Anda di halaman 1dari 104

Vektor

Kata vektor berasal dari bahasa latin yang berarti pembawa (carrier), yang
berhubungan dengan adanya pergeseran (displacement). Vektor sangat penting artinya di
dalam mempelajari fisika terutama di dalam bahasan yang menyangkut adanya
perpindahan suatu partikel atau perpindahan benda. Pada perpindahan itu terkandung
beberapa makna yaitu:

a. berapa jauh perpindahannya (jarak);


b. ke arah mana perpindahannya.

Perpindahan dari satu titik ke titik lain atau kita misalkan dari titik A ke titik B
dapat digambarkan dengan suatu anak panah yang berpangkal di A dan berujung di B.
Panjang ruas garis AB menyatakan jauh perpindahannya, sedangkan mata panah
menyatakan arah perpindahan.

A B

Gambar 2.1. vektor AB

1.1. Perpindahan dan jarak


Di dalam ilmu fisika defenisi dari perpindahan dan jarak adalah berbeda, dimana
jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh benda tanpa memperhatikan arah, sedangkan
perpindahan adalah penjang lintasan yang ditempuh benda beserta dengan arah geraknya.
Perpindahan dirumuskan dengan posisi akhir - posisi awal.

Misalkan ada seseorang yang bergerak dari arah utara (titik A) menuju selatan (titik
C) yang berjarak sejauh 10 km, tetapi sebelum menuju selatan dia singgah sebentar ke arah
timur (titik B) yang berjarak 5 km dari arah dia berangkat. Maka berapakah jauh
perpindahannya dan berapa jauh jarak yang sudah ditempuh orang tersebut.

Dari ilustrasi di atas dapat kita gambarkan sebagai berikut

A B

Gambar 2.2. vektor AB

Titik A ke titik B (AB) berjarak 5 km, sedangkan titik A ke titik C (AC) berjarak 10
km.

Maka untuk mencari nilai BC berlaku hukum Pitagoras

(BC)2 = (AB)2 + (AC)2

= 52 + 102
= 25 km +100 km

= 125 km

Maka BC = √125

= 10 √5 km

Dari ilustrasi di atas maka didapat nilai jarak adalah 5 km + 10 √5 km sedangkan


perpindahannya adalah 10 km.

1.2. Besaran Skalar dan Besaran Vektor

Dalam fisika besaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu besaran yang
hanya dinyatakan dengan nilai dan satuannya saja yang disebut besaran skalar. Contoh
besaran fisis yang merupakan besaran skalar adalah massa, panjang, waktu, densitas,
energi, dan suhu. Perhitungan besaran-besaran skalar dapat dilakukan dengan
menggunakan aturan-aturan aljabar biasa. Yang kedua adalah Besaran yang dinyatakan
dengan nilai, satuan beserta arahnya disebut besaran vektor. contoh besaran fisis yang
termasuk besaran vektor adalah percepatan, kecepatan, gaya, momentum, dan pergeseran.
Perhitungan besaran-besaran vektor harus menggunakan aturan yang dikenal dengan
operasi vektor.

Vektor secara visualisasi digambarkan berupa garis lurus beranak panah, dengan
panjang garis menyatakan besar vektor dan arah panah menyatakan arah vektor.

1. Menggambar vektor dan menuliskan simbol vektor

A B
Gambar 2.3. vektor AB
Anak panah di atas mempunyai pangkal dan ujung panah. Bentuk anak panah
tersebut digunakan sebagai simbol dari vektor. Untuk menyatakan suatu vektor, maka
digunakanan lambang huruf. Pada tulisan cetak, maka penulisan lambing vektor
digunakan huruf bold dan pada penulisan dengan tangan maka di atas huruf diberi tanda
strip

Vektor di gambarkan seperti gambar 2.4. berikut:

A P B

B
R

A 450

Gambar 2.4. Penggambaran vektor

Titik A adalah pangkal vektor dan titik B adalah ujung vektor. Panjang dari A
sampai B adalah besar vektor. P adalah vektor dengan arah ke kanan dan R adalah suatu
vektor yang membentuk sudut 450 terhadap sumbu x (+).

Panjang anak panah menyatakan besar vektor (panjang AB), arah anak panah menyatakan
arah vektor

1. P adalah vektor gaya 20 N ke kanan. Misalkan gaya P digambarkan dengan anak panah
yang panjangnya 4 cm.
20 N
A B
P

Gambar 2.5. Menggambar vektor menggunakan skala pebandingan

Jadi untuk menggambar vektor P, panjang 1 cm mewakili gaya 5 N.

2. Pemahaman dua vektor adalah sama

4m
P
4m
R

Gambar 2.6. Dua vektor sama

Vektor P dan vektor R (gambar 2.6.) memiliki besar dan arah yang sama Dua
vektor dikatakan sama jika besar dan arah kedua vektor sama meskipun pangkal vektornya
berbeda.

4m M

4m N

Gambar 2.7. Dua vektor sama

Perhatikan gambar 2.7. di atas. Vektor M memiliki besar dan arah yang sama dengan
vektor N. Vektor M sama dengan vektor N
3. Dua vektor berlawanan

3m A

3m
B

Gambar 2.8. Dua vektor berlawanan

Gambar 2.8. di atas menunjukkan vektor A dan vektor B memiliki besar yang sama
tapi arah yang berlawanan. Maka vektor A dan Vektor B disebut dengan besar vektor yang
sama tapi arah berlawanan.

1. Melukis penjumlahan dua vektor yang segaris dan searah


Apabila diketahui diketahui dua vektor vektor A= 6 N dan vektor B= 3 N seperti
gambar di bawah. Maka terlihat kedua vektor tersebut searah. Kedua vektor tersebut dapat
kita jumlahkan cara menggambar.

Cara melukis penjumlahan kedua vektor tersebut adalah: pangkal vektor B diletakkan pada
ujung vektor A, selanjutnya ditarik garis lurus dari pangkal vektor A sampai ujung vektor
B. Hasil penjumlahan vektor tersebut adalah vektor C

Besar vektor C = besar vektor A + besar vektor B

=6N+3N=9N

Arah vektor C adalah searah engan vektor A dan vektor B


6N A

3N
B

A B

Gambar 2.9. Jumlah vektor searah

2. Melukis penjumlahan dua vektor yang segaris dan berlawanan arah


Caranya adalah sama dengan cara melukis jumlah dua vektor, yaitu pangkal vektor
kedua diletakkan pada ujung vektor pertama. Besar vektor hasil penjumlahan adalah
panjang garis dari pangkal vektor pertama sampai ujung vektor kedua.

Contoh:

Dua vektor sebagai berikut: Vektor A = 6 N dan vektor B = - 3 N

Hasil penjumlahan vektor A dan B adalah vektor C. Dengan demikian vektor C = A + B

6N
A
A
3N Maka C = A + B B
B adalah
C=A-B

Gambar 2.10. Jumlah dua vektor berlawanan

3. Melukis resultan vektor dengan metode poligon


Misalkan diketahui tiga vektor gaya sebagai berikut:

Vektor A = 6 N, B = 4 N, dan C = 3 N

B
C
A

450

Gambar 2.11 Tiga vektor yang berbeda

Contoh:

Menentukan Resultan (jumlah) dua vektor A dan B

C
R

45
0
A

Gambar 2.12 Jumlah dua vektor yang beebeda

Cara melukis resultan dua vektor A dan B dengan metode polygon adalah:

1. Kita letakkan pangkal vektor B tepat pada ujung vektor A

2. Kita lukis garis hubung dari pangkah vektor A sampai ujung vektor B ( panjang
garis tersebut adalah besar resultan vektor R).
7. Menentukan resultan tiga vektor A, vektor B dan vektor C

R
B

450
A

Gambar 2.13 Resultan tiga vektor dengan poligon

Langkah-langkah melukis resultan vektor R = A + B + C

1. Kita letakkan pangkal vektor B tepat pada ujung vektor A

2. Selanjutnya Letakkan pangkal vektor C tepat berimpit dengan ujung vektor B

3. Setelah itu kita lukis garis hubung dari pangkah vektor A sampai ujung vektor C
(resultan vektor R).

1. Melukis resultan vektor dengan metode jajaran genjang


Contoh:

Perhatikan gambar tiga Vektor A = 6 N, B = 4 N, dan C = 3 N di bawah

Menentukan resultan dua vektor A dan vektor B dengan metode jajaran genjang.
B

450
A

Gambar 2.14 Resultan gaya dengan jajaran genjang.

Langkah-langkah melukis resultan vektor R = A + B

1. Kita lukis vektor A dan Vektor B dengan kedua pangkal vektor berimpit.

2. Kita lukis jajaran genjang dengan vektor A dan B sebagai sisi-sisinya.

Diagonal jajaran genjang yang titik pangkalnya O sama dengan pangkal kedua vektor
adalah resultan vektor. Panjang diagonal OC adalah besarnya resultan R.

9. Menetukan resultan tiga vektor A, vektor B, dan vektor C dengan aturan jajaran
genjang.
Langkah-langkah yang harus kita lakukan untuk melukis resultan vektor R = A + B + C
adalah

1. Kita lukiskan jajaran genjang 1 dengan vektor A dan B sebagai sisi-sisinya.


2. Kemudian tarik diagonal jajaran genjang yang titik pangkalnya sama
dengan pangkal vektor A dan B adalah resultan vektor R1.
3. Selanjutnya Lukis jajaran genjang 2 dengan vektor C dan R1 sebagai sisi-
sisinya.
D

R
B
C
R1 = A + B

45
O A 0

Gambar 2.15 Resultan tiga vektor dengan jajaran genjang

Diagonal jajaran genjang yang titik pangkalnya sama dengan pangkal vektor R1
dan C adalah resultan vektor R. Panjang diagonal OD adalah besarnya vektor R

1.2.1. Komponen-komponen suatu vektor

Y
Fy F

O X
Fx

Gambar 2.16 Komponen komponen vektor


Komponen vektor F pada sumbu X adalah Fx
Komponen vektor F pada sumbu Y adalah Fy.

Fy
Sin  
F

maka Fy  F sin 

Fx
Cos  
F

maka Fx  F cos 

Contoh soal 1

A= 20 m
1430

y
A= 20 m Ay

1430

Ax x

Gambar 2.17. gambar vektor A


Dari gambar vektor di atas tentukan komponen-komponen vektornya.

Penyelesaian contoh soal 1

Ax = A cos ө

Ax = 20 cos 1430

= 20 – cos 370

= 20.- 0,8

= 1.6 m.

Ay = A sin ө

Ay = 20 sin 1430

= 20 sin 370

= 20. 0,6

= 1.2 m

2.2.1.1.Menentukan besar dan arah vektor dari komponen-komponen vektornya

Misalkan diketahui komponen-komponen vektor Fx dan Fy adalah sebagai berikut:


Y
Fy

O X
Fx

Y
Fy F

Ө
O Fx X

Gambar 2.18. Menentukan vektor dari komponen - komponennya

Dengan menggunakan aturan metode jajaran genjang, maka dapat dilukiskan


vektor F dari komponen-komponennya .

Besar (F) dan arah (Ө) vektor F ditentukan sebagai berikut

F Fx 2  Fy 2  Fy 
maka   arc tan  
 Fx 

2.2.1.2. Menentukan besar resultan Vektor (R) secara grafik

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:


Pertama kita harus menetapkan sumbu X positif sebagai acuan untuk menentukan vektor.

Selanjutnya kita menentukan skala ukuran besar vektor Lukis setiap vektor sesuai dengan
ukuran skala yang ditetapkan.

Contoh soal 2

Dua vektor A dan vektor B masing-masing 12 m dan 8 cm. Tentukan besar resultan
dua vektor tersebut menggunakan metode grafik.

Penyelesaian contoh soal 2

Misalkan kita gunakan skala 1:400, maka vektor A dan vektor B dapat digambar
sebagai berikut: :

Kita lukiskan vektor resultan dengan metode poligon. Dan kemudian kita Ukur panjang
resultan vektor kemudian tentukan panjang sebenarnya.
A
12 m = 3 cm

B
300 x
R

B x
A

8 m = 2 cm
300 x
x

Gambar 2.19 resultan dua vektor secara grafik

Dari hasil pengkuran panjang R dalam gambar di atas adalah 4 cm, maka besar resultan
vektor adalah 4 x 400 cm = 1600 cm atau 16 m

2.2.1.3. Menentukan Jumlah (resultan) Vektor (R)

Resultan dua vektor A dan B yang searah: R = A + B


R  A B
Resultan dual vektor A dan B yang berlawanan:

Resultan dua vektor A dan B yang saing tegak lurus


y
B R

Ө
O X
A

Gambar. 2.20. Dua vektor saling tegak lurus

R A2  B 2

Arah vektor resultan

B
tan  
A

2.2.1.4. Menentukan Resultan dari Dua vektor secara Analitis

Misalkan diketahui dua vektor A dan vektor B sebagai berikut:


B
A
Ө

Gambar 2.21. dua vektor

Untuk menentukan resultan dua vektor tersebut secara analitis, maka langkah-langkahnya
adalah:

By B

Ө
Ax
x
A
Bx

Gambar 2.22. resultan vektor secara analitis

Mula – mula kita menetapkan salah satu vektor sebagai sumbu x positif, misal vektor A.
dan kemudian langkah selanjutnya adalah kita meentukan komponen-komponen masing-
masing vektor.

Komponen-komponen kedua vektor A dan B adalah


Jumlahkan komponen vektor pada sumbu x = Rx, Rx = Ax + Bx

Jumlahkan komponen vektor pada sumbu y = Ry, Ry = Ay + By

Hitung besar resultan vektor A dan B

R  Rx 2  Ry 2

Menentukan arah resultan vektor R

Ry  Ry 
tan   , maka   arc tan  
Rx  Rx 

2.2.1.5. Batas Besar Vektor Resultan dari Dua buah Vektor

Besar resultan dua vektor yang searah adalah jumlah dari besar kedua vektor secara
aljabar( R jumlah = Rmaks)

Besar resultan dua vektor yang berlawanan adalah selisih dari besar kedua vektor (R selisih
= Rmin.)

Batas besar vektor resultan dari dua vektor antara Rmin s.d Rmaks.

Rmin  R  Rmaks
2.2.1.6. Menentukan resultan (R) lebih dari dua vektor secara analitis
Misalkan terdapat tiga vektor masing-masing vektor A dengan arah α terhadap
sumbu x(+), vektpr B dengan arah β terhadap sumbu x (+), dan vektor C membentuk sudut
γ terhadap sumbu x (+).

Langkah-langkah menentukan resultan ketiga vektor tersebut adalah:

Kita menentukan komponen-komponen setiap vektor pada sumbu x dan sumbu y.

Kemudian kita menentukan resultan vektor pada sumbu x = Rx.

Selanjutnya kita menentukan resultan vektor pada sumbu y = Ry.

Dan terakhir kita menghitung besar (R) dan arah (Ө) dari vektor resultan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:

2.2.1.7. Menentukan besar resultan dua vektor menggunakan rumus cosinus


B R

Ө α Ө
A

Gambar 2.23. Resultan vektor

Gambar di atas menunjukkan dua vektor A dan B saling membentuk sudut Ө

R adalah resultan dua vektor A dan B. Arah resultan vektor R adalah α terhadap
vektor A. Dengan rumus cosinus, maka besar resultan R dapat ditentukan sebagai berikut:

R  A2  B 2  2 AB cos 

Arah resultan R adalah

R B

sin  sin 

Contoh soal 3

Dua vektor kecepatan v1 dan v2 masing-masing besarnya 60 m/s dan 4 m/s. Jika
titik pangkal kedua vektor tersebut sama dan saling membentuk sudut 60 0, maka tentukan
besar dan arah resultan kedua vektor (v2 + v2).
v2
R

600 α
v1

Gambar 2.24 Resultan vektor

Penyelesaian contoh soal 3

R  v1  v 2  2v1v 2 cos 
2 2

R  60 2  40 2  2.50.40. cos 60 0
R  3600  1600  2000
R  7200 m / s

1.2.2. Perkalian Vektor


A. Perkalian titik (dot product).

Gambar 2.25. Perkalian titik (dot)


Dua vektor A dan B saling membentuk sudut θ. Perkalian titik dua vektor A dan B
tersebut ditulis sebagai A.B

A.B = AB cos ө

A = besar vektor A

B = besar vektor B

θ = sudut antara vektor A dan vektor

Perkalian titik (.) disebut juga perkalian skalar. Untuk dua vektor sembarang, misal
A dan B maka AB cos ө = BA cos ө. Jadi A.B = B.A

Contoh perkalian dot:

Usaha yang dilakukan gaya (F) yang bekerja pada benda sehingga benda mengalami
pergeseran (s).

W = F. s (hasilnya skalar)

B. Perkalian silang (cross product).

Perkalian silang dua vektor A dan B yang saling membentuk sudut θ ditulis
sebagai AxB. Perkalian cross dirumuskan sebagai:

AxB = AB sin ө

A = besar vektor A

B = besar vektor B
Arah perkalian cross antara dua vektor A dan B dapat di gambarkan sebagai berikut:

AxB

ө B
B
ө
A
A
BxA

Gambar 2.26 perkalian cross

1.2.3. Vektor Satuan

Vektor satuan adalah vektor yang memiliki nilai/besar satu.

y
A
Ay j

x
Ax i

Gambar 2.27 vektor satuan


Dalam koordinat x-y, vektor satuan i searah dengan sumbu-x dan vektor satuan j searah
dengan sumbu-y. Vektor A yang terletak pada bidang XY dinyatakan:

A = Ax i + Ay j

A. Menentukan resultan dua vektor satuan:


Jika A = Ax i + Ay j dan B = Bx i + By j, maka Jumlah (R) vektor A dan B adalah:

R = (Ax + Bx) i + (Ay + By) j

R = Rx i + Ry j

Besar resultan vektor R = √ (Rx2 + Ry2)

Untuk vektor A yang terletak didalam suatu ruang, makavektor satuan A ditulis:

A = Ax i + Ay j + Az k

Contoh soal 4

Vektor satuan A = (2i + 4 j) m, Tentukan besar dan arah vektor A?

Penyelesaian contoh soal 4:


Ay
tan  
Ax
A = √𝐴𝑥 2 + 𝐴𝑦 2 )
4
tan  
2
A = √22 + 42
  arc tan 2
  ????
A = √4 + 16

A = √20

A = 4.4 m

Arah vektor A adalah θ = ???

B. Perkalian titik (dot) vektor vektor satuan

Vektor satuan i, j, dan k saling tegak lurus sehingga perkalian dot vektor-vektor tersebut
adalah:

y
j

i x
k
z

i i = j j = k k = 1.1 =1 dan i.j = j.k = k.i = 1.1 =1

dengan demikian diperoleh:

i.i = i i cos 00 = 1, sebab cos 00 = 1

j.j = j j cos 00 =1
k.k = k k cos 00 =1

i.j = j.k = k.i = 1 cos 900 = 0

Diketahui vektor

A = Ax i + Ay j + Az k, dan B = Bx i + By j + Bz k

Maka A.B = (Ax i+Ay j+Az k).(Bx i+By j+Bz k)

=AxBx i.i + AxBy i.j + AxBz i.k + AyBx j.i + AyBy j.j + AyBz j.k + AzBx k.i
+ AzBy k.j + AzBz k.k

Karena perkalian dot dua vektor satuan yang searah = 1 dan perkalian dot dua
vektor satuan yang saling tegak lurus adalah 0, maka

A.B = AxBx + AyBy + AzBz

Contoh soal 5

Dua vektor A dan B masing-masing dinyatakan sebagai berikut;

A = (2 i + 4 j)m dan B = (5 i + 3 j)m

tentukan A.B?

Penyelesaian contoh soal 5

A.B = AxBx + AyBy

A.B = 2.5 + 4.3

A.B = 22 m
C. Perkalian silang (cross) vektor satuan

Vektor satuan i, j, dan k saling tegak lurus sehingga saling membentuk sudut 900. Vektor
satuan memiliki besar 1,

sehingga i i = j j = k k = 1.1 =1 dan I j = j k = k i = 1.1 =1.

Dengan menggunakan aturan perkalias silang dua vektor, maka diperoleh:

ixi = jxj = kxk = 1.1 sin 00 = 0

Coba kita perhatikan gambar berikut, arah panah menunjukkan arah putaran.

y y
j
j
-k

z x z x
k i i
ixj = k jxi = -k
Jika vektor satuan i diputar kea rah Jika vektor satuan j diputar kearah
vektor satuan j, maka menimbulkan vektor satuan i, maka menimbulkan
arah gerak kedua vektor tersebut arah gerak kedua vektor tersebut
kearah z (vektor k) kearah -z (vektor -k)
y
y
j j

-i

x
x
z i k
k z
jxk = i kxj = -i
Jika vektor satuan j diputar kearah Jika vektor satuan k diputar kearah
vektor satuan k, maka menimbulkan vektor satuan j, maka menimbulkan
arah gerak kedua vektor tersebut arah gerak kedua vektor tersebut
kearah x (vektor i) kearah -x (vector -1)

y
y

i x
k
z
k i x -j
z

kxi = j ixk = -j
Jika vektor satuan k diputar kearah Jika vektor satuan i diputar kearah
vektor satuan i, maka menimbulkan vektor satuan k, maka menimbulkan
arah gerak kedua vektor tersebut arah gerak kedua vektor tersebut
kearah y (vektor j) kearah -y (vektor -j)

Jadi pada perkalian silang (cross product) untuk dua vektor satuan yang berbeda berlaku:
y
j

i x
k
z

ixj = k dan jxi = -k

jxk = i dan kxj = -i

kxi = j dan ixk = -j

Apabilka diketahui dua vektor A = Ax i + Ay j + Az k, dan B = Bx i + By j + Bz k

Maka perkalian cross A x B adalah:

AxB = (Ax i+Ay j+Az k) x (Bx i+By j+Bz k)

= AxBx ixi + AxBy ixj + AxBz ixk + AyBx jxi + AyBy jxj + AyBz jxk +
AzBx kxi + AzBy kxj + AzBz kxk

AxB = (AyBz – AzBy) i + (AzBx – AxBz) j + (AxBy – AyBx)k.

Contoh soal 5

Dua vektor A dan B masing-masing dinyatakan sebagai berikut;


A = (2i + 4j + k)m dan B = (5i + 3j + 2k)m

Tentukan AxB?

Penyelesaian contoh soal 5

AxB = (AyBz- AzBy)i + (AzBx – AxBy)j + (AxBy - AyBx)k

AxB = (4.2 - 1.3)i + (1.5-2.2)j + (2.3 - 4.5)k

AxB = 5i +j -14k

Latihan soal
1. Pada suatu benda bekerja dua gaya 100 N pada 1800 dan 100 N pada 500. Tentukan
resultannya

2. Jika diketahui A = 7i – 6j, B = - 3i + 12 j, dan C = 4i – 4j

3. Berapakah nilai

a. A + B + C

b. A – B

c. A – C

4. Sebuah mobil dikendarai 125 km ke arah barat dan kemudian 65 km ke arah Barat
daya. Berapa perpindahan mobil tersebut dari titik asalnya (besar dan arah) ? dan
gambarkan diagramnya.

5. V adalah vektor dengan besar 24,5 satuan dan menunjuk ke sudut 54,8 0 di atas
sumbu x

a. Gambarkan vektor tersebut

b. Carilah nilai Vx dan Vy

c. Gunakan Vx dan Vy untuk mendapatkan besar dan arah resultannya

6. Dua perpindahan sebagai berikut:

a. A = 2i + 4j + 3k dan B = i + 2j + 4k

b. Tentukan A.B?

7. Dua vektor A dan B masing-masing dinyatakan sebagai berikut;


a. A = (i + 4j + 2k)m dan B = (3i + j + 2k)m

b. Tentukan AxB?

8. Dua vektor perpindahan A dan B besarnya sama, yaitu 10 m. Jika kedua vektor
tersebut saling mengapit sudut 1200, tentukan resultan(A+B) kedua vektor?

9. Vektor gaya dinyatakan sebagai:

a. F = 8 i + 6 j

b. tentukan besar dan arah vektor F

10. Vektor gaya F1= 40 N ke utara. Gambarkan vektor gaya F2 = 40 N yang arahnya
ke tenggara dan vektor gaya F3 = 60 N yang arahnya ke barat.

11. Gambarkan vektor kecepatan 30 m/s ke selatan dan vektor kecepatan 20 m/s ke
tenggara?

12. Dari gambar vektor di samping, tentukan komponen-komponen vektornya?

2170

A=10 m
13. Vektor perpindahan A = 20 m sejajar dengan sumbu x dan vektor perpindahan B =
15 m membentuk sudut 600 terhadap sumbu x. tentukan resultan kedua vektor
(A+B) dengan metode jajaran genjang?

A = 20 m

B = 15 m

600

14. Jika Diketahui titik A(5, 1, 3), B(2, –1, –1), dan C(4, 2, –4). Maka tentukan besar
sudut ABC

15. Diberikan vektor–vektor a = 4i – 2j + 2k dan b = i + j + 2k. maka berapakah Besar


sudut yang dibentuk vektor a dan b.

16. Jika Diketahui vektor a = 4i – 2j + 2k dan vektor b = 2i – 6j + 4k. maka tentukan


besar Proyeksi vektor orthogonal vektor a pada vektor b.

17. Diketahui vektor a = 6xi + 2xj – 8k, b = –4i + 8j + 10k dan c = –2i + 3j – 5k. Jika
vektor a tegak lurus b maka berapakah besar vektor a – c

18. Diketahui a = I + 2j + 3k, b = – 3i – 2j – k, dan c = I – 2j + 3k, maka berapakah


besar vektor 2a + b – c.

19. Berapakah Hasil dari a · b jika diketahui a + b = i – j + 4k dan | a – b | = 14 .

20. Jika | a | = 2, | b | = 3, dan sudut (a, b) = 120º. Maka berapakah |3a + 2b|
           
21. Jika diketahui vektor a  6 i  3 j  3 k , b  2 i  j  3 k dan c  5 i  2 j  3 k .
  
Tentukan Besar sudut antara vektor a dan b  c .

22. Berapa besar sudut antara vektor a dan b jika diketahui a  6 , ( a – b ).( a + b )

=0, dan a . ( a – b ) = 3.

23. Tentukan nilai besar sudut ABC jika diketahui titik A(5, 1, 3), B(2, –1, –1), dan
C(4, 2, –4).

24. Panjang proyeksi vektor a  2i  8 j  4k pada vektor b  pj  4k adalah 8. Maka


nilai p adalah..

25. Diketahui vektor a = 6xi + 2xj – 8k, b = –4i + 8j + 10k dan c = –2i + 3j – 5k. Jika
vektor a tegak lurus b maka vektor a – c

26. Diketahui p = 6i + 7j – 6k dan q = xi + j + 4k. Jika panjang proyeksi q pada p


adalah 2, maka berapakah nilai x.
KINEMATIKA

3.1.kinematika partikel

3.1.1 Pengertian kinematika partikel

Di dalam ilmu Fisika klasik kinematika didefenisikan sebagai ilmu yang membahas
tentang gerak suatu benda dan sistem benda tanpa mempersoalkan gaya penyebab
terjadinya gerak tersebut.

Suatu benda dikatakan bergerak jika benda itu mengalami perubahan kedudukan
terhadap titik tertentu sebagai acuan. Jadi gerak adalah perubahan posisi atau kedudukan
terhadap suatu titik acuan tertentu. Kerangka acuan menjadi sangat penting karena
merupakan dasar dalam penentuan sebuah titik kordinat acuan hal ini disebabkan karena
gerak dan diam itu mengandung pengertian yang relatif. Sebagai contoh seorang yang
duduk di dalam kereta api yang bergerak, dapat dikatakan bahwa orang tersebut diam
terhadap kereta api namun bergerak terhadap benda – benda yang dilewatinya. Jika orang
tersebut berjalan-jalan searah gerak kereta api maka dia dianggap bergerak relatif terhadap
kereta api namun diam terhadap buku yang dipegangnya.
Lintasan gerak dapat dibedakan menjadi berbagai macam misalnya gerak lurus, gerak
parabola, gerak melingkar dan sebagainya. Gerak suatu benda dalam lintasan lurus
dinamakan gerak lurus. Sebuah mobil melaju di jalan raya yang lurus merupakan contoh
gerak lurus. Gerak lurus dapat dibedakan menjadi dua yaitu Gerak Lurus Beraturan (GLB)
dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB).
Pembahasan gerak di atas juga dapat menjelaskan tentang gerak partikel. Partikel
merupakan suatu pendekatan/model dari benda yang diamati. Pendekatan benda sebagai
partikel dapat dilakukan bila benda melakukan gerak translasi murni.

Gerak disebut gerak translasi bila selama bergerak sumbu kerangka acuan yang
melekat pada benda selalu sejajar dengan keranggka acuannya sendiri.

3.1.2. Posisi

Posisi atau kedudukan adalah suatu kondisi vektor yang merepresentasikan


keberadaan satu titik terhadap titik lainnya yang bisa dijabarkan dengan koordinat
kartesius, dengan titik (0,0) adalah titik yang selain dua titik tersebut namun masih
berkolerasi atau salah satu dari dua titik tersebut.

Posisi suatu partikel didefinisikan sebagai vektor koordinat dari awal titik acuan ke
partikel. Sebagai contoh, anggaplah ada sebuah bangunan setinggi 50 meter di sebelah
selatan rumah anda, dimana titik acuannya adalah rumah anda, dengan timur sebagai
sumbu-x dan utara sebagai sumbu-y, maka koordinat vektor menara tersebut adalah r=(0, -
50, 0). Vektor koordinat di puncak menara adalah r = (0, -50, 50).

P = (xp, yp, zp) = x𝑝𝑖→ + y 𝑝𝑗→ +z 𝑝𝑘→

dengan xP, yP, dan zP adalah koordinat Kartesian dan i, j dan k adalah unit vektor yang
mengikuti sumbu x, y, dan z. Besar dari vektor posisi |P| adalah jarak antara titik P dengan
titik acuan, dapat dituliskan sebagai:

|P| = √𝑥𝑝2 + 𝑦𝑝2 + 𝑧𝑝2


Bila partikel bergerak maka posisi berubah terus terhadap waktu.Jadi partikel yang
bergerak memiliki vector posisi (koordinat) yang merupakan fungsi waktu demikian juga
komponen-komponennya.

r = r(t)=x(t)i+y(t)j+z(t)k

3.1.3 Jarak dan Perpindahan

Posisi dari suatu partikel di dalam suatu sistem koordinat dapat dinyatakan dengan
vektor posisi r = x i + y j.

y (x,y)

x
r=xi+y
j

Partikel bergerak dari posisi pertama r 1 ke posisi kedua r2 melalui lintasan sembarang
(tidak harus lurus). Pergeseran merupakan suatu vektor yang menyatakan perpindahan
partikel dari posisi pertama ke posisi kedua melalui garis lurus. Pergeseran didefinisikan :

r = r2 - r1

y
A
r

r1 B

r2

Jarak adalah panjang lintasan sesungguhnya yang ditempuh oleh suatu benda dalam
waktu tertentu mulai dari posisi awal dan selesai pada posisi akhir.Jarak merupakan
besaran skalar karena tidak bergantung pada arah.Oleh karena itu, jarak selalu bernilai
positif. Besaran jarak adalah ‘s’.

Perpindahan adalah perubahan posisi atau kedudukan suatu benda dari keadaan awal
ke keadaan akhirnya. Perpindahan merupakan besaran vektor(untuk lebih jelasnya, simak
gambar di bawah). Perpindahan hanya mempersoalkan jarak antar kedudukan awal dan
akhir suatu objek. Besaran perpindahan adalah ‘d’. Untuk mengetahui perbedaan antara
jarak dan perpindahan, coba perhatikan ilustrasi gambar dibawah ini:

200 m
Rumah Adi Rumah Iwan
150 m

250 m
Sekolah

Gambar : 3.1. Ilustrasi perpindahan dan jarak

Adi dan Iwan setiap pagi berangkat sekolah bersama-sama. Adi menempuh jarak 350
m, yaitu menempuh 200 m dari rumahnya menuju rumah Iwan dan menempuh lagi 150 m
dari rumah Iwan menuju sekolah. Namun perpindahan Adi sejauh 250 m dari rumahnya
menuju sekolah.

3.2 Kecepatan

Kecepatan dan kelajuan adalah dua hal yang berbeda, kelajuan merupakan besaran
skalar yaitu hanya mempunyai besar dan tidak mempunyai arah. Sementara kecepatan
merupakan besaran vektor yang mempunyai besar sekaligus arah.

Untuk menyatakan hubungan antara kecepatan, perpindahan dan waktu, secara


matematis dapat ditulis dengan :

Dimana : 𝑠
v=𝑡

v = kecepatan ( m/s )

s = perpindahan ( m )
t = waktu ( s )

3.2.1. Kecepatan Rata-Rata


Untuk mengetahui kecepatan berpindah suatu partikel harus diketahui perubahan
posisi (perpindahan) dan selang waktu yang dibutuhkan untuk perpindaham tersebut.
Kecepatan rata-rata merupakan hasil bagi perpindahan dengan selang waktu. Informasi
kecepatan rerata sangatlah sederhana sebab hanya dilandasi posisi dan waktu akhir dan
awal saja. Arah kecepatan rerata adalah posisi akhir benda relatif dan posisi awalnya dan
selang waktunya diambil dari waktu ketika benda mencapai posisi akhir dikurangi dengan
waktu ketika benda berda pada posisi awal. Secara matematis diberikan persamaaan
berikut :

𝛥𝑠 𝑠2 − 𝑠1
𝑣̅ = =
∆𝑡 𝑡2 −𝑡1

Contoh soal 3.1.

Bola bowling bergerak sepanjang sumbu X. Pada saat t1= 3 s, posisinya pada x1= 40,5 m
dan pada saat t2 = 5,5 s, posisinya di x2 = 18,2 m. Tentukan kecepatan rata-ratanya.

Penyelesaian soal 3.1.

∆x = x2 − x1 = 18,2 − 40,5 = −22,3 m, dan


∆t = t2 − t1 = 5,5 − 3 = 2,5 s
Sehingga ,

∆x −22,3
v̅= = = - 8,92 m/s
∆t 2,5
Pergeseran dan kecepatan rata-rata bertanda negative artinya bola bowling bergerak
sepanjang sumbu X negatif.

1.2.2. Kecepatan Sesaat


Kecepatan sesaat adalah kecepatan suatu benda pada suatu saat atau satu titik di
lintasannya, atau kecepatan rata – rata pada limit Δt yang menjadi sangat kecil dan
mendekati nol. Kecepatan sesaat dapat dituliskan dengan

∆x dx
v̅ = lim =
∆t→0 ∆t dt

kecepatan sesaat ini benar-benar menunjukan keadaan gerak di suatu titik ( sifat
local) bukan lagi rata-rata dalam selang waktu tertentu (sifat global). Karena vector posisi
merupakan fungsi waktu r = r(t), maka pada umumnya kecepatan sesaat juga merupakan
fungsi waktu,

Contoh Soal 3.2.

Partikel bergerak dengan posisi yang berubah tiap detik sesuai persamaan :

r = (4t2 − 4t + 1) i + (3t2 + 4t− 8) j. dengan r dalam m dan t dalam s. i dan j masing-masing


adalah vektor satuan arah sumbu X dan arah sumbu Y. Tentukan:

a. Posisi dan jarak titik dari titik acuan pada t = 2s,

b. Kecepatan rata-rata dari t = 2s s.d t = 3s,

c. Kecepatan dan laju saat t = 2s!

Penyelesaian soal 3.2.


a. Posisi dan jarak titik dari titik acuan pada t = 2s,
r = (4t2 − 4t + 1) i + (3t2 + 4t − 8) j

a. Untuk t = 2s

r2 = (4.22 − 4.2 + 1) i + (3.22 + 4.2 − 8) j

r2 = 9 i + 12 j

jarak :

b. Kecepatan rata-rata dari t = 2s s.d t = 3s,

r2 = 9 i + 12 j

r3 = (4.32 − 4.3 + 1) i + (3.32 + 4.3 − 8) j

= 25 i + 31 j

Kecepatan rata-ratanya memenuhi:

besarnya :

c. Kecepatan sesaat
untuk t = 2s:

laju sesaatnya sama dengan besar kecepatan sesaat

3.3. Percepatan
Kecepatan sebuah benda akan beubah-ubah (besar atau arahnya) jika pada benda
tersebut diberikan gaya. Perubahan kecepatan ini dapat menimbulkan gerakan benda
menjadi bertambah cepat atau menjadi bertambah lambat. Perubahan kecepatan yang
menjadikan gerak benda bertambah cepat disebut percepatan sedangkan perubahan
kecepatan menjadi lebih kecil dalam bahasa sehari – hari disebut perlambatan.
Karena kecepatan adalah besaran vektor maka perubahan kecepatan dapat
menjangkau :
 Perubahan besar keceptan (laju) dan
 Perubahan arah kecepatan atau kedua-duanya.
Percepatan merupakan besaran vektor, besaran fisika yang mempunyai besar dan
arah. Percepatan mempunyai besar dan arah. Lambang percepatan adalah a (acceleration).
Sedangkan satuan internasional percepatan adalah meter per sekon kuadrat, disingkat m/s 2.
3.3.1. Percepatan Rata-Rata
Apabila benda bergerak dengan kecepatan tetap maka laju dan arah gerak harus tetap,
artinya benda bergerak terus dengan laju tetap. Karena itu benda yang bergerak melingkar
beraturan, tentu tidak mempunyai kecepatan tetap, sebab walaupun lajunya tetap namun
arah kecepatanya berubah.

Cepat lambatnya perubahan kecepatan (percepatan) akan menghasilkan percepatan


rata-rata, yang didefenisikan sebagai perbandingan perubahan vector kecepatan terhadap
selang waktu yang dipakai untuk perubahan tersebut, dan dinyatakan dengan :

∆𝑣 𝑣 −𝑣
A = ∆𝑡 = 𝑡2 −𝑡 1
2 1

Dimana : ∆v : perubahan kecepatan


∆t : selang waktu

3.3.1. Percepatan Sesaat


Percepatan suatu benda ada suatu saat atau pada satu titik di lintasanya disebut
percepatan sesaat. Atau percepatan sesaat dapat pula didefenisikan sebagai percepatan rata-
rata pada limit ∆t yang menjadi sangat kecil, mendekati nol. Percepatan sesaat juga
merupakan turunan pertama vektor kecepatan terhadap waktu sekaligus turunan kedua
vektor posisi terhadap waktu.

∆𝑣 𝑑𝑣
𝑎 = lim =
∆𝑡 →0 ∆𝑡 𝑑𝑡

contoh soal 3.3:


sebuah benda yang sedang bergerak dengan laju 30 m/s dieri percepatan konstan
selama 5detik sampai mencapai laju akhir 50 m/s. Percepatan yang dialami benda tersebut
adalah....
penyelesaian soal 3.3:
Diketahui : v1 = 30 m/s
v2 = 50m/s
t = 5 sekon
Ditanya : a?
𝑣2 − 𝑣1
Solusi : a = 𝑡2 −𝑡1
50−30
= = 4 m/s2
5

3.4. Gerak Lurus Beraturan (GLB)


Gerak lurus adalah gerak yang lintasannya sepanjang garis lurus, maka dalam
geraknya hanya ada satu komponen yang muncul yaitu komponen x.
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak suatu benda yang lintasannya lurus dengan
kecepatan tetap. Oleh karena itu syarat dari benda melakukan GLB yaitu : percepatannya
nol (a=0).kecepatan tetap artinya besar dan arahnya tetap. Pada gerak lurus beraturan :
a. Kecepatan dapat diganti dengan kelajuan
b. Perpindahan dapat diganti dengan jarak.
Hubungan antara jarak (s), kecepatan(v) dan selang waktu (t) pada gerak lurus
beraturan adalah :

𝑠
v=𝑡

atau

s=v.t
Dalam kehidupan sehari-hari, jarang ditemui contoh benda yang bergerak lurus
dengan kecepatan tetap. Misalnya, sebuah mobil yang bergerak dengan kelajuan 80
km/jam, kadang-kadang harus memperlambat kendaraannya ketika ada kendaraan lain di
depannya atau bahkan dipercepat untuk mendahuluinya. Gerak lurus kereta api dan gerak
mobil di jalan tol yang bergerak secara stabil bisa dianggap sebagai contoh gerak lurus
dalam keseharian.

Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut.

Gambar 3.2. Kedudukan sebuah mobil yang sedang bergerak lurus beraturan

Dari gambar di atas, tampak bahwa setiap perubahan 1 sekon, mobil tersebut
menempuh jarak yang sama, yaitu 10 m.
Dengan kata lain mobil tersebut mempunyai kecepatan yang sama, yaitu 10 m/s.
Sebuah mobil bergerak lurus dengan kecepatan tetap yaitu 10 m/s dapat ditunjukkan
dengan tabel dan grafik sebagai berikut.

Grafik jarak terhadap waktu untuk gerak lurus beraturan

Sebuah mobil bergerak lurus dengan kecepatan tetap yaitu 10 m/s dapat

ditunjukkan dengan tabel dan grafik sebagai berikut.


grafik hubungan waktu dan jarak pada GLB
Tabel hubungan waktu dan jarak pada GLB

Tabel hubungan waktu dan jarak pada GLB


grafik hubungan waktu dan jarak pada GLB

Contoh soal 3.4.

Sebuah mobil bergerak di sebuah jalan tol. Pada jarak 5 kilometer dari pintu gerbang
tol, mobil bergerak dengan kelajuan tetap 90 km/jam selama 20 menit.

Tentukan:
a. Jarak yang ditempuh mobil selama 20 menit

b. Posisi mobil dari gerbang jalan tol

penyelesaian soal 3.4.


jarak mula-mula s0 = 5 km
kecepatan (v) = 90 km/jam
waktu (t) = 20 menit = 1/3 jam
a. jarak yang ditempuh mobil selama 20 menit
s = v. t = (90 km/jam).(1/3 jam) = 30 km
b. posisi mobil dari gerbang jalan tol
s = s0 + v.t = 5 + 30 = 30 km

3.5. Gerak Lurus Berubah Beraturan


Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak benda dalam lintasan garis lurus
dengan percepatan tetap. Jadi, ciri utama GLBB adalah bahwa dari waktu ke waktu
kecepatan benda berubah, semakin lama semakin cepat/lambat...sehingga gerakan benda
dari waktu ke waktu mengalami percepatan.
Contoh sehari-hari GLBB adalah peristiwa jatuh bebas. Benda jatuh dari ketinggian
tertentu di atas permukaan tanah. Semakin lama benda bergerak semakin cepat.
Perhatikanlah gambar di bawah yang menyatakan hubungan antara kecepatan (v) dan
waktu (t) sebuah benda yang bergerak lurus berubah beraturan dipercepat.

vt
Δv

v0

0 t
t

Maka vt = vo + at

Dimana vo = kecepatan awal (m/s)

vt = kecepatan akhir (m/s)


a = percepatan
t = selang waktu (s)

Perhatikan bahwa selama selang waktu t, kecepatan benda berubah dari vo menjadi vt
sehingga kecepatan rata-rata benda dapat dituliskan:

𝑣0+ 𝑣𝑡
v= 2
1
karena 𝑣𝑡 = 𝑣0 + 2 𝑎 𝑡

maka
𝑣0 + (𝑣𝑜+ 𝑎 𝑡)
𝑣𝑡 = 2
2 𝑣0 + 𝑎 𝑡
= 2

Kita tahu bahwa kecepatan rata-rata :


𝑠
𝑣= maka
𝑡

𝑠 2𝑣0 𝑎. 𝑡
= +
𝑡 2 2

1
Maka 𝑠 = 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2
2
𝑣𝑡 −𝑣𝑜
Karena t = 2
1
Maka 𝑠 = 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2
2

Dapat ditulis menjadi


𝑣𝑡 − 𝑣𝑜 1 𝑣𝑡 − 𝑣𝑜 2
𝑠 = 𝑣0 ( ) + 𝑎( )
2 2 2
Sehingga dari persamaan di atas diperoleh
𝑣𝑡2 = 𝑣02 + 2 𝑎 𝑠

Contoh soal 3.5.

Berapakah selang waktu yang dibutuhkan sebuah mobil untuk menyebrangi persimpangan
selebar 20 m setelah lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. Jika percepatannya dari
keadaan diam adalah 3 m/s2 secara konstan?

Penyelesaian soal 3.5


Jika diketahui bahwa jarak perpindahan mobil tersebut adalah s = 20 m dengan percepatan
3 m/s2. Dimana mobil tersebut pada awalnya adalah diam sehingga v0 = 0 maka

1
𝑠 = 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2
2

20 = 0 t + ½ (3 m/s2)t2

20 = 3/2 t2

2.20
𝑡= √ 3
= 3.65 s

Maka waktu yang dibutuhkan mobil tersebut untuk menyebrangi persimpangan tersebut
adalah 3.65 s

3.6. Gerak Jatuh Bebas


Aristoteles, pernah mengatakan bahwa benda yang beratnya lebih besar jatuh lebih
cepat dibandingkan benda yang lebih ringan. Pendapat aristoteles ini mempengaruhi
pandangan orang-orang yang hidup sebelum masa Galileo, yang menganggap bahwa benda
yang lebih berat jatuh lebih cepat dari benda yang lebih ringan yang berarti laju jatuhnya
benda sebanding dengan berat benda tersebut. Mungkin sebelum mempelajari pokok
bahasan ini, kita juga berpikiran demikian.Misalnya kita menjatuhkan selembar kertas dan
sebuah batu dari ketinggian yang sama. Hasil yang kita amati menunjukkan bahwa batu
lebih dahulu menyentuh permukaan tanah/lantai dibandingkan kertas. Sekarang, coba kita
jatuhkan dua buah batu dari ketinggian yang sama, di mana batu yang satu lebih besar dari
yang lain. ternyata kedua batu tersebut menyentuh permukaan tanah hampir pada saat yang
bersamaan, jika dibandingkan dengan batu dan kertas yang kita jatuhkan tadi. Kita juga
dapat melakukan percobaan dengan menjatuhkan batu dan kertas yang berbentuk
gumpalan.Apa yang berpengaruh terhadap gerak jatuh bebas pada batu atau kertas? Gaya
gesekan udara. Hambatan atau gesekan udara sangat mempengaruhi gerak jatuh
bebas. Galileo mendalilkan bahwa semua benda akan jatuh dengan percepatan yang sama
apabila tidak ada udara atau hambatan lainnya. Galileo menegaskan bahwa semua benda,
berat atau ringan, jatuh dengan percepatan yang sama, paling tidak jika tidak ada udara.
Galileo yakin bahwa udara berperan sebagai hambatan untuk benda-benda yang sangat
ringan yang memiliki permukaan yang luas. Tetapi pada banyak keadaan biasa, hambatan
udara ini bisa diabaikan. Pada suatu ruang di mana udara telah diisap, benda ringan seperti
selembar kertas yang dipegang horisontal pun akan jatuh dengan percepatan yang sama
seperti benda yang lain. Ia menunjukkan bahwa untuk sebuah benda yang jatuh dari
keadaan diam, jarak yang ditempuh akan sebanding dengan kuadrat waktu. Walaupun
demikian, Galileo adalah orang pertama yang menurunkan hubungan matematis sehingga
diperoleh hasil yang sedemikian. Sumbangan Galileo yang khusus terhadap pemahaman
kita mengenai gerak benda jatuh, dapat dirangkum sebagai berikut : “Pada suatu lokasi
tertentu di Bumi dan dengan tidak adanya hambatan udara, semua benda jatuh dengan
percepatan konstan yang sama.

Gerak jatuh bebas (GJB) adalah gerak benda akibat tarikan bumi tanpa adanya gaya
luar lain yang bekerja pada benda tersebutt. Benda yang mengalami gerak jatuh bebas
harus memenuhi syarat kecepatan awalnya (V0) harus = 0. Maka pada gerak jatuh bebas
berlaku hubungan v = gt dan S = ½ gt 2 dengan g adalah percepatan gravitasi bumi.

Gerak jatuh bebas tejadi pada semua benda dari ketinggian tanpa memperdulikan
masa benda tersebut. Suatu benda yang yang memiliki massa lebih besar dibandingkan
dengan benda yang massanya lebih kecil akan memiliki waktu jatuh yang sama dengan
sebuah kertas. Namun tidak semata- mata benda yang memiliki selisih berat besar dapat
jatuh dengan waktu bersamaan, kedua benda tersebut dapat jatuh bersamaan apabila tidak
ada gaya lain yang bekerja kecuali gaya grafitasi bumi. Jadi kedua benda tersebut dapat
jatuh secara bersamaan pada sebuah ruangan yang hampa udara. Karena udara secara
langsung mempengaruhi kecepatan benda sampai ke tanah. Sebagai contoh bila kita
menjatuhkan batu dan kertas dari atas gedung, maka batu akan menyentuh tanah terlebih
dahulu sedangkan kertas akan melayang tertiup angin sehingga akan menyentuh tanah
dengan waktu yang lama. Walau demikian gerak jatuh bebas akan mengabaikan gesekan
dan perubahan kecil percepatan terhadap ketinggian sehingga apabila benda yang
massanya kecil dan benda dengan massa besar dijatuhkan dari ketinggian sama akan jatuh
secara bersamaan walaupun dipengaruhi gesekan udara (gesekan udara yang kecil dapat
diabaikan). Percepatan yang dialami benda jatuh bebas disebabkan oleh gravitasi yang
besarnya 9,8 m/s2 dan bearah menuju pusat bumi.

Pada percobaan gerak jatuh bebas sering di temukan bahwa hasil percepatan yang di
alami benda tidak sesuai dengan kecepatan grafitasi bumi, hal tersebut terjadi karena
sesunguhnya benda tersebut telah mengalami perlambatan oleh gaya gesek udara.
Percepatan yang di alami benda pada gerak jatuh bebas akan sama dengan percepatan
grafitasi bila benda tersebut di jatuhkan pada ruangan hampa udara.

Berikut ini adalah beberapa persamaan gerak jatuh bebas:

𝑣𝑡 = 𝑔𝑡

1 2
ℎ= 𝑔𝑡
2

𝑣𝑡2 = 2𝑔ℎ

2ℎ
Dari persamaan di atas maka t = √
𝑔

Contoh soal 3.6.


Sebuah bola dilepaskan dari ketinggian 100 m. Tentukanlah posisi dan kecepatan bola
tersebut setelah 2 detik dan 3 detik.

Penyelesaian soal 3.6.

Jika diketahui g = 10 m/s2 dan v0 = 0 pada saat t = 0 maka

Posisi dan kecepatan bola setelah 2 detik adalah:

1 2
ℎ= 𝑔𝑡
2

= ½ 10. 22

= 20 m

𝑣𝑡 = 𝑔𝑡

= 10. 2

= 20 m/s

Posisi dan kecepatan bola setelah 4 detik adalah:

1 2
ℎ= 𝑔𝑡
2

= ½ 10. 42

= 80 m

𝑣𝑡 = 𝑔𝑡

= 10. 4

= 40 m/s
3.7. Gerak vertikal ke bawah
Gerak vertikal ke bawah adalah gerakan dari sebuah benda yang dijatuhkan dari
sebuah ketinggian dengan v0 ≠ 0. Oleh karena itu diperoleh beberapa persamaan sebagai
berikut :
𝑣𝑡 = 𝑣0 + 𝑔𝑡
1 2
ℎ = 𝑣0 𝑡 + 𝑔𝑡
2

𝑣𝑡2 = 𝑣02 + 2𝑔ℎ

3.8. Gerak vertikal ke atas


Gerak vertikal ke atas adalah gerakan dimana sebuah benda dilempar ke atas dengan
v0 ≠ 0. Pada saat benda mencapai titik maksimum maka benda akan jatuh ke bawah dan
mengalami gerakan seperti gerak jatuh bebas. Beberapa persamaan yang dapat digunakan
ketika suatu benda dilemparkan ke atas adalah:
𝑣𝑡 = 𝑣0 − 𝑔𝑡
1 2
ℎ = 𝑣0 𝑡 − 𝑔𝑡
2

𝑣𝑡2 = 𝑣02 − 2𝑔ℎ

3.9. Gerak Parabolik Atau Gerak Peluru


Gerak Parabola atau gerak peluru adalah gerak yang membentuk sudut tertentu (sudut
elevasi) terhadap bidang horizontal sehingga pada gerak parabola ini bekerja dua macam
gerak, yaitu gerak horizontal dengan Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan gerak vertikal
dengan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Pada GLB kecepatannya adalah
konstan, sedangkan pada GLBB kecepatan berubah karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
Pada titik Awal
Pada titik ini kecepatannya diurai menjadi dua vektor kecepatan yaitu Vox dan Voy
(lihat gambar). Untuk menentukan Vo digunakan rumus phytagoras.
𝑣0𝑥= 𝑣0 cos 𝛼
𝑣0𝑦= 𝑣0 sin 𝛼

𝑣0 = √𝑣𝑜𝑥 + 𝑣𝑜𝑦

Pada titik A

Kecepatan
Untuk Vx tetap menggunakan rumus seperti kecepatan awal karena merupakan Gerak
Lurus Beraturan, sedangkan untuk Vy kecepatan dipengaruhi oleh gravitasi yang
menarik benda ke bawah (Gerak Lurus Berubah Beraturan), maka kecepatan nya
berkurang.
𝑣𝐴𝑥= 𝑣0 cos 𝛼

𝑣𝐴𝑦= 𝑣0𝑦 − 𝑔𝑡𝑎


𝑣𝐴𝑦= 𝑣0 sin 𝛼− 𝑔𝑡𝐴

𝑣𝐴 = √𝑣𝐴𝑥 + 𝑣𝐴𝑦

Jarak
Untuk jarak horizontal dicari menggunakan rumus Jarak Gerak Lurus Beraturan,
sedangkan untuk jarak vertikal atau tinggi dicari menggunkan rumus jarak Gerak
Lurus Berubah Beraturan.
𝑋𝐴 = 𝑣𝑜𝑥 𝑡𝑎

1
𝑌𝐴 = 𝑣𝑜𝑦 𝑡𝑎 − 2 𝑔𝑡𝑎2

Pada titik B(titik tertinggi/Ymaks)

Kecepatan
Kecepatan horizontal tetap sedangkan kecepatan vertikal = 0, karena telah mencapai
titik maksimum sehingga benda diam sesaat kemudian turun.
𝑣𝑥𝑌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑣𝑜𝑥 = 𝑣𝑜 cos 𝛼

𝑣𝑥𝑌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0
Waktu
Untuk mencari waktu diturunkan dari persamaan Vy = 0.
𝑣𝑦𝑌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0
𝑣𝑦𝑌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑣𝑜𝑦 − 𝑔𝑡𝑌 𝑚𝑎𝑘𝑠
0 = 𝑣𝑜𝑦 − 𝑔𝑡𝑌 𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑣𝑜𝑦 𝑣𝑜 sin 𝛼
𝑡𝑌𝑚𝑎𝑘𝑠 = =
𝑔 𝑔

JarakHorizontal(X)
Merupakan horizontal di mana benda berada pada posisi tertinggi(Ymaks), rumus
diturunkan dari rumus jarak Gerak Lurus Beraturan,

𝑥𝑌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑣𝑜𝑥 𝑡𝑌𝑚𝑎𝑘𝑠


𝑣𝑜 sin 𝛼
𝑥𝑌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑣𝑜 cos 𝛼 ( )
𝑔
𝑣𝑜2 𝑠𝑖𝑛2𝛼
𝑥𝑌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 2𝑔

Vertikal(Y atau h atau tinggi)


Tinggi maksimum yang dapat dicapai benda.

2
𝑣𝑜𝑦
𝑌𝑚𝑎𝑘𝑠 =
2𝑔
𝑣𝑜2𝑠𝑖𝑛 2 𝛼
𝑌𝑚𝑎𝑘𝑠 = 2𝑔

Pada titik C
Untuk gerak parabola pada titik C hampir mirip dengan di titik A, hanya saja karena
di tarik gravitasi sehingga :
𝑣𝑐𝑦 = 𝑣𝑜 sin 𝛼 + 𝑔𝑡𝑐

Pada titik D(Jarak terjauh/Xmaks)


Kecepatan sesaat sampai di tanah
Kecepatan horizontal tetap menggunakan rumus Gerak Lurus Beraturan, sedangkan
kecepatan vertikal yang ditarik oleh gravitasi mengalami penambahan kecepatan atau
Gerak Lurus Berubah Beraturan.
𝑣𝑥𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑣𝑜𝑥 = 𝑣𝑜 cos 𝛼
𝑣𝑦𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑣𝐴 sin 𝛼 + 𝑔𝑡𝑚𝑎𝑘𝑠

Waktu
Waktu yang digunakan benda untuk sampai ke titik terjauh = 2 kali waktu benda
untuk mencapai jarak ketika berada di titik tertinggi

𝑡𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠 = 2 𝑡𝑌𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑣𝑜𝑦
𝑡𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠 = 2
𝑔
2 𝑣𝑜 𝑠𝑖𝑛𝛼
𝑡𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠 =
𝑔

Jarak
Horizontal
Dijabarkan dari rumus jarak Gerak lurus berubah beraturan.
𝑣𝑜2 sin 𝛼 2
𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠 =
𝑔
Vertikal
Karena sampai di tanah sehingga y = 0
𝑌𝑋𝑚𝑎𝑘𝑠 = 0
Latihan soal

1. Sebuah partikel bergerak dengan persamaan posisi terhadap waktu : r(t) = 3t2 − 2t +
1dengan t dalam sekon dan r dalam meter.
a. Tentukan:
b. Kecepatan partikel saat t = 2 sekon
c. Kecepatan rata-rata partikel antara t = 0 sekon hingga t= 2 sekon
2. Persamaan posisi sudut suatu benda yang bergerak melingkar dinyatakan sebagai
berikut: maka Tentukan:
a. Posisi awal
b. Posisi saat t=2 sekon
c. Kecepatan sudut rata-rata dari t = 1 sekon hingga t = 2 sekon
d. Kecepatan sudut awal
e. Kecepatan sudut saat t = 1 sekon
f. Waktu saat partikel berhenti bergerakg) Percepatan sudut rata-rata antara t = 1
sekon hingga t = 2 sekon
g. Percepatan sudut awal
h. Percepatan sudut saat t = 1 sekon
3. Sebuah partikel bergerak dari atas tanah dengan persamaan posisi Y = (−3t2 + 12t + 6
) meter. Tentukan :
a) Posisi awal partikel
b) Posisi partikel saat t = 1 sekon
c) Kecepatan awal partikeld) Percepatan partikel
d) Waktu yang diperlukan partikel untuk mencapai titik tertinggi
e) Lama partikel berada di udara
f) Tinggi maksimum yang bisa dicapai partikel
4. Sebuah benda bergerak sesuai persamaan berikut r dalam meter dan t dalam sekon.
Tentukan kecepatan benda untuk t = 2 sekon!
5. Suatu partikel bergerak sepanjang garis lurus. Posisi partikel untuk berbagai saat
dinyatakan pada tabel
t detik 0 1 2 3 4 5 6
s meter 0 0.3 2.5 5.8 11.2 20.5 30.1

Hitunglah kecepatan rata – rata untuk selang waktu berikut ini


a. t = 1 sekon sampai t = 3 sekon
b. t = 2 sekon sampai t = 4 sekon
c. t = 2 sekon sampai t = 6 sekon
6. sebuah kotak bergeser di atas bidang miring dengan percepatan konstan. Jika kotak
mula – mula diam dan dalam waktu 4 sekon dapat melaju 2,7 m/s. Maka tentukanlah:
a. percepatan kotak
b. jarak yang ditempuh kotak dalam waktu 5 sekon.
7. Tentukanlah laju maksimum sebuah mobil dengan massa 1000 kg ketika melewati
tikungan dengan radius 60 m pada jalan yang rata dengan koefisien gesekan antara
ban dan jalan sebesar 0,7.
8. Sebuah peluru ditembakkan dengan kecepatan awal 60 km/jam dan sudut elevasi yang
dibentuk adalah 450, di atas arah horizontal pada tempat latihan yang panjang.
Tentukanlah:
a. Tinggi maksimum yang dicapai peluru
b. Waktu total saat peluru di udara
c. Jarak horozontal yang ditempuh
9. Sebuah benda dilemparkan ke dalam sumur dengan kecepatan 5 m/s. Bila benda
mengenai dasar sumur setelah 3 sekon. Berapakah kecepatan benda saat mengenai
dasar sumur dan kedalaman sumur?
1 1
10. Persamaan gerak suatu partikel dinyatakan oleh fungsi 𝑥 = 8 𝑡 3 + 2 𝑡 2 + 2 𝑡 + 2

a. Hitung kecepatan rata – rata dalam selang t = 3 sampai t = 4


b. Hitung kecepatan sesaat pada t = 5 sekon
c. Hitung percepatan rata – rata dalam selang t = 3 sampai t = 4
d. Hitung percepatan sesaat pada t = 5 sekon
Hukum – hukum gerak Newton

Dinamika adalah cabang mekanika yang mempelajari gerak dan gaya yang
menyebabkan gerak dan gaya tersebut. Sedangkan dinamika partikel adalah ilmu yang
mempelajari gerak dan gaya disertai penyebabnya pada suatu partikel. Gerak dari suatu
partikel dipengaruhi oleh sifat – sifat dan susunan benda lain yang berada di sekitarnya.
Perbedaan antara dinamika dan kinematika adalah pada penyebab terjadinya gerak dan
gayanya. Kalau kita perhatikan besaran – besaran dalam kinematika adalah
jarak/perpindahan, kecepatan, dan percepatan yang dihubungkan dengan dua konsep baru,
yaitu gaya dan massa.

Hukum tentang gerak dan penyebabnya sudah mulai dikaji sejak zaman Aristoteles
(384-322 SM). Aristoteles menganggap bahwa suatu gaya, baik berupa tarikan maupun
dorongan diperlukan untuk menjaga suatu benda bergerak.

Pandangan ini meskipun agaknya logis dan sesuai dengan apa yang diamatai secara awam.
Pada generasi berikutnya lahir ilmuan seperti Copernikus, brahe dan kepler yang banyak
menawarkan model analisis gerak benda-benda langit. Galelio bahkan telah
memperkenalkan suatu besaran yang ia namai sebagai kuantitas gerak. Besaran inilah yang
kini dikenal sebagai momentum. Issac Newton yang kemudian menjadi orang pertama
yang berhasil memberikan penjelasan secara mendasar tentang hukum-hukum gerak
melalui ketiga hukumnya yang terkenal.

Hukum newton, meskipun tampak sangat sempurna, kini kita juga mendapati
bahwa hukum-hukum tersebut tidak berlaku universal, namun masih membutuhkan
modifikasi untuk benda pada kecepatan sangat tinggi (mendekati kecepatan cahaya) dan
untuk benda dengan ukuran yang sangat kecil (atom).

Mekanika klasik (mekanika newtonian) menyediakan cara untuk menganalisis


gerak pada benda yang relatif besar dan berkecapat tidak terlampau tinggi (jauh di bawah
kecepatan cahaya), sedangkan untuk mempelajari gerak benda dengan kecepatan tinggi
digunakan hukum-hukum relativitas. Adapun gerak yang dilakukan oleh benda-benda yang
sangat kecil dipelajari melalui mekanika kuantum. Namun pada buku ini hanya akan
mengulas tentang mekanika klasik, artinya kita hanya akan bekerja dengan benda-benda
yang berukuran relatif besar dan dengan kecepatan yang relatif kecil (jauh di bawah
kecepatan cahaya).

1.1. Massa
Massa adalah ukuran inersia suatu benda. Makin besar massa yang dimiliki oleh
suatu benda maka makin besar inersia yang dimiliki oleh benda, sehingga makin sulit
untuk mengubah keadaan benda tersebut. Dalam kehidupan sehari – hari istilah massa dan
berat hampir sama penggunaannya bagi masyarakat umum. Masyarakat umum selalu
menyamakan antara massa dan berat. Namun menurut istilah fisika massa adalah jumlah
zat dari suatu benda sedangkan berat adalah merupakan adanya gaya gravitasi yang bekerja
pada suatu benda.

1.2. Gaya
Gaya adalah tarikan atau dorongan yang terjadi terhadap suatu benda. Gaya dapat
menimbulkan perubahan posisi, gerak atau perubahan bentuk pada benda. Gaya termasuk
ke dalam besaran Vektor, karena memiliki nilai dan arah. Sebuah Gaya disimbolkan
dengan huruf F (Force) dan Satuan Gaya dalam SI (Satuan Internasional) adalah Newton,
disingkat dengan N. Pengukuran gaya dapat dilakukan dengan alat yang disebut
dinamometer atau neraca pegas. Untuk melakukan sebuah gaya diperlukan usaha (Tenaga),
semakin besar gaya yang hendak dilakukan, maka semakin besar pula Usaha (tenaga) yang
harus dikeluarkan. gaya memiliki beberapa sifat berikut :

1. Gaya dapat mengubah arah gerak benda


2. Gaya dapat mengubah bentuk benda
3. Gaya dapat mengubah posisi benda dengan cara menggerakkan atau memindahkannya

1.3. RUMUS DAN SATUAN GAYA


Gaya dirumuskan dengan tiga rumusan dasar yang menjelaskan kaitan gaya dengan
gerak benda. Tiga Rumusan dasar ini adalah HUKUM I, II dan III NEWTON.
DINAMIKA PARTIKEL

Pernahkah Anda berpikir; mengapa kita bisa begitu mudah berjalan di atas
lantai keramik yang kering, tetapi akan begitu kesulitan jika lantai tersebut berubah
menjadi basah? Mengapa diperlukan jarak yang jauh untuk menghentikan kapal laut
begitu kapal tersebut berjalan? Mengapa kaki kita terasa lebih sakit manakala
menendang batu besar daripada ketika menendang batu kerikil? Jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut menghantarkan kita pada kajian tentang dinamika,
cabang mekanika yang mempelajari gerak dan gaya yang menyebabkannya. Pada
bagian ini, kita akan menggunakan besaran- besaran dasar kinematika, yaitu
jarak/perpindahan, kecepatan, dan percepatan yang dihubungkan dengan dua konsep
baru, yaitu gaya dan massa.
Hukum tentang gerak dan penyebabnya sudah mulai dikaji sejak zaman
Aristoteles (384-322 SM). Aristoteles menganggap bahwa suatu gaya, baik berupa
tarikan maupun dorongan diperlukan untuk menjaga suatu benda bergerak.
Pandangan ini meskipun agaknya logis dan sesuai dengan apa yang diamatai secara
awam, namun pada saatnya nanti (ketika kita mempelajari Hukum Pertama Newton)
kita akan melihat adanya kesalahan fatal pada pandangan Aristoteles tersebut. Pada
generasi berikutnya lahir ilmuan seperti Copernikus, brahe dan kepler yang banyak
menawarkan model analisis gerak benda-benda langit. Galelio bahkan telah
memperkenalkan suatu besaran yang ia namai sebagai kuantitas gerak. Besaran inilah
yang kini dikenal sebagai momentum. Pada tahun meninggalnya Galileo lahirlah
Issac Newton yang kemudian menjadi orang pertama yang berhasil memberikan
penjelasan secara mendasar tentang hukum-hukum gerak melalui ketiga hukumnya
yang terkenal.
Hukum newton, meskipun tampak sangat sempurna, kini kita juga mendapati
bahwa hukum-hukum tersebut tidak berlaku universal, namun masih membutuhkan
modifikasi untuk benda pada kecepatan sangat tinggi (mendekati kecepatan cahaya)
dan untuk benda dengan ukuran yang sangat kecil (atom).
Mekanika klasik (mekanika newtonian) menyediakan cara untuk menganalisis
gerak pada benda yang relatif besar dan berkecapat tidak terlampau tinggi (jauh di
bawah kecepatan cahaya), sedangkan untuk mempelajari gerak benda dengan
kecepatan tinggi digunakan hukum-hukum relativitas. Adapun gerak yang dilakukan
oleh benda-benda yang sangat kecil dipelajari melalui mekanika kuantum. Bagian ini
hanya akan mengulas tentang mekanika klasik, artinya kita hanya akan bekerja
dengan benda-benda yang berukuran relatif besar dan dengan kecepatan yang relatif
kecil (jauh di bawah kecepatan cahaya).
1. GAYA DAN INTERAKSINYA
Gaya (force) dalam bahasa sehari-hari berarti dorongan atau tarikan. Konsep
gaya memberikan gambaran kuantitatif tentang interaksi antara dua benda atau antara
benda dengan lingkungannya. Tarikan atau dorongan tersebut dapat melalui suatu
kontak langsung (gaya kontak/ contact force) atau melalui suatu jarak tertentu (gaya
jarak jauh/long-range force). Ketika kita mendorong meja, menarik balok dengan tali,
dan gaya gesek yang dikerahkan oleh tanah pada kaki kita merupakan beberapa
contoh gaya kontak. Sedangkan besi yang tertarik oleh magnet atau apel yang jatuh
ke permukaan tanah merupakan contoh gaya jarak jauh.
Gaya adalah besaran vektor, karena itu mempunyai besar dan arah serta
memenuhi aturan-aturan operasi vektor. Satuan untuk gaya adalah newton, dan
disingkat dengan N. Besar dan arah gaya bergantung kepada macam sistem dan
lingkungan yang sedang ditinjau dan diungkapkan lewat hukum gaya. Hukum gaya
ini mempunyai bentuk yang khas bagi sebuah sistem dan lingkungannya; sistem yang
berbeda dan/atau lingkugan yang berbeda mempunyai hukum gaya yang berbeda.
Contoh-contoh pasangan sistem dan lingkungan beserta hukum gaya yang berlaku :
 Pasangan dua benda titik sistem, pasangan satelit-bumi : Gaya garavitasi.
 Benda di dekat permukaan bumi : Gaya berat.
 Benda diikat dengan tali : Tegangan tali .
 Benda bersentuhan dengan lantai: gaya kontak, gaya normal, gaya
gesekan.
 Benda diikat pada pegas: gaya Hooke
 Benda terbenam dalam fluida: gaya apung Archimedes
 Benda bermuatan q bergerak dalam medan listrik E dan medan
Magnet B: gaya Lorentz

2. HUKUM PERTAMA NEWTON

Sebuah balok yang berada dalam keadaan diam, jika dibiarkan begitu saja
(tidak diberi pengaruh luar) maka balok tersebut akan tetap diam. Balok dapat
mengalami perubahan keadaan geraknya jika kepada balok tersebut bekerja suatu
pengaruh luar yang disebut dengan gaya. Pada dasarnya setiap benda memiliki sifat
inert (lembam), artinya bila tidak ada ganguan dari luar benda cenderung
mempertahankan keadaan geraknya. Newton mengartikan keadaan gerak ini sebagai
kecepatan benda. Bila resultan pengaruh luar sama dengan nol, maka kecepatan benda
tetap dan benda bergerak lurus beraturan atau diam jika awalnya memang diam.
Dengan demikian pernyataan Aristoteles bahwa gaya diperlukan untuk
mempertahankan gerak tidaklah tepat. Benda bisa saja tetap bergerak lurus beraturan
meskipun tidak ada gaya yang bekerja padanya.
Pernyataan terakhir seolah aneh. Barangkali selama ini kita menganggap
bahwa benda akan bergerak jika kepadanya diberi gaya, dan jika gaya tersebut
dihilangkan maka benda akan kembali berhenti. Kita tergoda menyimpulkan hal
tersebut (sebagaimana yang dilakukan oleh Aristoteles) karena pengalaman sehari-
hari yang tidak diobservasi secara menyeluruh. Misalnya, ketika kita mendorong
sebuah kursi dan kursi tersebut berhasil bergerak ke suatu arah tertentu, lalu kita
melepaskan kursi, maka kursi akan segera berhenti. Berdasarkan keadaan ini kita
buru-buru menyimpulkan bahwa benda dapat bergerak terus-menerus jika dikenai
gaya terus-menerus, dan akan segera berhenti jika tidak diberi gaya lagi. Sekarang
bayangkan apa yang akan terjadi jika lantai cukup licin dan permukaan kursi juga
licin, atau bayangkan apa yang akan terjadi jika lantai dan kursi super licin (benar-
benar tidak terjadi gesekan)? Jika hal itu terpenuhi, maka kursi akan terus bergerak
dengan kecepatan tetap pada lintasan lurus.
Karena kecepatan adalah besaran relatif, artinya kecepatan bergantung kepada
kerangka acuan yang dipakai, maka pernyataan bahwa kecepatan benda tidak berubah
juga bergantung kepada kerangka acuan. Kerangka acuan di mana penalaran Newton
di atas berlaku disebut kerangka acuan inersial, yaitu suatu kerangka acuan yang
benar-benar diam atau benar-benar bergerak dengan kecepatan tetap.

Hukum pertama Newton dirumuskan sebagai berikut:


Dalam kerangka inersial, setiap benda akan tetap dalam keadaan diam atau
bergerak lurus beraturan, kecuali jika ia terpaksa mengubah keadaan
tersebut oleh gaya-gaya dari lingkungan tempat benda berada.

Dapat dikatakan bahwa hukum Newton pertama ini merupakan definisi bagi
kerangka inersial. Kerangka acuan inersia yang digunakan untuk menganalisis gerak
di atas permukaan bumi adalah bumi itu sendiri. Hukum pertama Newton lebih
presisi dibanding dengan apa yang diusulkan Aristoteles. Tanpa adanya gaya luar,
sebuah benda yang bergerak akan tetap terjaga bergerak. Dengan kata lain
kecepatannya tidak akan berubah baik besar maupun arah. Ketahanan sebuah benda
untuk merubah gerakan disebut inersia. Hukum pertama Newton ekivalen dengan
mengatakan sebuah benda mempunyai inersia.

3. HUKUM KEDUA NEWTON

Hukum pertama Newton merupakan kasus khusus untuk benda dengan


resultan gaya nol. Apa yang terjadi jika terdapat gaya total yang bekerja pada suatu
benda? Contoh: sebuah balok dilempar di atas permukaan lantai kasar. Selama balok
bergerak, bekerja suatu gaya gesek yang menyebabkan kecepatan balok berkurang
dan pada akhirnya berhenti. Ini adalah kasus yang umum terjadi pada peristiwa gerak.
Akan ada gaya luar yang bekerja pada suatu benda yang menyebabkan kuantitas
gerak suatu benda berubah. Pernyataan inilah yang menjadi dasar Hukum Kedua
Newton.
Berbagai pengamatan menunjukan bahwa untuk menghasilkan perubahan
kecepatan yang sama, pada benda yang berbeda dibutuhkan ‘besar’ pengaruh luar
yang berbeda pula. Sebaliknya dengan besar pengaruh luar yang sama, perubahan
kecepatan pada benda-benda ternyata berbeda-beda. Jadi ada suatu kuantitas intrinsik
(diri) pada benda yang menentukan ukuran seberapa besar sebuah pengaruh luar
dapat mengubah kondisi gerak benda tersebut. Kuantitas ini sebanding dengan jumlah
dan jenis zat. Kuantitas intrinsik pada benda ini kemudian disebut sebagai massa
inersia, disimbulkan dengan m. Massa inersia (atau sering disebut sebagai massa)
memberikan ukuran derajat kelembaman atau derajat inersia sebuah benda. Satuan
dari massa adalah kilogram, dalam satuan SI. Makin besar massanya makin sulit
untuk menghasilkan perubahan kondisi gerak pada benda tersebut.
Hukum Kedua Newton menyatakan hubungan antara gaya dan perubahan
keadaan gerak secara kuantitatif. Newton menyebutkan bahwa:
kecepatan perubahan kuantitas gerak suatu partikel sama dengan resultan
gaya
yang bekerja pada partikel tersebut.

Dalam bahasa kita sekarang kuantitas gerak yang dimaksudkan oleh Newton
diartikan sebagai momentum p yang didefinisikan sebagai: p=mv dengan m adalah
massa partikel dan v adalah kecepatannya. Dalam mekanika klasik pada umumnya
massa partikel adalah tetap. Hukum Kedua Newton dituliskan sbb:
F = ma

4. HUKUM KETIGA NEWTON

Setiap gaya mekanik selalu muncul berpasangan sebagai akibat saling tindak
antara dua benda. Bila benda A dikenai gaya oleh gaya B, maka benda B akan
dikenai gaya oleh benda A. Pasangan gaya ini dikenal sebagai pasangan aksi-reaksi.
Menurut hukum Ketiga Newton:
Setiap gaya mekanik selalu muncul berpasangan, yang satu disebut aksi dan
yang lain disebut reaksi, sedemikian rupa sehingga aksi = - reaksi.
Faksi Freaksi

Mana yang disebut aksi dan mana yang disebut reaksi tidaklah penting, yang
penting kedua-duanya ada.
Sifat pasangan gaya aksi-reaksi adalah sebagai berikut (1) sama besar, (2)
arahnya berlawanan, dan (3) bekerja pada benda yang berlainan (satu bekerja pada
benda A, yang lain bekerja pada benda B. Pasangan aksi-reaksi yang memenuhi
ketiga sifat ini disebut memenuhi bentuk lemah hukum Ketiga Newton. Banyak pula
pasangan aksi-reaksi yang memenuhi sifat tambahan yaitu (4) mereka terletak dalam
satu garis lurus . Pasangan ini juga memenuhi sifat terakhir disebut memenuhi bentuk
kuat hukum Ketiga Newton.

5. BEBERAPA JENIS GAYA

a. Gaya Berat
Semua benda yang berada dekat dengan permukaan bumi akan memperoleh
suatu percepatan yang sama menuju pusat bumi. Percepatan seperti ini dinamakan
sebagai percepatan gravitasi bumi. Dengan demikian, mengingat benda memiliki
suatu massa tertentu, maka pada benda yang berada dekat dengan permukaan bumi
bekerja suatu gaya (F=ma). Gaya semacam ini disebut sebagai gaya berat,
dirumuskan:
w = mg
dengan g adalah percepatan gravitasi bumi, yang nilainya pada permukaan
bumi sekitar 9,8 m/s2. Gaya berat untuk benda yang terletak jauh dari permukaan
bumi, diselesaikan dengan perumusan percepatan gravitasi yang diperoleh dari
hukum gravitasi universal. Hal ini akan dibahas dalam bab tersendiri.
b. Gaya Pegas
Sebuah pegas ideal bila diregangkan atau ditekan akan memberikan gaya yang
sebanding dengan besar perubahan panjang pegas namun arahnya berlawanan dengan
arah perubahan panjang. Artinya, jika tangan kita menarik ke arah kiri suatu pegas,
maka pegas akan menarik kita ke arah kanan. Jadi gaya yang diberikan oleh pegas
adalah:
F=-kx
x adalah vektor besar perubahan panjang pegas dan tanda negatif pada
persamaan di atas menunjukkan arah gayanya yang berlawanan dengan arah
perubahan panjang pegas. Konstanta kesebandingan k disebut juga sebagai konstanta
pegas. Kebanyakan pegas real akan mengikuti persamaan di atas untuk nilai x yang
cukup kecil.
c. Gaya Normal/Gaya Kontak
Antara dua permukaan benda yang saling bersentuhan akan ada gaya dari
permukaan benda yang satu ke permukaan benda yang kedua, dan sebaliknya. Arah
gaya normal tegak lurus terhadap permukaan dan membentuk pasangan aksi-reaksi.
Besar gaya normal dapat diketahui dari persamaan-persamaan hukum Newton,
bila besar gaya-gaya yang lain diketahui.

d. Gaya Gesek
Gaya gesek adalah gaya yang terjadi antara dua permukaan yang bergerak
relatif berlawanan.

Bal F
ok

Lantai

Antara permukaan lantai dan balok terdapat adhesi permukaan. Hal ini yang
menyebabkan mengapa balok terasa lebih berat di dorong pada saat sedang diam
dibandingkan ketika sudah mulai bergerak. Pada saat diam gaya ikat antar atom atau
molekul cukup besar, sehingga butuh gaya yang lebih besar untuk memecah ikatan
tersebut. Tinjau sebuah balok yang terletak pada bidang datar yang kasar.

diam F=0

F1 diam F=0
Ffs1 fs = F1

F2 diam F = 0
F1
fs fs = F2

F3 diam F = 0
fs F1 fs = F3
Gaya gesek yang terjadi selama benda diam disebut gaya gesek statik. Gaya gesek statik
maksimum merupakan gaya terkecil yang dibutuhkan agar benda mulai bergerak. Gaya gesek
statik maksimum :
a. Tidak tergantung luas daerah kontak.
b. Sebanding dengan gaya normal.
fs s N, dimana s = koefisien gesek statisBila F3 diperbesar
sedikit saja, benda akan bergerak.

mulai bergerak F=ma


F1 F4 fk < F4
fk

Gaya gesek yang terjadi selama benda sedang bergerak disebut gaya gesek kinetik.
fk = k N, dimana k = koefisien gesek kinetik

6. PENGGUNAAN HUKUM NEWTON

Hukum kedua Newton , F = m a, merupakan bagian yang penting di dalam


menyelesaikan masalah-masalah mekanika. Ada beberapa langkah yang berguna untuk
membantu menyelesaikan masalah-masalah mekanika.
a. Identifikasi obyek/benda yang menjadi pusat perhatian.
Pada sistem di bawah ini yang menjadi pusat perhatian adalah balok


m
lantai licin

b. Gambar gaya-gaya yang bekerja pada obyek/benda tersebut secara vektor.


N
F

Pilih sistem koordinat pada obyek/benda tersebut dan proyeksikan gaya- gaya
yang bekerja pada sumbu koordinat.
75
y
N
F sin  F

F cos  x

w = mg

c. Tulis hukum keduan Newton dalam F = ma, dan jumlahkan F total yang bekerja
pada obyek/benda tersebut secara vektor.
Gaya-gaya pada komponen x
Fx = m ax
F cos = m ax
Gaya-gaya pada Komponen y
Fy = m ay
F sin + N - mg = m ay

7. DINAMIKA GERAK MELINGKAR

Suatu partikel dapat bergerak melingkar dengan besar kecepatan konstan, jika partikel
tersebut mengalami percepatan sentripetal, yaitu percepatan ke arah pusatlingkaran:

v2
a
r

Berdasarkan Hukum kedua Newton, bahwa apabila sebuah benda bergerak


dipercepat maka pada benda tersebut bekerja suatu gaya. Maka pada kasus benda bergerak
melingkar, pada benda tersebut bekerja gaya yang arahnya juga ke pusat.Gaya tersebut dikenal
76
sebagai gaya sentripetal.
Contoh : sebuah balok yang diputar vertikal dengan tali, pada posisi di A gaya yang
menuju ke pusat adalah tegangan tali T dan berat balok w, jadi Fc = T + w

T
w

w
Pada posisi di bawah, gaya yang menuju ke pusat adalah tegangan tali T dan berat balok w
(arah menjauhi pusat). Jadi Fc = T – w

77
USAHA DAN ENERGI

A. Pengertian Usaha
Dalam sudut pandang fisika, khususnya mekanika, usaha mengandung pengertian sebagai segala
sesuatu yang dilakukan oleh gaya pada suatu benda sehingga benda itu bergerak. Agar usaha berlangsung,
maka gaya harus dikerahkan pada suatu benda hingga benda tersebut menempuh jarak tertentu. Apakah
usaha baru dapat berlangsung bila benda berpindah? Bagaimana apabila benda yang diberikan gaya
ternyata tidak bergerak atau berpindah? Apakah telah terjadi usaha?

Gambar 4.1. Sejumlah orang yang sedang mendorong kereta saljuSumber: Fishbane

Gambar 4.1 menunjukkan sejumlah orang yang sedang mendorong sebuah kereta salju. Orang-
orang tersebut masing-masing memberikan gaya melalui suatu dorongan kepada kereta salju sehingga
kereta salju bergerak (berpindah). Adanya gaya yang bekerja sebuah kereta salju yang menyebabkan kereta
salju tersebut berpindah tempat menunjukkan adanya usaha yang telah dilakukan oleh masing-masing
orang itu.

78
Gambar 4.2. Seorang atlet angkat besi sedang mengangkat barbel
Sumber: Hewitt

Pada Gambar 4.2 ditunjukkan seorang atlet sedang mengangkat sebuah barbel dalam suatu
olimpiade kejuaraan angkat besi. Atlet tersebut mencoba mengangkat barbel yang mula-mula terletak di
lantai hingga berada di atas kepalanya. Gaya yang diberikan oleh atlet tersebut pada barbel menyebabkan
barbel dapat berpindah (berubah ketinggiannya). Adanya gaya yang diberikan oleh atlet itu kepada barbel
sehingga barbel dapat berpindah menunjukkan adanya usaha yang diberikan oleh atlet tersebut kepada
barbel.
Sekarang marilah perhatikan Gambar 4.3. Seorang tahanan (narapidana) sedang mendorong
dinding sel tempatnya dipenjara. Tahanan tersebut mengerjakan sejumlah gaya kepada dinding, namun
dinding sel tersebut tetap di tempatnya (tidak bergerak atau berpindah). Adanya gaya yang

79
diberikan oleh tahanan tersebut kepada dinding sel tetapi dinding sel tersebut tidak
berpindah menunjukkan bahwa tahanan itu tidak melakukan usaha atau tidak ada usaha
yang terjadi.

Gambar 4.3. Seseorang sedang mendorong tembok


Sumber: Hewitt

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa ada dua syarat terjadinya suatuusaha,
yaitu:
1. adanya gaya yang bekerja pada suatu benda;
2. adanya perpindahan yang dialami oleh benda tersebut.
Dengan demikian usaha didefinisikan sebagai sejumlah gaya yang bekerja pada suatu bendasehingga
menyebabkan benda berpindah sepanjang garis lurus dan searah dengan arah gaya.

Untuk memahami lebih lanjut mengenai konsep usaha, marilah kita ikuti Kegiatan Percobaanberikut.

Kegiatan Percobaan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengamati dan membandingkan perbedaan usaha yang
ditimbulkan oleh gaya yang searah dan membentuk sudut terhadap arah perpindahannya.
Alat dan Bahan:

 Balok kayu ukuran sisi 5 cm dan dilengkapi pengait


 Neraca pegas
 Alas atau papan
lintasan Langkah kerja:
1. Kaitkan neraca pegas pada pengait yang terdapat pada balok kayu.

80
2. Percobaan 1: Tariklah balok kayu tersebut dengan kelajuan tetap sejauh kira-kira 1
meter. Usahakan posisi neraca pegas sejajar dengan alas atau papan lintasan. Catat
besar gaya yang diperlukan.
3. Percobaan 2: Aturlah sedemikian rupa sehingga neraca membentuk sudut kira-kira
30° terhadap papan alas. Tariklah balok kayu tersebut dengan kealjuan tetap sejauh
kira-kira 2 meter. Catat kembali besar gaya yang diperlukan.
4. Hitung besarnya usaha yang Anda lakukan untuk masing-masing gaya.

Pertanyaan

1. Berdasarkan kedua jenis percobaan, pada percobaan manakah gaya yang


diperlukan untuk memindahkan balok yang nilainya paling besar?
2. Setelah Anda menghitung besarnya usaha yang Anda lakukan, apa yang dapat
disimpulkan?

Setelah Anda mengikuti Kegiatan Percobaan sederhana tersebut, diharapkan Anda dapat lebih
memahami bahwa diperlukan besar gaya yang berbeda untuk memindahkan benda bila gaya itu sejajar
dengan arah perpindahannya dan bila gaya itu membentuk sudut dengan arah perpindahannya. Untuk arah
gaya yang membentuk sudut dengan arah perpindahannya, diperlukan gaya yang lebih besar untuk
memindahkan balok kayu dibandingkan arah gaya yang sejajar dengan arah perpindahannya. Ini artinya,
gaya yang membentuk sudut dengan arah perpindahannya memerlukan usaha yang lebih besar
dibandingkan dengan usaha yang diperlukan untuk memindahkan balok bila arah gayanya searah dengan
arah perpindahannya. Atau dengan kata lain, pada balok yang dikenakan gaya yang membentuk sudut
dengan arah perpindahannya dikenakan usaha yang lebih kecil dibandingkan balok yang dikenakan gaya
yang searah dengan arah perpindahannya. Secara matematis, usaha yang dilakukan pada suatu benda
dinyatakan sebagai berikut.

W = 𝐹. Δ𝑥

dengan: W = usaha yang dilakukan pada


suatu benda
F = gaya yang bekerja pada
suatu benda
∆x = perpindahan yang dialami
benda tersebut.

Satuan untuk usaha adalah joule (J) dimana nilainya adalah 1 J = 1 N x 1 m = 1 Nm. Pada kasus
tersebut, gaya yang bekerja pada suatu benda searah dengan perpindahan benda tersebut.

81
Bagaimana apabila gaya yang bekerja pada benda itu tidak searah dengan arah perpindahannya
(membentuk sudut tertentu)?
Bila gaya yang bekerja pada suatu benda tidak searah dengan arah perpindahan benda itu, maka
usaha yang dilakukan akan menjadi lebih kecil. Perhatikan Gambar 4.4. Usaha yang dilakukan pada suatu
benda apabila gaya yang bekerja pada benda itu tidak searah dengan arah perpindahannya secara
matematis dinyatakan sebagai berikut:

W = 𝐹 cos 𝛼 . Δ𝑥

dengan:  = sudut antara arah gaya dan arah perpindahannya.

F cos α

x

Gambar 4.4. Gaya pada benda yang membentuk sudut dengan arah perpindahannya.

Contoh Soal:
1. Berapakah usaha yang dilakukan oleh seseorang yang mencoba menarik sebuah
balok dengan gaya sebesar 50 N sehingga balok tersebut berpindah sejauh 8 meter?
2. Seseorang menarik sebuah vacuum cleaner dengan gaya 50 N dan gaya tersebut
membentuk sudut 30° dengan arah perpindahannya. Perpindahan yang dialami oleh
vacuum cleaner itu adalah 8 meter. Berapakah besar usaha yang dilakukan oleh
orang itu?
(abaikan kehadiran gaya gesekan!)

82
3. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan 10 m/s. Sepuluh detik kemudian kecepatan
mobil itu menjadi tiga kali semula. Jika massa mobil itu 1.000 kg, hitunglah usaha yang
telah dilakukan oleh mesin mobil itu ?

Penyelesaian:
1. Diketahui: F = 50 N
∆x = 8 m
Ditanya: W=?
Jawab:

W = 𝐹. Δ𝑥
= 50 𝑁 .8 𝑚
= 400 𝑁𝑚 = 400 jo𝑢𝑙e
2. Diketahui: F = 50 N
 = 30°
∆x = 8 m
Ditanya: W=?
Jawab:
W = 𝐹𝑐o𝑠𝛼. Δ𝑥
= 50𝑁 (cos 30°). 8 𝑚

= 50 𝑁 (1√3) . 8𝑚
2
= 200√3 jo𝑢𝑙e ≅ 346,41 jo𝑢𝑙e

3. Diketahui: xo =
0
vo = 10 m/s m
= 1.000 kg
vt = 3 vo = 30 m/st
= 10 s
Ditanya: W=?
Jawab:

v t = v o + a.t x = xo + v o. t + 1 𝑎𝑡2
2

30 m/s = 10 m/s + a. 10 s = 0 + 10. 10 +1 . 2 m/s2. (10 s)2


2
2
a = 2 m/s = 200 m

83
F = m. a
= 1000 kg . 2 m/s2
= 2.000 N

W=F.S
= 2.000 N . 200 m
= 400.000 J
= 4. 105 J

Ketika kita membicarakan tentang konsep usaha, penting bagi kita untuk memperjelasapakah usaha
itu dilakukan oleh suatu benda atau usaha itu dikenakan pada suatu benda. Selain itu juga penting bagi kita
untuk memperjelas apakah usaha itu dilakukan oleh sebuah gaya pada sebuah benda atau dilakukan oleh
gaya total (beberapa gaya) pada suatu benda.

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!
1. Berapakah usaha yang dilakukan seorang pemuda untuk memindahkan sebuah peti
kayu sejauh 3 meter bila pemuda tersebut mengerahkan gaya sebesar 60 newton?
2. Berapakah usaha yang dilakukan seorang anak yang hendak mendorong sebuah
mobil yang sedang mogok bila gaya yang dikerahkan anak itu sebesar 35 newton
sedangkan mobilnya tetap diam?
3. Sebuah benda bermassa 20 kg terletak pada bidang miring dengan sudut 30 o
terhadap bidang horizontal. Percepatan gravitasi 9,8 m/s2 dan benda bergeser sejauh
3 meter ke arah bawah. Tentukan usaha yang dilakukan oleh gaya berat tersebut?

RANGKUMAN
Usaha merupakan sejumlah gaya yang bekerja pada suatu benda sehingga menyebabkan benda
berpindah sepanjang garis lurus dan searah dengan arah gaya. Usaha dapat dimaknai pula sebagai transfer
energy melalui gaya. Dua hal yang menjadi syarat keberlakuan adanya usaha adalah adanya gaya yang
bekerja dan adanya perpindahan. Bila benda yang mendapatkan gaya tetapi tidak bergerak, maka tidak ada
usaha yang dikenakan kepada benda itu. Dengan kata lain, bila seseorang mengerjakan suatu gaya untuk
memindahkan benda, namun benda yang dikenai gayanya tidak berpindah, maka orang tersebut tidak
melakukan usaha.
Usaha yang dilakukan pada suatu benda bergantung pula pada arah gaya yang bekerja pada benda
itu. Artinya, apabila gaya yang bekerja pada suatu benda tidak searah dengan arah perpindahannya, maka
usaha yang dilakukan pada benda itu menjadi lebih kecil. Semakin besar

84
sudut yang dibentuk gaya dan arah perpindahan, semakin kecil usaha yang dilakukan pada benda
tersebut.

TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
`1. Amir mendorong mobil mogok, tetapi mobil itu tetap tidak bergerak. Usaha yang dilakukanAmir
adalah …
A. minimum
B. maksimum
C. nol
D. tetap
2. Perhatikan gambar di bawah. Benda A dapat berpindah sejauh 6 m apabila gaya
Fl dan F2, mempunyai usaha sebesar ...
F1=6 N F1=10 N

A. 10 J
B. 22 J
C. 96 J
D. 360 J
3. Sebuah benda bergerak di atas bidang datar, kemudian ditahan dengan gaya 60 N,
ternyata benda berhenti pada jarak 180 m. Besar usaha pengereman benda adalah ….
A. 120 J
B. 180 J
C. 189 J
D. 10800 J

4. Sebuah balok ditarik dengan tali yang membentuk sudut 60o terhadap lantai. Jika gaya
tarik padatali 30 N dan balok berpindah sejauh 5m, maka usaha yang dilakukan adalah
….
A. 30 J
B. 45 J
C. 60 J
D. 75 J
5. Sebuah benda massanya 2 kg mula-mula dalam keadaan diam pada sebuah bidang
datar yang licin, kemudian pada benda tersebut bekerja sebuah gaya. Usaha yang

85
dilakukan pada benda sehingga kecepatannya menjadi 8 m/s adalah ….

A. 44 J
B. 54 J
C. 64 J
D. 72 J
6. Perhatikan gambar ! Untuk memindahkan benda sejauh 10 m, gaya F melakukan
usaha sebesar 100 J. Dalam hal ini besar gaya F adalah ….

A. 2 N
B. 5 N
C. 20 N
D. 30 N
7. Gaya sebesar 8 N melakukan usaha pada benda sebesar 80 J sehingga benda
dapat berpindah. Perpindahan benda tersebut adalah ….
A. 6 m
B. 10 m
C. 20 m
D. 32 m
8. Besarnya usaha yang dilakukan oleh gaya sebesar 10 N untuk memindahkan benda
sejauh 4 m, jika arah gaya tegak lurus dengan arah perpindahan adalah ….
A. 0
B. 2 J
C. 20 J
D. 40 J
9. Sebuah benda dengan massa 40 kg mula-mula dalam keadaan diam. Padanya
bekerja sebuah gaya konstan 200 N selama 6 detik. Usaha yang dilakukan oleh gaya
tersebut adalah ….
A. 12.000 J
B. 15.000 J
C. 18.000 J

86
D. 24.000 J

87
10. Suatu gaya yang besarnya 22 N bekerja pada sebuah benda sehingga benda
mengalami perpindahan 3 m. Arah gaya membentuk sudut ∝ terhadap arah
perpindahan benda dan ternyata gaya melakukan usaha sebesar 33 J. Besarnya ∝
adalah ….
A. 30o
B. 45o
C. 60o
B. 75o

ENERGI

Pada Kegiatan Belajar 1, kita telah membahas konsep usaha yang dilakukan pada suatu
benda dengan dua syarat keberlakuan usaha, yaitu adanya gaya yang bekerja pada benda itu dan
adanya perpindahan benda tersebut. Ada konsep fisika yang erat kaitannya dengan konsep usaha,
yaitu konsep energi.
Apa yang dimaksud dengan energi? Secara sederhana, energi merupakan kemampuan
melakukan usaha. Definisi yang sederhana ini sebenarnya kurang tepat atau kurang valid untuk
beberapa jenis energi (misalnya energi panas atau energi cahaya tidak dapat melakukan kerja).
Definisi tersebut hanya bersifat umum. Secara umum, tanpa energi kita tidak dapat melakukan kerja.
Sebagai contoh, jika kita mendorong sepeda motor yang mogok, usaha alias kerja yang kita lakukan
menggerakan sepeda motor tersebut. Pada saat yang sama, energi kimia dalam tubuh kita menjadi
berkurang, karena sebagian energi kimia dalam tubuh berubah menjadi energi kinetik sepeda motor.
Usaha dilakukan ketika energi dipindahkan dari satu benda ke benda lain. Contoh ini juga
menjelaskan salah satu konsep penting dalam sains, yakni kekekalan energi. Jumlah total energi
pada sistem dan lingkungan bersifat kekal alias tetap. Energi tidak pernah hilang, tetapi hanya dapat
berubah bentuk dari satu bentuk energi menjadi bentuk energi lain.
Pada Kegiatan Belajar berikut akan kita lanjutkan pembahasan kita dengan membahas lebih
jauh konsep energi yang dimiliki suatu benda sehingga mampu melakukan suatu usaha.

A. Energi dan Perubahan Bentuk Energi


Energi merupakan konsep yang sangat abstrak. Energi tidak memiliki massa, tidak dapat
diamati, dan tidak dapat diukur secara langsung. Akan tetapi kita dapat merasakan perubahannya.
Kita dapat beraktivitas sehari-hari karena tubuh kita memiliki energi. Sumber energi utama di alam ini
adalah matahari (Gambar 4.5)
Energi dapat menyebabkan perubahan pada benda atau lingkungan. Perubahan energi yang
dimaksud dapat terjadi dengan berbagai cara. Matahari sebagai sumber energi utama memberikan
banyak manfaat dalam berbagai perubahan energi. Matahari menghasilkan energi radiasi yang dapat
diubah menjadi berbagai bentuk energi lainnya yang tentu saja sangat berguna bagi kehidupan.

88
Reaksi nuklir yang terjadi di matahari menghasilkan energi

termal (kalor). Oleh karena itu suhu matahari tetap tinggi meskipun radiasi dipancarkan terus-
menerus ke ruang angkasa.

Gambar 4.5. Matahari sebagai sumber energi utama


Sumber : Microsoft Encarta Premium 2009

Sebagai penyebab berubahnya benda-benda, energi mengalami perubahan dari satu bentuk
ke bentuk lain. Misalnya, pada api unggun terjadi perubahan energi kimia yang ada di dalam kayu
menjadi energi cahaya dan energi panas (Gambar 4.6).

Gambar 4.6. Api unggun


Sumber: Contextual Teaching and Learning IPA SMP Depdiknas
89
B. Bentuk-bentuk Energi
Konsep bentuk energi tidak terlepas dari perubahan energi, karena yang berubah adalah
bentuk energi. Air yang mendidih karena dipanaskan mampu menggerakkan baling-baling kertas.
Dalam peristiwa ini terjadi perubahan dari energi termal pada air menjadi energi kinetik (gerak) pada
gerakan baling-baling kertas. Dari peristiwa ini dapat memahami bahwa ada bentuk energi termal
(panas) dan bentuk energi kinetik. Contoh peristiwa yang lain yaitu jika seseorang meletakkan bola di
tempat yang lebih tinggi, kemudian bola tersebut menggelinding ke bawah. Pada saat bola berada di
tempat yang tinggi dan diam, ia memiliki energi potensial dan ketika bola bergerak energi potensial
berubah menjadi energi kinetik. Peristiwa ini dapat diamati pada gambar berikut.

Gambar 4.7. Bentuk-bentuk Energi


Sumber: Buku IPA Guru Kelas 5 SEQIP

Kipas angin dapat berputar setelah dinyalakan dan karena tersambung dengan listrik. Listrik memiliki
kemampuan untuk menggerakkan kipas angin. Dengan demikian listrik salah satu bentuk energi yaitu
energi listrik.

Sumber energi

Pembahasan mengenal sumber energi berkaitan dengan kedua bahasan di atas yaitu perubahan
bentuk energi dan bentuk-bentuk energi. Sumber energi adalah sesuatu yang menghasilkan energi
yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu. Pada pemakaian baterai perubahan energi yang terjadi
adalah energi kimia menjadi energi listrik. Pada proses perubahan ini sering terjadi perubahan
sebagian energi ke bentuk energi lain, yaitu energi termal (panas). Makanan yang kita makan
merupakan salah satu sumber energi kimia, yang jika mengalami proses tertentu akan berubah
sehingga kita dapat bekerja. Selama proses itu berlangsung sebagian energi berubah menjadi energi
termal dan menyebar ke udara. Kualitas

90
energi dalam baterai perlu ditingkatkan kembali agar baterai dapat digunakan lagi sesuai keperluan,
ini dapat terjadi pada baterai yang dapat “diisi kembali “. Namun tidak semua baterai dapat diisi
kembali merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui. Makanan dapat diperbaharui
dengan menghasilkan makanan baru, seperti menanam singkong, sayuran dan sebagainya sehingga
makanan merupakan sumber energi yang dapat di perbaharui.

Untuk mengetahui lebih jelas konsep yang berkaitan dengan energi, marilah kita ikuti Kegiatan
Percobaan berikut.

1. Energi Kinetik
Setiap benda yang bergerak memiliki energi. Sejumlah kendaraan yang bergerak dengan laju
tertentu di jalan raya juga memiliki energi kinetik. Benda yang bergerak memiliki kemampuan untuk
melakukan usaha, karenanya dapat dikatakan memiliki energi. Energi pada benda yang bergerak
disebut energi kinetik. Kata kinetik berasal dari bahasa yunani, kinetikos, yang artinya “gerak”. Ketika
benda bergerak, benda memiliki kecepatan. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa
energi kinetik merupakan energi yang dimiliki benda karena gerakannya atau kecepatannya (Gambar
4.7).

Gambar 4.11. Energi kinetik benda

Agar benda dipercepat beraturan sampai bergerak dengan laju v maka pada benda tersebut harus
diberikan gaya total yang konstan dan searah dengan arah gerak benda sejauh s. Untuk itu dilakukan
usaha atau kerja pada benda tersebut sebesar W = F. S , dengan F = m a.

Karena benda memiliki laju awal vo, laju akhir vt dan bergerak sejauh s, maka untuk menghitung nilai
percepatan a, kita menggunakan persamaan vt2 = vo2 + 2 .a. s.

91
Kita subtitusikan nilai percepatan a ke dalam persamaan gaya F = m a, untuk menentukan besar
usaha :

Persamaan ini menjelaskan usaha total yang dikerjakan pada benda. Karena W = EK maka kita dapat
menyimpulkan bahwa besar energi kinetik translasi pada benda tersebut adalah :

W = EK = ½ mv2 —– persamaan 2

Persamaan 1 di atas dapat kita tulis kembali menjadi :

Persamaan 3 menyatakan bahwa usaha total yang bekerja pada sebuah benda sama dengan
perubahan energi kinetiknya. Pernyataan ini merupakan prinsip usaha-energi. Prinsip usaha- energi
berlaku jika W adalah usaha total yang dilakukan oleh setiap gaya yang bekerja pada benda. Jika
usaha positif (W) bekerja pada suatu benda, maka energi kinetiknya bertambah sesuai dengan besar
usaha positif tersebut (W). Jika usaha (W) yang dilakukan pada benda bernilai negatif, maka energi
kinetik benda tersebut berkurang sebesar W. Dapat dikatakan bahwa gaya total yang diberikan pada
benda di mana arahnya berlawanan dengan arah gerak benda, maka gaya total tersebut mengurangi
laju dan energi kinetik benda. Jika besar usaha total yang dilakukan pada benda adalah nol, maka
besar energi kinetik benda tetap (laju benda konstan).

92
2. Energi Potensial
Istilah potensial memiliki kata dasar “potensi”, yang dapat diartikan sebagai kemampuan yang
tersimpan. Secara umum, energi potensial diartikan sebagai energi yang tersimpan dalam sebuah
benda atau dalam suatu keadaan tertentu. Energi potensial, karena masih tersimpan, sehingga baru
bermanfaat ketika berubah menjadi energi lain Misalnya pada air terjun, energi potensial diubah
menjadi energi kinetik sehingga dapat menggerakan turbin yang kemudian akan digunakan untuk
menghasilkan energi listrik.
Dalam pengertian yang lebih sempit, yakni dalam kajian mekanika, energi potensial adalah
energi yang dimiliki benda karena kedudukan atau keadaan benda tersebut. Berikut akan dipaparkan
dua contoh energi potensial yang mengacu pada pengertian ini, yakni energi potensial gravitasi dan
energi potensial pegas.
a. Energi Potensial Gravitasi
Energi potensial gravitasi adalah energi yang dimiliki suatu benda karena kedudukannya
(ketinggiannya) terhadap suatu bidang acuan tertentu. Semakin tinggi benda di atas permukaan
tanah, makin besar energi potensial yang dimiliki benda tersebut.

Gambar 4.12. Energi potensial gravitasi

Dengan demikian, energi potensial (EP) gravitasi sebuah benda merupakan hasil kali gaya berat
benda (mg) dan ketinggiannya (h). h = h2 - h1

EP = mgh

Berdasarkan persamaan energi potensial di atas, tampak bahwa makin tinggi (h) benda di atas
permukaan tanah, makin besar energi potensial (EP) yang dimiliki benda tersebut. Energi potensial
gravitasi bergantung pada jarak vertikal alias ketinggian benda di atas titik acuan

93
tertentu. Biasanya kita tetapkan tanah sebagai titik acuan jika benda mulai bergerak dari
permukaan tanah atau gerakan benda menuju permukaan tanah.

Jika kita gabungkan 2 persamaan yang telah kita ketahui

Persamaan ini menyatakan bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya yang menggerakanbenda
dari h1 ke h2 (tanpa percepatan) sama dengan perubahan energi potensial benda antara h1 dan h2.
Setiap bentuk energi potensial memiliki hubungan dengan suatu gaya tertentu dan dapat dinyatakan
sama dengan energi potensial gravitasi. Secara umum, perubahan energi potensial yang memiliki
hubungan dengan suatu gaya tertentu, sama dengan usaha yang dilakukan gaya jika benda
dipindahkan dari kedudukan pertama ke kedudukan kedua. Dalam makna yang lebih sempit, bisa
dinyatakan bahwa perubahan energi potensial merupakan usaha yang diperlukan oleh suatu gaya
luar untuk memindahkan benda antara dua titik, tanpa percepatan.

b. Energi Potensial Pegas


Selain energi potensial gravitasi terdapat juga energi potensial pegas. Energi potensial pegas
berhubungan dengan benda-benda yang elastis, misalnya pegas. Mari kita bayangkan sebuah pegas
yang ditekan dengan tangan. Apabila kita melepaskan tekanan pada pegas, maka pegas tersebut
melakukan usaha pada tangan kita. Efek yang dirasakan adalah tangan kita terasa seperti di dorong.
Apabila kita menempelkan sebuah benda pada ujung pegas, kemudian pegas tersebut kita tekan,
maka setelah dilepaskan benda yang berada di ujung pegas pasti terlempar. Perhatikan Gambar 4.9.

94
Gambar 4.13. Energi potensial pegas

Ketika berada dalam keadaan diam, setiap pegas memiliki panjang alami, seperti ditunjukkan gambar
4.9. Jika pegas di tekan sejauh x dari panjang alami, diperlukan gaya sebesar FT (gaya tekan)
yang nilainya berbanding lurus dengan x, yakni :

FT = kx

k adalah konstanta pegas (ukuran kelenturan/elastisitas pegas) dan besarnya tetap. Ketika ditekan,
pegas memberikan gaya reaksi, yang besarnya sama dengan gaya tekan tetapi arahnya berlawanan.
gaya reaksi pegas tersebut dikenal sebagai gaya pemulih. Besarnya gayapemulih adalah :

FP = -kx

Tanda minus menunjukkan bahwa arah gaya pemulih berlawanan arah dengan gaya tekan. Ini adalah
persamaan hukum Hooke. Persamaan ini berlaku apabila pegas tidak ditekan sampai melewati batas
elastisitasnya (x tidak sangat besar).

Untuk menghitung Energi Potensial pegas yang ditekan atau diregangkan, terlebih dahulu kita hitung
gaya usaha yang diperlukan untuk menekan atau meregangkan pegas. Kita tidak bisa menggunakan
persamaan W = F. s = F.x, karena gaya tekan atau gaya regang yang kita berikan pada pegas selalu
berubah-ubah selama pegas ditekan. Ketika menekan pegas misalnya, semakin besar x, gaya tekan
kita juga semakin besar, kita menggunakan gaya rata- rata. Gaya tekan atau gaya regang selalu
berubah, dari F = 0 ketika x = 0 sampai F = kx (ketika pegas tertekan atau teregang sejauh x). Besar
gaya rata-rata adalah :

95
x merupakan jarak total pegas yang teregang atau pegas yang tertekan Usaha yang dilakukanadalah :

Jadi persamaan Energi Potensial elastis (EP Pegas)….

3. Hukum Kekekalan Energi Mekanik

Kita telah mengenal kekekalan energi melalui contoh berikut, kita memiliki energi karena kita
makan (energi kimia). Dari mana asal energi kimia bahan makanan yang kita makan? Ternyata
asalnya dari Matahari. Contoh ini menunjukan bahwa energi tidak dapat diciptakan ataupun
dimusnahkan, melainkan hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Inilah yang
dinamakan Hukum Kekekalan Energi.

Menurunkan Hukum Kekekalan Energi Mekanik

Kita awali pembahasan hukum kekekalan energi mekanik dengan menurunkannya secarakuantitatif.
Dari teorema usaha-energi kinetik kita peroleh

W res= EK

Usaha oleh gaya resultan W res adalah usaha yang dilakukan oleh gaya-gaya
konservatif,W k, dan gaya-gaya tak konservatif, W tk, sehingga

96
W k+W tk= EK

Jika pada sistem hanya bekerja gaya konservatif maka W tk=0,dan persamaan di atasmenjadi

W k+0=  W k= EK
EK

Telah kita ketahui bahwa W k=- EP , sehingga - EP = EK

Atau EP + EK =0. EP + sama dengan EM sehingga dapat kita tulis
Jumlah EK
EM =EMak-EMaw=0

Atau EMak=EMaw ..................................(1)

Energi mekanik EM=EP+EK ................... (2)

Persamaan 1 dan 2 dikenal dengan sebutan hukum kekekalan enegi mekanik. Hukum ini berbunyi
:

Jika pada suatu sistem hanya bekerja gaya-gaya dalam yang bersifat konservatif
(tidak bekerja gaya luar dan gaya dalam tak konservatif),maka energi
mekanik sistem pada posisi apa saja selalu tetap (kekal). Artinya energi mekank
sistam pada posisi akhir sama dengan energi mekanik sistem pada posisi awal.

Gaya Konservatif dan Gaya Tak Konservatif

Gaya konservatif yaitu gaya–gaya yang tidak bergantung pada lintasannya tetapi hanya
bergantung pada keadaan awal dan akhirnya saja sedangkan gaya tak konservatif merupakan
kebalikan dari gaya konservatif. Usaha yang dilakukan oleh gaya konservatif untuk perpindahan
antara dua posisi tertentu hanya bergantung pada kedua posisi tersebut dan tidak
bergantung pada jalan yang ditempuh. Usaha W=F. x sedang x adalah konstan untuk

perpindahan tersebut. Jadi, supaya usaha W hasil gaya konservatif F hanya merupakan fungsi posisi,
maka gaya F tersebut haruslah merupakan fungsi posisi saja dan bukan fungsi kecepatan atau
waktu. Perhatikan gaya gravitasi konstan Fkons=mg , gaya gravitasi Newton
GMm
Fgrav= , dan gaya pegas Fp=kx. Ketiga gaya ini hanya merupakan fungsi posisi,
dan
2
r
bukan fungsi kecepatan atau waktu. Oleh karena itu, ketiga gaya ini termasuk gaya
konservatif.

97
Bagaimana dengan gaya gesekan? Telah kita ketahui bahwa gaya gesekan angin pada
penerjun bergantung pada kecepatan penerjun. Makin cepat penerjun jatuh, makin besar juga gaya
gesekan angin yang bekerja pada benda karena gaya gesekan angin bergantung pada kecepatan,
maka jelas gaya gesekan angin termasuk gaya tak konservatif. Gaya gesekan air untuk benda
bergerak pada permukaan air juga bergantung pada kelajuan benda. Karena itu gaya gesekan air
juga termasuk gaya tak konservatif.

Bagaimana dengan gaya gesekan antar zat padat? Fungsi gesekan kinetis antar parmukaan
zat padat untuk kecepatan rendah tidak begitu banyak berubah. Tetapi pada kecepatan tinggi
perubahan gaya gesekan cukup bervariasi. Karena gaya geseka kinetis antar permukaan zat padat
merupakan fungsi kecepatan, maka gaya geseka kinetis pun merupakan gaya tak konservatif.

4. Daya
Dalam ilmu fisika, daya diartikan sebagai laju usaha dilakukan atau
perbandingan antara besar usaha dengan selang waktu. Dalam kaitan dengan
energi, daya diartikan sebagai laju perubahan energi. Sedangkan daya rata-rata
didefinisikan sebagai perbandingan usaha total yang dilakukan dengan selang waktu
total yang dibutuhkan untuk melakukan usaha. Secara matematis, hubungan antara
daya, usaha dan waktu dirumuskan sebagai berikut:

Berdasarkan persamaan ini, dapat disimpulkan bahwa semakin besar laju usaha, semakin besar
daya. Sebaliknya, semakin kecil laju usaha maka semakin kecil laju daya. Yang dimaksudkan dengan
laju usaha adalah seberapa cepat sebuah usaha dilakukan. Misalnya mobil A dan B memiliki massa
yang sama menempuh suatu lintasan berjarak 1 km. Apabila mobil A menempuh lintasan tersebut
dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan mobil B, maka ketika menempuh lintasan itu,
daya mobil A lebih besar dari mobil B. Dengan

98
kata lain, Mobil A memiliki laju perubahan energi kimia menjadi energi mekanik yang lebih besar dari
pada mobil B.

Satuan Daya
Daya merupakan besaran skalar, besaran yang hanya mempunyai nilai atau besar, tidak
mempunyai arah. Satuan daya dalam Sistem Internasional adalah Joule/detik. Joule/detik juga biasa
disebut Watt (disingkat W), untuk menghargai James Watt. Dalam sistem British, satuan daya
adalah 1 pon-kaki/detik. Satuan ini terlalu kecil untuk kebutuhan praktis sehingga digunakan satuan
lain yang lebih besar, yakni dayakuda atau horse power (disingkat hp). 1 dayakuda = 550 pon-
kaki/detik = 764 watt = ¾ kilowatt.
Besaran Usaha juga bisa dinyatakan dalam satuan daya x waktu, misalnya kilowatt- jam alias
kWh. Satu kWh adalah usaha yang dilakukan dengan laju tetap sebesar 1 kilo Watt selama satu jam.
Contoh Soal:

1. Seorang atlet melontarkan bola tolak peluru bermassa 4,2 kg dengan


kecepatan 12 m/s. Berapakah energi kinetik benda itu ? Berapakah usaha yang
dilakukan atlet itu ? Penyelesaian:
Diketahui: m = 4,2 kgv
= 12 m/s
Ditanya: a) EK = ……. ?b)
W = ................. ?

Jawab:

a) Energi kinetik benda: EK = 1 𝑚 𝑣2


2

= 1 . (4,2 kg).(12 m/s)2


2
= 302,4 J

b) Usaha sama dengan perubahan energi kinetik: W = ∆EK


W = 302,4 J

2. Sebuah benda bermassa 2 kg jatuh bebas dari ketinggian 20 m dari atas tanah.
Hitunglah:
a. Energi potensial setelah benda bergerak 1 sekon
b. Usaha yang dilakukan gaya berat pada saatketinggian benda 10 m

99
Penyelesaian:
Diketahui: m = 2 kgh1 =
20 m h2 =
10 m t = 1
s
Ditanya: a) EP2 = ……. ?
b) W = ............. ?

Jawab:

a) Energi potensial benda: ∆ℎ =o𝑣 . 𝑡 + 1 𝑔 𝑡2


2

= 0. 1 s + 1 . 10 m/s2 . (1 s) 2
2
=5m
W = EP1 – EP2
EP2 = EP1 – W
= m g h1 – m g ∆ℎ
= m g (h1 - ∆ℎ)
= 2 kg. 10 m/s2 (20 m – 5 m)
= 300 J

b) Usaha sama dengan perubahan energi potensial: W = ∆𝐸𝑃


= m g (h1 – h2)
= 2 kg. 10 m/s2 (20 m – 10 m)
= 200 J
3. Sebuah benda jatuh dari ketinggian 6 meter dari atas tanah. Berapa kecepatan
benda tersebut pada saat mencapai ketinggian 1 meter dari tanah, bila
percepatan gravitasi bumi 10 m/s2 ?
Penyelesaian:
Diketahui:
h1 = 6 m
h2 = 1 m
g= 10 m/ s2
Ditanya: v2 = ……. ?

10
0
Jawab:
Energi mekanik adalah jumlah energi potensial dan energi kinetik
EM = EP + EK
EM1 = EM2
EP1 + EK1 = EP2 + EK2
m g h1 + 1 𝑚𝑣2 = m g h2 + 1 𝑚𝑣2
2 1 2 2
g h1 + 1 𝑣2 = g h2 + 1 𝑣2
2 1 2 2
𝑣1 = 0 g h1 = g h2 + 1 𝑣2
2 2
2 2
10 m/s . 6 m = 10 m/s . 1 m + 1 𝑣2
2 2
2 2 2 2
60 m /s = 10 m /s + 1 𝑣2
2 2
2 2
50 m /s = 1 𝑣2
2 2

𝑣22 = 100 m2/s2


𝑣2 = 10 m/s
Jadi, kecepatan benda pada saat mencapai ketinggian 1 m dari tanah adalah 10 m/s.

4. Sebuah traktor digunakan untuk mengangkat benda seberat 1,2 x 10 4 N setinggi 9


m dalam waktu 15 s. Berapakah daya traktor itu ?
Penyelesaian:
Diketahui: F = 1,2 x 104 N
s = 9 mt
= 15 s
Ditanya: P = ……. ?

Jawab: 𝑃=𝖶
𝑡
𝐹 .𝑠
=
𝑡
1,2 𝑥 104 𝑁 .9 𝑚
=
15 𝑠
= 7,2 x 103 W
= 7,2 kW

10
1
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!

1. Seorang pemanjat tebing membawa ransel yang massanya 7,5 kg. Ia mulai
memanjat tebing dengan kecepatan konstan, dan 30 menit kemudian ia berada
pada ketinggian 9,2 m di atas titik awal.
a. Berapakah usaha yang ia lakukan terhadap rangselnya ?
b. Jika berat pemanjat itu 650 N, berapakah usaha total yang ia lakukan untuk
mengangkat dirinya sendiri dan ranselnya ?
c. Berapakah daya total yang dikerahkan pemanjat itu ?
2. Anak panah 80 gram ditembakkan dari busur direnggangkan pada jarak 80 cm,
sehingga menghasilkan rerata gaya pegas sebesar 90 N pada anak panah itu.
Berapakah kecepatan anak panah saat terlepas dari busurnya?
3. Benda bermassa 5 kg dilempar vertikal ke atas dengan kecepatan awal 10 m/s.
Berapakah besarnya energi potensial di titik tertinggi yang dicapai benda ?
4. Sebuah benda yang masaanya 1 kg jatuh bebas dari ketinggian 20 m. Berapakah
besarnya energi kinetik benda pada saat berada 5 m dari tanah ?
5. Perhatikan gambar berikut !

Berapakah kecepatan roller coaster saat berada di titik B?

10
2
RANGKUMAN
Energi merupakan konsep yang sangat terkait dengan usaha. Energi dapat menyebabkan
perubahan pada benda atau lingkungan. Energi dapat pula mengalami perubahan bentuk. Secara
sederhana energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Tentu saja
pengertian ini tidak dapat berlaku umum, tetapi hanya pada bentuk-bentuk tertentu saja, terutama
yang berkenaan dengan mekanika.
Dalam mekanika dibicarakan dua bentuk energi, yaitu energi kinetik dan energi potensial.
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh sebuah benda yang bergerak atau memiliki kecepatan.
Sedangkan energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena posisi atau
kedudukannya. Di dalam mekanika ada dua jenis energi potensial, yakni energi potensial gravitasi
dan energi potensial pegas.

10
3
.

10

Anda mungkin juga menyukai