Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MINI PROJECT

GAMBARAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON


HORMONAL DI POLIKLINIK KB PUSKESMAS KEMUMU KECAMATAN
ARMA JAYA PERIODE JANUARI – DESEMBER 2020

Pendamping:

dr.M.Tito Alvanza

Disusun Oleh:

dr. Elen Pebriyani

dr. Khairunisa Utami

Puskesmas Kemumu

Periode November 2020 – Februari 2021


HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN MINI PROJECT DOKTER INTERNSIP

GAMBARAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON


HORMONAL DI POLIKLINIK KB PUSKESMAS KEMUMU KECAMATAN
ARMA JAYA PERIODE JANUARI – DESEMBER 2020

Disusun Oleh:

dr. Elen Pebriyani

dr. Khairunisa Utami

telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Program
Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Kemumu, Bengkulu Utara Periode 19
November 2020 – 18 Februari 2021.

Kemumu, Februari 2021

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Pendamping

Parniti, AMD.Kep, S.KM dr. M. Tito Alvanza

NIP. 197601122002122003 NIP. 198801262014111001


KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Mini Project ini sebagai salah satu
kewajiban dalam Program Internsip Dokter Indonesia yang penulis jalani di
Puskesmas Kemumu Kecamatan Arma Jaya Kabupaten Bengkulu Utara pada
tanggal 19 November 2020 sampai 18 Februari 2021.

Laporan ini penulis susun berdasarkan data yang penulis peroleh selama
menjalani program internsip. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan, bimbingan serta nasihat yang
diberikan selama menjalani internsip kepada:

1. dr. M.Tito Alvanza sebagai dokter pendamping dokter internsip


Puskesmas Kemumu yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu,
bimbingan, dan pengarahan yang sangat banyak dalam penyusunan mini
project ini.
2. Kepala Puskesmas dan Petugas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Kemumu
yang telah membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mendapatkan data penelitian yang diperlukan.
3. Teman-teman internsip seperjuangan yang telah membantu menyelesaikan
laporan mini project ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat dan membantu teman sejawat.

Kemumu, Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................

KATA PENGANTAR..........................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................

1.1 Latar Belakang...............................................................................


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................

2.1 Keluarga Berencana.......................................................................

2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana..................................................

2.1.2 Tujuan Program Keluarga Berencana.........................................

2.1.3 Sasaran Program Keluarga Berencana........................................

2.2 Kontrasepsi.....................................................................................

2.2.1Pengertian Kontrasepsi.................................................................

2.2.2 Jenis dan Metode Kontrasepsi.....................................................

BAB III METODE...............................................................................

3.1 Rancangan Mini Project.................................................................


3.2 Waktu dan Tempat Mini Project....................................................
3.3 Populasi Mini Project.....................................................................
3.4 Subjek Mini Project........................................................................
BAB IV HASIL....................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk Indonesia selalu mengalami peningkatan, hingga
saat ini Indonesia masih menduduki peringkat empat di dunia dengan laju
pertumbuhan mencapai 2,6 jiwa pertahun. Pertambahan penduduk yang cepat dan
tidak seimbang dengan naiknya produksi akan mengakibatkan terjadinya tekanan-
tekanan yang berat pada sektor penyediaan pangan, sandang, perumahan,
lapangan kerja, fasilitas kesehatan, pendidikan, pengangkutan, perhubungan dan
sebagainya. Peledakan penduduk pada akhirnya akan menyukarkan pula
pemerataan kemakmuran masyarakat itu sendiri. Pemerintah Indonesia
melaksanakan beberapa cara dalam pengendalian jumlah penduduk salah satunya
dengan menurunkan jumlah kelahiran melalui program Keluarga Berencana
(KB).1,2
Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk suatu
keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Program ini
dirintis sejak 1951 dan terus berkembang, sehingga pada tahun 1970 terbentuk
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program ini salah
satu tujuannya adalah menjarangkan kehamilan dengan menggunakan metode
kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh
masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk.2
Kontrasepsi merupakan metode untuk menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat bertemunya sel telur yang matang dengan
selsperma. Metodekontrasepsi secara umum terdiri dari dua macam yaitu
metode kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Metode kontrasepsi hormonal
terdiri dari pil KB, suntik dan implan. Kontrasepsi non hormonal digolongkan
menjadi tiga kelompok besar yaitu metode alami,metode mekanis dan metode
mantap, yang didalam metode-metode tersebut terdapat metode senggama
terputus, metode mukus, pantang berkala, IUD (Intra Uterine Device),Metode
Operasi Pria (MOP)/vasektomi dan Metode Operasi Wanita (MOW)/tubektomi.3
Dewasa ini menurut WHO, hampir 380 juta pasangan menjalankan KB
dan 66 –75 juta diantaranya, terutama di negara berkembang,menggunakan
kontrasepsi hormonal. Pada tahun 2013, cakupan KB aktif secara nasional
sebesar 75,88%. Dari 33 provinsi, ada 15 provinsi yang cakupannya masih
berada dibawah cakupan nasional. Provinsi Bengkulu merupakan provinsi
dengan cakupan tertinggi sebesar 87,70%, dan Provinsi Papua merupakan
provinsi dengan cakupan terendah sebesar 67,15%. Namun demikian metode
yang dipakai lebih banyak menggunakan metode jangka pendek seperti pil dan
suntik. Menurut data aseptor KB yang menggunakan suntik sebesar 48,56 %, pil
26,6%, implan 9,23%, AKDR 7,75%, kondom 6,09%, tubektomi1,52%, dan
vasektomi 0,25%. Hal ini terkait dengan tingginya angka putus pemakaian pada
metode jangka pendek sehingga perlu pemantauan yang terus menerus.
Disamping itu pengelolaan program KB perlu memfokuskan sasaran pada
kategori pasangan usia subur (PUS) dengan 4 terlalu (terlalu muda, tua, sering
dan banyak).4,5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan


masalah yang penulis ambil adalah bagaimana gambaran penggunaan kontrasepsi
pada pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas Kemumu tahun 2020.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan yang ingin dicapai pada mini project ini meliputi:
1. Mengetahui angka cakupan pemakaian kontrasepsi pada pasangan usia
subur di wilayah kerja Puskesmas Kemumu tahun 2020.
2. Mengetahui gambaran pemakaiaan kontrasepsi hormonal dan non
hormonal pada pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas Kemumu
tahun 2020.
3. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasangan usia subur di
wilayah kerja Puskesmas Kemumu tentang jenis-jenis kontrasepsi beserta
keunggulan dan kelemahannya.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari pelaksanaan mini project ini meliputi:


1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman penulis
dalam melakukan penelitian di lapangan sekaligus mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh terutama tentang keluarga berencana dan
kontrasepsi.

2. Bagi Instansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan


mengenai penggunaan kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Kemumu
sehingga menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan kegiatan
penyuluhan dan edukasi pemakaian kontrasepsi pada pasangan usia subur.

3. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat tentang keluarga berencana dan
pemakaian kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Kemumu, sehingga
lebih bijak dalam memilih jenis kontrasepsi yang akan digunakan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana (KB)

2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana

Menurut WHO (World Health Organisation) (1970) keluarga


berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami
istri untuk mendapatkan objek tertentu, yaitu : menghindarkan kelahiran
yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, menentukan jumlah anak dalam
keluarga. Keluarga berencana adalah suatu usaha menjarangkan atau
merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai
kontrasepsi6.

Berdasarkan Undang-Undang No 52 tahun 2009 tentang


perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan
bahwa keluarga berencana adalah upaya mengatur kehamilan anak, jarak,
dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi,
perlindungan dan bantuan sesuai hak reproduksinya untuk mewujudkan
keluarga berkualitas7.

Menurut Depkes RI 1996 keluarga berencana adalah suatu usaha


untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasihat
perkawinan, pengobatan kemandulan, dan penjarangan kelahiran. Secara
umum keluarga berencana (KB) dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak
positif bagi ibu, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak
menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut8.
2.1.2 Tujuan Program Keluarga Berencana

Dalam ICPD (Internationale Conference on Population and


development) Kairo 1994, disebutkan bahwa salah satu tujuan program
keluarga berencana yaitu membantu pasangan dan individu untuk
menentukan secara bebas dan bertanggung jawab tentang jumlah dan jarak
antara satu anak dengan anak lainnya dan untuk mendapatkan informasi
dan sarana dalam melakukannya, juga untuk memberi kebebasan serta
ketersediaan berbagai macam alat kontrasepsi yang aman dan sehat9.

Menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional), tujuan kelurga berencana adalah :

a) Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta

keluarga dan bangsa pada umumnya.

b) Meningkatkan martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan

angka kelahiran sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi

kemampuan untuk meningkatkan reproduksi.

Adapun Visi dari BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional) tahun 2016 yaitu “Menjadi lembaga yang handal dan

dipercaya dalam mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga

berkualitas”. Sedangkan Misi BKKBN (Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional) tahun 2016 adalah :

a) Mengarus-utamakan pembangunan berwawasan Kependudukan.


b) Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.
c) Memfasilitasi Pembangunan Keluarga.
d) Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga..
e) Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara
konsisten10.
2.1.3 Sasaran Program Keluarga Berencana

a. Pasangan usia subur


(PUS) yaitu pasangan suami istri yang hidup bersama dimana istrinya
berusia 15-45 tahun yang harus dimotivasi terus-menerus,
b. Non PUS yaitu anak sekolah, orang yang belum menikah, pasangan di
atas 45 tahun, tokoh masyarakat,
c. Institusional yaitu berbagai organisasi, lembaga masyarakat, pemerintah
dan swasta9.
2.2 Kontrasepsi
2.2.1Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti mencegah atau


melawan, dan konsepsi berarti pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang
matang dan sel sperma (sel pria) yang menyebabkan kehamilan. Jadi,
kontrasepsi adalah metode yang digunakan untuk mencegah kehamilan11.
Kontrasepsi terbagi atas dua yaitu secara alami dan bantuan alat.
Kontrasepsi alami merupakan metode kontrasepsi tanpa menggunakan
bantuan alat apapun, caranya adalah dengan tidak melakukan hubungan
seksual pada masa subur, cara ini lebih dikenal dengan metode kalender.
Kelebihannya adalah memperkecil kemungkinan terjadinya efek samping
karena tidak menggunakan alat sedangkan kelemahannya adalah kurang
efektif karena kadar perhitungan masa subur bisa meleset dan tidak
akurat12.
Secara umum syarat metode kontrasepsi ideal adalah sebagai

berikut13:

a. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila


digunakan.

b. Berdaya guna, dalam arti bila digunakan sesuai dengan aturan akan

dapat mencegah terjadinya kehamilan.

c. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus.

d. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan
budaya di masyarakat.

e. Terjangkau harganya oleh masyarakat

f. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera

kembali kesuburannya, kecuali kontrasepsi mantap.

2.2.2 Jenis dan Metode Kontrasepsi

Berbagai jenis metode atau alat kontrasepsi dibagi menjadi14.

1. Kontrasepsi Sterilisasi

Yaitu pencegahan kehamilan dengan mengikat sel indung telur pada

wanita (tubektomi) atau testis pada pria (vasektomi). Proses Sterilisasi ini

harus dilakukan oleh ginekolog (dokter kandungan). Efektif bila memang

ingin melakukan pencegahan kehamilan secara permanen.

a) Kontrasepsi Teknik, dibagi menjadi :

(1) Coitus Interuptus (senggama terputus) : ejakulasi dilakukan di

luar vagina. Faktor kegagalan biasanya terjadi karena ada sperma yang

sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang atau terlambat menarik

penis keluar.

(2) Sistem Kalender (pantang berkala) : tidak melakukan senggama

pada masa subur, perlu kedisiplinan dan pengertian antara suami istri

karena sperma maupun sel telur (ovum) mampu bertahan hidup sampai

dengan 48 jam setelah ejakulasi. Faktor kegagalan karena salah

menghitung masa subur (saat ovulasi) atau siklus haid tidak teratur

sehingga perhitungan tidak akurat.

(3) Prolonged lactation atau menyusui, selama tiga bulan setelah

melahirkan saat bayi hanya minum ASI (Air Susu Ibu) dan menstruasi
belum terjadi, otomatis tidak akan terjadi kehamilan. Tapi jika ibu hanya

menyusui kurang dari enam jam per hari, kemungkinan terjadi kehamilan

cukup besar.

b) Kontrasepsi Mekanik, terdiri dari :

(1) Kondom : terbuat dari latex. Terdapat kondom untuk pria

maupun wanita serta berfungsi sebagai pemblokir sperma. Kegagalan pada

umumnya karena kondom tidak dipasang sejak permulaan senggama atau

terlambat menarik penis setelah ejakulasi sehingga kondom terlepas dan

cairan sperma tumpah di dalam vagina.

(2) Spermatisida : bahan kimia aktif untuk membunuh sperma,


berbentuk cairan, krim atau tisu vagina yang harus dimasukkan ke dalam
vagina lima menit sebelum senggama. Kegagalan sering terjadi karena
waktu larut yang belum cukup, jumlah spermatisida yang digunakan
terlalu sedikit atau vagina sudah dibilas dalam waktu kurang dari enam
jam.
(3) Vaginal diafragma : lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini
akan menutup mulut rahim bila dipasang dalam liang vagina enam jam
sebelum senggama. Efektifitasnya sangat kecil, karena itu harus digunakan
bersama Spermatisida untuk mencapai efektivitas 80%.
(4) IUD (Intra Uterina Device) atau spiral : terbuat dari bahan

polyethylene yang diberi lilitan logam, umumnya tembaga (Cu) dan

dipasang di mulut rahim. Kelemahan alat ini yaitu bisa menimbulkan rasa

nyeri di perut, infeksi panggul, pendarahan di luar masa menstruasi atau

darah menstruasi lebih banyak dari biasanya.

c) Kontrrasepsi Hormonal

Kontrasepsi hormonal bisa berupa pil KB yang diminum sesuai

petunjuk hitungan hari yang ada pada setiap blisternya, suntikan, susuk,
(Implant) yang ditanam untuk periode tertentu, koyo KB atau spiral

berhormon.

Kontrasepsi hormonal terdiri dari :

(1) Pil Kombinasi Oral Contraception (OC) : Pil kombinasi

merupakan kombinasi dosis rendah estrogen dan progesteron. Penggunaan

kontrasepsi pil kombinasi estrogen dan progesteron atau yang hanya

terdiri dari progesteron saja merupakan penggunaan kontrasepsi

terbanyak.

(2) Suntik KB : Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik.

Cara pemakaiannya dengan menyuntikan zat hormonal ke dalam tubuh.

Zat kehamilan dalam waktu tertentu. Biasanya penyuntikan ini dilakukan

2-3 kali dalam sebulan.

(3) Susuk KB (Implant) : Implant terdiri dari 6 kapsul silastik,

setiap kapsulnya berisi levomorgestrel sebanyak 36 miligram dengan

panjang 3,4 cm dan diameter 2,4 cm. Kemasan Implant dirancang agar

isinya tetap steril selama masa yang ditetapkan asalkan kemasannya tidak

rusak atau terbuka. Kapsul yang dipasang harus dicabut menjelang akhir

masa 5 tahun. Pemasangan implant hanya dilakukan petugas klinik yang

terlatih secara khusus (dokter, bidan dan paramedik) yang dapat

melakukan pemasangan dan pencabutan Implant. Terdapat dua jenis

implant yaitu Norplant dan Implanon. Koyo KB digunakan dengan

ditempelkan di kulit setiap minggu. Kekurangannya adalah dapat

menimbulkan reaksi alergi bagi yang memiliki kulit sensitive dan kurang

cocok untuk digunakan pada daerah beriklim tropis.


BAB III
METODE MINI PROJECT

3.1 Rancangan Mini Project

Pengumpulan data Mini Project ini diambil dari rekam medis bulan
Januari sampai Desember 2020 di Poliklinik KB Puskesmas Kemumu.

3.2 Waktu dan Tempat Mini Project

Mini Project ini dilaksanakan pada bulan November 2020 sampai Februari
2021 di Poliklinik KB Puskesmas Kemumu.

3.3 Populasi Mini Project

Populasi Mini Project ini adalah semua wanita usia subur yang
menggunakan kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Kemumu.

3.4 Subjek Mini Projek


Populasi Mini Project ini adalah semua wanita usia subur yang datang ke
Poliklinik KB Puskesmas Kemumu untuk menggunakan kontrasepsi yang dilihat
dari rekam medis.
BAB IV

HASIL

Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan bahwa total wanita usia


subur yang datang ke Poliklinik KB Puskesmas Kemumu untuk penggunaan
kontrasepsi dari bulan Januari – Desember 2020 sebanyak 214 orang.

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek

Karakteristik Frekuensi (n=214) Persentase (%)


Usia
≤30 tahun 81 37,9%
>30 tahun 133 62,1%
Pekerjaan
Bekerja 59 27,6%
Tidak Bekerja 155 72,4%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa wanita usia subur yang


menggunakan kontrasepsi lebih banyak pada usia diatas 30 tahun. Selain itu
mayoritas dari pengguna kontrasepsi tersebut tidak bekerja atau ibu rumah tangga.

Tabel 4.2 Gambaran Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dan Non


Hormonal

Jenis Kontrasepsi Frekuensi (n=214) Persentase (%)


Kontrasepsi Hormonal
SuntikKB 78 36,4%
Pil KB 17 7,9%
Implan 87 40,7%
Jumlah 182 85,0%
KontrasepsiNon Hormonal
IUD 26 12,1%
Kondom 5 2,3%
Steril 1 0,5%
Jumlah 32 15%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mayoritas wanita usia subur di


Poliklinik KB Puskesmas Kemumu menggunakan kontrasepsi hormonal, dengan
jenis terbanyak yaitu implan, diikuti dengan suntik KB dan pil KB. Sementara itu
untuk kontrasepsi non hormonal yang paling banyak yaitu IUD diikuti dengan
kondom dan steril.
Tabel 4.3 Gambaran Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dan Non
Hormonal Berdasarkan Karakteristik Subjek

JenisKontrasepsi
Karakteristik Total
Hormonal Non Hormonal
Usia
≤30 tahun 68 (31,8%) 13 (6,1%) 81 (37,9%)
>30 tahun 114 (53,3%) 19 (8,9%) 133 (62,1%)
Pekerjaan
Bekerja 51 (23,8%) 8 (3,7%) 59 (27,6%)
Tidak Bekerja 131 (61,2%) 24 (11,2%) 155 (72,4%)

Tabel diatas menggambarkan bahwa dari semua rentang umur pilihan


penggunaan kontrasepsi hormonal lebih dominan dibanding non hormonal. Begitu
pula dari segi pekerjaan, wanita usia subur yang bekerja maupun tidak bekerja
lebih banyak menggunakan kontrasepsi hormonal.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penggunaan kontrasepsi pada


wanita usia subur di Poliklinik KB Puskesmas Kemumu didominasi oleh
kontrasepsi hormonal dengan jenis terbanyak yaitu pemasangan implan. Tidak
ditemukan perbedaan pilihan penggunaan kontrasepsi pada rentangan usia ≤30
tahun dan >30 tahun. Begitu pula dari segi pekerjaan, baik yang bekerja maupun
yang tidak bekerja lebih cenderung memilih kontrasepsi homonal.

5.2 Saran
Adapun saran dari penulis yaitu perlu adanya peningkatan promosi
kesehatan berupa edukasi tentang pentingnya KB, jenis-jenis kontrasepsi yang
dapat digunakan disertai dengan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing
jenis kontrasepsi. Edukasi dapat disampaikan pada wanita usia subur yang
berkunjung ke Poliklinik KB Puskesmas Kemumu ataupun berupa penyuluhan
pada masyarakat umum. Diharapkan dengan adanya peningkatan edukasi tentang
KB dan kontrasepsi, akan terjadi pergeseran pilihan penggunaaan kontrasepsi ke
kontrasepsi yang non hormonal. Hal ini mengingat adanya efek-efek hormonal
yang disebabkan oleh penggunaan kontrasepsi hormonal seperti siklus menstruasi
terganggu, peningkatan berat badan, serta menjadi salah satu faktor predisposisi
terjadinya kanker payudara.
DAFTAR PUSTAKA

1. Liwang F, Bhargah A, Kusuma IBH, Prathiwindya GG, Putra GIS, Ani LS.
Gambaran Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Tampak Siring 1. Intisari Sains Medis. 2018;9(3):41-
46.
2. Assalis H. Hubungan Sosial Budaya dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi.
Jurnal Kesehatan. 2015;6(2):142-145.
3. Mochtar. Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif, Obstetri Sosial Jilid 2. Jakarta:
EGC; 2008.
4. BKKBN. Laporan BKKBN tahun 2013. Jakarta: 2013.
5. KEMENKES RI. Situasi dan Analisis Keluarga Berencana. Jakarta: Infodatin
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI; 2014.
6. Zainuddin, E. 2012. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Metode
Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET) Pada Akseptor KB Di Kelurahan
Tonasa Kecamatan Balocci Kab. Pangkep Tahun 2012. . Skripsi Sarjana,
Universitas Hasanuddin.

7. Rizkitama, A. A. 2015. Hubungan Pengetahuan, Persepsi, Sosial Budaya


Dengan Peran Aktif Pria Dalam Vasektomi Di Kecamatan Paguyangan
Kabupaten Brebes Journal of Public Health, vol 1, hal. 48-54.

8. Suratun 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi,


Jakarta, Trans Info Media.

9. Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga, Yogyakarta, Pustaka


Rihama.

10. BKKBN. 2016. Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara
konsisten. Jakarta: BKKBN
11. Amalia, S. & Afriany, R. 2015. Pengaruh Konseling Kontrasepsi Hormonal
terhadap Tingkat Pengetahuan Akseptor Keluarga Berencana Pasca
Persalinan di Wilayah Kerja Bidan Praktik Mandiri Lismarini Palembang.
Vol VII. No. 2, hal. 26 6-270.

12. Wikojoastro, H. 2013. Ilmu Kandungan, Jakarta, PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
13. Saifuddin 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta, Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
14. Hartanto, H. 2004. KB dan Kontrasepsi, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai