Anda di halaman 1dari 8

PERILAKU ORGANISASI

Case: “JOB CRAFTING”

OLEH KELOMPOK 25

Damarjati Bagus Satrio 042011233224


Lintang Ari Anggraini 042011233229

Program Studi S1 Manajemen


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Airlangga
2021
a. Analisa Kasus

Job crafting adalah tentang mengambil langkah dan tindakan proaktif untuk
mendesain ulang apa yang kita lakukan di tempat kerja, pada dasarnya mengubah tugas,
hubungan, dan persepsi tentang pekerjaan kita (Berg et al., 2007). Apa yang dialami
Fatima, seorang manajer tingkat menengah yang merupakan pekerja kompeten,
mempunyai penilaian yang baik di mata manajer seniornya namun dia memiliki
ketidakpuasan dengan pekerjaannya, ia memiliki suatu ide pemasaran bagi perusahaannya
tetapi tidak dapat mengembangkannya karena pekerjaannya tidak mengizinkan. Timbul
keinginan untuk keluar dan mencari pekerjaan yang lebih sesuai dengan minatnya tetapi
karena kondisi ekonomi, ia memutuskan untuk bertahan dengan pekerjaannya saat ini dan
melakukan job crafting dengan secara proaktif mengonfigurasi ulang pekerjaannya.
Dalam kasus ini, Fatima merupakan sosok individu yang aktif sehingga berani dan
mampu memotivasi dirinya. Sehingga dalam keadaannya saat ini ia berani mencari cara
untuk mengembangkan ide yang ia miliki dan mencari sumber daya manusia yang
mendukung idenya. Namun, pada kenyataannya tidak semua orang bersifat proaktif. Akan
berbeda apabila job crafting dilakukan oleh sosok individu yang kurang aktif. Dalam
praktik job crafting, seorang pekerja harus mengerjakan tugas-tugas yang banyak dan
melakukan job crafting di waktu yang bersamaan, apabila individu tersebut tidak
mempunyai motivasi yang besar atau tidak dapat memotivasi dirinya, malah akan
membebani diri sendiri dengan tugas yang berlebihan dan terlalu berisiko. Jika karyawan
tidak cukup mendapat informasi tentang risiko melakukannya, job crafting dapat
membawa serta peningkatan bahaya akibat kerja berlebihan stres, menambah tekanan,
kelelahan, dan ketidakbahagiaan (Wrzesniewski & Dutton, 2001). Selain itu, adanya job
crafting dapat membuat individu kehilangan fokus dalam kerja jika tidak dapat mengatur
waktu dengan baik. Jika tujuannya adalah untuk menemukan cara baru untuk melakukan
pekerjaannya, dia tidak mungkin bisa tetap fokus dan tidak tahu pekerjaan mana yang
menjadi prioritasnya (Wrzesniewski, & Dutton, 2001).
Job crafting memang memberikan keuntungan bagi para pekerja untuk
meningkatkan kreativitas dalam mengelola pekerjaannya dan mengembangkan ide-ide
yang ia miliki. Pekerja bisa menciptakan cara bekerjanya sendiri sesuai dengan minatnya,
tetapi terkadang pekerja melewati batas di mana ia bekerja tidak sejalan dengan tujuan
perusahaan. Salah satu potensi kelemahan dari job crafting adalah konflik individu dengan
tujuan organisasi. Tujuan dari setiap organisasi bisnis adalah untuk mendapatkan hasil
sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Job crafting berarti bahwa setiap karyawan
lebih tertarik pada bagaimana dia melakukan pekerjaan daripada apa yang dia hasilkan
berdasarkan tujuan organisasi (Wrzesniewski, & Dutton, 2001). Penyelarasan itu sangat
penting dalam proses dan hasil dari praktik job crafting, ketika tujuan individu dan tujuan
organisasi tidak selaras, kita dapat melihat dampak negatif dari adanya job crafting.
Dari perubahan cara bekerja seorang pekerja ini nanti akan berpengaruh kepada
rekan kerja sekitarnya, misal dalam beberapa tugas kerja yang saling bergantung satu sama
lain, bagaimana caranya melakukan job crafting atau perubahan cara bekerja tanpa
mengganggu pekerjaan orang lain. Job crafting dapat mengakibatkan karyawan melakukan
pekerjaan yang sama tetapi dengan cara yang berbeda. Ini dapat mengakibatkan inefisiensi,
karena kurangnya pendekatan yang terkoordinasi (Wrzesniewski, & Dutton, 2001).
Inefisinsi ini mungkin akan mengakibatkan produktivitas menjadi rendah dan kemudian
ekonomi organisasi akan terpengaruh.
Ketika Fatima telah berhasil merombak ulang pekerjaan dan mengembangkan
idenya, belum tentu ia mendapat balasan atau imbalan yang adil oleh perusahaannya.
Dalam hal ini yang dimaksud adalah adanya eksploitasi, job crafting membuat beberapa
pekerja mengalami eksploitasi. Hal ini berpotensi terjadi dalam artian bahwa karyawan
mungkin akan melebihi atau melampaui batas dari atau umumnya suatu pekerjaan tertentu
tanpa mendapat penggantian yang adil oleh organisasi. Sebagai contoh, sebuah studi
tentang pekerja kebun binatang oleh Bunderson dan Thompson (2009), menunjukkan
bahwa beberapa perajin dibayar lebih rendah daripada rekan kerja mereka. Ini terlepas dari
investasi waktu dan upaya lebih yang mereka berikan ke dalam pekerjaan yang baru
mereka buat, dalam mengejar makna yang lebih dalam di tempat kerja.
Job crafting memang pada dasarnya muncul karena keinginan dari dalam diri
pekerja, tetapi perilaku ini juga bergantung pada pengaruh yang diberikan oleh lingkungan
sekitar dan orang-orang di tempat individu bekerja. Keberhasilan Fatima ini tidak hanya
berasal dari usahanya sendiri, melainkan juga didukung oleh kepemimpinan yang baik.
Disebutkan oleh Demerouti & Bakker (2014) bahwa job crafting sebagai hasil dari
kepribadian proaktif dilakukan ketika individu berada dalam lingkungan di bawah
pemimpin dengan tipe kepemimpinan transformasional. Korelasi positif antara
kepemimpinan dan job crafting dibuktikan oleh disertasi oleh Ghitulescu (2006). Ia
mengungkapkan bahwa individu akan melakukan job crafting ketika organisasi
memperbolehkannya untuk melakukan hal serupa. Hal ini berarti bahwa pemberian
kesempatan job crafting bergantung pada wewenang pemimpin di dalamnya.
Kami menyanggah adanya job crafting karena dapat disimpulkan bahwa job
crafting tidak efektif dilakukan seorang individu sendirian tanpa dukungan dari pihak-
pihak lain seperti pihak perusahaan. Seorang individu yang melakukan job crafting akan
bekerja dua kali lebih berat yaitu pekerjaan yang sudah menjadi rutinitasnya sehari-hari
dan juga pekerjaan tambahan yang dibuatnya sendiri untuk mengubah sistem yang ada.
Kegiatan tersebut juga membuat pekerja itu sendiri kehilangan fokus saat bekerja, pikiran
yang terbagi saat mengerjakan tugas secara bersaman (multi-tasking) membuat pekerjaan
kurang efektif dan efisien waktu. Selain itu juga akan membuat individu pembuat job
crafting tersebut mendapat tekanan tambahan yaitu stres, kelelahan dan hal buruk lainnya
bagi dirinya sendiri.
Selain itu waktu yang seharusnya dikerahkan untuk perusahaan menjadi terbuang
untuk dirinya sendiri karena dia melakukan kegiatan yang bisa dianggap tidak sesuai
dengan tujuan perusahaan karena mengerjakan sesuatu di luar pekerjaannya. Ini sangat
merugikan pekerja. Terlebih kawan kerja yang terganggu akibat seseorang yang melakukan
multi-tasking. Letak terganggunya adalah kawan kerja yang memiliki pekerjaan dengan
kita dan mengharuskan untuk melakukan kolaborasi bersama akan menunggu terlebih
dahulu atau tidak bisa langsung menyelesaikan urusannya dengan seseorang yang
melakukan job-crafting tadi karena orang tersebut sedang melakukan urusan pribadinya
walaupun dibalut niat untuk perusahaan. Ini sangat mengganggu workflow dari pekerjaan
itu sendiri dan akhirnya pekerjaan-pekerjaan lain yang berhubungan dengan ini menjadi
terhambat.
Job crafting juga menjadi beban tambahan perusahaan apabila pembuat berhasil
menemukan jalan baru untuk bekerja sesuai passionnya, pembuat akan meminta imbalan
lebih karena menganggap dirinya berhasil dalam menemukan jalan baru untuk perusahaan
walaupun belum tentu itu baik bagi perusahaan. Kalau tidak dituruti makan ditakutkan akan
membuat karyawan itu tidak puas dan berbalik menyerang perusahaan dan jika dituruti
malah akan menjadi masalah baru di keuangan perusahaan.
Untuk melakukan job crafting hendaknya melihat situasi yang ada di perusahaan
apakah perusahaan tersebut mendukung untuk diubah gaya pekerjaannya atau tidak.
Berkomunikasi dengan manajemen adalah kunci untuk meluruskan niat kita agar tidak
terjadi tumpang tindih kepentingan. Seperti yang disebutkan di atas bahwa manajer yang
berada di perusahaan dan bersifat transformasional akan mendukung upaya kita untuk
menciptakan gaya kerja sendiri apabila memang terbukti bahwa gaya kerja kita merupakan
yang efisien dan menguntungkan perusahaan.

b. Identifikasi masalah
Dari analisis kasus di atas, dapat diidentifikasi masalah yang ada sebagai berikut :
• Munculnya ketidakpuasan dalam pekerjaan seorang karyawan.
• Job Crafting menciptakan masalah baru yaitu karyawan yang melakukan multi-
tasking, yaitu bekerja sesuai pekerjaannya dan mengerjakan pekerjaan yang
merupakan bagian dari job crafting miliknya sendiri.
• Job crafting yang mengambil langkah dengan mendesain atau merombak ulang
cara bekerja sesuai dengan passion individu.
• Mengganggu workflow dari perusahaan, karena berimbas kepada rekan kerja yang
seharusnya berkolaborasi dan menyelesaikan tugas secara cepat menjadi harus
tertunda karena kepentingan pribadi si pembuat job crafting.
• Menambah stres, tekanan, dan hal buruk lainnya kepada individu tersebut.
• Meminta imbalan lebih atas usaha yang ia lakukan apabila usaha job crafting dia
berhasil.
c. Pertanyaan

1. Apakah perusahaan harus menciptakan pekerjaan yang memuaskan pekerja secara


individu?
Jawaban kami adalah tidak harus, mengapa? Karena perusahaan sebagai pembuat
pekerjaanlah yang mengerti ke mana perusahaan ini akan di bawa. Segala keputusan
mengenai tujuan perusahaan sudah ditentukan board of director agar perusahaan tetap
survive termasuk melihat pekerjaan mana yang dibutuhkan serta orang seperti apa yang
dibutuhkan perusahaan demi mencapai tujuan dari organisasi tersebut. Seseorang yang
masuk ke dalam organisasi dan menjadi pekerja di dalamnya seharusnya harus
beradaptasi dengan keputusan manajemen tingkat atas tentang pekerjaan yang
diberikan kepadanya serta melaksanakan sepenuh hati dan secara profesional terhadap
pekerjaan yang sudah diberikan kepadanya. Kalaupun dia tidak puas, dia bisa
mengkomunikasikan ketidakpuasannya kepada manajer terlebih dahulu dan bukan
bekerja dengan kemauan dirinya sendiri. Itu hanya akan merugikan pekerjaan dan
menambah beban kepada individu-individu lain dan dirinya sendiri.

2. Apakah prinsip job crafting yang dijelaskan di sini relevan dengan pekerjaan atau
jurusan pendidikanmu? Mengapa atau mengapa tidak?

Prinsip-prinsip job crafting:

● Increasing social job resources bertujuan untuk mengoptimalisasi sumber daya


sosial, 
atau relasi-relasi yang terbangun dalam ruang lingkup pekerjaan.

● Relational crafting Karyawan (job crafter) yakni ulang batas-batas relasional dalam
melakukan pekerjaan, dengan mengkaji kembali interaksi interpersonal apa yang
diperlukan atau dibutuhkan dalam pekerjaan.



● Challenging job demands Tuntutan pekerjaan yang menantang merangsang


karyawan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka untuk mencapai
tujuan yang lebih sulit, sekaligus menawarkan pengalaman dalam mengendalikan situasi.

Job crafting yang diceritakan pada case ini sudah relevan dengan jurusan pendidikan
karena menggambarkan konflik yang akan terjadi antara manajer dan karyawan di sebuah
perusahaan. Saat di lingkungan pendidikan khususnya di lingkungan perkuliahan sering
kali mahasiswa melakukan kegiatan pikiran yang terbagi saat mengerjakan tugas secara
bersamaan (multi-tasking). Saat di lingkungan pekerjaan, pasti tidak akan terlepas dari
kepentingan-kepentingan pribadi, baik itu kepentingan dari individu pekerja, manajer,
maupun pemilik atau pemegang saham. Dan perbedaan-perbedaan inilah yang akan
menciptakan konflik atau gesekan yang tidak akan bisa dihindarkan. Membuat pekerjaan
kurang efektif dan efisien waktu. Selain itu juga akan membuat individu pembuat job
crafting tersebut mendapat tekanan tambahan yaitu stres, kelelahan dan hal buruk lainnya
bagi dirinya sendiri.

3. Apakah ada potensi kerugian pada pendekatan penciptaan-pekerjaan? jika ya,


bagaimana cara meminimalkannya?
Seperti yang sudah kami sebutkan di atas, bahwa potensi kerugian yang akan
dialami perusahaan mulai dari kurangnya produktivitas pekerja, waktu yang efisien,
dan workflow antar karyawan yang terhambat. Selain itu adalah apabila pekerja berhasil
melakukan job-crafting, maka mereka akan cenderung meminta upah tambahan
sebagai reward atas usahanya yang sudah bekerja tanpa lelah dan terkesan bekerja dua
kali. Ini akan menjadi beban lain di perusahaan, khususnya di keuangan mereka,
apabila karyawan merasa dirinya berhasil menemukan jalan lain untuk bekerja, namun
perusahaan menganggap bahwa pekerjaannya tidak terbukti efektif ataupun lebih
efisien daripada pekerjaan sebelumnya. Jika tidak dituruti maka karyawan tersebut
akan berbalik menyerang perusahaan dan jika dituruti akan terjadi banyak pengeluaran
dan masalah lain nantinya yang dibuat oleh pekerja tadi.

Jumlah Kata: 1663

Anda mungkin juga menyukai