rawat inap dengan harga obat diatas 1 juta dimintakan
persetujuan dari penanggung biaya pasien.
78. Pengembalian obat pasien (retur obat) diperbolehkan dengan ketentuan bahwa pasien alergi
menggunakan obat tersebut dan pasien meninggal dunia. Untuk pasien rawat inap disertai
dengan bukti retur dari unit perawatan sedangkan untuk pasien rawat jalan disertai dengan
surat keterangan dari dokter penulis resep bahwa pasien alergi menggunakan obat tersebut
serta nota obat dari Instalasi farmasi.
79. Pelabelan Obat baik dengan ataupun tanpa kemasan aslinya yang diberikan pada pasien terdiri
dari nomor resep, nama pasien, tanggal penyediaan obat, nama obat, tanggal kadaluarsa obat,
aturan pakai, indikasi penggunaan bila ditulis dokter pada resep.
80. Persiapan obat kemoterapi dilakukan oleh petugas farmasi yang berkompeten yaitu yang telah
mendapat pelatihan manajemen obat kemoterapi, sedangkan pemberian obat kemoterapi
dilakukan oleh perawat berkompeten yaitu yang telah mendapat pelatihan khusus mengenai
pemberian obat kemoterapi.
81. Pencampuran (rekonstitusi) obat di mandatkan kepada perawat, kecuali untuk sediaan steril
dosis terbagi dan pengenceran elektrolit pekat dosis rumatan dilakukan oleh farmasi di clean
room sesuai prosedur yang sesuai.
82. Pada pelaksana pencampuran petugas diharuskan memastikan kelarutan dari daftar
kompatibilitas yang telah disediakan atau dapat juga melihat dari leaflet obat yang terdapat
didalam kemasan dari pabrikan. Hal ini dilakukan untuk memastikan medication safety.
83. Pelaksanaan pencampuran sediaan steril dosis terbagi (dosis pediatrik), dan pengenceran
elektrolit pekat di luar jam kerja pencampuran dilakukan oleh perawat (PK2 sampai PK4) yang
sudah mengikuti pelatihan.
84. Pencampuran elektrolit pekat diperbolehkan dilakukan oleh perawat (PK2 sampai PK4) saat
terdapat kasus emergency dan tidak memungkinkan dioploskan oleh farmasi.
85. Pemberian obat pasien rawat inap oral maupun parenteral di pagi hari, dan hari libur
dimandatkan kepada perawat.

www.nusamed.co.id
Jalan WR Supratman No. 10 T (0341)482612

Kota Malang, Jawa Timur F (0341) 470804

www.nusamed.co.id E rslavalette.nsm@gmail.com

86. Pelayanan farmasi dilakukan dengan menggunakan alat dan tempat yang bersih. Setiap petugas
dalam menyiapkan obat yang beresiko harus melakukan cuci tangan dan menggunakan alat
pelindung diri.
87. Instalasi Farmasi melakukan pencatatan waktu tunggu pelayanan obat sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di Rumah Sakit Lavalette. Pelayanan waktu tunggu obat jadi adalah kurang dari
sama dengan 30 menit dan racikan kurang dari sama dengan 60 menit. Waktu pelayanan resep
merupakan waktu yang diperlukan mulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat, pemeriksaan, hingga
obat yang sesuai dengan resep tersebut diserahkan kepada pasien.
88. Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan melalui resep perorangan yang
dilayani langsung di Instalasi farmasi.
89. Instalasi farmasi bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu penyedia jasa layanan pengantaran
obat.
90. Obat yang dapat diantarkan adalah obat-obat termostabil, dan memenuhi persyaratan
farmasetik serta administratif.
91. Distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap berupa pemberian obat yang telah
terbagi / UDD (Unit Dose Dispensing) dilaksanakan di seluruh unit perawatan.
92. Distribusi alat kesehatan, bahan habis pakai dan cairan infus untuk persediaan di unit
pelayanan menggunakan bon obat yang telah disetujui oleh Ka Tim ruangan dan diberikan ke
Instalasi Farmasi untuk disediakan.
93. Waktu pelayanan distribusi alat kesehatan, bahan habis pakai dan cairan infus ke unit
pelayanan di rumah sakit dilakukan oleh petugas Instalasi farmasi pada jam 08.00 – 14.00.
94. Penyaluran obat pada pasien dilakukan dengan menggunakan tehnik 5 benar ( benar identitas
pasien, benar nama obat, benar dosis, benar rute pemberian, dan benar waktu pemberian ).
Tehnik 5 Benar merupakan bentuk pelaksanaan telaah obat.
95. Setiap pasien rawat jalan yang telah menerima obat dari Instalasi Farmasi telah diberikan
informasi dan edukasi oleh apoteker yang telah memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi

www.nusamed.co.id
Jalan WR Supratman No. 10 T (0341)482612

Kota Malang, Jawa Timur F (0341) 470804

www.nusamed.co.id E rslavalette.nsm@gmail.com

Apoteker) dan atau Tenaga Teknik Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK (Surat Tanda
Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian).
96. Untuk proses pengendalian stok perbekalan farmasi, dilakukan stok opname di Instalasi farmasi
setiap 3 bulan sekali.
97. Untuk menjaga keamanan perbekalan farmasi dari kehilangan dan penyalahgunaan, maka di
lingkungan rumah sakit yang menyimpan perbekalan farmasi harus dijaga keamanannya dari
orang yang tidak berwenang mengambil. Untuk Instalasi Farmasi di supervisi oleh Kepala
Instalasi Farmasi sedangkan di unit pelayanan disupervisi oleh Ka Tim ruangan dan petugas
farmasi koordinator obat.
98. Perbekalan farmasi yang kadaluarsa harus diserahkan segera ke gudang medis dengan
menggunakan form pengembalian barang rusak atau kadaluarsa untuk diamankan.
99. Pemusnahan perbekalan farmasi yang rusak atau kadaluarsa dilakukan setiap setahun sekali
oleh tim pemusnahan perbekalan farmasi yang dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit. Laporan
pemusnahan perbekalan farmasi memuat keterangan : waktu dan tempat pelaksanaan
pemusnahan perbekalan farmasi, jumlah dan jenis perbekalan farmasi, nama penanggung
jawab pelaksana pemusnahan perbekalan farmasi, nama satu orang saksi dalam pelaksanaan
pemusnahan perbekalan farmasi. Laporan pemusnahan perbekalan farmasi ditanda tangani
oleh penanggung jawab dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan perbekalan farmasi
kemudian dilaporkan ke Dinas Kesehatan setempat.
100. Intalasi Farmasi bertanggungjawab melakukan kegiatan pengelolaan dan pemusnahan
resep dan dokumen administrasi yang disimpan selama 3 tahun.
101. Perbekalan farmasi yang ditarik secara resmi dari pihak yang berwenang, harus segera ditarik
dari semua unit di rumah sakit dengan informasi resmi dari Instalasi farmasi dan segera
diserahkan ke Gudang medis untuk ditindak lanjuti sebagai obat yang rusak dan dikembalikan
ke distributor.
102. Pengkajian monitoring efek samping obat dilakukan oleh Apoteker bersama dengan Dokter
dan perawat terhadap pasien rawat inap dengan menganalisis gejala yang timbul setelah

www.nusamed.co.id
Jalan WR Supratman No. 10 T (0341)482612

Kota Malang, Jawa Timur F (0341) 470804

www.nusamed.co.id E rslavalette.nsm@gmail.com

penggunaan suatu obat yang memiliki resiko efek samping dan dicatat pada rekam medis
pasien.
103. Apoteker melakukan pemantuan terapi obat pada pasien rawat inap sesuai dengan kriteria
pada panduan terapi obat, didokumentasikan secara mandiri.
104. Instalasi Farmasi wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai
pemasukan dan pengeluaran narkotika dan psikotropika.

PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA


RUMAH SAKIT LAVALETTE

dr. Abdul Rokhim, MARS


Kepala Rumah Sakit

www.nusamed.co.id

Anda mungkin juga menyukai