Anda di halaman 1dari 34

6

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Control Valve


Sebelum membahas lebih jauh tentang fungsi dan cara kerja control

valve berikut ini adalah pengetahuan singkat tentang sejarah definisi fungsi valve,

yaitu suatu alat yang dipergunakan untuk mengatur suatu aliran air yang

digunakan pada tahun B.C 3000 pada peradaban Aegean yaitu istilah umum untuk

peradaban Zaman Perunggu dari Yunani di sekitar laut Aegea, dimana pertama

kali valve di buat dari bahan kayu yang dioperasikan secara manual. Kemudian

pada tahun A.D 12 valve mulai dibuat dari bahan bronze, yaitu valve yang

dipasang pada tanki air kapal perang Romawi. Jika di tinjau dari penemuan awal

valve hingga saat ini, fungsi valve di gunakan untuk :

1. Peran zaman kuno, fungsi valve untuk menahan laju suatu aliran.

2. Revolusi industri, valve di pasang pada mesin uap.

3. Perkembangan modern saat ini, valve berfungsi untuk menjaga tekanan

agar tetap stabil dan dapat mencegah kavitasi, anti erosi dan lain

sebagainya.

 
7

Gambar No. 2.1 Permulaan sebuah valve


Sumber: PT. Azbil Berca Indonesia
Control Valve Elementary Course, Halaman 5

Perkembangan penggunaan valve di segala bidang khususnya di dunia industri

yang begitu pesat saat ini, membutuhkan manufaktur/pabrikan yang dapat

memenuhi persyaratan-persyaratan mutlak yang diperlukan oleh pengguna valve

(end user), antara lain;

1. Material body valve yang tahan terhadap fluida yang bersifat korosif,

abrasif dan memiliki nilai jual yang ekonomis.

2. Valve yang memiliki standard keamanan yang tinggi saat di pasang pada

area berbahaya.

3. Valve yang memiliki cara perawatan yang mudah serta memiliki nilai

efisiensi yang tinggi terhadap nilai produksi.

Maka dapat disimpulkan bahwa control valve adalah suatu jenis elemen

pengendali akhir atau final control elemen yang paling umum digunakan untuk

memanipulasi proses laju aliran fluida. Kata control valve dapat juga di artikan

 
8

bahwa prinsip kerjanya bisa secara otomatis maupun manual. Suatu proses aliran

fluida pada control valve bekerja tidak hanya pada posisi menutup secara penuh

(fully closed) atau membuka secara penuh (fully opened) tetapi dapat juga di

kendalikan melalui manipulated variable atau input dari suatu proses yang dapat

dimanipulasi atau diubah-ubah untuk mengatur besaran bukaan valve agar proses

variabel selalu sama dengan set point yang di kehendaki.

Tipe Control Valve

Globe Valve

Pada tugas akhir ini pembahasan lebih lanjut adalah control valve dengan

tipe globe. Dinamakan globe valve dikarenakan bentuk alirannya yang

menyerupai globe/bola. Valve tipe globe ini paling populer di pakai pada sistem

pengendalian proses dikarenakan rangeability (jangkauan yang luas) serta dapat

mengontrol aliran fluida proses secara akurat. Tipe globe control valve pada

umumnya terdiri dari dua jenis, yaitu single-seated (dudukan tunggal) dan double-

seated (dudukan ganda). Pada tipe double-seated, aliran fluida proses dipecah

menjadi dua bagian, sehingga pressure drop dimasing-masing bagian hanya

setengah dari pressure drop di antara inlet-oulet. Hal ini sangat menguntungkan

karena dapat mengurangi terjadinya korosi akibat fluida proses yang mengalir

secara kontinyu. Globe control valve adalah salah satu tipe yang paling banyak di

gunakan pada suatu proses area industri, baik di industri migas dan petrochemical.

 
9

2.1.1 Terminologi Proses Kontrol

Istilah proses kontrol adalah gabungan disiplin ilmu Statistik dan Teknik

yang berhubungan langsung dengan ilmu Arsitektur, Engineering dan Algoritma

dimana untuk menjaga atau mengendalikan output/keluaran dari suatu proses

tertentu dalam kisaran yang dikehendaki. Kata proses dalam bidang engineering

/rekayasa adalah seperangkat alat yang memiliki tugas yang saling terkait satu

dengan yang lain, untuk bersama-sama mengubah input menjadi output agar

sesuai yang diinginkan. Sedang kata kontrol adalah cabang antara ilmu

pengetahuan engineering dan matematika yang berhubungan dengan peralatan

yang bersifat dinamis dan dapat dimanipulasi atau diubah-ubah besaran

output/keluarannya.

Gabungan kerja alat-alat pengendali otomatis itulah yang sering dinamakan

dengan sistem pengendalian proses (process control system). Sedangkan semua

peralatan yang membentuk sistem pengendali disebut instrument pengendali

proses (process control instrumentation).

Maka dapat disimpulkan bahwa control valve adalah bagian dari istilah proses

kontrol yaitu suatu perangkat yang telah dilengkapi beberapa komponen yang

menjadi satu kesatuan unit control valve berupa aktuator, positioner, regulator

udara bertekanan, solenoid dan limit switch.

Aktuator

Aktuator/penggerak pada control valve adalah perangkat elektromekanik yang

menghasilkan daya gerakan baik menggunakan sistem pneumatik (perangkat

kompresi berbasis udara atau nitrogen), hidrolik (berbasis bahan cair seperti oli)

 
10

maupun secara elektrik yang fungsinya untuk menutup atau membuka laju aliran

fluida dalam valve.

Pada tipe pneumatik aktuator diaphragm/diafragma, secara umum dapat di bagi

menjadi dua prinsip kerjanya, yaitu:

a. Air-to-Open (ATO)

Tipe air to open adalah aktuator akan bekerja jika masuknya sinyal udara

bertekanan (air compressor) pada kisaran 2.8 kgf/cm2 maka control valve

akan terbuka. Aksi control valve ATO (Air to Open) sering dikenal dengan

istilah Normally Close (NC) yaitu pada saat keadaan normal control valve

dalam keadaan menutup dan jika terjadi kegagalan dalam pengendalian

proses control valve akan terbuka.

b. Air-to-Close (ATC)

Tipe air to close adalah aktuator akan bekerja jika masuknya sinyal udara

bertekanan (air compressor) pada kisaran 2.8 kgf/cm2 maka control valve

akan menutup laju aliran fluida. Sebaliknya untuk aksi control valve ATC

(Air to Open) istilahnya adalah Normally Open (NO) yaitu control valve

dalam keadaan normal pada posisi membuka, dengan demikian jika terjadi

kegagalan dalam pengendalian proses makan control valve akan

membuka.

 
11

a. Aktuator b. Aktuator c. Aktuator


Pneumatik Motorized Hidrolik

Gambar No. 2.2 Tipe Aktuator control valve


Sumber: PT. Azbil Berca Indonesia
Control Valve Elementary Course, Halaman 18

Positioner

Positioner dalam suatu unit control valve memiliki fungsi yaitu untuk memastikan

posisi yang benar sesuai input sinyal kontrol untuk mengirimkan permintaan

membuka atau menutup control valve, tetapi tidak dapat mengkonfirmasi

posisinya.

Dengan perkembangan teknologi positioner control valve saat ini, jika di tinjau

dari input sinyal control, maka positioner dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Positioner Pneumatik

Positioner akan bekerja untuk memastikan dengan benar posisi

pembukaan atau penutupan control valve jika menerima sinyal input

berupa udara bertekanan pada kisaran 0.2 ~ 1.0 kgf/cm2 dimana pada

posisi control valve terlihat masih menggunakan sistem analog. Pada

umumnya pembacaan posisi control valve pada tekanan 0.2 kgf/m2 yaitu

 
12

control valve pada posisi tertutup (full close) sedangkan pada posisi 1.0

kgf/cm2 posisi control valve adalah terbuka (full open). Jika disimpulkan

range input sinyal pneumatik positioner terhadap bukaan kontrol yaitu;

- 0.2 kgf/cm2 bukaan control valve sebesar 0%

- 0.4 kgf/cm2 bukaan control valve sebesar 25%

- 0.6 kgf/cm2 bukaan control valve sebesar 50%

- 0.8 kgf/cm2 bukaan control valve sebesar 75%

- 1.0 kgf/cm2 bukaan control valve sebesar 100%

b. Positioner Smart

Positioner akan bekerja untuk memastikan dengan benar posisi

pembukaan atau penutupan control valve jika menerima sinyal input

berupa sinyal elektronik pada kisaran 4 ~ 20 mA DC dimana pada posisi

control valve terlihat sudah menggunakan sistem digital. Pada umumnya

pembacaan posisi control valve pada 4 mA DC yaitu control valve pada

posisi tertutup (full close) sedangkan pada posisi 20 mA DC posisi control

valve adalah terbuka (full open). Jika disimpulkan range input sinyal

elektronik positioned terhadap bukaan control yaitu;

- 4 mA DC bukaan control valve sebesar 0%

- 8 mA DC bukaan control valve sebesar 25%

- 12 mA DC bukaan control valve sebesar 50%

- 16 mA DC bukaan control valve sebesar 75%

- 20 mA DC bukaan control valve sebesar 100%

 
13

c. Positioner Smart dengan HART Communication Protocol

Positioner ini adalah pengembangan dari positioner smart yang cara

kerjanya masih menggunakan sinyal input elektronik 4-20mA DC. Arti

kata HART sendiri adalah High Addressable Remote Transducer, dimana

jika positioned telah menggunakan memiliki kelebihan antara lain:

- Dapat mengkonfigurasi program secara otomatis

- Kalibrasi secara otomatis

- Mendiagnosa secara otomatis

a. Positioner b. Positioner Smart/Type c. Positioner HART/Type


Pneumatik/Type AVP300 AVP302
HTP

Gambar No. 2.3 Tipe-Tipe Positioner


  Sumber: Yamatake Corporation
1-12-2 Kawana, Fujisawa, Kanagawa 251-8522, Japan
  AGVB/AGVM Top-Guide Single Seat Control Valve

Pressure Air Regulator

Peran regulator udara bertekanan yang terdapat saringan/filter di dalamnya yang

terpasang pada unit control valve memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

- Mengatur dan menyaring udara yang masuk

 
14

- Membuang/drain partikel-partikel asing yang dibawa oleh udara

bertekanan, sehingga udara yang masuk ke dalam sistem kontrol

benar-benar bersih.

- Memonitor tekanan udara yang masuk ke dalam sistem control valve

Gambar No. 2.4 Pressure Air Regulator


Type KZ03
Sumber: Yamatake Corporation
1-12-2 Kawana, Fujisawa, Kanagawa
251-8522, Japan
AGVB/AGVM Top-Guide Single Seat
Control Valve

Solenoid Valve

Solenoid valve adalah gabungan antara sistem elektrik dan mekanis (katup

elektromekanis) yang terpasang pada sistem control valve berfungsi

mengendalikan tekanan udara yang masuk ke aktuator. Arus yang di gunakan

secara umum adalah arus searah/DC (direct current) yaitu 24 VDC.

 
15

Gambar No. 2.5 Solenoid Valve Type J320b175


Sumber: Yamatake Corporation
1-12-2 Kawana, Fujisawa, Kanagawa 251-8522, Japan
AGVB/AGVM Top-Guide Single Seat Control Valve

2.1.2 Terminologi Sliding-Stem Control Valve

Pada umumnya istilah tipe sliding-stem control valve yaitu valve

sorong/dorong dimana stem/as/shaft valve pergerakkan untuk menutup atau

membuka aliran fluida. Tipe yang lazim menggunakan tipe sliding/dorong yaitu

tipe globe valve. Adapun persentase pergerakkan menutup/membuka valve dapat

di monitor travel valve tesebut. Gambar dibawah ini adalah tipe sliding-stem

control valve, dimana item valve stem yang telah terangkai sedemikian rupa akan

bekerja mendorong plug stem untuk menutup dan mengangkat plug stem untuk

membuka aliran fluida.

 
16

Gambar No. 2.6 Struktur control valve


Sumber: PT. Azbil Berca Indonesia
Control Valve Elementary Course, Halaman 18

2.1.3 Terminologi Rotary-Shaft Control Valve

Istilah rotary-shaft control valve adalah dimana bagian dari valve yaitu

disc/lempengan/plug yang berfungsi sebagai menutup atau membuka aliran fluida

bekerja dengan cara berputar mengikuti poros/shaft valve tersebut dengan

membentuk sudut 25o, 45o, 60o dan 90o yang disesuaikan oleh flow coeficient (Cv)

control valve. Tipe valve yang bekerja secara rotasi bisa berupa tipe: ball valve,

butterfly valve, plug valve dan lain sebagainya. Beberapa pabrikan rotary valve

 
17

telah banyak memberikan informasi kepada praktisi di industri dalam untuk

menentukan bukaan/travel valve yang diinginkan.

Gambar No. 2.7 Tipe rotary control valve


Sumber: PT. Azbil Berca Indonesia
Control Valve Elementary Course, Halaman 18

2.2 Klasifikasi Valve

Ditinjau dari cara kerja valve dan fungsinya, maka valve dapat di kelompokkan

menjadi dua bagian, yaitu manual valve dan automated valve.

2.2.1 Manual Valve

Manual valve adalah katup-katup yang terpasang disaluran fluida gas atau

cair yang cara pengoperasiannya masih di dominan oleh manusia, yaitu pada saat

membuka atau menutup aliran fluidanya. Tipe katup yang dioperasikan secara

manual banyak ragamnya, antara lain: ball, globe, butterfly, gate dan lain-lain.

Adapun alat untuk membuka/menutup katup secara manual yaitu tipe:

lever/tungkai, hand wheel/berbentuk steer mobil yang terdapat pada katup

tersebut.

 
18

Manual Ball Valve dengan


Manual Gate Valve dengan
penggerak Lever/Tuas
penggerak hand wheel

Manual Butterfly Valve dengan Manual Globe Valve dengan


penggerak Lever/Tuas penggerak hand wheel

Gambar No. 2.8 Tipe manual valve


Sumber: Wikipedia
http://en.wikipedia.org/wiki/Valve

2.2.2 On-Off Valve

Prinsip kerja suatu tipe On-Off valve yang terpasang pada rangkaian pipa,

yaitu ketika valve di buka maka fluida mulai mengalir dan sebaliknya ketika valve

di tutup, maka fluida pun berhenti mengalir. Garis besar tugas on-off valve ialah

 
19

untuk menutup penuh (fully closed) ataupun membuka penuh (fully opened).

Komponen-komponen yang terpasang pada On-Off valve yaitu berupa air

regulator dan solenoid valve.

Gambar No. 2.9 Tipe On-Off valve


Sumber: PT. Azbil Berca Indonesia
Control Valve Elementary Course, Halaman 18

2.2.3 Self Operated Valve

Pada Self operated valve, tidak membutuhkan energy dari luar seperti

listrik dan udara bertekanan. Sistem valve ini dapat bekerja sendiri dengan

bantuan sensor – sensor, sesuai dengan tujuan pengoperasian valve ini. Self

operated valve sering dipakai sebagai pengatur temperatur, aliran, tekanan,

ataupun beda tekanan/differential pressure suatu fluida kerja.

 
20

Gambar No. 3.0 Self Operated Valve


Sumber: Wikipedia
http://en.wikipedia.org/wiki/Valve

2.2.4 Control Valve

Control Valve merupakan elemen pengendali akhir yang banyak

digunakan pada industri modern. Pada umumnya control valve terdiri dari tiga

bagian utama yaitu bodi valve, aktuator, serta positioner. Bodi valve adalah

tempat dimana fluida yang mengalir akan dikondisikan sesuai kebutuhan

perancang baik dari segi aliran, temperature, maupun tekanan. Sedangkan aktuator

berfungsi sebagai penggerak dari komponen bodi valve setelah merubah sinyal

pneumatik maupun electrik dari positioner menjadi energi mekanik untuk

mengatur pembukaan valve tersebut. Positioner berperan sebagai pemberi sinyal

pengaturan kepada aktuator setelah mendapat data-data kondisi kerja dari sensor-

sensor serta berdasarkan penyetelan awal yang dikondisikan sesuai kebutuhan

penggunanya.

 
21

   

Gambar No. 3.1 Tipe globe control valve


Sumber: PT. Azbil Berca Indonesia
Control Valve Elementary Course, Halaman 18

2.3 Konsep Kerja Control Valve

Control valve terdiri dari beberapa komponen-komponen yang menjadi

satu kesatuan dengan fungsi yang berbeda. Bodi valve yang terdapat trim

berfungsi untuk mengatur jumlah aliran fluida. Aktuator berfungsi menggerakan

batang valve/stem untuk membuka atau menutup aliran dengan menggunakan

sinyal I/P (current to pneumatic) 4 – 20 mA menjadi sinyal 3 – 15 psi. Positioner

yang bekerja menggunakan sinyal 4-20 mA berfungi membaca pergerakan batang

katup untuk bukaan atau menutup sebagian aliran fluida kerja yang telah

ditentukan.

2.3.1 Dead Band Zona Control Valve

Istilah dead band adalah jarak dimana suatu sinyal masukan (input signal)

dapat di buat bervariasi pada arah yang berlawanan, tanpa menunjukan suatu

 
22

perubahan yang dapat di amati pada sinyal keluaran (output signal). Dead band

adalah nama yang di berikan pada fenomena umum yang dapat di aplikasikan

pada setiap alat. Sinyal yang masuk ke valve assembly (katup yang sudah terakit

dengan komponen-komponen) adalah kontroler keluaran (controller output),

sedangkan sinyal keluar adalah proses variabel. Jika istilah dead band digunakan,

akan menjadi sangat penting untuk mengetahui bahwa kedua variabel masukan

dan keluaran dapat di identifikasi. Bila ada pengujian untuk mengukur area dead

band, dapat dilakukan melalui kondisi beban puncak. Biasanya area dead band

dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap rentang masukan (input span).

Gambar No. 3.2 Proses Dead Band


Sumber: Emerson Proses Management
Control Valve Handbook Edisi ke IV. Hal. 3

2.3.2 Desain Aktuator-Positioner

Aktuator dan desain positioner harus di pertimbangkan bersama-sama agar

terciptanya singkronisasi pembacaan untuk bukaan atan menutupnya aliran fluida

kerja yang telah di tentukan. Kombinasi dari kedua peralatan ini sangat

mempengaruhi performance/kinerja, serta respon dinamis dari assembly control

 
23

valve. Pemilihan positioner digital sangat di harapkan agar pengukuran bacaan

bukaan control valve dapat di peroleh dengan akurat, meskipun terhadap

perubahan sinyal masukkan yang kecil (kurang dari 0.125%) di banding dengan

sistem positioner dengan menggunakan bacaan analog.

Aktuator

Positioner
Gambar No. 3.3 Desain Aktuator-Positioner
Sumber: PT. Azbil Berca Indonesia
Control Valve Elementary Course, Halaman 14
Tahun 2008

2.4 Fungsi Control Valve

Di era industri yang maju begitu pesat saat ini, penggunaan control valve

sebagai final control element dalam suatu proses produksi telah banyak digunakan

sesuai dengan peruntukannya, semisal control valve tersebut dititik beratkan untuk

di aplikasikan pada flow, temperature, pressure dan lain sebagainya. Berikut

adalah fungsi dari control valve:

 
24

2.4.1 Flow Control

Untuk memudahkan identitas sebuah control valve yang di aplikasi pada

area tertentu, maka perlu di berikan Tag. No agar lebih mudah di monitor. Sebuah

control valve yang dititikberatkan untuk mencapai flow tertentu, maka sering di

singkat dengan nama FCV atau flow control valve.

Gambar No. 3.4 Skema FCV Control Valve


Sumber: PT. Azbil Berca Indonesia
Control Valve Elementary Course, Tahun 2008

2.4.2 Pressure Control

  Untuk memudahkan identitas sebuah control valve yang di aplikasi pada

area tertentu, maka perlu di berikan Tag. No agar lebih mudah di monitor. Sebuah

control valve yang dititikberatkan untuk mencapai pressure tertentu, maka sering

di singkat dengan nama PCV atau pressure control valve.

 
25

Gambar No. 3.5 Skema PCV Control Valve


Sumber: PT. Azbil Berca Indonesia
Control Valve Elementary Course, Tahun 2008

2.4.3 Level Control 

  Untuk memudahkan identitas sebuah control valve yang di aplikasi pada

area tertentu, maka perlu di berikan Tag. No agar lebih mudah di monitor. Sebuah

control valve yang dititikberatkan untuk mencapai level sebuah permukaan, maka

control valve pada area tersebut sering di singkat dengan nama LCV atau level

control valve.

Gambar No. 3.6 Skema LCV Control Valve


Sumber: PT. Azbil Berca Indonesia
Control Valve Elementary Course, Tahun 2008

 
26

2.4.4 Temperature Control

  Untuk memudahkan identitas sebuah control valve yang di aplikasi pada

area tertentu, maka perlu di berikan Tag. No agar lebih mudah di monitor. Sebuah

control valve yang dititikberatkan untuk menghandle temperatur tertentu, maka

sering di singkat dengan nama TCV atau Temperature Control Valve. Biasanya

tipe TCV banyak di aplikasikan pada system line boiler.

  Gambar No. 3.7 Skema TCV Control Valve


Sumber: PT. Azbil Berca Indonesia
 
Control Valve Elementary Course, Tahun 2008
 

2.5 Definisi Aliran Control Valve

2.5.1 Flow Coefficient (Cv) Prinsipal

Dalam menentukan suatu aplikasi unit control valve pada proses aliran
fluida atau gas maka perlu menentukan aliran coefficient atau Cv yaitu gunanya
untuk menentukan kapasitas aliran terhadap kekuatan bodi valve dan ukuran trim
(bagian valve yang bekerja secara dinamis, seperti plug, stem/as dan seat
ring/dudukan untuk plug). Definisinya adalah kenaikan 1 Cv pada 1 galon per
menit (gpm) pada temperature 60oF pada saat fluida mengalir pada valve dengan

 
27

beda tekanan/pressure drop 1 psi. Pada umumnya, untuk mendapatkan Cv yang


tepat dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:

q Gf
Cv = (2.1)
FP ΔPa

Dimana: Cv = Flow coefficient

Q = Jumlah aliran dalam gpm

Fp = Factor geometri pipa

∆Pa = Beda tekanan yang diijinkan melalui valve, psi

Gf = Spesifik gravity

∆P = Beda tekanan dalam psi

2.5.2 Perhitungan Cv Untuk Fluida Cair

Dalam memenentukan ukuran, rating serta flow coefficient control valves

yang akan dialirkan pada fluida cair atau gas sering disebut dengan istilah sizing

control valves, maka dari itu diperlukan pemahaman yang memadai dengan suatu

acuan persamaan yang telah di sepakati oleh pabrikan control valve di seluruh

dunia dengan nama organisasi ANSI/ISA-75.01.01-2002 (IEC 60534-2-1 Mod)

yaitu Flow Equations for Sizing Control Valves. ISA sendiri kepanjangan dari

The Instrumentation, Systems, and Automation Society. Berikut adalah tahapan-

tahapan yang harus diperhatikan dalam men-sizing control valve, yaitu:

 
28

1. Menghitung aktual pressure drop dengan persamaan:

ΔP = P1 − P2 (2.2)

Dimana :

P1 = Inlet Pressure P2 = Out let Pressure

2. Memeriksa aliran tersedak/choked flow, kavitasi dan flashing dengan


persamaan:

ΔPch = FL2 ( P1 − FF PV ) (2.3)

Dimana:

FF = Liquid pressure recovery factor


FF = Liquid critical pressure ratio factor
PV = Vapor pressure pada temperature inlet, psia
P1 = Inlet pressure, psia

FF dapat di estimasikan dengan persamaan:

PV
FF = 0.96 − 0.28 (2.4)
PC

Dimana: FF = Liquid critical pressure ratio

Pv = vapor pressure dari liquid, psia

Pc = Critical pressure dari liquid, psia

Jika ∆Pch (persamaan 2.3) kurang dari actual ∆P (persamaan 2.2), gunakan
∆Pch untuk ∆Pa dalam persamaan 2.1.

 
29

 
30

Kemudian memeriksa ∆P (kavitasi) dengan persamaan:

ΔP (Cavitaion ) = Fi 2 = ( P1 − PV ) (2.5)

Dimana:

Fi = Liquid kavitasi faktor (tabel 3-1)

P1 = Inlet pressure, psia

Pv = Vapor pressure liquid, psia

3. Menentukan spesifik gravity/berat jenis fluida yang dialirkan.

Berat jenis pada umumnya tersedia pada aliran yang mengalir pada

temperature operasi. Contoh air, berat jenisnya 0.94

4. Menghitung perkiraan Cv Fp menggunakan persamaan 2.1 dan

mengasumsikan Fp adalah 1.0

Pada umumnya efek dari aliran non-turbulent dapat di abaikan, asalkan

valve tidak beroperasi pada suatu aliran laminar atau area aliran trasitional

yang mengakibatkan viskositas naik, kecepatan fluida menjadi rendah atau

Cv yang kecil.

0.94
Contoh: CV = 500 = 33.4
210

5. Memlilih Ukuran valve berdasarkan Cv

Jika terdapat contoh Cv type valve dengan flow-under, equal percentage

pada class 600, maka ukuran bodi valve dengan Cv 33.4 adalah 2 inch.

6. Menghitung valve dengan bilangan Reynolds Rev dan faktor bilangan

Reynolds FR dengan persamaan:

 
31

1
N 4 Fd q ⎛ FL2 C v2 ⎞ 4
Rev = ⎜ ⎟⎟ (2.6a)
v FL C v ⎜⎝ N 2 d
4

Gunakakan persamaan 2.6b untuk menghitung bilangan faktor Reynolds

FR jika Rev <40,000 dan FR = 1.0


0.655
⎛C ⎞
FR = 1.044 − 0.358 ⎜⎜ VS ⎟⎟
⎝ CVt ⎠

(2.6b)

Dimana: Cvs = Aliran laminar Cv

2
1 ⎛ qμ ⎞ 3
Cvs = ⎜⎜ ⎟⎟ (2.6c)
FS ⎝ S
N ΔP ⎠

Cvt = Aliran turbulent Cv

Fs = streamline flow factor

2 1
Fd 3 ⎛ FL2 CV2 ⎞ 6
Fs = ⎜ ⎟ (2.6d)
1 ⎜ N d4 ⎟
FL 3 ⎝ 2 ⎠

Dimana:

d = diameter valve dalam inch

Fd = Valve style modifier

Fs = Laminar, atau streamliner, faktor aliran

q = Flow rate dalam gpm

N2 = 890 jika diameter dalam inch

N4 = 17,300 ketika q dalam gpm dan d dalam inch

Ns = 47 ketika q dalam gpm dan ∆P dalam psi

µ = absolute viskositas dalam centipoise

 
32

μ
v = kinematika viskositas, centistokes =
Gf

7. Menghitung ulang Cv menggunakan bilangan faktor Reynolds dengan

persamaan :

q Gf
Cv = (2.6e)
FR P1 − P2

8. Mengitung ulang faktor geometry pipa

9. Menghitung final Cv

10. Menghitung masuk atau keluar velocity dalam suatu aliran fluida dengan

menggunakan persamaan:

0.321 q
V = (2.7)
AV

Dimana:

V = Velocity dalam ft/second

q = Liquid flow rate dalam gpm

Av = Flow area dalam in2

2.6 Karakteristik Aliran Control Valve

  Karakteristik aliran sebuah control valve adalah hubungan antara laju

aliran melalui pembukaan (opening) valve dengan variasi rentang dari 0-100%.

Karakter aliran yang melekat pada sebuah control valve mengacu pada

pengamatan secara terus menerus penurunan tekanan melalui valve. Menetapkan

suatu karakteristik aliran berarti satu peralatan digunakan untuk mendapatkan

variasi penurunan tekanan terhadap aliran yang berhubungan dengan perubahan


 

 
33

sistem lainnya. Diperlukannya karakteristik aliran bertujuan untuk

menyeragamkan secara keseluruhan keseimbangan control loop selama rentang

yang diharapkan terhadap kaitannya dengan kondisi operasi. Dalam memilih

karakteristik aliran diperlukan untuk menyeragamkan suatu sistem yang di

syaratkan pada sebuah analisis dinamis terhadap control loop. Analisis proses

harus terlebih dulu di lakukan, agar panduan pemilihan karakteristik aliran yang

akan di pilih menjadi akurat. Control valve pada umumnya memiliki 3 (tiga)

karakteristik aliran yang ideal, yaitu Quick Opening, Linear dan Equal

Percentage, dimana aliran yang melalui sebuah valve adalah sebanding dengan

luasan dari bukaan dan akar kuadrat dari penurunan tekanan yang terjadi pada

valve.

 
Gambar 3.8 Karakteristik Aliran Control Valve
  Sumber KLM Technology Group
Practical Engineering Guidelines for Processing
Plant Solutions

 
34

2.6.1 Quick Opening

Pada area bukaan valve (travel) yang kecil dapat membuat suatu

perubahan aliran yang besar (flow rate). Dengan kata lain, karakteristik quick

opening/bukaan cepat merupakan perubahan maksimum yang terjadi pada bukaan

valve/travel yang relatif kecil. Karakteristik quick opening sangat tepat di

aplikasikan pada on-off valve.

Gambar 3.9 Counter Cage untuk aliran Quick Opening


Sumber: Emerson Proses Management

2.6.2 Equal Percentage

Karakteristik equal percentage/persentase sama sering digunakan pada

proses control yaitu aliran yang menyatakan perubahan travel bukaan valve yang

besar namun aliran semakin lambat. Berikut adalah bentuk cage/tempat dudukan

plug untuk karakteristik aliran equal percentage.

 
35

Gambar 4.0 Counter Cage untuk aliran Equal Percentage


Sumber: Emerson Proses Management

2.6.3 Linear

  Karakteristik ini menyatakan bahwa besarnya aliran yang proporsional

dengan bukaan valve/travel atau dengan kata lain travel bukaan berbanding lurus

dengan flow ratenya. Jika bukaan valve sebesar sepuluh persen maka flow rate

pun mengalir sebesar sepuluh persen. Control valve jenis linear banyak di

aplikasikan pada pengendalian level permukaan dengan gain yang tetap. Berikut

adalah bentuk cage/tempat dudukan plug untuk karakteristik aliran linear.

  Gambar 4.1 Counter Cage untuk aliran Linear


Sumber: Emerson Proses Management

 
36

2.7 Analisa Estimasi Stroke Time pada Control Valve


Untuk mengoptimalkan kontrol dari berbagai proses, sangat penting jika

control valve dapat mencapai posisi tertentu dengan cepat. Dalam aksi kerja

control valve untuk menutup atau membuka aliran fluida kerja terdapat acuan

jarak dan waktu yang berbeda terhadap ukuran dan rating control valve tersebut.

Jika stroke yang cepat terhadap perubahan signal yang kecil (misal 1% atau

kurang) adalah salah satu faktor penting dalam menyampaikan proses kontrol

yang optimal. Pemahaman tentang stroke sangat di harapkan sebab memiliki

kaitan yang erat dengan fungsi keamanan dalam suatu proses industri apabila

fluida kerja memiliki sifat berbahaya, misalnya mudah terbakar. Jika control valve

mengalami kegagalan/kebocoran dalam kinerjanya, maka dapat di hindari sedini

mungkin.

2.7.1 Stroke Control Valve

Istilah stroke dalam hal ini adalah pergerakan langkah trim control valve

untuk membuka atau menutup sebagain fluida kerja sesuai set point yang telah di

tentukan. Satuan stroke dalam bukaan atau menutupnya fluida kerja berupa

millimeter (mm). Beberapa pabrikan control valve istilah stroke ada juga yang

menggunakan istilah rated travel dalam satuan mm.

 
37

Tabel 2.7.1
Stroke / Rated Travel Model AGVB & AGVM

Dari tabel 2.71 bisa dilihat terdapat perbedaan panjang stroke untuk setiap ukuran

control valve.

Stroke

Gambar No. 4.2 Jarak Stroke globe control valve


Sumber: PT. Azbil Berca Indonesia
Control Valve Elementary Course, Tahun 2008

2.7.2 Stroke Time Control Valve

Sedangkan stroke time adalah jarak yang di tempuh suatu control valve

yang di hitung menggunakan satuan waktu, dalam hal ini detik. Beberapa

pabrikan control memiliki nilai stroke time yang berbeda, meskipun ukuran dan

rating control valve sama. Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

 
38

• Ukuran geometri trim yang beda

• Luas penampang aktuator, baik tipe silender atau diafrakma

• Panjang/jarak stroke

• Hasil perhitungan Cv calculated yang berbeda

Namun demikian, nilai stroke time yang diperlukan untuk membuka atau menutup

aliran fluida kerja hampir sama. Persamaan yang dapat digunakan untuk

mengetahui stroke time pada control valve dengan menggunakan aktuator tipe

diaphragm/diafrakma sebagai berikut:

AxLxT
t= ………………………………………………….. 2.7.2 (a)
ΔP x C x d

Dimana : t = stroke time, dalam satuan detik

A= Luas penampang aktuator, dalam satuan m2

L = Panjang stroke, dalam satuan mm

T = Bukaan valve, dalam persentase (%)

∆P = Beda tekanan, P1 – P2

C = Hasil perhitungan nilai flow coefficient (Cv Calculated)

d = Diameter rumah poros/stem

Pabrikan control valve Yamatake Corp. Japan dalam menghitung flow coefficient

(CV Calculated) menggunakan persamaan sebagai berikut :

 
39

G
Cv = 1.17 xV …………………………………………2.7.2 (b)
P1 − P 2

Dimana: V = flow rate, dalam m3/jam

G = Spesifik Gravity (Air = 1)

P1 = Tekanan masuk dalam satuan kgf/cm2

P2 = Tekanan keluar dalam satuan kgf/cm2

4.7.3 Travel Control Valve

Sebuah control valve terdiri dari dua bagian yang mendasar dalam

mengontrol aliran fluida kerja yang di inginkan, yaitu aktuator dan positioner.

Aktuator pada control valve memiliki peran dalam membuka atau menutup aliran

yang terdiri dari diapragma, rumah diapragma, pegas dan stem. Aktuator sendiri

bisa bekerja jika ada tekanan pneumatik maupun elektrik. Besarnya tekanan suplai

pneumatik aktuator tergantung dari sistem, model dan ukuran control valve itu

sendiri. Jika aktuator menggunakan sistem pneumatik, maka sinyal yang

digunakan adalah 3 ~ 15 psi, sedangkan jika menggunakan aktuator elektrik,

sinyal kontrol yang digunakan adalah 4~20 mA.

Positioner yang terpasang pada control valve berfungsi untuk

menyelaraskan posisi aktuator baik dalam membuka atau menutup aliran fluida

kerja. Sinyal kontrol yang terdapat pada positioner jika menggunakan tipe elektrik

adalah 4~20 mA. Maka bisa ditarik kesimpulan bahwa travel control valve adalah

kombinasi kerja aktuator dan positioner dalam mengontrol buka tutup fluida kerja

dengan pembacaan 0 ~100%.  

Anda mungkin juga menyukai