Anda di halaman 1dari 13

KAJIAN PENGGUNAAN HIDROKOLOID SEBAGAI EMULSIFIER

PADA PROSES PENGOLAHAN COKELAT


Hydrocolloid Application as An Emulsifier In Chocolate Processing: A Review

Rahayu Wulandari, Dwi Indriana, dan Andi Nur Amalia A.


Balai Besar Industri Hasil Perkebunan
Jl. Prof. Abdurahman Basalamah No. 28 Makassar
e-mail: wulandarirahayu05@gmail.com

Abstract The inappropriate tempering and cooling process of chocolate will cause the occurrence of
white spots on the chocolate’s surface (fat bloom). The emulsifier can be used to prevent fat bloom.
Lecithin commonly used as emulsifier in chocolate processing, as well as hydrocolloid. Hydrocolloids
have the advantage of being able to increase the release of active components and easily dissolve in
the digestive system. This study is useful to find out the exact type and concentration of hydrocolloid
as an emulsifier in chocolate production to prevent fat bloom appearance. Hydrocolloid types of
glucomannan and carrageenan have the potential to be used as the emulsifier at range optimal
concentrations 0.1-0.75%.
Keywords: hydrocolloid, emulsifier, carrageenan, glucomannan, chocolate processing

Abstrak: Proses tempering dan pendinginan cokelat yang tidak tepat akan menimbulkan terjadinya
bintik putih pada permukaan luar cokelat (fat bloom). Untuk menghindari terjadinya hal tersebut
maka perlu digunakan emulsifier. Salah satu emulsifier yang sering digunakan pada pembuatan
cokelat adalah lesitin. Selain lesitin, emulsifier yang biasa digunakan dalam produksi pangan adalah
hidrokoloid. Hidrokoloid memiliki kelebihan mampu meningkatkan daya lepas komponen aktif dan
mudah larut dalam sistem pencernaan. Kajian ini bermanfaat untuk mengetahui jenis dan konsentrasi
hidrokoloid yang tepat sebagai emulsifier pada proses pembuatan cokelat untuk menghindari fat
bloom. Hidrokoloid jenis glukomanan dan karagenan berpotensi dimanfaatkan sebagai emulsifier
dengan konsentrasi optimal berkisar antara 0,1–0,75%.
Kata Kunci: hidrokoloid, emulsifier, karagenan, glukomanan, pengolahan cokelat

PENDAHULUAN adalah cokelat karena citarasanya yang khas


(Ramlah, 2016). Cokelat dengan kandungan
Kakao (Theobroma cacao) dikenal
kakao (biji cokelat) lebih dari 70% memiliki
sebagai komoditi yang mempunyai nilai
manfaat untuk kesehatan, karena cokelat
ekonomis yang tinggi karena mempunyai
kaya akan kandungan antioksidan yaitu
manfaat yang sangat luas terutama dalam
fenol dan flavonoid yang mampu menangkap
industri makanan, minuman, farmasi, kimia,
radikal bebas dalam tubuh (Ramlah, 2014).
dan lain-lain (Ramlah, 2014). Bagian tanaman
Bahan baku yang biasa digunakan adalah
kakao yang dianggap paling bernilai ekonomi
biji kakao yang difermentasi. Biji-biji tersebut
adalah biji kakao, yang tersusun atas kulit biji
kemudian dibersihkan dan dilakukan proses
(outer shell) yang melingkupi dua keping biji
penyangraian untuk menurunkan kandungan
(cotyledon) dan kecambah (germ) sebagai
air pada biji kakao dan akan menimbulkan
embrio tanaman (Yunus et al., 2013). Biji
rasa, aroma, dan warna khas dari biji kakao
kakao mengandung polifenol yang cukup
yang siap dibuat menjadi bubuk dan diolah
tinggi sehingga sangat berpotensi sebagai
menjadi berbagai macam produk makanan
sumber antioksidan. Selain itu, biji kakao
dan minuman. Nib biji kakao tersebut
juga mengandung senyawa alkaloid seperti
kemudian digiling atau dihaluskan sehingga
teobromin dan kafein yang sangat bermanfaat
menghasilkan pasta (liquor) yang selanjutnya
bagi kesehatan tubuh (Minifie, 1989).
dipress untuk memisahkan kandungan lemak
Salah satu produk olahan kakao
kakao dengan cake kakao. Cake kakao
yang banyak digemari masyarakat saat ini

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 28


Kajian Penggunaan Hidrokoloid... (Rahayu Wulandari)

kemudian dihaluskan sehingga menghasilkan potensial yang dapat diekstrak dan


bubuk cokelat (Amraini et al., 2011). dimanfaatkan sebagai bahan tambahan
Umumnya, pembuatan cokelat pangan untuk meningkatkan kualitas produk.
dilakukan dengan cara mencampur bahan Beberapa jenis hidrokoloid dapat diekstrak
baku dan diaduk dengan menggunakan mixer dari beberapa bagian komponen tanaman
selama 120 menit, kemudian diconching seperti akar, biji, buah, umbi dan cangkang.
selama 72 jam, dimasukkan emulsifier Hidrokoloid berfungsi sebagai
setelah conching 2 jam, lalu dilakukan proses pembentuk gel, pengemulsi, penstabil buih,
tempering akhir, selanjutnya dilakukan pengontrol pembentukan kristal, pendispersi,
pencetakan dan didinginkan (Indarti et al., perekat, dan pengontrol pelepasan
2013). Proses tempering dan pendinginan perisa sering dapat digunakan sebagai
cokelat yang tidak tepat akan menimbulkan bahan tambahan pada produk pangan.
terjadinya fat bloom. Fat bloom adalah cacat Pemanfaatannya sebagai bahan pengental,
fisik yang muncul selama penyimpanan penstabil, dan emulsifier disebabkan karena
cokelat dan dicirikan sebagai lapisan putih hidrokoloid bersifat mudah menyerap air
pada permukaan luar cokelat (Tisoncik, sehingga dapat membantu memperbaiki
2013). Untuk itu, digunakan emulsifier yang mutu produk pangan. Hidrokoloid berupa
dimaksudkan untuk menurunkan tegangan guar gum, natrium alginat, dan xanthan
antarmuka antara dua fasa sehingga gum digunakan sebagai pengental produk
keduanya dapat teremulsi dan memperbaiki dengan elastisitas tinggi dalam pembuatan
pencampuran sehingga fat bloom tidak akan produk mie, dan natrium alginat serta
terjadi (Nasution et al., 2004; Weyland dan kappa karagenan sebagai bahan penstabil
Hartel, 2008). Salah satu emulsifier yang susu. Dalam pembuatan produk pangan,
sering digunakan pada pembuatan cokelat hidrokoloid berfungsi sebagai penstabil,
yaitu lesitin. Selain lesitin, emulsifier yang pembentuk tekstur, dan meningkatkan daya
biasa digunakan dalam produksi pangan yaitu serap air produk (Herawati, 2018). Selain
hidrokoloid yang memiliki kelebihan mampu itu, hidrokoloid juga dapat berperan sebagai
meningkatkan daya lepas komponen aktif dietary fiber (serat pangan) yang menjadikan
dan mudah larut dalam sistem pencernaan. bahan pangan bernilai fungsional terhadap
Hidrokoloid merupakan komponen polimer kesehatan untuk menurunkan obesitas
yang berasal dari sayuran, hewan, mikroba, (Mudgil dan Barak, 2013) sehingga tidak
atau komponen sintetik yang umumnya menimbulkan kekhawatiran bagi konsumen
mengandung gugus hidroksil. Hidrokoloid yang memiliki masalah kelebihan berat
dapat ditemukan pada sumber nabati dan badan atau masalah kesehatan lainnya.
hewani. Terdapat berbagai jenis hidrokoloid

Tabel 1. Sifat-Sifat Hidrokoloid

No. Jenis Hidrokoloid Sifat


1. Glukan • Dapat bersifat terlarut ataupun tidak terlarut dalam air
• Tahan terhadap asam
• Tidak beracun dan tidak memiliki efek samping
• Memiliki berbagai aktivitas biologis sebagai antitumor, antioksidan,
antikolesterol, anti penuaan dini, dan peningkat sistem imun
(imunomodulator)
• Dapat dimanfaatkan sebagai zat aditif dalam industri makanan
(Widyastuti et al., 2011)

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 29


Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 14, No. 1, Juni, 2019.

No. Jenis Hidrokoloid Sifat


2. Fruktan • Kaya fruktosa
• Larut dalam air
• Memiliki sifat prebiotik
(Gelinas et al., 2016)
3. Xylan • Merupakan komponen utama dari hemiselulosa
• Tidak beracun dan bersifat biokompatibel
(Naidu et al., 2018)
4. Rhamnan Memiliki sifat antioksidan, antikoagulan, dan antitrombosit (Patel,
2012)
5. Galaktomanan • Larut dalam air
• Memiliki potensi sebagai thickener dalam formula makanan
• Memiliki efisiensi yang tinggi sebagai agen suspensi
• Kompatibel terhadap konsentrasi berbagai macam garam dan
temperatur
(Nwokocha et al., 2017)
6. Glukomanan • Memiliki daya mengembang yang besar
• Dapat membentuk gel dan memiliki sifat elastis yang kuat
• Dapat melarut kembali bila dilarutkan dalam air
(Imeson, 2010)
7. Arabinoksilan • Larut dalam air
• Memiliki aktivitas sebagai imunomodulator dan berpotensi sebagai
dietary fibre
(Fadel et al., 2018)
8. Galaktan • Memiliki sifat antioksidan, antiinflamasi, antinosiseptif, antikoagulasi,
antitrombosit, antivirus (influenza, herpes, HIV)
• Dapat menyebabkan kontraksi pada saluran pencernaan
(Patel, 2012)
9. Arabinogalaktan • Dapat terurai dengan cepat dalam air atau larutan (Rodriguez et
al., 2017)
• Memiliki sifat antikoagulasi dan antitrombosit
(Patel, 2012)
10. Galakturonan • Memiliki sifat antinosiseptif dan anti radang
• Bermanfaat untuk kesehatan dan dapat digunakan dalam terapi
pengobatan kanker
(Leivas et al., 2016; Zhang et al., 2015)
11. Glikanorhamnogalak • Mampu membentuk gel dengan sifat yang sangat elastis
turonan • Memiliki berat molekul yang tinggi
(Mikshina et al., 2015)
12. Glikano- • Digunakan sebagai penstabil emulsi (Jin-song et al., 2008)
glukuromannoglikan • Larut dalam air
• Tidak beracun
• Dapat digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan seperti
permen karet, sirup, dan sebagainya
(Ray et al., 2017)
13. Polimer glukosamin • Memiliki aktivitas anti bakteri
• Tidak beracun
• Mudah dimodifikasi
• Memiliki sifat biodegradabilitas
(Muxika et al., 2017)

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 30


Kajian Penggunaan Hidrokoloid... (Rahayu Wulandari)

No. Jenis Hidrokoloid Sifat


14. Protein • Digunakan sebagai pengental makanan
• Kelarutan protein dipengaruhi oleh pH, temperatur, kekuatan ionik
dan konsentrasi
• Mampu mengubah sifat reologis sistem secara cepat pada
konsentrasi yang rendah
• Sering dimanfaatkan untuk menstabilkan larutan dua fasa atau lebih
(Luyten et al., 2004)

Hidrokoloid memiliki karakteristik itu, struktur kimia dan gugus fungsional juga
spesifik, bergantung pada struktur rantai dan mempengaruhi sinergisitas dari hidrokoloid
gugus fungsional yang terdapat di dalamnya. dengan komponen bahan lainnya terkait
Struktur rantai yang mengandung banyak dengan bahan baku utama yang digunakan
gugus hidroksil menyebabkan hidrokoloid dalam suatu produk (Herawati, 2018). Salah
lebih mudah menyerap air. Umumnya, satu contoh adalah sinergisitas hidrokoloid
hidrokoloid mampu membentuk gel dalam dengan enzim pektinase sebagai penstabil
air dan bersifat reversible, yaitu meleleh jika pada nektar jambu biji (Krumreich et al.,
dipanaskan dan membentuk gel kembali jika 2018).
didinginkan (Herawati, 2018). Terdapatnya Berdasarkan sumber bahan bakunya,
sejumlah besar gugus hidroksil pada hidrokoloid dikelompokkan menjadi
hidrokoloid menyebabkan meningkatnya hidrokoloid alami, hidrokoloid termodifikasi,
afinitas hidrokoloid untuk mengikat molekul air dan hidrokoloid sintetis. Terdapat 14
sehingga disebut sebagai senyawa hidrofilik. jenis hidrokoloid jika dilihat dari struktur
Selain itu, hidrokoloid juga menunjukkan kimiawinya, yaitu glukan, fruktan, xylan,
sifat-sifat koloid dengan menghasilkan rhamnan, galaktomanan, glukomanan,
dispersi yang merupakan perantara antara arabinoksilan, galaktan, arabinogalaktan,
larutan dengan suspensi (Joel et al., 2018). galakturonan, glikano-rhamnogalakturonan,
Karakteristik spesifik yang dimiliki hidrokoloid glikano-glukuronomannoglikan, polimer
dipengaruhi oleh keberadaan suatu kation glukosamin, dan protein. Hidrokoloid yang
dan anion serta struktur dasar maupun sering dimanfaatkan untuk produk pangan
gugus fungsional yang terkandung dalam terkait dengan sifat fungsionalnya sebagai
masing-masing jenis hidrokoloid, misalnya thickening agent, emulsifier, dan perekat
karagenan yang dapat dibagi menjadi adalah alginat, glukomanan, pektin, dan
kappa, iota, dan lamda karagenan. Selain karagenan (Herawati, 2018).

Gambar 1. Struktur Kimia lukomanan (Lee et al., 2014)

Glukomanan rantai utama glukosa dan manosa (The


Glukomanan merupakan polisakarida Commission of The European Communities,
dari jenis hemiselulosa dan termasuk 2001). Glukomanan dapat diperoleh dari
heteropolisakarida yang memiliki ikatan umbi-umbian Amorphophallus spp atau

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 31


Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 14, No. 1, Juni, 2019.

dikenal dengan nama iles-iles (porang) bila dilarutkan dalam air (Imeson, 2010).
yang mulai dibudidayakan di Indonesia Glukomanan memiliki bobot molekul relatif
karena tingginya kadar glukomanan yang tinggi, yaitu 200.000–2.000.000 Dalton (The
dikandungnya, sehingga berpotensi menjadi Commission of The European Communities,
bahan pangan bernilai fungsional terhadap 2001). Adapun struktur kimia glukomanan
kesehatan untuk menurunkan obesitas dapat dilihat pada Gambar 1. Glukomanan
(Harmayani et al., 2014). memiliki karakteristik antara selulosa dan
Glukomanan memberikan rasa galaktomanan karena bobot molekulnya
kenyang melalui mekanisme penyerapan yang relatif tinggi, yaitu dapat mengkristal
air hingga 50 kali volume glukomanan dan dan membentuk struktur serat-serat halus.
merupakan bahan alami bebas kalori (Gorsek, Hal tersebut menyebabkan glukomanan
2002). Glukomanan juga memiliki daya dapat dimanfaatkan lebih luas dibandingkan
mengembang yang besar, dapat membentuk selulosa dan galaktomanan (Tester dan Al-
gel, elastis kuat, serta dapat melarut kembali Ghazzewi, 2012).

Gambar 2. Struktur Kimia Karagenan (Necas dan Bartosikova, 2013)

Karagenan D-galactopyranose berikatan 4 (DA-unit),


membentuk pengulangan disakarida
Karagenan merupakan salah satu
pada karagenan, dan ditemukan
polisakarida sulfat yang bersifat hidrofilik.
dengan konsentrasi tinggi dalam matriks
Karagenan termasuk galaktan sulfat yang
ekstraseluler rumput laut merah (de
terdiri dari β-Dgalactopyranose berikatan
Araujo et al., 2012). Menurut Subroto
3 (G-unit) dan α-Dgalactopyranose
(2011), karagenan memiliki potensi untuk
berikatan 4 (D-unit) atau 3,6-anhydroα-

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 32


Kajian Penggunaan Hidrokoloid... (Rahayu Wulandari)

menurunkan kadar kolesterol. Penurunan Secara umum, karagenan terbagi


kolesterol disebabkan absorpsi kolesterol di menjadi enam bentuk dasar, yaitu Iota (ι) -
usus dihambat dan ekskresi asam empedu Karagenan, Kappa (κ) - Karagenan, Lambda
meningkat. Sifat utama karagenan adalah (λ) - Karagenan, Mu (μ) - Karagenan, Nu
mampu mengubah cairan menjadi padatan (v) - Karagenan dan Theta (ө) – Karagenan
atau mengubah bentuk sol menjadi gel yang (de Araujo et al., 2012). Struktur kimia
bersifat reversible, dimana kemampuan karagenan dapat dilihat pada Gambar 2.
pembentukan gel berpengaruh pada kadar
air pangan. Air yang terperangkap dalam Alginat
gel akan semakin banyak jika struktur gel
Alginat merupakan polimer alami yang
semakin kokoh sehingga kemungkinan
memiliki berat molekul tinggi. Alginat adalah
penguapan air akan semakin kecil dan kadar
garam dari asam alginat yang merupakan
air akan meningkat. Kemampuan inilah yang
kopolimer dari blok β-d-mannuronic acid
meningkatkan potensi tepung karagenan
(M) dan epimer C-5, asam α-l-guluronic (G),
sehingga sangat luas penggunaannya
dihubungkan bersama untuk membentuk
dibandingkan hidrokoloid lainnya, baik
polisakarida linier dengan ikatan (1,4)
dalam bidang pangan maupun non pangan
-glikosidik yang terlihat pada gambar 3
(Wenno, 2009; Widyaningtyas dan Susanto,
berikut:
2015).

Gambar 3. Struktur Blok Alginat (blok G, blok M dan blok MG) (Imeson, 2010)

Alginat telah digunakan dalam tinggi, seperti buah-buahan dan sayuran.


berbagai macam produk makanan sebagai Pektin secara komersial terbagi dua yaitu
pembentuk gel, thickening agent, penstabil pektin teresterifikasi high-methyl dan low-
dan film forming. Alginat dapat membentuk methyl. Bentuk pektin teresterifikasi high-
gel yang stabil terhadap panas dimana dapat methyl mampu membentuk gel dalam
disimpan pada suhu kamar. Garam alginat padatan dengan kelarutan yang tinggi dan
berupa natrium alginat untuk produk pangan larutan asam, sedangkan bentuk pektin
sering dimanfaatkan dalam menghasilkan teresterifikasi low-methyl membentuk gel
produk mie dan sebagai bahan penstabil dalam rentang pH dan kelarutan padatan
susu (Imeson 2010; Milani et al., 2012; yang lebih luas, namun membutuhkan
Herawati, 2018). kehadiran kation divalen untuk pembentukan
gel. Fungsi umum dari pektin adalah sebagai
Pektin pembentuk gel, thickening agent, dan
penstabil dalam makanan. Aplikasi pektin
Pektin adalah polisakarida yang
beragam dan mencakup produk berbasis
merupakan komponen utama dari
buah, susu, minuman lainnya, kembang
dinding sel tumbuhan tingkat tingkat

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 33


Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 14, No. 1, Juni, 2019.

gula, produk roti (Milani et al., 2012; Imeson, linear yang terutama terdiri dari asam
2010). anhidrogalakturonik berikatan (1→4) α
Struktur pektin yang biasa dengan bagian esterifikasi metil dari grup
dikenal mengacu pada polisakarida karboksil, seperti terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Bagian Rantai D-Galakturonan Berikatan (1→4) α Sebagian Bermetilasi


pada Posisi C-6 (Imeson, 2010)

Sumber hidrokoloid yang banyak ditambahkan dalam pembuatan cokelat


terdapat di Indonesia yaitu rumput laut dimaksudkan agar terjadi penurunan
sebagai penghasil karagenan dan tanaman viskositas campuran sehingga dapat
iles-iles sebagai penghasil glukomanan menjaga kestabilan emulsi minyak dan
(Herawati, 2018; Harmayani, et al, 2014) air. Selain itu, emulsifier mampu mengikat
sehingga kedua jenis hidrokoloid tersebut lemak pada cokelat sehingga bercak putih
berpotensi untuk dikembangkan sebagai tidak akan timbul. Emulsifier memiliki
emulsifier dalam pembuatan cokelat. kemampuan untuk mempertahankan tekstur
Ulasan ini menggunakan metode dari pelelehan. Hal tersebut sebagai akibat
kajian pustaka dengan mengumpulkan adanya dispersi lemak bahan dengan
data sekunder dari jurnal ilmiah, buku, hasil struktur sel udara yang menghasilkan
penelitian, artikel dan internet yang terkait karakter tekstur yang keras dan kering
dengan ulasan ini. Manfaat ulasan ini adalah (Ketaren, 1986). Sifat struktural dari cokelat
memberikan informasi sehingga dapat dapat dipengaruhi dengan penambahan
diketahui jenis dan konsentrasi hidrokoloid emulsifier sehingga hal tersebut akan
sebagai emulsifier pada pembuatan cokelat. mempengaruhi tingkat kesukaan konsumen
Manfaat lain adalah untuk mengembangkan akan tekstur dan rasa cokelat. Pengaruh lain
metode dalam pembuatan cokelat yang penggunaan emulsifier dalam pengolahan
memiliki dampak positif bagi kesehatan. cokelat adalah stabilitas terhadap migrasi
lemak dan stabilitas terhadap oksidasi
Penggunaan Emulsifier pada Pengolahan (Schantz dan Rohm, 2005).
Cokelat Secara struktural emulsifier adalah
molekul amfifilik yang memiliki gugus
Kendala yang sering dihadapi dalam
hidrofilik maupun lipofilik atau gugus
pembuatan cokelat adalah terjadinya fat
yang suka air dan suka lemak dalam
bloom. Fat bloom adalah bintik-bintik putih
satu molekul dan dapat digunakan untuk
pada permukaan cokelat akibat kristal lemak
menurunkan tegangan antarmuka antara
pada cokelat belum stabil atau tidak terikat
dua fasa yang dalam keadaan normal
kuat oleh suatu bahan pengemulsi atau
tidak saling bercampur sehingga keduanya
penstabil sehingga bermigrasi ke permukaan
dapat teremulsi (Nasution et al., 2004).
dan tampak seperti berjamur. Maka salah
Berdasarkan penelitian oleh Sukendar et al.
satu upaya untuk mengurangi terjadinya
(2012), penambahan bahan yang bersifat
hal tersebut yaitu dengan menambahkan
sebagai emulsi seperti bubuk bungkil kacang
emulsifier (Sukendar et al., 2012; Weyland
tanah, tepung rumput laut, dan kuning telur
dan Hartel, 2008). Menurut penelitian yang
asin pada pembuatan permen cokelat tidak
dilakukan oleh Minifie (1999), emulsifier

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 34


Kajian Penggunaan Hidrokoloid... (Rahayu Wulandari)

menyebabkan terjadinya fat bloom pada pelepasan zat aktif dalam senyawa obat
produk cokelat walaupun telah disimpan lebih cepat pada matriks yang mengandung
selama 6 minggu pada suhu sekitar 31 oC. 100% kitosan yang merupakan salah satu
Pengemulsi telah banyak digunakan jenis hidrokoloid. Hal tersebut apabila
untuk tujuan memodifikasi tekstur cokelat diterapkan pada pembuatan cokelat akan
terutama di lapisan komersial (Walter sangat bermanfaat dimana cokelat banyak
dan Cornillon, 2001). Sifat cokelat akan mengandung komponen aktif yang berguna
berubah bila ditambahkan pengemulsi, bagi tubuh.
termasuk kepekaan terhadap RH, suhu, Banyak hidrokoloid yang telah
dan tindakan tempering (Schantz dan dimanfaatkan sebagai bahan tambahan
Rohm, 2005). Penambahan konsentrasi dalam produk pangan dengan tujuan untuk
pengemulsi yang semakin tinggi akan meningkatkan kualitas produk tersebut.
menghasilkan cokelat yang stabil. Hal Hidrokoloid yang dapat dimanfaatkan
tersebut dikarenakan zat pengemulsi akan sebagai emulsifier adalah glukomanan dan
menurunkan tegangan permukaan sehingga karagenan. Glukomanan banyak ditemukan
emulsi akan menyatu. Ikatan antara air dan pada tumbuhan iles-iles (Amorphophallus
lemak akan menjadi semakin kuat ketika spp.). Tumbuhan iles-iles tercatat ada 200
pengemulsi ditambahkan. Emulsifier akan spesies di dunia, menyebar terutama di Asia
terurai di dalam air sehingga bagian yang yakni di Tiongkok, Vietnam, Indonesia, dan
bersifat hidrofilik akan menyerap air. Proses Thailand masing-masing 15, 21, 24, dan
pengikatan air yang awalnya bergerak bebas 53 spesies. Saat ini, terdapat tiga spesies
akan terjadi sehingga menyebabkan cokelat yang sudah diusahakan di Indonesia, yaitu
menjadi semakin stabil (Sudarmadji, 1997). Amorphophallus companulatus (Roxb.), A.
Salah satu emulsifier yang sering variabilis, dan A. oncophyllus. Kandungan
digunakan dalam pembuatan cokelat adalah glukomanan pada iles-iles A. oncophyllus
lesitin. Lesitin dapat diisolasi dari lemak termasuk tinggi, yaitu 55% (Supriati, 2016).
hewani dan nabati seperti otak sapi, jantung Tanaman iles-iles cocok sebagai tanaman
dan hati sapi, kuning telur dan juga dari sela di areal tanaman perkebunan seperti
kedelai (Hartomo dan Widiatmoko, 1993). karet, cengkeh, kopi, cokelat, kelapa sawit
Selain lesitin, hidrokoloid berpotensi untuk dan jati (Afifah et al., 2014).
dimanfaatkan sebagai emulsifier dalam Glukomanan merupakan satuan
bahan pangan yang memiliki kelebihan dapat polisakarida yang tersusun atas satuan-
membantu pelepasan komponen aktif pada satuan Dmannosa dan D-glukosa. Sebagai
cokelat yang selanjutnya mudah diserap serat pangan, glukomanan memiliki
oleh tubuh dan bagus untuk kesehatan. beberapa sifat fungsional yaitu dapat
Hidrokoloid memiliki matriks hidrofilik yang menurunkan kadar kolesterol dan gula dalam
mampu membantu melepaskan komponen darah, meningkatkan fungsi pencernaan
aktif pada produk pangan. Komponen aktif dan sistem imun, dan juga dapat membantu
tersebut masuk ke dalam tubuh melalui menurunkan berat badan (Zhang et al., 2002).
media air karena matriks hidrofilik mampu Glukomanan memiliki karakter istimewa
mengembang dan akan menjadi erosi yaitu dapat cepat mengembang hingga 138-
gel sehingga membentuk lapisan matriks 200% di dalam air (pati hanya mengembang
yang terhidrasi apabila bahan tersebut 25%). Sifatnya yang larut dalam air dingin
berinteraksi dengan air dan akan terjadi erosi akan membuat glukomanan membentuk
pada lapisan permukaannya sehingga akan masa yang kental. Jika dipanaskan hingga
terlarut dengan baik (Siepmann et al., 1999). membentuk gel, akan menyebabkan ‘manan’
Karena kemampuannya tersebut, hidrokoloid stabil dan tidak terlarut kembali ke dalam
juga dimanfaatkan untuk keperluan farmasi. air (Syaefullah, 1991). Selain berperan
Bhise et al. (2007) menyatakan bahwa sebagai sumber pangan fungsional karena

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 35


Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 14, No. 1, Juni, 2019.

manfaatnya terhadap kesehatan, perluasan Herawati (2018) menyatakan bahwa


pemanfaatan glukomanan sebagai emulsifier penggunaan hidrokoloid pada produk
pada produksi cokelat akan memberikan pangan harus mengikuti kaidah ambang
peluang bagi petani cokelat lokal untuk batas sebagai bahan tambahan pangan
meningkatkan pendapatan melalui budidaya (BTP) agar aman dikonsumsi. Oleh
tanaman iles-iles sebagai tanaman sela di karena itu, perlu diperhatikan konsentrasi
areal perkebunan cokelat. glukomanan dan karagenan yang akan
Karagenan dapat ditemukan pada digunakan dalam pembuatan cokelat ini.
rumput laut merah kelas Rhodophyceae Penggunaan glukomanan sebagai bahan
yang merupakan komoditi andalan Indonesia tambahan pangan yang diperbolehkan
sebagai negara kepualauan karena mudah yaitu maksimal 10 g/kg dalam makanan
dibudidayakan dengan investasi yang (EFSA Panel on Food Additives and
relatif kecil dan prospek pasar yang baik Nutrient Sources added to Food (ANS),
serta dapat meningkatkan pemberdayaan 2017). Penelitian terdahulu menggunakan
masyarakat pantai (Milani et al., 2012). komposisi bubuk bungkil kacang tanah
Salah satu jenis Rhodophyceae di Indonesia dan variasi konsentrasi tepung porang
penghasil karagenan yaitu Kappaphycus yang mengandung glukomanan sebanyak
alvarezii, memiliki peranan penting di bidang 0,1;, 0,3; dan 0,5% dalam pembuatan
industri makanan, kosmetik, bioteknologi, permen cokelat dan menunjukkan bahwa
dan industri nonpangan yang memiliki nilai perlakuan terbaik pada kombinasi
peluang pasar yang cukup potensial komposisi bubuk bungkil kacang tanah
(Siregar et al., 2016). Jenis karagenan yang 14% dan konsentrasi tepung porang 0,5%
paling cocok untuk dimanfaatkan dalam dengan persentase fat blooming hanya
pembuatan cokelat adalah iota karagenan 5,54% (Deliana et al., 2014). Putri (2016)
karena dapat membentuk gel yang lembut juga telah melakukan penelitian dengan
dan fleksibel atau lunak sehingga sangat memanfaatkan glukomanan dari tepung
mendukung sifat organoleptik cokelat yang porang sebagai penstabil es krim dari susu
disukai oleh masyarakat. Kappa karagenan kambing. Penelitian tersebut menggunakan
menghasilkan gel yang bersifat kaku dan glukomanan dengan konsentrasi 0,1; 0,2;
getas serta keras, sedangkan lambda 0,3; 0,4; dan 0,5% serta diperoleh hasil
karagenan tidak dapat membentuk gel, terbaik dengan penggunaan glukomanan
tetapi berbentuk cair yang viscous (Desiana pada konsentrasi 0,5%.
dan Hendrawati, 2015) sehingga kurang Karagenan dinyatakan aman
cocok untuk dimanfaatkan dalam pembuatan dikonsumsi jika konsentrasinya tidak lebih
cokelat karena akan mempengaruhi sifat dari 2000 mg/kg (CDH, 2006). Masykuri
organoleptik pada produk akhir. et al., (2009) menggunakan 5 variasi
Indonesia merupakan penghasil konsentrasi karagenan sebagai penstabil
rumput laut terbesar dibandingkan dengan dalam pembuatan es krim cokelat yaitu 0;
negara lain dimana industri pengolahan 0,1; 0,3; 0,5; 0,7% dan diperoleh konsentrasi
karagenan sudah mulai dikembangkan karagenan yang optimal atau tepat dan
di Sulawesi Selatan (Suparmi dan Sahri, disukai oleh panelis baik dari kenampakan
2009; Fitri, 2013). Ketersediaan yang maupun cita rasanya adalah pada kisaran
melimpah sehingga mudah diperoleh dan 0,3-0,5% dimana penggunaan karagenan
pemanfaatan karagenan yang diperluas 0,3% cocok untuk es krim cokelat bentuk
tidak hanya digunakan sebagai emulsifier mangkok (cup), sedangkan penggunaan
pada pembuatan es krim tetapi juga pada karagenan 0,5% cocok untuk es krim cokelat
pembuatan jenis makanan lain seperti bentuk tongkat (stick). Widyaningtyas dan
mie kering dan cokelat akan membantu Susanto (2015) telah melakukan penelitian
pertumbuhan industri lokal di bidang menggunakan karagenan sebagai
pemanfaatan rumput laut. hidrokoloid pada karakteristik mie kering

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 36


Kajian Penggunaan Hidrokoloid... (Rahayu Wulandari)

dengan konsentrasi 0,25; 0,5; dan 0,75% 4. CDH. 2006. Carrageenan CAS No. 9000-
dan diperoleh konsentrasi optimal pada 07-1. Material Safety Data Sheet SDS/
0,75%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa MSDS, 1-6, diakses pada 16 Oktober
konsentrasi hidrokoloid yang ditambahkan 2018, cdhfinechemical.com.
pada produk pangan untuk mendapatkan 5. de Araujo, I. W. F., Rodrigues, J. A. G.,
hasil yang optimal yaitu berkisar antara 0,1- de Sousa Oliveira Vanderier, E.,
0,75%. Konsentrasi hidrokoloid yang tinggi de Paula, G. A., de Brito Lima, T.,
juga akan mempengaruhi stabilitas emulsi dan Benevides, N. M. B. 2012. Iota-
dan sifat organoleptik produk cokelat yang Carrageenans from Solieria filiformis
dihasilkan. (Rhodohyta) and Their Effects In The
Inflammation and Coagulation. Acta
SIMPULAN Scientiarum, 34, 127-135.
6. Deliana, Susilo, B., dan Yulianingsih,
Hidrokoloid khususnya glukomanan
R. 2014. Analisa Karakteristik Fisik
dan karagenan berpotensi dimanfaatkan
dan Sensorik Permen Cokelat dari
sebagai emulsifier pada pembuatan cokelat
Komposisi Bubuk Bungkil Kacang
karena mudah didapat dan kemampuannya
Tanah dan Variasi Konsentrasi
dalam melepaskan komponen aktif
Tepung Porang (Amorphophallus
pada pangan dalam tubuh. Konsentrasi
oncophyllus). Jurnal Bioproses
penggunaan glukomanan dan karagenan
Komoditas Tropis, 2, 62-71.
pada pembuatan cokelat harus memenuhi
7. Desiana, E., dan Hendrawati, T. Y.
kaidah ambang batas sebagai bahan
2015. Pembuatan Karagenan dari
tambahan pangan yaitu tidak melebihi 2%
Euchema cottonii dengan Ekstraksi
dimana hasil produk yang optimal diperoleh
KOH Menggunakan Variabel Waktu
pada konsentrasi berkisar antara 0,1-0,75%.
Ekstraksi. Seminar Nasional Sains
dan Teknologi, ISSN : 2407-1846.
UCAPAN TERIMA KASIH
8. EFSA Panel On Food Additives and
Penulis mengucapkan terima kasih Nutrient Sources Added to Food
kepada Dr. Ratri Retno Utami S.TP., MT., (ANS)., Mortensen, A., Aguilar, F.,
atas bantuan teknis dan penulisan dalam Crebelli, R., Di Domenico, A., Frutos,
menyelesaikan karya tulis ini. M. J., Galtier, P., Gott, D., Gundert-
Remy, U., Lambre, C., Leblanc, J-C.,
DAFTAR PUSTAKA Lindtner, O., Moldeus, P., Mosesso,
1. Afifah, E., Nugrahani, M. O., dan Setiono. P., Oskarsson, A., Parent-Massin, D.,
2014. Peluang Budidaya Iles-Iles Stankovic, I., Waalkens-Berendsen. I.,
(Amorphophallus spp.) sebagai Woutersen, R. A., Wright, M., Younes,
Tanaman Sela di Perkebunan Karet. M., Brimer, L., Christodoulidou, A.,
Warta Perkaretan, 33, 35-46. Lodi, F., Tard, A., dan Dusemund, B.
2. Amraini, S. Z., Rionaldo, H., Hermanto., 2017. Re-Evaluation of Konjac Gum
Kurniawan, N., dan Zulfansyah. 2011. (E 425 i) and Konjac Glucomannan
Review Teknologi Proses Pengolahan (E 425 ii) as Food Additives. EFSA
Kakao. STU, B4-1 – B4-7. Journal, 15, 4864.
3. Bhise, K. S., Dhumal, R. S., Chauhan, 9. Fadel, A., Plunkett, A., Li, W., Ranneh,
B., Paradkar, A., dan Kadam, S. S. Y., Gyamfi, V. E. T., Salmon, Y.,
2007. Effect of Oppositely Charged Nyaranga, R. R., dan Ashworth,
Polymer and Dissolution Medium on J. 2017. Arabinoxylans from Rice
Swelling, Erosion, and Drug Release Bran and Wheat Immunomodulatory
from Chitosan Matrices. AAPS Potentials: A Review Article. Nutrition
PharmSciTech, 8, E1-E9. and Food Science, 48, 97-110

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 37


Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 14, No. 1, Juni, 2019.

10. Fitri, M. 2013. Kajian Sifat Fisika-Kimia Hydrocolloid Pectin from Goron Tula
Karaginan dari Rumput Laut Jenis (Azanza garckeana) Fruit. World
Euchema sp di Perairan Sulawesi Scientific News, 101, 157-171.
Selatan. Jurnal Galung Tropika, 2, 64- 20. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi
76. Minyak dan Lemak Pangan, UI Press.
11. Gelinas, P., McKinnon, C., dan Gagnon, F. Jakarta.
2016. Fructans, Water-Soluble Fibre 21. Krumreich, F. D., Correa, A. P. A.,
and Fermentable Sugars in Bread and Nachtigal, J. C., Buss, G. L., Rutz, J.
Pasta Made with Ancient and Modern K., Crizel-Cardozo, M. M., Jansen, C.,
Wheat. International Journal of Food dan Zambiazi, R. C. 2018. Stabilization
Science and Technology, 51, 555-564 of Guava Nectar with Hydrocolloids
12. Gorsek. 2002. Weight Loss Composition and Pectinases. Polimeros, 28, 53-60.
Containing Green Tea, Hydroxycitric 22. Lee, H. V., Hamid, S. B. A., dan Zain, S.
Acid, 5-Hydroxytryptophan, Gluco- K. 2014. Conversion of Lignocellulosic
mannan, Picolinate, and Lacto- Biomass to Nanocellulose : Structure
bacillus. United States Patent, May 7: and Chemical Process. The Scientific
US 6,383,482 B1. World Journal, 2014, 1-20.
13. Harmayani, E., Aprilia, V., dan Marsono, 23. Leivas, C. L., Nascimento, L. F., Barros, W.
Y. 2014. Characterization of M., Santos, A. R. S., Lacomini, M., dan
Glucomannan from Amorphophallus Cordeiro, L. M. C. 2016. Substitued
oncophyllus and Its Prebiotic Activity Galacturonan from Starfruit: Chemical
In Vivo. Carbohydrate Polymers, 112, Structure and Antinociceptive and Anti-
475-479. Inflammatory Effects. International
14. Hartomo, A. J., dan Widiatmoko, M. C. Journal of Biological Macromolecules,
1993. Emulsi dan Pangan Instan Ber- 84, 295-300
Lesitin. Yogyakarta : Andi Offset. 24. Luyten, H., Vereijken, J., dan Buecking,
15. Herawati, H. 2018. Potensi Hidrokoloid M. 2004. Using Proteins as Additives
sebagai Bahan Tambahan pada in Foods: An Introduction. Proteins in
Produk Pangan dan Non Pangan Food Processing. Cambridge England
Bermutu. Jurnal Litbang Pertanian, : Woodhead Publishing Limited
37, 17-25. 25. Masykuri, Nurwantoro, dan Wibawa,
16. Imeson, A. 2010. Food Stabilisers, R. A. 2009. Pengaruh Penggunaan
Thickeners, and Gelling Agents. Karaginan sebagai Penstabil terhadap
United Kingdom : Wiley-Blackwell. Kondisi Fisik dan Tingkat Kesukaan
17. Indarti, E., Arpi, N., dan Budijanto, S. 2013. pada Es Krim Coklat. Pemberdayaan
Kajian Pembuatan Cokelat Batang Peternakan Berbasis Sumber Daya
dengan Metode Tempering dan Tanpa Lokal untuk Ketahanan Pangan
Tempering. Jurnal Teknologi dan Nasional Berkelanjutan, 503-509
Industri Pertanian Indonesia, 5, 1-6. 26. Mikshina, P. V., Petrova, A. A., Faizullin, D.
18. Jin-song, S., Wei-ming, S., Da-feng, A., Zuev, Y. F., dan Gorshkova. 2015.
S., De-feng, X., dan Gong-ping, Tissue-Spesific Rhamnogalacturonan
G. 2008. Formula Screening and I Forms the Gel with Hyperelastic
Stability Evaluation of Compound Properties. Biochemistry (Moscow),
Emulsifier Containing Blettila striata 80, 915-924
Polysaccharide Gum Based on 27. Milani, J., dan Malekim G. 2012.
Histogram. Food Science, 29, 35-38 Hydrocolloids in Food Industry, Food
19. Joel, J. M., Barminas, J. T., Riki, E. Y., Industrial Processes – Methods and
Yelwa, J. M., dan Edeh, F. 2018. Equipment. Croatia : Intech Europe.
Extraction and Characterization of

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 38


Kajian Penggunaan Hidrokoloid... (Rahayu Wulandari)

28. Minifie, B. W. 1989. Chocolate, Cocoa, 38. Ramlah, S. 2014. Pengaruh Suhu
and Confectionery : Science and Penyangraian Terhadap Mutu
Technology (3rd ed.). California : Cokelat sebagai Makanan Kesehatan
Richardson Researches, Inc. Penurun Kadar Kolesterol Darah.
29. Minifie, W.B., 1999. Chocolate, Cacao Jurnal Industri Hasil Perkebunan, 9,
and Confectionary Sains Technology. 115-124.
An Aspen Publication, London. 39. Ramlah, S. 2016. Karakteristik Mutu
30. Mudgil, D., dan Barak, S. 2013. dan Citarasa Cokelat Kaya Polifenol.
Composition, Properties and Health Jurnal Industri Hasil Perkebunan, 11,
Benefits of Indigestible Carbohydrate 23-32.
Polymers as Dietary Fiber : A Review. 40. Ray, S., Roy, G., Maiti, S., Bhattacharyya,
International Journal of Biological U. K., Sil, A., dan Mitra, R. 2017.
Macromolecules, 61 : 1-6 Development of Smart Hydrogels
31. Muxika, A., Etxabide, A., Uranga, J., of Etherified Gum Ghatti for
Guerrero, P., dan de la Caba, K. Sustained Oral Delivery of Ropinirole
Chitosan as A Bioactive Polymer: Hydrochloride. International Journal of
Processing, Properties and Applica- Biological Macromolecules, 103, 347-
tions. International Journal of 354.
Biological Macromolecules, 105 (Pt 41. Rodriguez, B., Owen, K. Q., Freitas, U.,
2), 1358-1368 dan Udani, J. 2017. Arabinogalactan
32. Naidu, D. S., Hlangothi, S. P., dan John, for Enhancing the Adaptive Immune
M. J. Bio-based Products from Xylan: Response. United States Patent, Jan
A Review. Carbohydrate Polymers, 24 : US 9,549,979 B2
179, 28-41 42. Schantz, B. dan Rohm, H. 2005. Influence
33. Nasution, M. Z., Suryani, A., dan Susanti, of Lecithin–PGPR Blends on the
I. 2004. Pemisahan dan Karakterisasi Rheological Properties of Chocolate.
Emulsifier dalam Minyak Cacing Lebensm.-Wiss. u.-Technol. 38 (2005)
Tanah (Lumbricus rubellus). Teknik 41–45
Industri Pertanian, 13, 108-115. 43. Siepmann, J., Kranz, H., Bodmeier, R.,
34. Necas, J. dan Bartosikova, L. 2013. dan Peppas, N. A. 1999. HPMC-
Carrageenan : A Review. Veterinarni Matrices for Controlled Drug Delivery
Medicina, 58, 187-205. : A New Model Combining Diffusion,
35. Nwokocha, L. M., Senan, C., Williams, Swelling, and Dissolution Mechanisms
P. A., dan Yadav, M. P. 2017. and Predicting the Release Kinetics.
Characterisation and Solution Pharmaceutical Research, 16, 1748-
Properties of A Galactomannan 1756.
from Bauhina monandra Seeds. 44. Siregar, R. F., Santoso, J., dan Uju.
International Journal of Biological 2016. Karakteristik Fisiko Kimia
Macromolecules, 101, 904-909. Kappa Karagenan Hasil Degradasi
36. Patel, S. 2012. Therapeutic Importance Menggunakan Hidrogen Peroksida.
of Sulfated Polysaccharides from Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Seaweeds: Updating the Recent Indonesia, 19, 256-266.
Findings. 3 Biotech, 2, 171-185 45. Subroto, T. 2011. Efek Anti
37. Putri, D. I. 2016. Pengaruh Konsentrasi Hiperkolesterolemik Karagenan
Tepung Umbi Suweg (Amorphophallus Rumput Laut dalam Diet terhadap
campanulatus B.) sebagai Penstabil Plasma Lipid Tikus Putih. Bionatura–
Es Krim Susu Kambing. Skripsi Jurnal Ilmu - ilmu Hayati dan Fisik.
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Vol. 13, No. 1, Maret 2011 : 58-65.
Pertanian. Unila

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 39


Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 14, No. 1, Juni, 2019.

46. Sudarmadji. 1997. Petunjuk Laboratorium 55. Widyastuti, N., Baruji, T., Giarni, R.,
Analisis Pangan. PAU Pangan dan Isnawan, H., Wahyudi, P., dan
Gizi. Bogor. Donowati. 2011. Analisa Kandungan
47. Sukendar, N. K., Laga, A., Bilang, M., dan Beta-Glukan Larut Air dan Larut
Nur, Z. 2012. Pengaruh Substitusi Alkali dari tubuh Buah Jamur Tiram
Gula Sukrosa Oleh Gula Rendah (Pleurotus ostreatus) dan Shiitake
Kalori pada Formulasi Permen (Lentinus edodes). Jurnal Sains dan
Cokelat Fungsional. Jurnal Industri Teknologi Indonesia, 13, 182-191
Hasil Perkebunan, 7, 52-61. 56. Wenno, M.R. 2009. Karakteristik Fisiko-
48. Suparmi dan Sahri, A. 2009. Juni- Kimia Karaginan dari Euchema cottoni
Agustus. Mengenal Potensi Rumput pada Bagian Thalus, Berat Bibit dan
Laut : Kajian Pemanfaatan Sumber Umur Panen. Institut Pertanian Bogor.
Daya Rumput Laut dari Aspek Industri 57. Weyland, M., dan Hartel, R. 2008.
dan Kesehatan. Majalah Ilmiah Sultan Emulsifiers in Confectionery, Food
Agung, 118, 95-116. Emulsifiers and Their Applications.
49. Supriati, Y. 2016. Keanekaragaman Berlin : Springer Science & Business
Iles-Iles (Amorphophallus spp.) dan Media.
Potensinya untuk Industri Pangan 58. Widyaningtyas, M. dan Susanto,
Fungsional, Kosmetik, dan Bioetanol. W.H. 2015. Pengaruh Jenis dan
Jurnal Litbang Pertanian, 35, 69-80. Konsentrasi Hidrokoloid (Carboxy
50. Syaefullah, M. 1991. Studi Karak- Methyl Cellulose, Xanthan Gum, dan
teristik Glukomannan dari Sumber Karagenan) terhadap Karakteristik
“Indegenous” Iles-Iles (Amorpho- Mie Kering Berbasis Pasta Ubi Jalar
phallus oncophyllus) dengan Varietas Ase Kuning. Jurnal Pangan
Variasi Proses Pengeringan dan dan Agroindustri Vol. 3 No. 2 p.417-
Dosis Perendaman. Tesis Fakultas 423.
Pascasarjana IPB. Bogor. 45-48 59. Yunus, M. R., Assa, A., dan Pasae, R.
51. Tester, R. F., dan Al-Ghazzewi, F. H. 2013. 2013. Kajian Pengembangan Pohon
Mannans and Health, with A Special Industri Kakao (Theobroma cacao
Focus On Glucomannans. Food L) dengan Menggunakan Model
Research International, 50, 384-391. Conseptual Entity-Relationship.
52. The Commission of The European Jurnal Industri Hasil Perkebunan, 8,
Communities. 2001. Commission 9-26.
Directice 2001/30/EC of 2 May 2001 60. Zhang, W., Xu, P., dan Zhang, H. 2015.
Amending Directive 96/77/EC Laying Pectin in Cancer Therapy: A Review.
Down Specific Purity Criteria On Food Trends in Food Science & Technology,
Other Than Colours and Sweeteners. 44, 258-271
Brussels : Official Journal of The 61. Zhang, Z., Wheatley, C.C. dan Corke, H.
European Communities. 2002. Biochemical Changes During
53. Tisoncik, M. 2013. Chocolate Fat Bloom. Storage of Sweet Potato Roots
The Manufacturing Confectioner, 56. Differing in Dry Material Content.
54. Walter, P. dan Cornillon, P. 2001. Postharvest Bioland Technol 24: 317
Influence of Thermal Conditions and – 325.
Presence of Additives on Fat Bloom
in Chocolate. Journal of the American
Oil Chemists Society 78: 927–932.

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 40

Anda mungkin juga menyukai