Anda di halaman 1dari 11

MANUSIA DAN MORAL

OLEH:
1. DEWI RINA FARADILA
2. DHAAN FARID A MADHINI
3. ERIKA RAHIM
4. KHOIRUNNISA AYU PRATIWI
5. MARTINI
6. NUR ANISAUS SHOLIHA
7. SALWA AYU PRAMARETTI
8. SITI HAMIDIYAH
9. SRI SUJARWATI
10. FRISKA NURFIAYITNA PUTRI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWTyang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat waktu.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas  pada mata kuliah
ISBD ( Ilmu Sosial dan Budaya ). Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang manusia bagi para pembaca juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Tontowi Jauhari, S.Sos MM.
selaku dosen pengampu mata kuliah ISBD ( Ilmu Sosial dan Budaya ). yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan program studi
yang penulis tekuni, juga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung
maupun tidak langsung dalam bentuk apapun sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Namun demikian
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat. Tak lupa kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kediri, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk moral, untuk menjadi makhluk sosial yang baik serta bermoral
tidak secara otomatis. Perlu suatu uasaha yang disebut pendidikan. Pendidikan tidak hanya
secara formal namun harus juga non formal. Mulai dari lahir hingga dewasa manusia sudah
menerima pendidikan yaitu pendidikan dari orangtuanya sendiri. Menurut Ki Hajar
Dewantoro, pendidikan ialah upaya untuk mengajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan
batin), pikiran intelek, dan jasmani. Perkembangan seseorang tidak terlepas dari pengaruh
lingkungan sosial budaya tempat tumbuh dan berkembangnya seseorang.
Kebutuhan hidup manusia selain ada kesamaan juga terdapat banyak perbedaan bahkan
ketentangan antara satu dengan yang lain dalam bermasyarakat, maka diperlukan adanya
suatu aturan norma atau akidah yang harus dipatuhi setiap warga masyarakat. Oleh sebab itu
di Indonesia, kehidupan manusia dalam bermasyarakat diatur dalam norma-norma agama,
kesusilaan, dan kaidah-kaidah lainnya.

1.2 Tujuan
1) Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan lebih memahami
berbagai hal tentang manusia dan moral.

2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mampu menjelaskan definisi (pengertian) manusia dan moral
2. Mampu menjelaskan tentang fungsi moral
3. Mampu menjelaskan tentang sanksi pelanggaran moral
4. Mampu menjelaskan tentang penerapan moral
5. Mampu menyebutkan dan menjelaskan contoh moral di masyarakat

1.3 Metode Penulisan


Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskritif dengan cara:
 Studi Literatur
Penulis membaca referensi-referensi materi yang berhubungan dengan manusia dan
moral

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan makalah ini adalah :
BAB I : Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang, tujuan umum, tujuan
khusus, metode penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka, menguraikan tentang definisi manusia dan moral, fungsi moral,
sanksi terhadap pelanggaran moral, penerapan moral di masyarakat, serta contoh moral di
masyarakat.
BAB III: Penutup, menguraikan kesimpulan dan saran tentang manusia dan moral

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Moral
Moral berasal dari kata Mores yang berarti kebiasaan, adat istiadat. Dagobert D. Runer
menjelaskan bahwa istilah moral (Inggris) seringkali digunakan untuk merujuk pada aturan-
aturan, tingkah laku, dan kebiasaan individu atau kelompok. Dengan demikian istilah moral
atau akhlak dapat digunakan untuk menunjukkan arti tingkah laku manusia maupun aturan-
aturan tentang tingkah laku manusia.
Istilah Moral seringkali digunakan secara silih berganti dengan akhlak. Berbeda dengan
akal yang dipergunakan untuk merujuk suatu kecerdasan, tinggi rendahnya intelegensia,
kecerdikan dan kepandaian. Kata moral atau akhlak digunakan untuk menunjukkan suatu
perilaku baik atau buruk, sopan santun dan kesesuaiannya dengan nilai-nilai kehidupan.
Dalam The Advanced of learner’s Dictionary of Current English dijelaskan tentang
pengertian moral dalam empat arti yang saling terkait dan berhubungan satu sama lain, yaitu:
a) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar salah (concerning principles of rigt and
wrong)
b) Baik dan Buruk (good and virtuous)
c) Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah (able to understand the
difference between rigt and wrong)
d) Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik (teaching or illustrating good behaviour).

Moral itu merupakan salah satu sifat dasar yang diajarkan pada sekolah-sekolah serta
manusia harus mempunyai moral jika ia masih ingin dihormati antar sesamanya. Moral
adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap
moral sendiri dapat diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.

Didalam moral terdapat perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam menjalankan


interaksi dengan manusia. Jika yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang
berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta mampu menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dapat dikatakan memiliki nilai mempunyai moral yang baik,
begitu juga sebaliknya. Moral juga dapat juga diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan,
perbuatan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan
pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat, dll.

2.4. Penerapan Moral


Penerapan maupun penanaman nilai moral tidak mudah dilakukan karena pemahaman tentang
nilai cenderung tidak bisa sama antar individu, bahkan intepretasi terhadap nilai juga dipengaruhi
oleh berbagai faktor.
Aspek penting yang terkait dengan nilai adalah adanya objektivisme dan subyektivisme yang
melekat dalam nilai.
Objektivisme: merupakan suatu paham yang beranggapan bahwa keberadaan nilai mendahului
penilaian oleh karenanya validitas nilai tidak tergantung pada subjek yang menilai.
Dengan pengertian inilah, maka spesifikasi nilai menurut objektivisme :
1. Nilai bersifat tetap, mutlak, dan tak terubahkan
2. Nilai bukanlah penilaian, melainkan punya posisi sendiri secara objektif
Ada pun masalah yang dihadapi oleh objektivisme.
Pertama, mengalami kesulitan ketika orang harus memilih satu dari dua atau lebih dari dua hal
yang objektif contohnya: Anda punya satu penawar racun. Anda dan teman anda keracunan,
anda akan bingung karena anda memiliki prinsip harus menolong dan bertahan hidup. Anda
harus mengorbankan salah satunya, objektivisme tidak mengijinkan hal ini. Oleh sebab itu dalam
hal yang darurat objektivisme mengalami kelemahan.
Kedua, dengan nilai memiliki posisinya sendiri maka nilai dilepaskan dari pengembannya,
padahal identifikasi membutuhkan pengembangan.
Ketiga, menghilangkan relasi subjek-objek jadi seolah-olah subjek tidak berguna di sini,
pertanyaan “bagaimana saya bisa membedakan budi dan ani apabila tidak ada relasi antara
subjek-objek?” dapat mewakili dari kelemahan yang ketiga ini.

Subjektivisme: merupakan suatu paham yang beranggapan bahwa keberadaan nilai tergantung
pada kesadaran yang menilai oleh karenanya nilai sama dengan penilaian. Sesuatu itu bernilai
karena ada subjek yang menilai. Dengan pengertian inilah, atas, maka spesifikasi nilai menurut
subjektivisme :
1. Nilai bersifat relatif sendiri
2. Bersifat relatif dikarenakan nilai adalah penilaian, penilaian itu dilakukan oleh setiap orang
dan setiap orang memiliki penilaian yang berbeda
Masalah yang dihadapi subjektivisme juga tidak kalah menariknya dengan masalah
objektivisme. Pertama, dikarenakan nilai bersifat relatif maka tidak ada pedoman universal yang
harus dijunjung,
2.5. Contoh Moral di Masyarakat
Adapun beragam contoh nilai moral yang terdapat dalam lingkungan msyarakat dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain adalah sebagai berikut;
1. Membuang sampah tepat pada tempatnya.
2. Membungkukkan badan ketika melewati orang yang lebih tua.
3. Mengucapkan terima kasih ketika mendapat pemberian dari seseorang.
4. Menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
5. Menyantuni anak yatim dan piatu di panti asuhan.
6. Memberikan pemberlajaran untuk anak-anak jalanan.
7. Menunaikan ibadah tepat pada waktunya.
8. Menghargai pendapat orang lain saat rapat sedang berlangsung.
9. Mencium tangan orang tua saat hendak keluar rumah.
10. Memberikan tempat duduk saat di kendaraan umum untuk orang tua maupun ibu hamil
yang tidak mendapat tempat duduk.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk moral, untuk menjadi makhluk sosial yang baik serta
bermoral tidak secara otomatis. Perlu suatu uasaha yang disebut pendidikan. Pendidikan
tidak hanya secara formal namun harus juga non formal. Mulai dari lahir hingga dewasa
manusia sudah menerima pendidikan yaitu pendidikan dari orangtuanya sendiri.
Kebutuhan hidup manusia selain ada kesamaan juga terdapat banyak perbedaan bahkan
ketentangan antara satu dengan yang lain dalam bermasyarakat, maka diperlukan adanya
suatu aturan norma atau akidah yang harus dipatuhi setiap warga masyarakat.
Moral berasal dari kata Mores yang berarti kebiasaan, adat istiadat. Dagobert D.
Runer menjelaskan bahwa istilah moral (Inggris) seringkali digunakan untuk merujuk
pada aturan-aturan, tingkah laku, dan kebiasaan individu atau kelompok. Dengan
demikian istilah moral atau akhlak dapat digunakan untuk menunjukkan arti tingkah laku
manusia maupun aturan-aturan tentang tingkah laku manusia.
Istilah Moral seringkali digunakan secara silih berganti dengan akhlak. Berbeda
dengan akal yang dipergunakan untuk merujuk suatu kecerdasan, tinggi rendahnya
intelegensia, kecerdikan dan kepandaian. Kata moral atau akhlak digunakan untuk
menunjukkan suatu perilaku baik atau buruk, sopan santun dan kesesuaiannya dengan
nilai-nilai kehidupan.

B. SARAN
Kepada para pembaca diharapkan dapat memaknai arti dan makna yang terkandung
dalam moral, karena moral atau akhlak digunakan untuk menunjukkan suatu prilaku baik
atau buruk nya seseorang dalam kehidupan sehari- hari.

DAFTAR PUSTAKA

AS Homby, EV Galerby Dan H. Wakel Field, The The Advanced Of Learner’s Dictionary Of
Current English (London: Oxford University Press, 1973) hal. 634

Dagobert D. Runer ,Et.Al, Dictionary Of Philosophy , (New Jersey: Littlefield Adam & Co,
1971) hal. 202

Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999) cet. II hal. 135

K. Bertens, Etika (Jakarta:Gramedia, 1994) hal.4


Drs. Herimanto, M.Pd., M.Si and Wharno, S.Pd.,M.Si, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta:
Bumi Aksara, 2016, vol.10.15

Anda mungkin juga menyukai