Tugas Hidrokoloid Struktur
Tugas Hidrokoloid Struktur
Abstract The inappropriate tempering and cooling process of chocolate will cause the occurrence of
white spots on the chocolate’s surface (fat bloom). The emulsifier can be used to prevent fat bloom.
Lecithin commonly used as emulsifier in chocolate processing, as well as hydrocolloid. Hydrocolloids
have the advantage of being able to increase the release of active components and easily dissolve in
the digestive system. This study is useful to find out the exact type and concentration of hydrocolloid
as an emulsifier in chocolate production to prevent fat bloom appearance. Hydrocolloid types of
glucomannan and carrageenan have the potential to be used as the emulsifier at range optimal
concentrations 0.1-0.75%.
Keywords: hydrocolloid, emulsifier, carrageenan, glucomannan, chocolate processing
Abstrak: Proses tempering dan pendinginan cokelat yang tidak tepat akan menimbulkan terjadinya
bintik putih pada permukaan luar cokelat (fat bloom). Untuk menghindari terjadinya hal tersebut
maka perlu digunakan emulsifier. Salah satu emulsifier yang sering digunakan pada pembuatan
cokelat adalah lesitin. Selain lesitin, emulsifier yang biasa digunakan dalam produksi pangan adalah
hidrokoloid. Hidrokoloid memiliki kelebihan mampu meningkatkan daya lepas komponen aktif dan
mudah larut dalam sistem pencernaan. Kajian ini bermanfaat untuk mengetahui jenis dan konsentrasi
hidrokoloid yang tepat sebagai emulsifier pada proses pembuatan cokelat untuk menghindari fat
bloom. Hidrokoloid jenis glukomanan dan karagenan berpotensi dimanfaatkan sebagai emulsifier
dengan konsentrasi optimal berkisar antara 0,1–0,75%.
Kata Kunci: hidrokoloid, emulsifier, karagenan, glukomanan, pengolahan cokelat
Hidrokoloid memiliki karakteristik itu, struktur kimia dan gugus fungsional juga
spesifik, bergantung pada struktur rantai dan mempengaruhi sinergisitas dari hidrokoloid
gugus fungsional yang terdapat di dalamnya. dengan komponen bahan lainnya terkait
Struktur rantai yang mengandung banyak dengan bahan baku utama yang digunakan
gugus hidroksil menyebabkan hidrokoloid dalam suatu produk (Herawati, 2018). Salah
lebih mudah menyerap air. Umumnya, satu contoh adalah sinergisitas hidrokoloid
hidrokoloid mampu membentuk gel dalam dengan enzim pektinase sebagai penstabil
air dan bersifat reversible, yaitu meleleh jika pada nektar jambu biji (Krumreich et al.,
dipanaskan dan membentuk gel kembali jika 2018).
didinginkan (Herawati, 2018). Terdapatnya Berdasarkan sumber bahan bakunya,
sejumlah besar gugus hidroksil pada hidrokoloid dikelompokkan menjadi
hidrokoloid menyebabkan meningkatnya hidrokoloid alami, hidrokoloid termodifikasi,
afinitas hidrokoloid untuk mengikat molekul air dan hidrokoloid sintetis. Terdapat 14
sehingga disebut sebagai senyawa hidrofilik. jenis hidrokoloid jika dilihat dari struktur
Selain itu, hidrokoloid juga menunjukkan kimiawinya, yaitu glukan, fruktan, xylan,
sifat-sifat koloid dengan menghasilkan rhamnan, galaktomanan, glukomanan,
dispersi yang merupakan perantara antara arabinoksilan, galaktan, arabinogalaktan,
larutan dengan suspensi (Joel et al., 2018). galakturonan, glikano-rhamnogalakturonan,
Karakteristik spesifik yang dimiliki hidrokoloid glikano-glukuronomannoglikan, polimer
dipengaruhi oleh keberadaan suatu kation glukosamin, dan protein. Hidrokoloid yang
dan anion serta struktur dasar maupun sering dimanfaatkan untuk produk pangan
gugus fungsional yang terkandung dalam terkait dengan sifat fungsionalnya sebagai
masing-masing jenis hidrokoloid, misalnya thickening agent, emulsifier, dan perekat
karagenan yang dapat dibagi menjadi adalah alginat, glukomanan, pektin, dan
kappa, iota, dan lamda karagenan. Selain karagenan (Herawati, 2018).
dikenal dengan nama iles-iles (porang) bila dilarutkan dalam air (Imeson, 2010).
yang mulai dibudidayakan di Indonesia Glukomanan memiliki bobot molekul relatif
karena tingginya kadar glukomanan yang tinggi, yaitu 200.000–2.000.000 Dalton (The
dikandungnya, sehingga berpotensi menjadi Commission of The European Communities,
bahan pangan bernilai fungsional terhadap 2001). Adapun struktur kimia glukomanan
kesehatan untuk menurunkan obesitas dapat dilihat pada Gambar 1. Glukomanan
(Harmayani et al., 2014). memiliki karakteristik antara selulosa dan
Glukomanan memberikan rasa galaktomanan karena bobot molekulnya
kenyang melalui mekanisme penyerapan yang relatif tinggi, yaitu dapat mengkristal
air hingga 50 kali volume glukomanan dan dan membentuk struktur serat-serat halus.
merupakan bahan alami bebas kalori (Gorsek, Hal tersebut menyebabkan glukomanan
2002). Glukomanan juga memiliki daya dapat dimanfaatkan lebih luas dibandingkan
mengembang yang besar, dapat membentuk selulosa dan galaktomanan (Tester dan Al-
gel, elastis kuat, serta dapat melarut kembali Ghazzewi, 2012).
Gambar 3. Struktur Blok Alginat (blok G, blok M dan blok MG) (Imeson, 2010)
gula, produk roti (Milani et al., 2012; Imeson, linear yang terutama terdiri dari asam
2010). anhidrogalakturonik berikatan (1→4) α
Struktur pektin yang biasa dengan bagian esterifikasi metil dari grup
dikenal mengacu pada polisakarida karboksil, seperti terlihat pada Gambar 4.
menyebabkan terjadinya fat bloom pada pelepasan zat aktif dalam senyawa obat
produk cokelat walaupun telah disimpan lebih cepat pada matriks yang mengandung
selama 6 minggu pada suhu sekitar 31 oC. 100% kitosan yang merupakan salah satu
Pengemulsi telah banyak digunakan jenis hidrokoloid. Hal tersebut apabila
untuk tujuan memodifikasi tekstur cokelat diterapkan pada pembuatan cokelat akan
terutama di lapisan komersial (Walter sangat bermanfaat dimana cokelat banyak
dan Cornillon, 2001). Sifat cokelat akan mengandung komponen aktif yang berguna
berubah bila ditambahkan pengemulsi, bagi tubuh.
termasuk kepekaan terhadap RH, suhu, Banyak hidrokoloid yang telah
dan tindakan tempering (Schantz dan dimanfaatkan sebagai bahan tambahan
Rohm, 2005). Penambahan konsentrasi dalam produk pangan dengan tujuan untuk
pengemulsi yang semakin tinggi akan meningkatkan kualitas produk tersebut.
menghasilkan cokelat yang stabil. Hal Hidrokoloid yang dapat dimanfaatkan
tersebut dikarenakan zat pengemulsi akan sebagai emulsifier adalah glukomanan dan
menurunkan tegangan permukaan sehingga karagenan. Glukomanan banyak ditemukan
emulsi akan menyatu. Ikatan antara air dan pada tumbuhan iles-iles (Amorphophallus
lemak akan menjadi semakin kuat ketika spp.). Tumbuhan iles-iles tercatat ada 200
pengemulsi ditambahkan. Emulsifier akan spesies di dunia, menyebar terutama di Asia
terurai di dalam air sehingga bagian yang yakni di Tiongkok, Vietnam, Indonesia, dan
bersifat hidrofilik akan menyerap air. Proses Thailand masing-masing 15, 21, 24, dan
pengikatan air yang awalnya bergerak bebas 53 spesies. Saat ini, terdapat tiga spesies
akan terjadi sehingga menyebabkan cokelat yang sudah diusahakan di Indonesia, yaitu
menjadi semakin stabil (Sudarmadji, 1997). Amorphophallus companulatus (Roxb.), A.
Salah satu emulsifier yang sering variabilis, dan A. oncophyllus. Kandungan
digunakan dalam pembuatan cokelat adalah glukomanan pada iles-iles A. oncophyllus
lesitin. Lesitin dapat diisolasi dari lemak termasuk tinggi, yaitu 55% (Supriati, 2016).
hewani dan nabati seperti otak sapi, jantung Tanaman iles-iles cocok sebagai tanaman
dan hati sapi, kuning telur dan juga dari sela di areal tanaman perkebunan seperti
kedelai (Hartomo dan Widiatmoko, 1993). karet, cengkeh, kopi, cokelat, kelapa sawit
Selain lesitin, hidrokoloid berpotensi untuk dan jati (Afifah et al., 2014).
dimanfaatkan sebagai emulsifier dalam Glukomanan merupakan satuan
bahan pangan yang memiliki kelebihan dapat polisakarida yang tersusun atas satuan-
membantu pelepasan komponen aktif pada satuan Dmannosa dan D-glukosa. Sebagai
cokelat yang selanjutnya mudah diserap serat pangan, glukomanan memiliki
oleh tubuh dan bagus untuk kesehatan. beberapa sifat fungsional yaitu dapat
Hidrokoloid memiliki matriks hidrofilik yang menurunkan kadar kolesterol dan gula dalam
mampu membantu melepaskan komponen darah, meningkatkan fungsi pencernaan
aktif pada produk pangan. Komponen aktif dan sistem imun, dan juga dapat membantu
tersebut masuk ke dalam tubuh melalui menurunkan berat badan (Zhang et al., 2002).
media air karena matriks hidrofilik mampu Glukomanan memiliki karakter istimewa
mengembang dan akan menjadi erosi yaitu dapat cepat mengembang hingga 138-
gel sehingga membentuk lapisan matriks 200% di dalam air (pati hanya mengembang
yang terhidrasi apabila bahan tersebut 25%). Sifatnya yang larut dalam air dingin
berinteraksi dengan air dan akan terjadi erosi akan membuat glukomanan membentuk
pada lapisan permukaannya sehingga akan masa yang kental. Jika dipanaskan hingga
terlarut dengan baik (Siepmann et al., 1999). membentuk gel, akan menyebabkan ‘manan’
Karena kemampuannya tersebut, hidrokoloid stabil dan tidak terlarut kembali ke dalam
juga dimanfaatkan untuk keperluan farmasi. air (Syaefullah, 1991). Selain berperan
Bhise et al. (2007) menyatakan bahwa sebagai sumber pangan fungsional karena
dengan konsentrasi 0,25; 0,5; dan 0,75% 4. CDH. 2006. Carrageenan CAS No. 9000-
dan diperoleh konsentrasi optimal pada 07-1. Material Safety Data Sheet SDS/
0,75%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa MSDS, 1-6, diakses pada 16 Oktober
konsentrasi hidrokoloid yang ditambahkan 2018, cdhfinechemical.com.
pada produk pangan untuk mendapatkan 5. de Araujo, I. W. F., Rodrigues, J. A. G.,
hasil yang optimal yaitu berkisar antara 0,1- de Sousa Oliveira Vanderier, E.,
0,75%. Konsentrasi hidrokoloid yang tinggi de Paula, G. A., de Brito Lima, T.,
juga akan mempengaruhi stabilitas emulsi dan Benevides, N. M. B. 2012. Iota-
dan sifat organoleptik produk cokelat yang Carrageenans from Solieria filiformis
dihasilkan. (Rhodohyta) and Their Effects In The
Inflammation and Coagulation. Acta
SIMPULAN Scientiarum, 34, 127-135.
6. Deliana, Susilo, B., dan Yulianingsih,
Hidrokoloid khususnya glukomanan
R. 2014. Analisa Karakteristik Fisik
dan karagenan berpotensi dimanfaatkan
dan Sensorik Permen Cokelat dari
sebagai emulsifier pada pembuatan cokelat
Komposisi Bubuk Bungkil Kacang
karena mudah didapat dan kemampuannya
Tanah dan Variasi Konsentrasi
dalam melepaskan komponen aktif
Tepung Porang (Amorphophallus
pada pangan dalam tubuh. Konsentrasi
oncophyllus). Jurnal Bioproses
penggunaan glukomanan dan karagenan
Komoditas Tropis, 2, 62-71.
pada pembuatan cokelat harus memenuhi
7. Desiana, E., dan Hendrawati, T. Y.
kaidah ambang batas sebagai bahan
2015. Pembuatan Karagenan dari
tambahan pangan yaitu tidak melebihi 2%
Euchema cottonii dengan Ekstraksi
dimana hasil produk yang optimal diperoleh
KOH Menggunakan Variabel Waktu
pada konsentrasi berkisar antara 0,1-0,75%.
Ekstraksi. Seminar Nasional Sains
dan Teknologi, ISSN : 2407-1846.
UCAPAN TERIMA KASIH
8. EFSA Panel On Food Additives and
Penulis mengucapkan terima kasih Nutrient Sources Added to Food
kepada Dr. Ratri Retno Utami S.TP., MT., (ANS)., Mortensen, A., Aguilar, F.,
atas bantuan teknis dan penulisan dalam Crebelli, R., Di Domenico, A., Frutos,
menyelesaikan karya tulis ini. M. J., Galtier, P., Gott, D., Gundert-
Remy, U., Lambre, C., Leblanc, J-C.,
DAFTAR PUSTAKA Lindtner, O., Moldeus, P., Mosesso,
1. Afifah, E., Nugrahani, M. O., dan Setiono. P., Oskarsson, A., Parent-Massin, D.,
2014. Peluang Budidaya Iles-Iles Stankovic, I., Waalkens-Berendsen. I.,
(Amorphophallus spp.) sebagai Woutersen, R. A., Wright, M., Younes,
Tanaman Sela di Perkebunan Karet. M., Brimer, L., Christodoulidou, A.,
Warta Perkaretan, 33, 35-46. Lodi, F., Tard, A., dan Dusemund, B.
2. Amraini, S. Z., Rionaldo, H., Hermanto., 2017. Re-Evaluation of Konjac Gum
Kurniawan, N., dan Zulfansyah. 2011. (E 425 i) and Konjac Glucomannan
Review Teknologi Proses Pengolahan (E 425 ii) as Food Additives. EFSA
Kakao. STU, B4-1 – B4-7. Journal, 15, 4864.
3. Bhise, K. S., Dhumal, R. S., Chauhan, 9. Fadel, A., Plunkett, A., Li, W., Ranneh,
B., Paradkar, A., dan Kadam, S. S. Y., Gyamfi, V. E. T., Salmon, Y.,
2007. Effect of Oppositely Charged Nyaranga, R. R., dan Ashworth,
Polymer and Dissolution Medium on J. 2017. Arabinoxylans from Rice
Swelling, Erosion, and Drug Release Bran and Wheat Immunomodulatory
from Chitosan Matrices. AAPS Potentials: A Review Article. Nutrition
PharmSciTech, 8, E1-E9. and Food Science, 48, 97-110
10. Fitri, M. 2013. Kajian Sifat Fisika-Kimia Hydrocolloid Pectin from Goron Tula
Karaginan dari Rumput Laut Jenis (Azanza garckeana) Fruit. World
Euchema sp di Perairan Sulawesi Scientific News, 101, 157-171.
Selatan. Jurnal Galung Tropika, 2, 64- 20. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi
76. Minyak dan Lemak Pangan, UI Press.
11. Gelinas, P., McKinnon, C., dan Gagnon, F. Jakarta.
2016. Fructans, Water-Soluble Fibre 21. Krumreich, F. D., Correa, A. P. A.,
and Fermentable Sugars in Bread and Nachtigal, J. C., Buss, G. L., Rutz, J.
Pasta Made with Ancient and Modern K., Crizel-Cardozo, M. M., Jansen, C.,
Wheat. International Journal of Food dan Zambiazi, R. C. 2018. Stabilization
Science and Technology, 51, 555-564 of Guava Nectar with Hydrocolloids
12. Gorsek. 2002. Weight Loss Composition and Pectinases. Polimeros, 28, 53-60.
Containing Green Tea, Hydroxycitric 22. Lee, H. V., Hamid, S. B. A., dan Zain, S.
Acid, 5-Hydroxytryptophan, Gluco- K. 2014. Conversion of Lignocellulosic
mannan, Picolinate, and Lacto- Biomass to Nanocellulose : Structure
bacillus. United States Patent, May 7: and Chemical Process. The Scientific
US 6,383,482 B1. World Journal, 2014, 1-20.
13. Harmayani, E., Aprilia, V., dan Marsono, 23. Leivas, C. L., Nascimento, L. F., Barros, W.
Y. 2014. Characterization of M., Santos, A. R. S., Lacomini, M., dan
Glucomannan from Amorphophallus Cordeiro, L. M. C. 2016. Substitued
oncophyllus and Its Prebiotic Activity Galacturonan from Starfruit: Chemical
In Vivo. Carbohydrate Polymers, 112, Structure and Antinociceptive and Anti-
475-479. Inflammatory Effects. International
14. Hartomo, A. J., dan Widiatmoko, M. C. Journal of Biological Macromolecules,
1993. Emulsi dan Pangan Instan Ber- 84, 295-300
Lesitin. Yogyakarta : Andi Offset. 24. Luyten, H., Vereijken, J., dan Buecking,
15. Herawati, H. 2018. Potensi Hidrokoloid M. 2004. Using Proteins as Additives
sebagai Bahan Tambahan pada in Foods: An Introduction. Proteins in
Produk Pangan dan Non Pangan Food Processing. Cambridge England
Bermutu. Jurnal Litbang Pertanian, : Woodhead Publishing Limited
37, 17-25. 25. Masykuri, Nurwantoro, dan Wibawa,
16. Imeson, A. 2010. Food Stabilisers, R. A. 2009. Pengaruh Penggunaan
Thickeners, and Gelling Agents. Karaginan sebagai Penstabil terhadap
United Kingdom : Wiley-Blackwell. Kondisi Fisik dan Tingkat Kesukaan
17. Indarti, E., Arpi, N., dan Budijanto, S. 2013. pada Es Krim Coklat. Pemberdayaan
Kajian Pembuatan Cokelat Batang Peternakan Berbasis Sumber Daya
dengan Metode Tempering dan Tanpa Lokal untuk Ketahanan Pangan
Tempering. Jurnal Teknologi dan Nasional Berkelanjutan, 503-509
Industri Pertanian Indonesia, 5, 1-6. 26. Mikshina, P. V., Petrova, A. A., Faizullin, D.
18. Jin-song, S., Wei-ming, S., Da-feng, A., Zuev, Y. F., dan Gorshkova. 2015.
S., De-feng, X., dan Gong-ping, Tissue-Spesific Rhamnogalacturonan
G. 2008. Formula Screening and I Forms the Gel with Hyperelastic
Stability Evaluation of Compound Properties. Biochemistry (Moscow),
Emulsifier Containing Blettila striata 80, 915-924
Polysaccharide Gum Based on 27. Milani, J., dan Malekim G. 2012.
Histogram. Food Science, 29, 35-38 Hydrocolloids in Food Industry, Food
19. Joel, J. M., Barminas, J. T., Riki, E. Y., Industrial Processes – Methods and
Yelwa, J. M., dan Edeh, F. 2018. Equipment. Croatia : Intech Europe.
Extraction and Characterization of
28. Minifie, B. W. 1989. Chocolate, Cocoa, 38. Ramlah, S. 2014. Pengaruh Suhu
and Confectionery : Science and Penyangraian Terhadap Mutu
Technology (3rd ed.). California : Cokelat sebagai Makanan Kesehatan
Richardson Researches, Inc. Penurun Kadar Kolesterol Darah.
29. Minifie, W.B., 1999. Chocolate, Cacao Jurnal Industri Hasil Perkebunan, 9,
and Confectionary Sains Technology. 115-124.
An Aspen Publication, London. 39. Ramlah, S. 2016. Karakteristik Mutu
30. Mudgil, D., dan Barak, S. 2013. dan Citarasa Cokelat Kaya Polifenol.
Composition, Properties and Health Jurnal Industri Hasil Perkebunan, 11,
Benefits of Indigestible Carbohydrate 23-32.
Polymers as Dietary Fiber : A Review. 40. Ray, S., Roy, G., Maiti, S., Bhattacharyya,
International Journal of Biological U. K., Sil, A., dan Mitra, R. 2017.
Macromolecules, 61 : 1-6 Development of Smart Hydrogels
31. Muxika, A., Etxabide, A., Uranga, J., of Etherified Gum Ghatti for
Guerrero, P., dan de la Caba, K. Sustained Oral Delivery of Ropinirole
Chitosan as A Bioactive Polymer: Hydrochloride. International Journal of
Processing, Properties and Applica- Biological Macromolecules, 103, 347-
tions. International Journal of 354.
Biological Macromolecules, 105 (Pt 41. Rodriguez, B., Owen, K. Q., Freitas, U.,
2), 1358-1368 dan Udani, J. 2017. Arabinogalactan
32. Naidu, D. S., Hlangothi, S. P., dan John, for Enhancing the Adaptive Immune
M. J. Bio-based Products from Xylan: Response. United States Patent, Jan
A Review. Carbohydrate Polymers, 24 : US 9,549,979 B2
179, 28-41 42. Schantz, B. dan Rohm, H. 2005. Influence
33. Nasution, M. Z., Suryani, A., dan Susanti, of Lecithin–PGPR Blends on the
I. 2004. Pemisahan dan Karakterisasi Rheological Properties of Chocolate.
Emulsifier dalam Minyak Cacing Lebensm.-Wiss. u.-Technol. 38 (2005)
Tanah (Lumbricus rubellus). Teknik 41–45
Industri Pertanian, 13, 108-115. 43. Siepmann, J., Kranz, H., Bodmeier, R.,
34. Necas, J. dan Bartosikova, L. 2013. dan Peppas, N. A. 1999. HPMC-
Carrageenan : A Review. Veterinarni Matrices for Controlled Drug Delivery
Medicina, 58, 187-205. : A New Model Combining Diffusion,
35. Nwokocha, L. M., Senan, C., Williams, Swelling, and Dissolution Mechanisms
P. A., dan Yadav, M. P. 2017. and Predicting the Release Kinetics.
Characterisation and Solution Pharmaceutical Research, 16, 1748-
Properties of A Galactomannan 1756.
from Bauhina monandra Seeds. 44. Siregar, R. F., Santoso, J., dan Uju.
International Journal of Biological 2016. Karakteristik Fisiko Kimia
Macromolecules, 101, 904-909. Kappa Karagenan Hasil Degradasi
36. Patel, S. 2012. Therapeutic Importance Menggunakan Hidrogen Peroksida.
of Sulfated Polysaccharides from Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Seaweeds: Updating the Recent Indonesia, 19, 256-266.
Findings. 3 Biotech, 2, 171-185 45. Subroto, T. 2011. Efek Anti
37. Putri, D. I. 2016. Pengaruh Konsentrasi Hiperkolesterolemik Karagenan
Tepung Umbi Suweg (Amorphophallus Rumput Laut dalam Diet terhadap
campanulatus B.) sebagai Penstabil Plasma Lipid Tikus Putih. Bionatura–
Es Krim Susu Kambing. Skripsi Jurnal Ilmu - ilmu Hayati dan Fisik.
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Vol. 13, No. 1, Maret 2011 : 58-65.
Pertanian. Unila
46. Sudarmadji. 1997. Petunjuk Laboratorium 55. Widyastuti, N., Baruji, T., Giarni, R.,
Analisis Pangan. PAU Pangan dan Isnawan, H., Wahyudi, P., dan
Gizi. Bogor. Donowati. 2011. Analisa Kandungan
47. Sukendar, N. K., Laga, A., Bilang, M., dan Beta-Glukan Larut Air dan Larut
Nur, Z. 2012. Pengaruh Substitusi Alkali dari tubuh Buah Jamur Tiram
Gula Sukrosa Oleh Gula Rendah (Pleurotus ostreatus) dan Shiitake
Kalori pada Formulasi Permen (Lentinus edodes). Jurnal Sains dan
Cokelat Fungsional. Jurnal Industri Teknologi Indonesia, 13, 182-191
Hasil Perkebunan, 7, 52-61. 56. Wenno, M.R. 2009. Karakteristik Fisiko-
48. Suparmi dan Sahri, A. 2009. Juni- Kimia Karaginan dari Euchema cottoni
Agustus. Mengenal Potensi Rumput pada Bagian Thalus, Berat Bibit dan
Laut : Kajian Pemanfaatan Sumber Umur Panen. Institut Pertanian Bogor.
Daya Rumput Laut dari Aspek Industri 57. Weyland, M., dan Hartel, R. 2008.
dan Kesehatan. Majalah Ilmiah Sultan Emulsifiers in Confectionery, Food
Agung, 118, 95-116. Emulsifiers and Their Applications.
49. Supriati, Y. 2016. Keanekaragaman Berlin : Springer Science & Business
Iles-Iles (Amorphophallus spp.) dan Media.
Potensinya untuk Industri Pangan 58. Widyaningtyas, M. dan Susanto,
Fungsional, Kosmetik, dan Bioetanol. W.H. 2015. Pengaruh Jenis dan
Jurnal Litbang Pertanian, 35, 69-80. Konsentrasi Hidrokoloid (Carboxy
50. Syaefullah, M. 1991. Studi Karak- Methyl Cellulose, Xanthan Gum, dan
teristik Glukomannan dari Sumber Karagenan) terhadap Karakteristik
“Indegenous” Iles-Iles (Amorpho- Mie Kering Berbasis Pasta Ubi Jalar
phallus oncophyllus) dengan Varietas Ase Kuning. Jurnal Pangan
Variasi Proses Pengeringan dan dan Agroindustri Vol. 3 No. 2 p.417-
Dosis Perendaman. Tesis Fakultas 423.
Pascasarjana IPB. Bogor. 45-48 59. Yunus, M. R., Assa, A., dan Pasae, R.
51. Tester, R. F., dan Al-Ghazzewi, F. H. 2013. 2013. Kajian Pengembangan Pohon
Mannans and Health, with A Special Industri Kakao (Theobroma cacao
Focus On Glucomannans. Food L) dengan Menggunakan Model
Research International, 50, 384-391. Conseptual Entity-Relationship.
52. The Commission of The European Jurnal Industri Hasil Perkebunan, 8,
Communities. 2001. Commission 9-26.
Directice 2001/30/EC of 2 May 2001 60. Zhang, W., Xu, P., dan Zhang, H. 2015.
Amending Directive 96/77/EC Laying Pectin in Cancer Therapy: A Review.
Down Specific Purity Criteria On Food Trends in Food Science & Technology,
Other Than Colours and Sweeteners. 44, 258-271
Brussels : Official Journal of The 61. Zhang, Z., Wheatley, C.C. dan Corke, H.
European Communities. 2002. Biochemical Changes During
53. Tisoncik, M. 2013. Chocolate Fat Bloom. Storage of Sweet Potato Roots
The Manufacturing Confectioner, 56. Differing in Dry Material Content.
54. Walter, P. dan Cornillon, P. 2001. Postharvest Bioland Technol 24: 317
Influence of Thermal Conditions and – 325.
Presence of Additives on Fat Bloom
in Chocolate. Journal of the American
Oil Chemists Society 78: 927–932.