NPM : 1810631210037
A. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami analisis kation serta karakteristik satu
sampel.
Mahasiswa dapat mengidentifikasi kation-kation melalui uji penegasan dengan
menggunakan beberapa pereaksi/reagen yang spesifik.
B. Prinsip Dasar
Secara sistematik cara analisis kation-kation diklasifikasikan dalam 5 golongan
berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagen. Reagensia golongan yang dipakai
untuk klasifikasi kation yang paling umum, adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium
sulfida, dan ammonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan pada sifat kation tersebut terhadap
beberapa reagen tertentu membentuk endapan atau tidak, dengan kata lain klasifikasi kation
yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari
kation tersebut.
Di dalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu diantaranya:
Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion
golongan ini adalah Pb, Ag, Hg.
Golongan II : Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk
endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion golongan ini
adalah Hg, Bi, Cu, cd, As, Sb, Sn.
Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer (buffer ammonium-
amonium klorida). Namun kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida
dalam suasana netral / amoniakal. Kation golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn.
Golongan IV : Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini
membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida,
dalam suasana netral atau sedikit asam. Ion golongan ini adalah Ba, Ca, Sr.
Golongan V : Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensia-regensia
golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir. Kation golongan ini
adalah Mg, K, NH4⁺.
Analisis kation memerlukan pendekatan yang sistematis, umumnya dilakukan dengan dua
cara yaitu pemisahan dan identifikasi (pemastian).
Pemisahan dilakukan dengan cara mengendapkan suatu kelompok kation dari
larutannya. Kelompok kation yang mengendap dipisahkan dari larutan dengan cara
sentrifus dan menuangkan filtratnya ke tabung uji yang lain. Larutan yang masih berisi
sebagian besar kation kemudian diendapkan kembali membentuk kelompok kation
baru. Jika dalam kelompok kation yang terendapkan masih berisi beberapa kation maka
kation-kation tersebut dipisahkan lagi menjadi kelompok kation yang lebih kecil,
demikian seterusnya sehingga pada akhirnya dapat dilakukan uji spesifik untuk satu
kation.
Identifikasi (pemastian) kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui dengan
melakukan uji menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik, meskipun agak sulit
mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap kation. Oleh karena itu umumnya
dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation. Sebelum dilakukan pengendapan
golongan dan reaksi identifikasi kation dengan cara basah cuplikan padat harus
dilarutkan dahulu. Supaya mendapatkan larutan cuplikan yang baik, zat yang akan
dianalisis dihomogenkan dahulu sebelum dilarutkan. Sebagai pelarut dapat dicoba
dahulu secara berturut-turut mulai dari air, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3
pekat, air raja (HCl : HNO3 = 3 : 1). Mula-mula dicoba dalam keadaan dingin lalu
dalam keadaan panas. Bila pelarutnya HCl pekat larutan harus diuapkan sampai
sebagaian besar HCl habis. Bila larutan HNO3 atau air saja, maka semua asam harus
dihilangkan dengan cara menguapkan larutan sampai hampir kering, kemudian
ditambahkan sedikit HCl, diuapkan lagi sampai volumenya sedikit lalu encerkan
dengan air.
Larutan cuplikan dapat mengandung bermacam-macam kation. Ada beberapa cara
pemeriksaan kation secara sistematis. Misalnya cara fosfat dari reni, cara peterson dan cara
H2S. Pada bagian ini hanya akan dibahas pemisahan kation berdasarkan skema H2S menurut
bragmen yang diperkuat oleh Fresenius, Treadwell dan Noyes.
Tabel Pemisahan kation berdasarkan metode H2S
Ke dalam ± 5 mL larutan contoh diteteskan HCl 2 N bila terbentuk endapan penambahan
HCl diteruskan sampai tidak keluar endapan lalu disaring
Endapan Filtrat
Golongan Tidak boleh menimbulkan endapan kembali jika ditetesi dengan HCl 2N
HCl Tambah HCl 4N ± 5 mL
Dipanaskan hampir sampai mendidih ( ±80˚C ) lalu dialiri gas H2S selama
2 atau 3 menit
Baik ada endapan ataupun tidak, larutan diencerkan sampai ± 100 mL
dengan aquades sampai keasaman menjadi 0,2N (diperiksa dengan metil
lembayung)
Filtrat kemudian dipanaskan kembali hampir sampai mendidih ( ±80˚C ) lalu
dialiri H2S selama 10 menit dan terus disaring
Endapan Filtrat
golongan Tidak boleh ada endapan lagi dengan H2S
H2S Larutan dimasak/dipanaskan untuk mengeluarkan H2S dicek
dengan kertas Pb asetat
Ditambah ± 2 mL HNO3 dan dimasak/dipanaskan 2 menit
Ditambahkan ± 2 mL NH4Cl
Ditambah NH4OH sampai alkalis lemah
Terbentuk endapan (NH4)2S tidak berwarna
Larutan dimasak lalu disaring
Endapan dikertas saring merupakan endapan Golongan (NH4)2S
Endapan Filtrat
Golongan Tidak boleh mengeluarkan endapan lagi dengan
(NH4)2S (NH4)2S
Larutan dipekatkan dengan pemanasan / dikisatkan
sampai ± 10 mL
Ditambah NH4OH dan (NH4)2S berlebihan
Dipanaskan sebentar ± 60˚C
Biarkan 5 menit kemudian disaring
Endapan Filtrat
Larutan dibagi 2 yang tidak sama
Bagian yang kecil dikisatkan sampai
kering, residu (sisa) putih
menunjukkan adanya golongan sisa
Tabel analisis kualitatif kation metode H2S dalam tabel di atas dapat digambarkan dalam
bentuk skema sebagai berikut.
Endapan putih
CO32- + 2 H+ → H2CO3 → H2O + CO2
Timbal
Penambahan larutan KI pada Pb(NO3)2:
Pb2+ + 2I- → PbI2↓
endapan kuning
Kupri
Penambahan NaOH pada larutan uji CuSO4, dengan reaksi sebagai berikut:
Cu2+(aq) + 2 OH- (aq)→ Cu(OH)2(s)
Endapan biru
Memanaskan campuran NaOH dengan CuSO4, dengan reaksi sebagai berikut:
Cu(OH)2 ↓ → CuO ↓ + H2O
Endapan biru endapan hitam
Penambahan larutan KI pada larutan uji CuSO4, dengan reaksi sebagai berikut:
2 Cu2+ + 5I- → 2 CuI ↓ + I3-
Endapan putih larutan kecoklatan
penambahan pereaksi KSCN pada larutan uji CuSO4, dengan reaksi sebagai berikut:
Cu2+ (aq)+ 2SCN- (aq) → 2 Cu(SCN)2(s) ↓
Endapan hitam Tembaga (II) tiosianat
Kadmium
Cd2+ (aq) + 2 OH- (aq) → Cd(OH)2(s) ↓
endapan putih
Kobalt
Co2+ + OH- + Cl- → Co(OH)Cl ↓
Endapan biru
Co(OH)Cl(s) ↓ + OH-(aq) → Co(OH)2(s) ↓ + Cl-(aq)
Endapan biru endapan merah jambu
Barium
Ba2+ + SO42- → BaSO4 ↓
endapan putih
Ag
AgNO3 + KI → AgI(s) ↓ + KNO3(aq)
endapan kuning muda
Ferri
2FeCl3 + 6KCN → Fe3[Fe(CN)6] (aq) + 6KCl(aq)
Larutan coklat kekuningan
F. Data Hasil Pengamatan
Perubahan
Perlakuan Kandungan Kation
Sebelum Setelah
DAFTAR PUSTAKA
1. Sahirman dan PPPPTK Pertanian Cianjur. 2013. Analisis Kimia Dasar II. Jakarta:
KEMENDIKBUD