Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemerolehan Bahasa
Dosen : Dr. BQ,RISMARINI, M.Hum
PROGRAM PASCA SARJANA UNIV.HAMZANWADI
Oleh: Lalu Rusmin Nuryadi
( 210701028 )
KONSENTRASI BAHASA INDONESIA
2022
Akuisisi Bahasa Kedua
Sebagaimana kita telah ketahui bersama bahwa pemerolehan bahasa secara umum di bagi menjadi bahasa pertama dan bahasa kedua. Dimana bahasa pertama yang di peroleh oleh anak itu di sebut sebagai bahasa ibu maksudnya adalah bahasa yang pertama kali di peroleh oleh seorang anak pada saat ia mulai mengenal dan berinteraksi dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa pertama juga merupakan sebuah simbol dalam berinteraksi yang di pelajari oleh seorang bayi dalam pemerolehannya entah itu di dapat dari ibunya sebagai penutur ataupun orang lain, karena sesungguhnya bahasa pertama itu adalah bahasa yang pertama kali di pergunakan oleh seorang anak pada saat berkomunikasi. Misalnya saja anak yang kedua orang tuanya berasal dari Indonesia namun tinggal dan mmengikuti kedua orang tuanya yang tinggal di Inggris maka kemungkinan besar bahasa pertama yang di perolehnya adalah bahasa Inggris karena kedua orang tuanya akan mempersiapkan anak tersebut untuk bisa berinteraksi dengan lingkungannya. Nah jika suatu hari nanti kembali ke Indonesia maka pembelajaran bahasa Indonenesia sebagai alat untuk berinteraksi itu di sebut sebagai pemerolehan bahasa ke dua. Adapun pemerolehan bahasa kedua dapat dengan cepat di peroleh oleh seorang anak, hal ini karena kemampuan seorang anak dalam memahami simbol dan kecepatan berinteraksi sesama rekannya dan lebih cepat menangkap maksud dari pemerolehan yang di dapat. Pembelajaran Bahasa Kedua Istilah pembelajaran bahasa kedua mengacu pada institusi pembelajaran di lembaga pendidikan seperti sekolah atau lembaga kursus. Namun ada sebagian pemahaman , dimana pemerolehan bahasa di dapatkan pula dari sebuah interaksi non formal di mana interaksi itu terjadi karena faktor lingkungan dan tempat tinggal atau teman sejawat anak ketika bermain. Bagaimanakah cara memperkenalkan bahasa kedua ? Pada pemerolehan bahasa kedua seorang anak bisa saja memperolehnya pada waktu dan tempat yang berbeda tergantung pada sejauh mana penyampai pesan atau penutur berinteraksi dengan penerima informasi dalam memahami simbol atau maksud sang penutur.Kita juga mengenal kurikulum di sekolah “ pembelajaran Bahasa Indonesia “di mana peserta didik yang belajar bahasa kedua memperoleh pengetahuan kebahasan atau tuturan itu lebih fariatif dan mulai melakukan pengembangan pengetahuan serta pemahamannya. Dalam kaitannya dengan pembelajaran proses memahami, berbicara, dan menulis, bahasa sebagai alat berkomunikasi sangatlah penting. Tujuannya adalah agar proses memahami, berbicara, dan menulis dapat berlangsung dengan lancar. Sehingga pemerolehan bahasa kedua dalam lembaga formal lebih terarah. Teori Akuisisi Bahasa Kedua Stephen Krashen Dalam teori akisisi oleh Stephen Krashen di paparkan bahwa pada pemerolehan bahasa tidak diperlukan sebuah aturan tata bahasa yang sadar secara ekstensif, dan tidak membutuhkan sebuah latihan yang membosankan. Penekanan pada akuisisi adalah sebuah interaksi yang memiliki makna dan membutuhkan target atau sasaran berupa komunikasi yang natural dan wajar di mana tidak membutuhkan aturan dalam pengucapan ataupun struktur kebahasaan melainkan penutur memahami tuturan yang di sampaikan. Secara umum teori ini memaparkan bagaimana kesiapan anak dalam mencerna serta memahami bahasa kedua yang di perolehnya di lembaga formal tan[pa memaksakan kepada anak untuk memahami bahasa tutiuran itu jika anak memang belum siap, melainkan sebaliknya memberikan kesempatan kepada anak untuk siap secara mandiri dalam mencerna dan memahami bahan yang penting dalam sebuah tuturan di pemerolehan bahasa kedua. Dalam praktek keseharian sebagai penutur rasa simpatik dan empati dalam bertutur akan sangat berpengaruh dan memberikan kontribusi dalam membantu pengakuisisi pemahaman pemerolehan bahasa kedua. Terdapat lima hipotesis dari Teori Akuisisi Bahasa Kedua Krashen , di antaranya adalah : 1. Hipotesis Akuisisi – Belajar 2. Hipotesis Monitor 3. Hipotesis Input 4. Hipotesis filter dan Afektif 5. Hipotesis Tatanan Alami Dalam pemamaparan lebih lanjut Krashen menggarisbawahi perbedaan akuisisi- belajar. Menurutnya ada dua sistem independen dari kinerja bahasa asing ‘ Sistem yang di peroleh’ atau ‘ Akuisisi’ merupakan pruduk dari proses bawah sadar yang sangat mirip dengan proses yang di alami anak – anak ketika mereka memperoleh bahasa pertama mereka. Hal ini tentunya membutuhkan interaksi yang bermakna dalam menentukan target atau tujuan berbahasanya. Baik itu dalam komunikasi alami di mana penutur atau pembicara tidak membutuhkan konsentrasi penuh dalam setuap ucapan atau tuturannya dalam berkomunikasi. “ Sistem yang di peljari atau “ belajar” merupakan produk instruksi formal dan terdiri dari proses secara sadar yang menghasilakan tentang bahasa. Misalnya saja struktur kebahasaan , pendekatan dedukktif dalam aturannya yang menitik beratkan pada gurusehinggaga terlahirlah pembelajaran yang berpusat pada guru, dan sebaliknya pendekatan induktif yaitu sebuah pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada murid yang mengarah pada “akuisisi” Dalam sebuah hipotesisi Monitor di jelaskan hubungan antara akuisis dan pembelajaran dan menentukan pengaaruh yang terakhir pada yang pertama. Sistem pembelajaran berperan sebagai monitor dan editor. Monitor bertindak sebagai dalam perencanaan, pengeditan, dan koreksi jika ketiganya terpenuhi secara spesifik : Pembelajar bahasa kedua memiliki waktu yang cukup Mereka fokus pada bentuk atau berfikir tentang kebenaran Mereka tahu aturan dalam bertutur dan berinteraksi. Menurut pendapat Krashen, peran monitor kecil, sebagai alat pengoreksi penyimpangan dari ucapan “ normal “ dan untuk memberikan pidato penampilan yang lebih di ‘ pole dalam bahasa kedua yang satu langkah di luar tahap kompetensinya ‘ bagaimana pula dalam tuturan tiap individu memberikan variasi pembelajaran bahasa yang berhubungan dengan penggunaanya serta dalam sebuah pantauan. Bagaimana membedakan pembelajar yang menggunakan ‘monitor’ sebagai alat sepanjang waktu ( over-user); dan pelajar yang menggunakan ‘ monitor’ dengan tepat ( pengguna optimal ), Evaluasi profil psikologis akan dapat membantu menentukan kelompok dari mana mereka berasal. Hal itu di tandai dari ekstovert yaitu pengguna yang kurang, sedangkan iintrovert dan perfeksionis merupakan pengguna yang berlebihan. Apabila terjadi penggunaan monitor yang berlebihan maka akan terjadi kurangnya kepercayaan diri bagi pembelajar atau penutur tersebut. Lebih intens Krashen menjelaskan tentang “ hipotesis input “ yaitu sebuah upaya guna memaparkan bagaimana pelajar memperoleh bahasa kedua – bagaimana akuisisi bahasa kedua itu terjadi. Hal ini di sebabkan karena proses akuisisi bukan karena belajar. Bagaimana dalam hipotesis ini pembelajar belajar bertutur untuk pemerolehan bahasa keduanya meningkat maju dalam tatanan alami dan natural, baik itu saat menerima masukanpemerolehan bahasa kedua yang stu langkah di luar tahap kompetensi linguistiknya. Perihal penjelasan tersebut di rumuskan dalam benmtuk sebagai berikut : Jika pembelajar itu berada pada tahap ‘i’, maka akuisisi terjadi ketika dia di hadapkan pada ‘ input yang dapat Dipahami’ yang termasuk dalam level ‘ i = 1’. Hal ini di sebabkan tidak semua pelajar berada pada tingkat kompetensi linguistik yang sama pada saat yang sama. Di jelaskan pula bahwa input komunikatip alami adalah kunci setiap pelajar akan menerima beberapa masukan ‘i’ + 1 yang sesuai dengan tahap kompetensi linguistiknya pada saat yang bersamaan. Pada hipotesis filter afektif mewujudkan pandangan Krashen terhadap sejumlah variabel afektif di mana berperan sebagai fasilitatif namun non kausal, pada pemerolehan bahasa anak. Variabel – variabel ini terdiri dari : Motivasi Kepercayaan diri Kecemasan Ciri – ciri kepribadian Pada fase ini Krashen mengkalim bahwasannya pelajar dengan motivasi tinggi, kepercayaan diri , citra diri yang baik, tingkat kecemasan yang rendah, dan ekstroversi lebihn siap untuk sukses dalam penguasaan pemerolehan bahasa kedua. Apabila di hadapakan pada penelitian berikutnya yaitu motivasi rendah, harga diri rendah, kecemasan, introversi, dan penghambatan akan bisa meningkatkan filter efektif dan membentuk ‘ blok mental ‘ yang mencegah masukan untuk dapat dipahami dan di gunakan sebagai akuisisi, dengan kata lain “ jiak filter naik , maka hal tersebut akan menghambat pemerolehan bahasa. Namun di sisi lainnya pengaruh positif itu di butuhkan tetapi tidak cukup dengan sendirinya, untuk menciptakan agar akuisisi itu terjadi. Pada akhirnya hipotesis tatanan alami yang kurang penting di dasarkan pada temuan penelitian ( Dulay & Burt, 1974; Fathman, 1975 ; Makino, 1980 di kutip dalam bahasa Krashen, 1987 ) yang menyatakan bahwa perolehan struktur gramatikal mengikuti ‘ tatanan alam ‘ yang dapat diprediksi. Dalam bahasa tertentu struktur gramatikal di peroleh lebih awal sementera yang lain terlambat. Urutan ini tampaknya toidak tergantung pada usia pelajar, latar belakang L1, kondisi paparan, dan kesepakatan antara pengakuisisi individu tidak selalu 100% dalam studi, ada kesamaan yang signifikansecara sttistik yang memperkuat keberadaan tatanan alami bahasa akuisisi. Namun Krashen menunjukkan bahwa implikasi dari hipotesis tatanan alam bukanlah sebuah silabus dalam sebuah studi. Menurut Krashen , studi tenytang struktur bahas dapat memil;iki keunggullan dan nilai pendidikan umum yang mungkin bisa di masukkan kedalam program sekolah menengah dan perguruan tinggi. Ada satu hal khusus di mana pengajaran tata bahas dapat menghasilkan penguasaan bahasa dan kemahiran yaitu ketika siswa atau pelajar tertarik pada subjek dan bahasa target di gunakan sebagai media pengajaran. Guru dan siswa dapat berpartisipasi secara aktif dan berinteraksi dengan maksimal sehingga eksplorasi konsep sebuah pemahaman akan dapat tercapai seperti pada materi pembelajaran, bukan pada media pembelajaran. Namun ini merupakan poin yang halus, akibatnya guru dan siswa menipu diri mereka sendiri , karena pada faktanya kemajuan yang di peroleh berasal dari media ajar dan bukan paeda pesan tuturan yang di sampaikan. Jadi materi pelajaran apapun yang menarik minat mereka akan melakukannya dengan baik dan maksimal.