Anda di halaman 1dari 36

TATA LAKSANA TERBARU

COVID-19 DI INDONESIA
Erlina Burhan
Dept. Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
FKUI-RSUP Persahabatan
MENGAPA
TERAPI COVID-
19 SERING
BERUBAH?

2
TAHAPAN PENGEMBANGAN OBAT PADA KONDISI NORMAL
• Pada umumnya sebuah kandidat obat baru
membutuhkan waktu sekitar 8 ½ tahun untuk dapat
dipasarkan
• Tidak jarang obat-obatan ini gagal pada fase uji pra-klinik
dan uji klinik fase I karena alasan keamanan
• Untuk bisa dipasarkan, kandidat obat baru harus melalui
• Uji pra-klinik (3.5 tahun)
• Penentuan Target dan Sintesis Obat
• Uji in vitro dan in vivo
• Uji pada hewan/ animal study
• Uji Klinik fase I (1 tahun)
• Uji Klinik fase II (2 tahun)
• Uji Klinik fase III (3 tahun)
• Sebelum masuk ke pasaran, badan regulatori
(BPOM/FDA) akan melakukan telaah pada setiap data
Catatan: Cara yang digunakan pada kondisi normal tidak relevan pre-klinik dan klinik selama 2.5tahun.
pada kondisi pandemi, sehingga perlu ada modifikasi dan • Setelah dipasarkan, badan regulatori (FDA/ BPOM) akan
inovasi pada setiap tahap pengembangan obat!! melakukan telaah pada populasi yang sangat besar
(jutaan) untuk memastikan mengenai safety dan
Chin, R., & Lee, B. Y. (2008). Principles and practice of clinical effectiveness pada masyarakat luas.
trial medicine. Elsevier. (Book) 3
MENGAPA PENGEMBANGAN OBAT-OBATAN COVID-19 SANGAT CEPAT? (1)

• Kerjasama antara industri farmasi,


institusi penelitian, badan regulatori,
dan komite etik berperan sangat
besar dalam akselerasi
pengembangan obat COVID-19
• Kerjasama ini tidak hanya mendukung
segi pendanaan tetapi juga
mendukung kemampuan untuk
melakukan setiap fase pengembangan
obat secara paralel dan secara cepat,
meliputi:
• Penelitian pada fase pre-klinik
• Penyelenggaraan uji klinik
• Produksi dan distribusi obat-obatan
• Kolaborasi ini juga memungkinkan
peneliti untuk memodifikasi desain uji
klinik sehingga dapat menjalankan
fase 1, 2, 3 uji klinik secara parallel.
Chakraborty, S., Mallajosyula, V., Tato, C. M., Tan, G. S., & Wang, T. T. (2021). SARS-
CoV-2 vaccines in advanced clinical trials: Where do we stand. Advanced Drug Delivery 4
Reviews.
MENGAPA PENGEMBANGAN OBAT-OBATAN COVID-19 SANGAT CEPAT? (2)

Platform Trials
• Platform trial/ Multi-Arm Multi-Stage
(MAMS) trial merupakan desain uji klinik
yang baru.
• Desain platform trial sangat efisien
karena memungkinkan peneliti untuk
menguji beberapa macam obat disaat
yang bersamaan.
• Selain itu, platform trial memungkinkan
peneliti untuk dapat menghentikan arm
obat uji tertentu yang hasilnya tidak baik
dan juga menambahkan arm obat uji
baru yang potensial untuk diteliti.
• Hasil uji klinik ini dapat tersedia sangat
cepat dan sangat update karena interim
analysis dilakukan secara berkala.
• Contoh uji klinik yang menggunakan
desain platform trials: Recovery Trials,
Park, J. J., Harari, O., Dron, L., Lester, R. T., Thorlund, K., & Mills, E. J. (2020). An
Principle Trials, Solidarity Trials.
overview of platform trials with a checklist for clinical readers. Journal of clinical
5
epidemiology, 125, 1-8.
MENGAPA TERJADI BEBERAPA KALI PERUBAHAN REKOMENDASI
PADA BERBAGAI GUIDELINE?

• Saat COVID-19 muncul, ilmu pengetahuan kedokteran


Saat ini tentang penyakit ini sangat terbatas sehingga segala
upaya untuk menyelamatkan nyawa manusia dikerahkan
meskipun belum memiliki bukti yang kuat.
• Target terapi potensial untuk pengobatan COVID-19
semakin banyak teridentifikasi sehingga memungkinkan
adanya obat-obat baru yang akan muncul.
• Hasil uji klinik yang positif belum dapat diterima secara
mutlak tetapi juga harus dibandingkan dengan
beberapa uji klinik lain yang serupa.
• Meta-analisis dari beberapa hasil RCT yang berkualitas
merupakan sumber yang paling adekuat untuk kita
jadikan pegangan.
• Guideline / panduan praktik klinis COVID-19 harus
diupdate secara berkala mengikuti perkembangan data
ilmiah terbaru.
Modified from ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2743609/ 6
KEEP UPDATE !

Clinical Trial Meta-analysis


Guideline Update National Guideline
Update Update
• RECOVERY Trial, • Living Guideline • Living Network • Kementerian
PRINCIPLE Trial, WHO Meta-analysis Kesehatan (KMK)
SOLIDARITY Trial WHO • Organisasi
Profesi (5OP:
PDPI, PAPDI,
PERKI,
PERDATIN, IDAI)

7
PANDUAN TATA
LAKSANA
COVID-19
MENURUT
WHO

8
WHO LIVING GUIDELINE: THERAPEUTICS AND COVID-19

• Rekomendasi terapi medikamentosa dibuat


berdasarkan severitas dari kasus COVID-19.
• SpO2 < 90% dengan udara ruang, respitrasi
rate > 30, peningkatan laju pernafasan anak
(sesuai usia), tanda distress pernafasan
berat merupakan batas penentuan kasus
berat.
• Seorang dokter harus bisa membedakan
SpO2 < 90% (udara ruang) disebabkan
karena COVID-19 atau karena riwayat
hipoksemia yang stabil yang sudah ada
sebelumnya seperti PPOK, Eisenmenger
syndrome, dll.
• Pasien dengan SpO2 90-94% (udara ruang)
dapat ditatalaksana sebagai kasus berat
apabila dokter menemukan tren
perburukan pada pasien.
1. Therapeutics and COVID-19: living guideline (who.int)
2. COVID-19 Clinical management: living guidance (who.int)
3. WHO Living guideline: Drugs to prevent COVID-19 9
WHO LIVING GUIDELINE: THERAPEUTICS AND COVID-19
Rekomendasi
• Coagulopathy, arterial and venous thromboembolism
merupakan kondisi yang sering terjadi pada pasien
COVID-19 sehingga dokter harus rutin memonitor
kondisi tersebut.
• Pemberian standard thrombophylaxis pada setiap
pasien yang dirawat meskipun belum memiliki
indikasi pemberian antikoagulan karena dapat
menurunkan angka kematian dan kondisi emboli
paru.
• Pemberian dosis yang lebih tinggi dari dosis
thrombophylaxis tidak direkomendasikan karena
risiko terjadinya perdarahan yang berat (major
bleeding)
• Pemberian dexamethasone 6 mg per hari
direkomendasikan pada kasus berat
• Pemberian kortikosteroid tidak direkomendasikan
pada kasus yang sedang dan ringan

1. Therapeutics and COVID-19: living guideline (who.int)


2. COVID-19 Clinical management: living guidance (who.int)
10
3. WHO Living guideline: Drugs to prevent COVID-19
WHO LIVING GUIDELINE: THERAPEUTICS AND COVID-19

Rekomendasi
• Pasien COVID-19 ringan dan sedang
tidak direkomendasikan untuk
mendapatkan antibiotik sebagai
terapi maupun sebagai profilaksis
• Antibiotik dapat diberikan jika ada
kecurigaan adanya infeksi bakteri
• Pemberian hydroxychloroquine,
lopinavir/ritonavir, dan remdesivir
tidak direkomendasikan untuk
semua derajat penyakit

1. Therapeutics and COVID-19: living guideline (who.int)


2. COVID-19 Clinical management: living guidance (who.int)
3. WHO Living guideline: Drugs to prevent COVID-19 11
WHO LIVING GUIDELINE: THERAPEUTICS AND COVID-19

Rekomendasi
• Pemberian hydroxychloroquine,
lopinavir/ritonavir, dan remdesivir
tidak direkomendasikan untuk
semua derajat penyakit.

1. Therapeutics and COVID-19: living guideline (who.int)


2. COVID-19 Clinical management: living guidance (who.int)
3. WHO Living guideline: Drugs to prevent COVID-19 12
WHO LIVING GUIDELINE: THERAPEUTICS AND COVID-19

Rekomendasi
• Penggunaan ivermectin pada pasien
COVID-19 tidak direkomendasikan
pada setiap derajat penyakit kecuali
pada konteks uji klinik
• Rekomendasi ini dibuat karena
masih sangat sedikitnya bukti
ilmiah yang tersedia sehingga
penelitian lebih lanjut diperlukan
untuk mempertimbangkan risiko
dan keuntungannya.

1. Therapeutics and COVID-19: living guideline (who.int)


2. COVID-19 Clinical management: living guidance (who.int)
3. WHO Living guideline: Drugs to prevent COVID-19 13
WHO LIVING GUIDELINE: THERAPEUTICS AND COVID-19

Rekomendasi
• Penggunaan penghambat
reseptor IL-6 (tocilizumab dan
sarilumab) direkomendasikan
pada pasien COVID-19 derajat
berat dan kritis.
• Penggunaan kombinasi
kortikosteroid dan penghambat
reseptor IL-6 direkomendasikan
pada pasien COVID-19 derajat
berat.

1. Therapeutics and COVID-19: living guideline (who.int)


2. COVID-19 Clinical management: living guidance (who.int)
14
3. WHO Living guideline: Drugs to prevent COVID-19
PROTOKOL
TATA LAKSANA
COVID-19 DI
INDONESIA
SAAT INI

15
DERAJAT COVID-19 DEWASA
Tanpa Gejala/Asimtomatik

Ringan
• Memiliki gejala tanpa ada bukti pneumonia atau hipoksia

Sedang
• Tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat), tanpa tanda pneumonia berat. SpO2 ≥93% di udara ruang

Berat
• Tanda klinis pneumonia ditambah salah satu tanda pneumonia berat:
• Frekuensi napas >30x/menit;
• Distress napas berat;
• SpO2 <93% di udara ruang

Kritis
• Sudah terjadi ARDS, sepsis, atau syok sepsis

Burhan E, Susanto AD, Isbaniah F, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo CW, et al. Pedoman tatalaksana COVID-19. 3rd ed. Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI; 2020. 16
16
TATA LAKSANA COVID-19
TANPA GEJALA (1)
Isolasi dan Pemantauan
• Isolasi mandiri selama 10 hari sejak terkonfirmasi COVID-19,
baik di rumah maupun di fasilitas lain yang disiapkan

• Pasien dipantau oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama


(FKTP), dan kontrol ke FKTP setelah selesai isolasi

Non-Farmakologis
• Terapkan protokol kesehatan

• Berjemur 10-15 menit tiap hari

• Anggota keluarga yang kontak erat hendaknya


memeriksakan diri

Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi
17
TATA LAKSANA COVID-19
TANPA GEJALA (2)
Farmakologis
• Vitamin C: 3-4x500 mg, 14 hari (non acidic), 2x500 mg, 30
hari (acidic) per oral

• Vitamin D: 1000-5000 IU/hari

• Pengobatan komorbid / penyakit penyerta

• Obat suportif lain (fitofarmaka, OMAI, antioksidan) dapat


dipertimbangkan

Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi
18
TATA LAKSANA COVID-19 DERAJAT
RINGAN (1)
Isolasi dan Pemantauan
• Isolasi mandiri selama 10 hari sejak terkonfirmasi COVID-19, baik di rumah
maupun di fasilitas lain yang disiapkan
• Pasien dipantau oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), dan
kontrol ke FKTP setelah selesai isolasi

Non-Farmakologis
• Terapkan protokol kesehatan

• Berjemur 10-15 menit tiap hari

• Anggota keluarga yang kontak erat hendaknya memeriksakan diri

Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol


Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi 19
TATA LAKSANA COVID-19 DERAJAT
RINGAN (2)
Farmakologis
• Vitamin C: 3-4x500 mg, 14 hari (non acidic), 2x500 mg, 30 hari (acidic) per
oral

• Vitamin D: 1000-5000 IU/hari

• Antivirus: favipiravir per oral 2x1600 mg hari ke-1, 2x600 mg hari ke-2
sampai hari ke-5 (sediaan 200 mg)

• Terapi simtomatis (misalnya parasetamol jika demam)

• Pengobatan komorbid / penyakit penyerta dan komplikasi yang ada

• Obat suportif lain (fitofarmaka, OMAI, antioksidan) dapat dipertimbangkan

Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol


Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi 20
TATA LAKSANA COVID-19 DERAJAT SEDANG (1)
Isolasi dan Perawatan
• Isolasi dan perawatan di Ruang Isolasi COVID-19 Rumah Sakit Rujukan
atau RS Darurat COVID-19
Non-Farmakologis
• Istirahat total
• Asupan kalori dan cairan cukup
• Oksigen jika diperlukan
• Pemantauan berkala hasil laboratorium darah perifer lengkap, hitung
jenis leukosit, dan ditambah CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, dan foto
toraks jika memungkinkan

Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi 21
21
TATA LAKSANA COVID-19 DERAJAT SEDANG (2)
Farmakologis
• Vitamin C: 200-400 mg/8 jam dalam NaCl 0,9% 100 cc, habis dalam 1
jam secara drip intravena
• Vitamin D: 1000-5000 IU/hari
• Antivirus: favipiravir peroral 2x1600 mg hari ke-1, 2x600 mg hari ke-2-5
(sediaan 200 mg) ATAU remdesivir IV drip 200 mg hari ke-1, 1x100 mg
hari ke-2-5 atau hari ke-2-10
• Antikoagulan LMWH/UFH sesuai evaluasi DPJP
• Terapi simtomatis (misalnya parasetamol jika demam)
• Pengobatan komorbid / penyakit penyerta dan komplikasi yang ada

Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi 22
22
TATA LAKSANA COVID-19 DERAJAT BERAT ATAU KRITIS (1)
Isolasi dan Perawatan
• Isolasi dan perawatan di Ruang Isolasi COVID-19 Rumah Sakit Rujukan COVID-19 atau ICU
Non-Farmakologis
• Istirahat total
• Asupan kalori dan cairan cukup, kontrol elektrolit
• Oksigen jika SpO2 <93% dengan udara bebas. Jenis alat dan flow disesuaikan hingga mencapai target SpO2
92-96%
• Pemantauan berkala hasil laboratorium darah perifer lengkap, hitung jenis leukosit, dan ditambah CRP,
fungsi ginjal, fungsi hati, hemostasis, LDH, dan D-dimer jika memungkinkan
• Pemeriksaan foto toraks serial
• Monitor: frekuensi napas (≥30x/menit); SpO2 (≤93 %); PaO2/FiO2 ≤300 mmHg; peningkatan >50%
keterlibatan di area paru dari radiografi toraks dalam 24-48 jam; limfopenia progresif; peningkatan CRP
progresif; asidosis laktat progresif
• Untuk mencegah perburukan penyakit ke gagal napas: terapi oksigen dengan HFNC atau NIV jika tidak ada
perbaikan klinis dalam 1 jam atau ada perburukan klinis, pembatasan resusitasi cairan, atau awake prone
position
• Jika gagal napas dengan ARDS, dipertimbangkan penggunaan ventilator mekanik
Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi 23
23
TATA LAKSANA COVID-19 DERAJAT BERAT ATAU KRITIS (2)
Farmakologis
• Vitamin C: 200-400 mg/8 jam dalam NaCl 0,9% 100 cc, habis dalam 1 jam secara drip intravena
• Vitamin B1: 1 ampul/24 jam intravena
• Vitamin D: 1000-5000 IU/hari
• Antivirus: favipiravir peroral 2x1600 mg hari ke-1, 2x600 mg hari ke-2-5 (sediaan 200 mg) ATAU remdesivir
IV drip 200 mg hari ke-1, 1x100 mg hari ke-2-5 atau hari ke-2-10
• Kortikosteroid: deksametason 6 mg/24 jam, 10 hari, atau dosis ekivalennya
• Anti IL-6 (Tocilizumab/Sarilumab): Tocilizumab 8 mg/kgBB single dose. Satu dosis tambahan dapat
diberikan jika belum ada perbaikan atau mengalami perburukan, dengan jarak antar dosis minimal 12 jam
• Antikoagulan LMWH/UFH sesuai evaluasi DPJP
• Terapi simtomatis (misalnya parasetamol jika demam)
• Pengobatan komorbid / penyakit penyerta dan komplikasi yang ada
• Jika pasien mengalami syok, berikan tata laksana sesuai pedoman yang ada: resusitasi cairan, vasopressor,
atau inotropik, dan dimonitor secara intensif
• Terapi suportif lain sesuai indikasi
Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi 24
24
Perubahan Tata Laksana Terapi COVID-19 Terbaru Sesuai Usulan Organisasi Profesi
Lama Baru

Tanpa Gejala Vitamin C, B, E, D, Zinc Vitamin C, D, dan/atau obat-obatan suportif


Vitamin C, B, E, D, Zinc Vitamin C, D
Azitromisin Favipiravir
Ringan
Oseltamivir atau Favipiravir Pengobatan simtomatis
Pengobatan simtomatis Obat-obat suportif
Vitamin C, B, E, D, Zinc Vitamin C, D
Azitromisin Favipiravir atau Remdesivir
Favipiravir atau Remdesivir Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
Sedang Kortikosteroid Pengobatan simtomatis
Pengobatan simtomatis Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
Vitamin C, B, E, D, Zinc Vitamin C, B1, D
Azitromisin Favipiravir atau Remdesivir
Favipiravir atau Remdesivir Kortikosteroid
Berat atau Kortikosteroid Anti IL-6 (tocilizumab/sarilumab)
Kritis Pengobatan simtomatis Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP Terapi tatalaksana syok (bila terjadi)
Terapi tatalaksana syok (bila terjadi)

Sumber: Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi
PERUBAHAN TATA LAKSANA NON FARMAKOLOGIS
LAMA BARU
Jika terapi oksigen konvensional gagal dan pasien mengalami Jika terapi oksigen konvensional gagal dan pasien mengalami
perburukan, HFNC/NIV dapat dipertimbangkan jika perburukan, HFNC/NIV dapat dipertimbangkan jika
memenuhi keempat kriteria berikut: memenuhi keempat kriteria berikut:
1) CM 1) CM
2) RR ≤30 kali/menit 2) RR ≤30 kali/menit
3) SpO2 >90% 3) SpO2 ≥88%
4) Tidak syok 4) Tidak syok
De-eskalasi HFNC ke terapi oksigen konvensional dapat De-eskalasi HFNC ke terapi oksigen konvensional dapat
dilakukan ketika flow 25L/menit dan FiO≤30% dilakukan ketika flow 25L/menit dan FiO≤40%
Evaluasi penggunaan HFNC/NIV: tidak mencantumkan Evaluasi penggunaan HFNC/NIV: menambahkan asidosis
asidosis respiratorik (AGD pH <7,35 dengan PaCO2 >45) respiratorik (AGD pH <7,35 dengan PaCO2 >45) sebagai
sebagai indikasi intubasi indikasi intubasi
Indikasi ECMO: Indikasi ECMO:
1) PaO2/FiO2 <60 mmHg selama >6 jam 1) PaO2/FiO2 <80 mmHg selama >6 jam
2) PaO2/FiO2 <50 mmHg selama >3 jam 2) PaO2/FiO2 <50 mmHg selama >3 jam
3) pH <7,20 dan PaCO2 >80 mmHg selama >6 jam 3) pH <7,25 dan PaCO2 >60 mmHg selama >6 jam

Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi 26
26
ALUR
PENENTUAN
TERAPI
OKSIGEN

Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi 27
TERAPI LAINNYA (1)
• Neuroamidase inhibitor, menghambat replikasi
Oseltamivir • Untuk pasien yang diduga terinfeksi virus influenza
• Dosis 2x75 mg

• Penggunaan di luar indikasi dapat menyebabkan resistensi


Antibiotik • Tidak rutin dipakai, hanya untuk derajat berat, sesuai indikasi

• Meniru sistem imun untuk melawan antigen virus


Antibodi Monoklonal • Saat ini masih dalam penggunaan untuk uji klinis
• Bamlanivimab, Casirivimab, Sotrovimab, Vilobelimab, Regdanvimab

• Efek antiinflamasi, menyeimbangkan inflamasi pada ALI/ARDS


Mesenchymal Stem Cell • Hasil uji klinis di Indonesia sudah dipublikasi
• Laju kesintasan 2,5-4,5 kali lebih tinggi, dengan dosis 1 juta sel/kgBB

Intravenous • Alternatif untuk kasus COVID-19 berat dan kritis


• Bermanfaat jika diberikan pada pasien yang menuju perburukan
Immunoglobulin • 0,3-0,5 gram/kgBB/hari selama 3-5 hari

1. Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi
TERAPI LAINNYA (2)
• Tidak memiliki keuntungan untuk COVID-19 derajat sedang, berat, kritis
Terapi Plasma Konvalesen • Risiko reaksi transfusi, efek samping koagulasi dan trombosis

• Obat infeksi kecacingan, memiliki potensi efek antivirus


Ivermectin • Penggunaan untuk uji klinis saja

• Antioksidan, prekursor glutation, melindungi stress oksidatif


N-Asetilsistein • Masih dalam uji klinis
• 1200 mg per hari per oral atau IV

• Menghambat aktivitas netrofil dan badai sitokin


Kolkisin • Masih dalam uji klinis
• Dosis berbeda di tiap uji klinis

• Antagonis reseptor androgen, memperbaiki keseimbangan ACE-2


Spironolakton • Masih dalam uji klinis
• 2x100 mg selama 5 hari

• Memisahkan plasma, mengurangi sitokin dan mediator inflamasi, mencegah badai sitokin
Therapeutic Plasma Exchange • Belum banyak penelitian, hanya berupa laporan kasus

1. Buku Protokol Tata Laksana COVID-19 Kemenkes, Revisi Protokol Tata Laksana COVID-19 dari 5 Organisasi Profesi
Kortikosteroid Sistemik
• Hiperinflamasi berperan dalam kejadian COVID-19 derajat berat dan kritis karena
dapat menyebabkan kerusakan organ. Kortikosteroid memiliki efek antiinflamasi
untuk mencegah kerusakan lanjut.
• Kortikosteroid sistemik menurunkan laju mortalitas 28 hari sebesar 8,7% pada
pasien COVID-19 kritis dan 6,7% pada pasien COVID-19 derajat berat (moderate
certainty evidence)
• Dosis per hari: deksametason 6 mg atau ekivalennya
• Hidrokortison 150 mg atau
• 40 mg prednison atau
• 32 mg metilprednisolon
• Benefits > harms. Efek samping yang dapat timbul: hiperglikemia atau
hypernatremia
• Untuk pasien COVID-19 bukan derajat berat atau kritis, manfaat kortikosteroid
kurang bermakna, penggunaannya tidak direkomendasikan
1. WHO. Therapeutics and COVID-19 living guideline. 2021 Jul 6 [cited 2021 Aug 27].
2. Mattos-Silva P, Felix NS, Silva PL, Robba C, Battaglini D, Pelosi P, et al. Pros and cons of corticosteroid therapy for COVID-19 patients. Respir Physiol Neurobiol. 2020 Sep;280:103492.
3. The RECOVERY Collaborative Group. Dexamethasone in hospitalized patients with Covid-19 – preliminary report. N Engl J Med. 2020 Jul 17:NEJMoa2021436.
30
Anti IL-6 (Tocilizumab, Sarilumab)

• Cytokine release syndrome (CRS) berperan penting dalam patogenesis COVID-19


• IL-6 adalah salah satu sitokin proinflamasi yang berperan besar dalam kejadian CRS
• Tocilizumab adalah antibodi monoklonal yang menghambat reseptor IL-6, baik yang ada
di membran (membrane-bound IL-6 receptor/mIL-6R) atau dalam bentuk terlarut (soluble
IL-6 receptor/sIL-6R)
• Obat diberikan secara intravena, dikombinasikan dengan kortikosteroid sistemik
• Menurunkan mortalitas dan kebutuhan ventilasi mekanik (high certainty evidence)
• Menurunkan durasi penggunaan ventilasi mekanik dan lama rawat (low certainty
evidence)

1. WHO. Therapeutics and COVID-19 living guideline. 2021 Jul 6 [cited 2021 Aug 27].
2. Lan SH, Lai CC, Huang HT, Chang SP, Lu LC, Hsueh PR. Tocilizumab for severe COVID-19: a systematic review and meta-analysis. Int J Antimicrob Agents. 2020 Sep;56(3):106103.
3. Xu X, Han M, Li T, Sun W, Wang D, Fu B, et al. Effective treatment of severe COVID-19 patients with tocilizumab. Proc Natl Acad Sci U S A. 2020 May 19;117(20):10970-5.
31
ANTIBODY MONOCLONAL (1)

• Antibodi monoclonal/ monoclonal antibody (mAb)


merupaan suatu produk biologi berupa
immunoglubolin yang dapat mengikat suatu suatu
substansi tertentu secara spesifik.
• Ada 150 mAb yang sedang dikembangkan dalam tahap
pre-klnik
• 20 diantaranya sedang menjalani uji klnik
• 12 mAb tersebut memeiliki target pada spike protein
SARS-CoV-2
• Pada Oktober 2020, Presiden Donald Trump menerima
mAb REGN-COV2 sebagai terapi COVID-19.
• Pada 21 November 2020, Regeneron telah menerima
Emergency Use Authorization dari FDA Amerika
Serikat untuk digunakan dalam pengobatan COVID-19
kasus ringan dan berat.

1. Saif LJ, Burton D, Saphire EO, Scangos G, Giorgiou G, Gerngross T, et al. COVID-19 antibodies on trial. Nature Biotechnology. 2020 Nov:(38);1241-52.
2. Katz P. Regeneron gets FDA approval for antibody cocktail to fight Covid-19 [Internet]. Westfair Communications. 2020 [cited 24 November 2020]. Available from:
https://westfaironline.com/130474/regeneron-gets-fda-approval-for-antibody-cocktail-to-fight-covid-19/ 32
PENELITIAN
OBAT COVID-19
LAIN

33
PLATFORM RANDOMIZED TRIAL OF INTERVENTIONS AGAINST
COVID-19 IN OLDER PEOPLE (PRINCIPLE TRIAL)
• Desain: Platform trial/ Multi-Arm Multi-Stage
(MAMS) trial untuk pasien COVID-19 yang sedang
menjalani isolasi mandiri.

• Negara: Inggris
• Primary end-point: Mencegah rawat inap pada
pasien COVID-19 yang sedang menjalani isolasi
mandiri

• Efektif: Budesonide Inhalasi


• Tidak Efektif: Azithromycin, Doxycycline
• Ongoing:
• Ivermectine
• Favipiravir
https://www.principletrial.org/ 34
PRINCIPLE TRIAL: INHALASI BUDESONIDE
Hasil PRINCIPLE Trial
• Ide penelitian: banyak studi observasional yang mendapatkan bahwa
pasien COVID-19 dengan penyakit pernafasan jarang memerlukan
perawatan di rumah sakit  apakah disebabkan karena pemakaian
glukokortikoid inhalasi?
• Populasi: pasien COVID-19 dewasa (> 18 tahun) yang menjalani isolasi
mandiri dengan gajala (batuk, demam, anosmia)
• Intervensi: Pulmicort Turbuhaler (400 µg/ inhalasi) (sehari dua kali
pemakaian, sekali pemakaian 2 kali inhalasi)
• Pembanding: Usual Care (UC)
• Hasil Inhalasi Budesonide vs UC (n= 139; 70 vs 69)
• Memerlukan perawatan emergensi atau rawat inap: (1% vs 14%) (difference in
proportions 0.131, 95% CI 0.043 to 0.218; p=0.0040)
• Gejala persisten selama 14 dan 28 hari lebih sedikit terjadi pada kelompok
yang menerima Inhalasi Budesonide
• Pemulihan gejala lebih cepat terjadi pada kelompok yang menerima Inhalasi
Budesonide
• Studi ini memiliki kriteria inklusi yang luas sehingga sangat relevan
apabila diimplementasikan pada masyarakat yang berada di negara
berpenghasilan menengah kebawah.
Ramakrishnan, S., Nicolau Jr, D. V., Langford, B., Mahdi, M., Jeffers, H., Mwasuku, C., ... & Bafadhel, M. (2021).
Inhaled budesonide in the treatment of early COVID-19 (STOIC): a phase 2, open-label, randomised controlled
trial. The Lancet Respiratory Medicine. 35
TERIMA KASIH

36

Anda mungkin juga menyukai