5 Petis Ikan PDF Free
5 Petis Ikan PDF Free
PETIS IKAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi Pengolahan
Hasil Perikanan semester genap
Disusun oleh:
KELOMPOK 5/ PERIKANAN C
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016
KATA PENGANTAR
3
Penyusun
3
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
.................................................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR
.................................................................................................................
iv
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1
1.2 Tujuan.........................................................................................................
2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Petis
..........................................................................................................................
3
..........................................................................................................................
2.2 Deskripsi Petis Ikan
..........................................................................................................................
3
2.3 Bahan Pembuatan Petis Ikan
..........................................................................................................................
4
2.3.1 Bahan Utama Pembuatan Petis Ikan
..........................................................................................................................
4
2.3.2 Bahan Tambahan Petis Ikan
..........................................................................................................................
4
2.4 Perubahan Kimia Bahan Pangan Selama Pengolahan
..........................................................................................................................
10
2.4.1 Perubahan Kimia dan Nilai Gizi Protein
..........................................................................................................................
10
2.4.2 Perubahan Kimia dan Nilai Gizi Karbohidrat
..........................................................................................................................
11
4
III METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan............................................................................................
14
3.1.1 Alat...........................................................................................................
14
3.1.2 Bahan.......................................................................................................
14
3.2 Proses Pembuatan.......................................................................................
15
IV SIMPULAN
4.1 Simpulan
..........................................................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................................................................
17................................................................................................................................
4
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Komposisi Zat Gizi Gula Kelapa per 100 g Bahan 5
2. Komposisi Kimia Bawang Putih (Allium sativum) 7
3. Kandungan Nutrisi Pada Tepung Tapioka, Tepung Terigu dan
Tepung Beras Dalam 100 G Bahan Makanan 8
4. Standar Mutu Produk Petis SNI.01-2346-2006 13
5. Kandungan Gizi Petis Ikan 13
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Petis Ikan 4
2. Gula Merah 6
3. Garam 6
4. Bawang Putih 7
5. Pati 8
1
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Pengolahan hasil perikanan pada umumnya bertujuan untuk mencegah
terjadinya kerusakan sehingga hasil perikanan dapat dimanfaatkan sebagai pangan
baik dalam keadaan segar maupun sebagai produk olahan. Dengan pengolahan
dapat dihambat pertumbuhan mikroba. Pengolahan bertujuan menyeleksi mikroba
yang dikehendaki saja karena peranannya dalam memberikan citarasa, misalnya
penggaraman, pengolahan dengan fermentasi (Hadiwiyoto, 1993). Salah satu
produk hasil fermentasi tersebut adalah petis udang / ikan (Buckle et al., 1987).
Petis adalah komponen dalam masakan Indonesia yang dibuat dari produk
sampingan pengolahan hasil laut yang berkuah (biasanya dari pindang, kupang
atau udang) yang dipanasi hingga cairan kuah menjadi kental seperti saus yang
lebih padat. Dalam pengolahan selanjutnya, petis ditambah karamel gula batok.
Ini menyebabkan warnanya menjadi coklat pekat dan rasanya manis. Pembuatan
petis merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan limbah
produk-produk hasil laut baik itu limbah ikan, udang maupun kupang.
Pembuatannya sebenarnya sangatlah sederhana karena memang tidak
membutuhkan alat dan keahlian khusus. Hanya saja perlu ketelatenan dalam
pembuatannya, karena jika memproduksi dalam kapasitas banyak membutuhkan
waktu yang cukup lama.
Petis juga merupakan komoditi hasil pengolahan ikan yang cukup dikenal,
terutama di dalam masyarakat di Pulau Jawa dan biasa digunakan sebagai lauk
pauk atau campuran makanan rakyat yang khas. Petis berasal dari cairan tubuh
ikan atau udang yang telah terbentuk selama proses penggaraman kemudian di
uapkan melalui proses perebusan lebih lanjut sehingga menjadi larutan yang lebih
padat seperti pasta (Afrianto dan Liviawaty, 1989).
Di pasaran, mutu petis ikan umumnya sangat bervariasi atau ragam
dimana hal ini sangat dipengaruhi oleh cara pengolahan serta jenis, jumlah dan
kualitas dari bahan mentah dan bahan pembantu yang digunakan, disamping
2
2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, serta untuk lebih mendalami
ilmu-ilmu mengenai pengolahan pada produk hasil perikanan yang sangat
beragam di Indonesia terutama mengenai Petis Ikan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1 Deskripsi Petis
Petis merupakan produk berbentuk pasta berwarna coklat kehitaman, dibuat
dengan cara mengentalkan kaldu yang diberi gula merah dan bumbu-bumbu
lainnya (Dewanti 2002 dalam Wahyuningsih 2011). Menurut (Astawan 2004
dalam Wahyuningsih 2011), petis merupakan produk olahan atau awetan yang
termasuk dalam kelompok saus yang menyerupai bubur kental, liat dan elastis.
Penyedap yang bahan utamanya udang, ikan dan biasa juga daging bukan hanya
menambah rasa enak, tetapi juga mengandung protein, karbohidrat dan beberapa
unsur mineral yaitu fosfor, kalsium dan zat besi. Berdasarkan bahan baku yang
digunakan petis dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu petis yang
pengolongannya berasal dari sari udang pada pengolahan ebi atau dari ikan pada
pembuatan pindang dan petis yang khusus dibuat dari daging ikan atau daging
udang (Suprapti 2001 dalam Wahyuningsih 2011).
kegunaan petis adalah sebagai penyedap atau penambah rasa enak pada masakan
atau sambal yang dipersiapkan (Suprapti 2001 dalam Wahyuningsih 2011). Petis
ikan yang terdapat di Indonesia terkenal didaerah Jawa Timur, khususnya di pulau
Madura, namun petis ikan tidak begitu terkenal di daerah Jawa Tengah dan Jawa
Barat karena rasanya yang kurang lezat dan bau amis yang menyengat.
b Garam
Jumlah garam yang digunakan dalam suatu adonan bergantung pada
berbagai faktor, terutama jenis tepung yang dipakai. Tepung lemah (soft flours)
banyak membutuhkan garam karena garam akan mempengaruhi dan memperkuat
protein. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah pemakaian garam antara lain
resep atau formula yang digunakan dan mineral di dalam air. Bila air yang
digunakan adalah jenis air keras (hard watery), jumlah garam yang dipakai perlu
dikurangi. Jumlah garam yang digunakan pada makanan berkisar antara 2% -
2,25% (Auinger-Pfund et al. 1999 dalam Fakhrudin 2009).
Gambar 3. Garam
(Sumber : http://dapurdiadjeng.files.wordpress.com)
c Bawang Putih
Bawang putih (Allium sativum) telah lama digunakan sebagai salah satu
bumbu masakan oleh masyarakat Indonesia maupun masyarakat lain di berbagai
belahan dunia karena aromanya yang khas. Penggunaan bawang putih tidak hanya
sebagai bahan penyedap rasa, tetapi digunakan juga sebagai salah satu bahan yang
7
dapat memberikan efek kesehatan. Lebih dari 1000 publikasi hasil penelitian
menunjukkan bahwa bawang putih merupakan salah satu bahan pangan terbaik
untuk mencegah timbulnya penyakit (Saparinto dan Hidayati 2006 dalam
Fakhrudin 2009).
d Pati – patian
Bahan pengikat dan bahan pengisi dibedakan berdasarkan pada kadar
proteinnya. Bahan pengikat mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan
dengan bahan pengisi. Bahan pengisi umumnya terdiri atas karbohidrat (pati) saja.
Gambar 5. Pati
(Sumber : http://food.detik.com)
beras, tepung jagung, tepung tapioka, tepung ubi jalar, tepung kentang dan susu
skim.
- Tepung terigu
Tepung terigu memiliki kandungan protein unik yang dapat membentuk
suatu massa lengket dan elastis ketika tercampur dengan air. Protein tersebut
dikenal sebagai gluten. Gluten merupakan campuran antara dua jenis protein
gandum, yaitu glutenin dan gliadin. Glutenin memberikan sifat-sifat yang tegar
sedangkan gliadin memberikan sifat yang lengket (Payne 1987 dalam Faridah et
al. 2008 dalam Fakhrudin 2009). Kandungan protein-protein ini dalam tepung
terigu tidak lebih dari 1-2% dan hanya berfungsi untuk menunjang kebutuhan
khamir akan nitrogen selama fermentasi.
- Tepung tapioka
Tepung tapioka merupakan granula pati yang banyak terdapat di dalam sel
ketela pohon. Granula pati tapioka berukuran 5-35 mikron dan mempunyai sifat
birefringence yang kuat. (Heid dan Joslyn 1967 dalam Soemarno 2000 dalam
Fakhrudin 2009) menyatakan bahwa pati tapioka tersusun atas 20% amilosa dan
80% amilopektin, sehingga mempunyai sifat mudah mengembang (swelling)
dalam air panas. Selain pati sebagai karbohidrat, terdapat juga komponen-
komponen lain, seperti protein dan lemak dalam jumlah yang relatif sangat
sedikit.
- Tepung Beras
Tepung beras merupakan tepung yang dibuat dari beras yang
digiling/dihaluskan. Tepung beras memiliki warna putih, terasa lebih lembut dan
halus dibandingkan dengan tepung ketan. Hal yang membedakan tepung terigu
dengan tepung beras adalah kandungan glutennya. Tepung beras memiliki sedikit
kandungan gluten. Suhu gelatinisasi tepung beras lebih tinggi dibandingkan
dengan tepung terigu tetapi lebih rendah dibandingkan dengan tepung jagung (Pan
et al. 2001). Tepung beras memiliki kandungan amilosa 17%, amilopektin 83%
dan umumnya suhu gelatinisasi pati beras antara 61-77,5 oC (Cecil et al dalam
Prihartono 2003 dalam Fakhrudin 2009).
10
Bahan pangan akan menurun nilai gizinya, terutama nilai cerna dan
ketersediaan asam amino jika terjadi reaksi Maillard. Walaupun demikian, reaksi
Maillard bukanlah masalah yang serius dalam penurunan nilai gizi bahan pangan
(Apriyantono 2002 dalam Fakhrudin 2009).
BAB III
METODOLOGI
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam membuat petis ikan ini adalah belanga, yaitu
panci lebar yang terbuat dari tanah liat. Dengan menggunakan belanga,
pemanasan rendah dapat terjadi secara menyeluruh. Adanya pori-pori pada
seluruh dinding belanga menyebabkan penguapan tidak hanya terjadi pada
permukaan adonan, namun menyeluruh pada semua bagian adonan yang
menempel pada dinding belanga. Apabila digunakan wajan atau panci alumunium,
akan terdapat banyak bagian yang hangus dan petis yang dihasilkan menjadi kasar
dan berair (lembek). Hal ini disebabkan alumunium memiliki sifat pengantar
panas yang baik, tetapi tidak poros (Tommy Irawan 2004).
3.1.2 Bahan
a) Bahan Utama
Bahan utama yang dibutuhkan untuk membuat petis ikan adalah hasil dari
pemindangan daging ikan, atau limbah hasil perebusan (pemindangan) dari ikan
yang tidak dipergunakan lagi namun mengandung zat gizi yang cukup tinggi.
b) Bahan Tambahan
1 Gula Merah
2 Garam
3 Bawang Putih
4 Pati-patian
Menurut Murniyati dan Sunarman (2000), petis yang dibuat dari bahan
baku sari ikan atau udang dapat dibuat dengan cara:
1. Ikan atau udang yang akan digunakan sebagai bahan baku harus dibersihkan
lebih dulu, agar kotoran yang dapat mempengaruhi mutu petis dapat
dihilangkan.
2. Selanjutnya daging ikan atau udang ditumbuk sampai halus dan ditambah air
secukupnya. Setelah diaduk sampai rata, daging kemudian diperas seperti
memeras santan untuk mendapatkan ekstraknya. Ampas perasan tersebut dapat
ditumbuk, ditambah air, lalu diperas lagi untuk mendapatkan ekstrak yang
kedua.
3. Campuran kedua ekstrak tersebut kemudian disaring hingga bersih dari kotoran
maupun partikel - partikel kasar lain.
BAB IV
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Tommy Irawan, 2004 Studi keamanan pangan dan sifat fisiko kimia serta
organoleptik berbagai merek petis udang di sentra industri petis udang di
sidoarjo. Jurusan Teknik Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya Malang.
Wahyuningsih, Ika, dkk. 2011. Analisis Kelayakan Usaha Produksi Sambal Petis
Ikan Tuna Siap Saji (Studi Kasus Di Ud. Madu Prima Pamekasan Madura).
Jurusan Industri Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas
Brawijaya.