Anda di halaman 1dari 3

FILSAFAT MODERN

Rasionalisme dan Empirisme

(Nurhatifah aqhza)

Membahas tentang suatu teori sumber pengetahuan terdapat dua kutub

aliran besar pada masa filsafat modern yaitu Rasionalisme dan Empirisme, dimana

kedua aliran ini saling bertentangan. Rasionalisme secara etimologis berasal dari

bahasa inggris rationalism dan kata ini berakar dari bahasa latin yaitu ratio artinya

“akal”. Rasionalisme adalah aliran filsafat yang mengatakan bahwa ilmu

pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir, alat dalam berfikir itu adalah kaidah-

kaidah logis atau aturan-aturan logika . Rasionalisme sangat menjunjung tinggi

akal sehingga akal menjadi hakim yang mutlak atas segala sesuatu. Hanya

pengetahuan yang diperoleh melalu akallah yang memenuhi syarat yang dituntut

oleh ilmu pengetahuan ilmiah. Aliran ini dipelopori oleh seorang filsuf bernama

Rene Descartes (1596-1650 M) dikenal sebagai bapak filsafat abad modern yang

beranggapan bahwa semua dasar ilmu pengetahuan berada dalam fikiran sehingga

ilmu pengetahuan yang dipercaya yang berasal dari akal fikiran. Kebenaran

haruslah ditentukan melalui pembuktian logika dan pikiran manusia mempunyai

pengetahuan untuk mengetahui ide. Sehingga rene Descartes pernah mengatakan

cogito ergo sum, aku berfikir maka aku ada. Kemudia tokoh Rasionalisme yang

kedua yaitu Baruch Spinoza (1632-1677) yang beranggapan bahwa semua bisa

dijelaskan dengan ratio termaksud adanya Tuhan, Bagi Spinoza hanya ada satu

subtansi. Subtansi itu adalah esa, yang kekal, tak terbatas, berdiri sendiri, tidak

tergantung pada apapun yang di luar dirinya. Sementara tokoh rasionalisme yang

ketiga yaitu Leibniz(1646-1716) yang beranggapan bahwa segala sesuatu harus


mempunyai alasan bahkan tuhan juga harus mempunyai alasan atas apa yang

diciptakannya.

Empirisme secara etimologi berasal dari bahasa inggris empiricism dan

experience, kata-kata ini berakar dari kata bahasa yunani (empiria) dan dari kata

experieti yang berarti “pengalaman dalam”. Empirisme adalah aliran filsafat yang

mengatakan bahwa ilmu itu hanya bisa dicapai dengan indra melaui mata, telinga,

hidung dan segala sesuatu yang bersifat indrawi, karena hal yang di indrawi ada

lokus yang menaunginya dalam artiain terikat dengan ruang dan waktu. Tokoh

utama dalam aliran empirisme ini adalah francos bacon (1210-1292) berpendapat

bahwasanya pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima

orang melaui persentuhan indrawi dengan dunia fakta. Maka pengalaman

merupaka faktor utama dalam mencapai ilmu pengetahuan yang sejati. Kemudian

bacon melanjutkan perkataannya bahwa pengetahuan haruslah dicapai dengan

induksi, yang memperhatikan yang kongkrit, mengelompokkan dan ini adalah

tugas ilmu pengetahuan. Empirisme menolak pengetahuan yang semata-mata

didasarkan akal karena dipandang hanya spekulasi belaka karena tidak

berdasarkan realitas, sementara pengetahuan sejati harus didasarkan pada

kenyataan sejati yaitu realitas. Dibantah oleh paham rasionalisme yang

mengatakan bahwa empirisme tidak dapat dijadikan tolak ukur karena hanya

sampai pada konsep-konsep umum sementara kebenaran itu adalah sesuatu yang

logis maka alat yang digunakan untuk mencapai kebenaran itu melalui akal.

Kedua aliran ini saling bertentangan dan memiliki penguatan tersendiri

mengenai sumber pengetahuan dari akal atau pengalaman. Sehingga muncullah


seorang filsuf besar bernama Immanuel kant mencoba memadukan dua aliran

pemikiran ini yaitu rasionalisme dan empirisme. Menurut kant, pengetahuan

merupakan hasil kerja sama antara dua unsure yaitu “pengalaman indrawi” dan

“keaktifan akal budi”, dimana pengalaman indrawi merupakan unsur aposteriori

(yang datang kemudian) dan akal budi merupakan unsur apriori (yang datang

lenih dulu). Bagi Immanuel kant kedua aliran ini dianggap keliru karena

mementingkan satu dari kedua unsur ini.

Anda mungkin juga menyukai