DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
MENTOR KELOMPOK 2
1.
2.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan atas segala karunia dan hikmatnya sehingga makalah yang berjudul
“Sejarah Gunung Karangetan” ini dapat diselesaikan dengan baik, tanpa ada halangan. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok kami.
Pemilihan tema ini didasari atas keputusan bersama kelompok, Semoga dengan adanya makalah
ini kita dapat membuka pola fikir kita dan pembaca pada umumnya.
Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi
EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan
evaluasi.
Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari karya
ini.
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………...i
KATA PENGANTAR……………………………………………...............ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Pemahaman……...………………………………………..6
PENUTUP…………………………………………………………………..8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………9
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebuah mite dari masa purba di bawah 1500 SM menyebut pulau Alamina merupakan daratan pulau besar
yang membentang dari pulau Bacan hingga pulau Mindanao. Masyarakat pulau itu dipimpin seorang
kulano tua bernama Ampuang Tatetu yang dipercaya sebagai wakil dewa moyang tertinggi yang disebut
juga Aditinggi. Aditinggi berdiam di puncak gunung Karangetang, yang merupakan gunung tertinggi di
daratan Alamina.
Konon Alamina di hancurkan dan ditenggelamkan lewat letusan gunung Garengetang yang begitu dasyat
sebagai manifestasi kemarahan dewa Aditinggi, karena manusia tak lagi patuh pada hukum dewa moyang
tertinggi (narang).
Dari bencana besar itu, yang tersisa adalah puncak-puncak gunung yang kemudian membentuk pulau-
pulau. Sementara hamparan karang di dalam laut di wilayah utara muncul menjadi pulau-pulau karang
yang baru. Karena letaknya jauh ke laut maka disebut pulau karang jauh di laut (Malaude atau Talaude).
Sisa-sisa dari reruntuhan Alamina itu oleh datuk Tatetu dinamakan Nusalawo (Pulau banyak).
Saat ini orang menyebut kawasan pulau-pulau di utara daratan Minahasa itu dengan nama Nusa Utara
(kepulauan Siau Tagulandang, Sangihe dan Talaud). Padahal sebutan Nusa Utara tidak tercatat dalam
artefak sejarah dan mitologi Nusalawo.
Selanjutnya peristiwa letusan gunung Awu di Pulau Sangihe tercatat juga menelan banyak korban jiwa
serta hancurnya 7777 rumah di abad ke XI menenggelamkan sebagian daratan pulau Sangihe dan
membentuk pulau-pulau kecil seperti pulau-pulau Nusa, Lipang dan beberapa pulau lain hingga pulau
Marore. Kejadian itu dikaitkan dengan adanya dosa sumbang (nedosa) antara Mekondangi dan
Tampilangbahe.
Gunung Karangetang
Gunung Karangetang (dikenal juga dengan nama Api Siau) adalah gunung berapi yang terletak di
bagian utara Sulawesi Utara, Indonesia tepatnya di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.
Gunung Karangetang adalah salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia dengan letusan sebanyak lebih
dari 40 kali sejak 1675 serta banyak letusan kecil yang tidak terdokumentasi pada catatan sejarah.
[1]
Gunung ini merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia. Pada letusan gunung Karangetang
tahun 1997 menewaskan 3 orang.
Pada bulan Agustus 2007 terjadi letusan yang memaksa dilakukannya evakuasi dari sekitar gunung
berapi.
Mite Karangetang seolah menjadi ruh bagi penampakan gunung yang terlihat sangat agung ini. Bergitu
kapal sandar di dermaga Ulu, Karangetang akan menyampaikan salam sua dan memaksa kepala Anda
menengadah ke puncaknya. Sebabnya dermaga pelabuhan Ulu tepat berada di kakinya. Mengelilingi Kota
Ulu yang menjadi pusat perniagaan di Pulau Siau, Anda bisa menyaksikan bekas-bekas amukan erupsi
Karangetang. Jalur luncuran lahar masih menjadi saksi erupsi Karangetang. Beranjaklah sedikit ke
Kampung Bebali, dan saksikan bagaimana alam membentuk hamparan lahar yang dimuntahkan
Karangetang yang telah membatu. Dari lokasi ini juga, Anda bisa memasang tripod pada malam hari, lalu
menengadahkan ujung lensa ke kawah Karangetang. Jika cuaca cerah, Anda akan mendapatkan foto
pijaran api dari kawah yang tak pernah tidur itu.
Wisatawan Eropa khususnya dari Perancis memasukkan Pulau Siau dalam destinasi tujuan perjalanannya
ke Sulawesi Utara hanya agar bisa mendaki Karangetang. Di Siau terdapat beberapa pemandu agar Anda
aman mendaki Karangetang. Terdapat beberapa jalur pendakian yang aman jika sewaktu-waktu kawahnya
bereaksi. Anda memang tidak diperbolehkan mendaki hingga ke puncak kawah. Berada di ketinggian
Karangetang adalah kebahagiaan menyaksikan keindahan yang sungguh memesona di sekitar kepulauan
yang punya 49 pulau ini. Cluster Buhias dengan pulau-pulau kecilnya adalah panorama hamparan pulau
yang seakan menyembul dari dasar samudera. Di samping menyiapkan perbekalan yang cukup, fisik yang
prima juga menjadi sebuah keharusan mendaki Karangetang. Lengakapi pula pendakian Anda dengan
peralatan keselamatan dasar. Jangan sekali-kali mendaki tanpa pemandu lokal.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Karangetang punya karakteristik sendiri. Jika Anda yang tidak biasa mendaki, jangan khawatir. Selain
bisa menyaksikan Karangetang dari arah laut, keagungan gunung ini bisa disaksikan dari beberapa titik di
Pulau Siau. Bergeserlah ke kampung Sawang. Di sana ada dermaga yang cukup luas untuk memotret
Karangetang dengan leluasa. Pun demikian dari posisi pantai-pantai di seputaran kampung Biau. Lalu
beranjaklah lebih jauh ke Balirangeng, sungguh pemandangan yang sangat indah akan tersaji di sana. Jika
ingin menimati Karangetang saat matahari terbenam, pergilah ke Pehe, dan nantikan cahaya sunset
dengan latar belakang Karangetang yang terlihat menjulang dengan gagahnya. Sungguh, Sitaro adalah
negeri kepulauan yang diberkahi dengan keindahan alam yang luar biasa. Tinggalah pemerintah daerah
memaksimalkan potensi ini bagi kesejahteraan masyarakatnya.
Salah satu keunikan dari gunung ini adalah, jika masyarakat yang ada di pulau Siau melakukan
pelanggaran maka gunung ini akan memberi tanda yang berupa suara gemuruh ataupun langsung
mengeluarkan lava pijar.
Gunung Api Karangetang sudah menjadi bagian keseharian masyarakat Pulau Siau. Keaktifan gunung ini
merupakan berkat bagi tanah di sekitarnya yang menyuburkan lahan-lahan tanaman Pala yang merupakan
salah satu Pala terbaik di dunia.
PENUTUP
Demikianlah isi makalah kami, atas kekurangan dan kesalahan kami dalam penulisana makalah
ini, kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Atas keritik teman-teman dan dosen
pembimbing mata kuliah perbandingan hukum kami ucapkan termakasi.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Karangetang
https://travel.kompas.com/read/2017/06/19/030500927/gunung.api.karangetang.sang.penjaga.pulau
.siau
https://sitaro.wordpress.com/2011/03/21/mite-dan-sejarah-gunung-karangetang/