NIM : 195110601111012
1. Menurut Krashen, ada dua cara yang digunakan oleh pembelajar untuk
mengembangkan pengetahuan bahasa kedua yaitu “pemerolehan dan belajar”. Kita
“memperoleh” bahasa dengan mendengar sama seperti anak kecil yang belajar bahasa
pertama mereka. Kemudian, belajar terjadi melalui proses belajar formal dan penuh
perhatian untuk membentuk pengetahuan. Menurut kalian, apakah dengan
pemerolehan saja dapat dikatakan sebagai belajar. Sebaliknya, apakah dengan belajar
bisa dikatakan dengan pemerolehan, karena kita belajar melalui materi yang
diberikan, baik secara langsung maupun dalam bentuk teks dan sebagainya?
Pemerolehan dan Pembelajaran adalah hal yang saling berkaitan, artinya jika
salah satu tidak dilaksanakan, maka akan lama dalam mempelajari bahasa
kedua. Berbeda halnya dengan mereka yang melakukan keduanya,
kemungkinan berhasil akan lebih cepat. Pemerolehan bisa dilakukan tanpa
bermaksud memahami bahasa sasaran sedangkan pembelajaran selalu
dilakukan dengan kesadaran dari pembelajar yang ingin memahami bahasa
kedua dapat dilakukan kegiatan belajar-mengajar. Media yang digunakan
pemerolehan dan pembelajaran bisa jadi sama (buku, audio).
2. Dalam klaim Lightbown disebutkan bahwa 'mengoreksi kesalahan secara eksplisit tak
efektif dalam merubah perilaku bahasa' lalu bagaimana cara mengoreksi agar efektif?
bukankah jika dikoreksi secara eksplisit pembelajar akan tahu dengan jelas
kesalahannya di mana?
4. Pada ppt terdapat kriteria kepraktisan teori menurut Michale Long yaitu 'memahami
pemerolehan bukanlah akumulasi dari sejumlah generalisasi'. Apakah boleh
dijelaskan apa maksudnya? Lalu menurut kelompok kalian bagaimana cara
merealisasikan teori menurut Michale Long tersebut?
Maksud dari kriteria tersebut adalah menyatakan bahwa apa yang dibutuhkan
pembelajar bukan hanya penyederhanaan bentuk-bentuk linguistik tetapi
peluang untuk berinteraksi dengan penutur lain, sampai pembelajar
memahaminya. Lalu cara merealisasikan teori tersebut adalah dengan
mencoba berkomunikasi langsung dengan penutur aslinya, hal ini dapat
membantu pembelajar untuk lebih percaya diri, menambah wawasan,
memahami hal baik dan buruk dalam berkomunikasi, dan menjadi terbiasa.
5. Pada pemerolehan-pembelajaran bahasa kedua , hal apa yang perlu dilakukan agar
mencapai kecakapan komunikatif pada kasus orang dewasa? Lalu apakah ada
konsekuensi jika salah satu cara tersebut tidak dilakukan?
Menurut Krashen orang dewasa harus mempunyai pemerolehan cukup banyak
agar bisa mencapai kecakapan komunikatif. Selain itu, orang dewasa harus
memperoleh bahasa kedua seperti halnya yang dilakukan anak-anak. Dalam
hal ini lebih banyak mengarah pada komunikasi yang dilakukan sebanyak
mungkin bukan melakukan analisis. Apabila salah satu cara tersebut tidak
dilakukan sesuai dengan teori Krashen maka pembelajar akan terpaku pada
pembelajaran aturan, terlalu memperhatikan secara sadar bentuk bahasa dan
terlalu memperhatikan kemajuan mereka sendiri.
Pemerolehan dan Pembelajaran adalah hal yang saling berkaitan, artinya jika
salah satu tidak dilaksanakan, maka akan lama dalam mempelajari bahasa
kedua. Berbeda halnya dengan mereka yang melakukan keduanya,
kemungkinan berhasil akan lebih cepat. Lalu, menurut kami, pengaruh paling
besar dalam kecakapan komunikatif adalah pemerolehan. Menurut Krashen
"kecakapan seiring dengan apa yang sudah kita peroleh, bukan apa yang kita
pelajari". Oleh karena itu, bila cukup banyak pemerolehan yang didapat maka
akan mencapai kecakapan komunikatif.
Apakah ada perbedaan dalam kecakapan komunikatif antara pembelajar yang
menyerap bahasa kedua melalui cara pemerolehan dan pembelajaran?
Jawabannya ada. Hal yang cukup menonjol adalah motivasi seseorang.
Kecakapan komunikasi yang berdasarkan motivasi prestasi ada pada
pembelajaran sedangkan kecakapan berdasarkan motivasi yang berfungsi
sebagai komunikasi ada pada pemerolehan.
7. Dalam ppt klaim Lightbown kalau orang tidak dapat mencapai memahami
pembelajaran bahasa kedua dalam waktu 1 jam sehari saja dan beberapa orang
mengata kan itu tergantung. kalau menurut kelompok kalian kira2 berapa jam
sebaiknya pembelajar mempelajari bahasa kedua dalam sehari? dan menurut kalian
bagaimana cara supaya pembelajar dapat memahami dengan cepat pembelajaran
bahasa yang mereka pelajari?
9. Merujuk pada slide Model Lahiriah bagian masukan, telah di sebutkan rumus yaitu
jika pembelajar berada di tingkat i.. maka masukan yang harus siswa pahami harus
berada di tingkat i+1.. dari rumus yang dicetus "Steven krashen" berikut, bagaimana
jika dalam suatu kelas ada seseorang yang berada bawah tingkatan i dan pengajar
tetap harus memberi masukan i+1 untuk siswa yang ada di kelas tersebut (yang
artinya salah satu pembelajar telah tertinggal materi). Bagaimana menurut presenter
keputusan yang sebaiknya diambil sebagai pendidik maupun pelajar tersebut agar
dapat mengimbangi pelajar yang lain dan materi yang akan datang?. Terima Kasih.
(i+1) berarti materi/ masukan yang diberikan bisa dipahami pembelajar dan
levelnya berada diatas kemampuan mereka. Hal yang harus diperhatikan disini
bahwa materi/masukan yang nantinya akan diberikan kepada pembelajar tidak
boleh terlalu jauh dari kemampuan mereka karena nantinya akan membuat
pembelajar kewalahan dan juga tidak boleh terlalu dekat dengan kemampuan
yang telah dimiliki yang nantinya akan membuat mereka menjadi tidak
tertantang untuk berkembang.
Menurut kelompok kami hal yang terpenting ada pada diri pelajar sendiri,
untuk mengimbangi bisa melakukan evaluasi diri atau bisa juga belajar dengan
teman untuk berdiskusi. Karena sepertinya tidak mungkin bagi pendidik dalam
membuat masukan yang mengacu pada seorang siswa tetapi sudah disesuaikan
dengan kemampuan rata-rata siswa.
10. Pada model lahiriah dijelaskan bahwa Krashen, menegaskan bahwa pembelajar
dengan kecakapan yang mapan. Apa yang dimaksud dengan kecakapan yang mapan
tersebut? Apakah ada hal-hal yang membuat seseorang terhambat untuk mendapat
"kecakapan mapan"? dan apakah ada hal yang membantu untuk mempermudah
seseorang mempunyai kecakapan mapan?
11. Dalam hipotesis masukan saringan afektif, disebutkan dalam pembelajaran kedua yg
baik dapat terjadi di lingkungan dengan kecemasan yg rendah dan tingkat defensif
sedih dan malu. Pertanyaannya, bagaimana tingkat defensif sedih dan malu
mempengaruhi pembelajaran bahasa kedua siswa? Bagaimana menurut anda apabila
seorang siswa memiliki masalah-masalah tersebut sedih dan malu? Bagaimana solusi
untuk mengatasinya?
12. Pada Saringan Afektif, dikatakan bahwa Pembelajaran akan lebih berkembang jika ia
tidak memiliki sifat yang Defensif di lingkungan dengan tingkat kecemasan yang
rendah, namun di beberapa case bahwa pembelajar tidak mengetahui secara sadar
bahwa ia berada di lingkungan dengan tingkat kecemasan yang tinggi dan ia
menurunkan sifat ofensifnya. Hal ini membuat pembelajar mengalami trauma dan
pembelajaran akan menjadi tidak efektif. Menurut kelompok 2 hal apa yang harus
dilakukan oleh pembelajar Bahasa kedua untuk tidak mengalami hal tersebut selain
dengan berpindah lingkungan? , kita tahu untuk berpindah dari lingkungan dengan
kecemasan yang tinggi tidak semudah itu.
Sikap yang muncul akibat defensif biasanya adalah sedih, malu dan minder.
Hal itu muncul karena pembelajar merasa cemas atau takut. Menurut Alpert
dan Haber (1960) kecemasan atau ketakutan dibagi menjadi 2, kecemasan
berbahaya dan kecemasan bermanfaat. Kecemasan itu sesuatu yang netral
namun pengaruh yang ditimbulkan itu berbeda ada yang positif dan negatif.
Cara mengatasi sikap defensif tersebut yaitu kecemasan yang berdampak
negatif itu harus dihindari dengan mengubah cara pandang bahwa
kekhawatiran dan ketakutan akan suatu pembelajaran bahasa adalah hal yang
normal, dengan menekankan untuk mengeluarkan kemampuan terbaik dari
diri sendiri (tetap siaga dan waspada). Pembicara handal pun juga akan
merasakan kecemasan sebelum berpidato di depan publik. Jika dalam
kegiatan belajar-mengajar, Guru dapat secara aktif menerapkan suatu model
pembelajaran yang dianggap sesuai untuk mengatasi sikap siswa’nya tersebut.
Berani mengambil resiko adalah kunci keberhasilan pembelajaran kedua.
Beebe (1983) menekankan bahwa orang dengan motivasi untuk berhasil
adalah orang yang mengendalikan diri dan mengandalkan keterampilan. Tidak
sembrono dan mengambil resiko pada situasi yang pasti gagal. Oleh karena
itu, pengenalan akan gaya belajar dan strategi belajar bagi diri sendiri itu
penting untuk memahami dan mengukur kemampuan sendiri.