BLOK BIOMEDIK IV LAPORAN PBL Jumat
BLOK BIOMEDIK IV LAPORAN PBL Jumat
Disusun oleh :
Kelompok 5
Pengampu :
2020
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK PENYUSUN
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, laporan Problem Based Learning (PBL) ini dapat kami
selesaikan dengan tepat waktu.
Laporan ini berisi hasil diskusi kami mengenai skenario “Kaki kanan
bengkak?” yang telah dibahas pada PBL skenario 3 dan toturial 2. Dalam
penyelesaian laporan ini, banyak pihak yang turut terlibat. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, kami ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. dr. Stazia Noija, selaku tutor yang telah mendampingi kami
selama diskusi PBL berlangsung.
Akhir kata, kami menyadari bahwa pembuatan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang diberikan sangat kami
perlukan untuk perbaikan laporan kami selanjutnya.
Kelompok V
ii
DAFTAR ISI
2.2 Histologi Pembuluh Darah Arteri, Vena, Dan Kapiler ... ..........................
22
2.2.1 Pembuluh Darah Arteri………………………..…………….24
iii
2.5.1 Aliran Darah Melalui Pembuluh Bergantung Pada Gradien
Tekanan Dan Resistensi Vascu….………………………………...38
BAB III PENUTUP… ....................................................................................... 42
3.1 Kesimpulan………………………………...………………………………42
DAFTAR PUSTAKA… .................................................................................... 44
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Permasalahan
1
1.2.1.2. Identifikasi Kalimat Kunci
1. Seorang laki-laki 50 tahun.
2. Keluhan nyeri dan bengkak pada pada tungkai bawah
kanannya.
3. Hal ini dialami setelah melakukan perjalanan dengan pesawat
selama 14 jam di laur negri.
4. Pada pemeriksaan fisik terlihat dilatasi pada vena-vena
pada permukaan tungkai bawah kanannya dan terdapat
pitting edema.
5. Pada pemeriksaan ultrasonografi vascular terlihat
trombus pada vena profunda di regi femoralis kanannya,
dan katup yang inkompoten.
1.2.2. Step 2 : Identifikasi Masalah
1. Anatomi regio femoralis terkhusus vaskularisasi ?
2. Mengapa terjadinya dilatasi pada tungkai bawah kanan ?
3. Apa hubungan usia dengan keluhan yang dialami pasien ?
4. Histologi vaskularisasi ?
5. Apa saja yang dapat menyebabkan bengkak pada kaki ?
6. Hubungan trombus dan katup vena dengan bengkak pada kaki ?
7. Hubungan perjalanan pesawat dengan keluhan pasien ?
8. Penyebab pitting edema dan mekanisme terjadinya edema ?
1.2.3. Step 3 : Hipotesis Sementara
1. A. arteri
a. arteri femoralis
b. arteri politea
c. arteri tibialis anterior
d. arteri tibialis posterior
e. arteri dorsalis pedis
f. arteri plantaris medialis
g. arteri plantaris lateralis
2
B.vena
a. plexus venosus dorsalis
b. vena saphena magna
c. vena saphena parva
d. vena profunda
2. Karena ada penumpukan akibat sirkulasi darah tidak berjalan
dengan baik.
3. Sesuai dengan skenario dimana seseorang berusia 55 tahun
mengalami keluhan pada pembekakan kaki, dimana Tidak ada patokan
utuk pasien dengan pembengkakan kaki. Bertambah usia
meningatkan risiko, karena organ tubuh manusia mengalami
penurunan fungsi kerja.
4. a. Arteri
Arteri dibagi menjadi 3 jenis yaitu: arteri besar; sedang; dan kecil.
Arteri memiliki 3 lapisan dinding yaitu: tunika intima (dalam),
dimana endotel meliputi lumen; lapisan ke dua yaitu tunika media di
bawah tunika intima, tersusun atas 1-3 lapis serabut otot polos yang
berjalan sirkuler dan kontinyu; dan lapisan paling luar yaitu tunika
adventitia, yang tebalnya kurang lebih sama dengan tunika media
dan disusun oleh jaringan ikat longgar dengan serat kolagen dan
elastis.
4
e. Deep vein thrombosis. Pembekuan darah sehingga aliran darah
tidak lancar sehingga tersumbat dan kaki bengkak.
f. Penurunan protein plasma,
g. Peningktan permeabilitas.
h. Penyumbatan pembuluh Limfe.
6. Pengingkatan tekanan vena terjadi apabila darah terbendung di vena
dan menyebabkan peningkatan darah kapiler karena kapiler
mengalirkan isinya ke vena pembendungan darah di vena menjadi
timbunan darah di dalam kapiler karena lebih sedikit darah yg keluar
dari kapiler menuju ke vena yang kelebihan muatan dari pada yang
masuk ke arteriol. Peningkatan tekanan hidrostatika keluar melewati
dinding kapiler yang berperan besar menyebabkan edema pada gagal
jantung kongrsif.
7. Karena ketika kita duduk terjadi penyumbatan vena dalam
sehingga terjadinya pembekuan darah. Saat duduk otot tidak dapat
berkontraksi dengan baik sehingga saat kita duduk dengan waktu yang
sangat lama maka akan dipengaruhi oleh gravitasi ( harus
dibaringkan).
8. Penyebab edema dapat dikelompokkan menjadi empat kategori :
a. Berkurangnya konsentrasi protein plasma menurunkan tekanan
osmotik koloid plasma. Penurunan tekanan masuk utama ini
menyebabkan kelebihan cairan yang keluar sementara cairan
yang direabsorpsi lebih sedikit daripada normal. Karena itu,
kelebihan cairan tersebut tetap berada di ruang interstisium.
Edema dapat disebabkan oleh penurunan konsentrasi protein
plasma melalui beberapa cara berbeda: pengeluaran berlebihan
protein plasma melalui urine, akibat penyakit ginjal. Penurunan
sintesis protein plasma, akibat penyakit hati (hati membentuk
hampir semua protein plasma). Makanan yang kurang
mengandung protein; atau pengeluaran bermakna protein
plasma akibat luka bakar yang luas.
5
b. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler memungkinkan lebih
banyak protein plasma yang keluar dari plasma ke dalam cairan
interstisium sekitar sebagai contoh, melalui pelebaran pori kapiler
yang dipicu oleh histamin sewaktu cedera jaringan atau
reaksi alergik. Penurunan tekanan osmotik koloid plasma yang
terjadi menurunkan tekanan masuk efektif, sementara
peningkatan tekanan osmotik koloid cairan interstisium yang
terjadi akibat peningkatan protein di cairan interstisium
meningkatkan tekanan keluar efektif. Ketidak seimbangan ini
ikut berperan menyebabkan edema lokal yang berkaitan dengan
cedera (misalnya, lepuh) dan reaksi alergi (misalnya biduran).
c. Meningkatnya tekanan vena, seperti ketika darah terbendung di
vena, menyebabkan peningkatan tekanan darah kapiler. Karena
kapiler mengalirkan isinya ke dalam vena, pembendungan
darah di vena mengarah pada "back log" darah di dalam kapiler
karena lebih sedikit darah yang keluar dari kapiler menuju vena
yang kelebihan muatan daripada yang masuk ke arteriol.
Peningkatan tekanan hidrostatik keluar melewati dinding kapiler
ini berperan besar menyebabkan edema pada gagal jantung
kongestif. Edema regional juga dapat terjadi akibat restriksi lokal
aliran balik vena. Contohnya adalah pembengkakan yang sering
terjadi di tungkai dan kaki selama kehamilan. Uterus yang
membesar menekan vena-vena besar yang menyalurkan darah
dari ekstremitas bawah sewaktu pembuluh-pembuluh tersebut
masuk ke rongga abdomen. Bendungan darah di vena ini
meningkatkan tekanan darah di kapiler tungkai dan kaki,
mendorong edema regional ekstremitas bawah.
d. Sumbatan pembuluh limfe menyebabkan edema karena kelebihan
cairan filtrasi tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat
dikembalikan ke darah melalui pembuluh limfe.
Akumulasi
6
protein di cairan interstisium memperparah masalah melalui efek
osmotiknya.
1. Penurunan
umur
tekanan Pitting edema
osmotick
pembuluh darah
2. Peningkatan
tekanan pada Katup vena inkompoten
pembulu darah
vena
Fisiologi Histologi
Anatomi
7
1.2.5. Step 5 : Learning Objectives
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Anatomi sistem tungkai vaskular.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Histologi sistem vascular (arteri
dan vena).
3. Mahasiswa mampu menjelaskan fisiologi sistem vascular (proses
trombosis, proses terjadinya edema dan faktor-faktor yang
mempengaruhi aliran darah vena dan arteri).
5.2.5. Step 6 : Belajar Mandiri
5.2.6. Step 7 : Hasil Belajar mandiri
8
BAB II
PEMBAHASAN
9
Cabang-cabang arteri femoralis:1
a. Arteri circumflexa ilium superficialis adalah sebuah cabang
kecil yang berjalan ke atas ke regio spina iliaca anterior superior.
b. Arteri epigastrica superficialis adalah sebuah cabang kecil yang
menyilang ligamentum inguinale dan berjalan ke regio umbilicus.
c. Arteri pudenda externa superficialis adalah sebuah cabang kecil
yang berjalan ke medial untuk menyarafi kulit scrotum (atau labium
majus).
d. Arteri pudenda externa profunda berjalan ke medial dan mensarafi
kulit scrotum (atau labium majus).
e. Arteri genicularis descendens adalah cabang kecil yang dicabangkan
dari arteri femoralis dekat ujung akhirnya. Arteri ini mendarahi
sendi lutut.
10
2. Arteri Poplitea
Arteri poplitea letaknya dalam dan masuk ke fossa poplitea melalui
lubang yang ada di dalam musculus adductor magnus (hiatus saphenus),
sebagai lanjutan dari arteri femoralis. Pembuluh ini berakhir setinggi
pinggir bawah musculus popliteus dengan bercabang menjadi arteri tibialis
anterior dan posterior.
Batas-batas arteri poplitea:1
a. Ke anterior: Facies poplitea femoris, articulatio genu, dan
musculus popliteus.
b. Ke posterior: Vena poplitea dan nervus tibialis, fascia, dan
kulit. Cabang-cabang arteri poplitea:1
a. Rami musculares
b. Rami articulares
c. Rami terminals, arteria tibialis anterior dan posterior.
11
3. Arteri Tibialis Anterior
Arteri tibialis anterior merupakan cabang terminal arteri poplitea
yarrg lebih kecil. Arteri dicabangkan setinggi pinggir bawah musculus
popliteus dan berjalan ke depan ke dalam ruang fascia anterior tungkai
bawah melalui lubang pada bagian atas membrana interossea. Pembuluh ini
berjalan ke bawah pada facies anterior membrana interossea, bersama
dengan nervus peroneus profundus. Pada bagian atas perjalanannya, arteri
ini terletak dalam di bawah otot-otot di dalam ruang. Pada bagian bawah
perjalanannya arteri ini terletak superficial di depan ujung bawah
tibia. Setelah berjalan di belakang retinaculum musculorum extensorum
superius, tendo musculus extensor hallucis longus terdapat pada sisi
medialnya dan nervus peroneus profundus dan tendo musculus extensor
digitorum longus pada sisi lateralnya. Pada tempat inilah pulsasinya
dapat dengan mudah diraba pada orang hidup. Di depan sendi pergelangan
kaki, arteri ini menjadi arteri dorsalis pedis.
Cabang-cabang arteri tibialis anterior sebagai berikut:1
a. Rami musculares untuk otot-otot yang ada didekatnya.
b. Rami anastomosis, yang beranastomosis dengan cabang-
cabang arteri lain di sekitar sendi lutut dan sendi pergelangan kaki.
12
Gambar 2.1.3. Arteri Tibialis Anterior
Sumber : Paulsen F. Waschke J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 15. Pendit
BU, Ahli Bahasa. Jakarta: EGC; 2012. 360p.3
13
dengan.bercabang dua menjadi arteri plantaris medialis dan
plantaris lateralis.1
Cabang-cabang arteri tibialis posterior sebagai berikut:1
a. Arteri peronea, merupakan arteri besar yang dipercabangkan dekat
pangkal arteri tibialis posterior. Arteri ini berjalan turun di belakang
fibula, di dalam ior massa musculus flexor hallucis longus atau
posterior terhadap otot ini. Arteri peronea memberi banyak rami
musculares dan sebuah arteri nutritia untuk os fibula dan berakhir
dengan ikut serta membentuk anastomosis di sekitar
pergelangan kaki. Ramus perforantes menembus membrana
interossea untuk mencapai bagian bawah tungkai bawah bagian
depan.
b. Rami musculares untuk otot-otot di dalam ruang posterior tungkai
bawah.
c. Arteri nutritia ke tibia.
d. Rami anastomotica, yang bergabung dengan arteri-arteri lain
di sekitar sendi pergelangan kaki.
e. Arteri plantaris medialis dan lateralis.
14
Gambar 2.1.4. Arteri Tibialis Posterior
Sumber : Paulsen F. Waschke J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 15. Pendit
BU, Ahli Bahasa. Jakarta: EGC; 2012. 363p. 3
15
Cabang-cabang dorsalis pedis sebagai berikut:1
a. Arteri tarsalis lateralis, yang menyilang dorsum pedis tepat di
bawah sendi pergelangan kaki.
b. Arteri arcuata, yangberjalan ke lateral dibawah tendo-tendo
extensor berhadapan dengan basis ossis metatarsi. Pembuluh ini
memberikan rami metatarsal untuk jari-jari kaki.
c. dorsalis Arteri metatarsal I, yang mendarahi kedua sisi ibu jari
kaki.
16
6. Arteri Plantaris Medialis
Arteri plantaris medialis adalah cabang terminal yang lebih kecil dari
arteri tibialis posterior. Arteri ini dicabangkan di bawah retinaculum
musculorum flexorum dan berialan ke depan di bawah musculus abductor
hallucis. Pembuluh ini berakhir dengan mendarahi sisi medial ibu jari kaki.
Dalam perjalanannya arteri ini memberi banyak cabang muscular,
cutaneus, dan articulare.1
7. Arteri Plantaris Lateralis
Arteri plantaris lateralis adalah cabang terminal yang lebih besar dari
arteri tibialis posterior. Arteri ini dicabangkan di bawah retinaculum
musculorum flexorum dan berjalan ke depan di bawah musculus abductor
hallucis dan musculus flexor digitorum brevis. Sesampainya di basis ossis
metatarsi, arteri ini melengkung ke medial membentuk arcus plantaris, dan
pada ujung proximal spatium intermetatarsale pertama bergabung dengan
arteria dorsalis pedis. Dalam perjalanannya, arteri plantaris lateralis
memberikan banyak cabang muscular, cutaneus, dan articulare. Arcus
plantaris memberikan cabang arteriae digitales plantares ke jari-jari.1
17
Gambar 2.1.6. Arteri Plantaris Medialis dan Lateralis
Sumber : Paulsen F. Waschke J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 15. Pendit BU, Ahli
Bahasa. Jakarta: EGC; 2012. 365p. 3
18
saphenus, di dalam fascia superficialis pada sisi medial tungkai bawah.
Vena ini berjalan di belakang lutut dan melengkung ke depan di
sekitar sisi medial tungkai atas. Vena ini menembus fascia profunda di
bagian bawah hiatus saphenus untuk bermuara ke vena femoralis kira-
kira 4 cm di bawah dan lateral terhadap tuberculum pubicum.1
Vena saphena magna mempunyai banyak katup dan berhubungan
dengan vena saphena parva rnelalui satu atau dua cabang yang berjalan
di belakang lutut. Sejumlah venae perforantes menghubungkan vena
saphena magna dengan vena-vena profunda sepanjang sisi medial
betis. Venae yang bermuara ke vena saphena magna menerima sejumlah
cabang vena subcutan, dan dl ujungnya di dekat hiatus saphenus di dalam
fascia profunda, vena saphena magna menerima tiga cabang vena;
a. Vena circumflexa ilium superficialis.1
b. Vena epigastrica superficialis.1
c. Vena pudenda extelna superficialis.1
Vena-vena ini diikuti oleh ketiga cabang arteria femoralis yang
terdapat di regio ini. Sebuah vena tambah dikenal sebagai vena saphena
accessoria, biasanya bergabung dengan vena utama kirakira di
pertengahan tungkai atas atau lebih ke atas pada hiatus saphenus.1
19
Vena-Vena yang Bermuara keVena Saphena Parva:
a. Banyak vena-vena kecil dari bagian belakang tungkai bawah.1
b. Vena-vena commitantes dengan vena-vena profunda pedis.1
c. Cabang-cabang anatomi penting yang berjalan ke atas dan medial
dan bergabung dengan vena saphena magna.1
Cara berakhirnya vena saphena parva bervariasi. Vena ini dapat
bermuara ke vena poplitea, dapat bermuara ke vena saphena magna, atau
dapat terbelah dua, satu divisi bermuara ke vena poplitea dan yang
lainnya ke vena saphena magna.1
4. Vena-Vena Profunda
a. Venae Commitantes
Vena-vena profunda mengikuti arteri yang senama sebagai venae
commitantes. Venae commitantes arteria tibialis anterior dan posterior
bergabung di fossa poplitea membentuk vena poplitea.1
b. Vena Poplitea
Vena poplitea dibentuk oleh gabungan venae commitantes
anterior dan arteria tibialis posterior. Vena poplitea berakhir dengan
berjalan melalui lubang di musculus adductor magnus untuk menjadi
vena femoralis. Vena poplitea terletak posterior terhadap arteri
poplitea dan menerima aliran darah dari sejumlah cabang vena,
termasuk vena saphena parva di ujung bawah fossa poplitea.1
c. Vena Femoralis
Vena femoralis masuk tungkai atas dengan berjalan melalui
hiatus adductorius di adductor magnus sebagai lanjutan dari vena
poplitea. Vena ini berjalan ke atas, awalnya di sisi lateral arteria
femoralis, kemudian di sebelah posterior, dan akhirnya di sisi
medialnya. Pembuluh ini meninggalkan tungkai atas pada ruang
intermedia selubung femoralis dan berjalan di belakang ligamentum
inguinale untuk berlanjut sebagai vena iliaca externa.1
20
d. Vena-vena yang Bermuara ke Vena Femoralis
Vena-vena yang bermuara ke vena femoralis adalah vena saphena
magna dan vena-vena yang bersesuaian dengan cabang-cabang arteria
femoralis. Vena saphena magna bermuara ke vena femoralis 4 cm di
bawah dan lateral terhadap tuberculum pubicum. (vena circumflexa
ilium superficialis, venaepigastrica superficialis, dan venae pudendae
externae bermuara ke vena saphena magna).1
21
2.2 Histologi pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler
22
b. Tunika media, yaitu lapisan tengah, terutama terdiri atas lapisan
konsentris sel-sel otot polos yang tersusun secara berpilin. Di
antara sel- sel otot polos, terdapat berbagai serat dan lamela
elastin, serat retikular kolagen tipe III, proteoglikan, dan
glikoprotein yang kesemuanya dihasilkan sel-sel ini oada arteri,
tunika media memiliki lamina elastica externa yang lebih tipis,
yang memisahkannya dari tunica adventisia.
c. Tunica advetitia atau tunica externa terutama terdiri atas serat
kolagen tipe I dan elastin. Lapisan adventisia berangsur menyatu
dengan jaringan ikat stromal organ tempat pembuluh darah
berada.
23
mendapat makanan secara difusi dari darah yang mengalir di dalam lumen-
nya.4Darah
24
dalam lumen itu sendiri menyediakan nutrien dan O2 untuk sel tunica
intima.1
Karena membawa darah yang ter-oksigenasi, vena-vena besar biasanya
lebih banyak memiliki vasa vasorum ketimbang di arteri.4
Pembuluh darah, mencakup seluruh arteri, terdiri atas tiga lapisan konsentris
yaitu tunika intima, tunika media, dan tunika adventisia.4,5,6 Tunika intima
terdiri atas selapis gepeng sel endotel membatasi lumen dan jaringan ikat
subendotel.4,5
Tunika media, biasanya paling tebal dari ketiga lapisan, terdiri atas sel otot
polos yang tersusun konsentris dan jaringan ikat fibroelastis, dimana unsur
elastis akan sangat meningkat sesuai dengan ukuran pembuluh. 5 Tunika
adventisia merupakan lapisan paling luar dari dinding pembuluh, terdiri atas
jaringan ikat fibroelastis.4,5 Pada pembuluh darah yang lebih besar, tunika
25
adventisia ada vasa vasorum, yaitu pembuluh darah kecil yang memperdarahi
tunika adventisia dan tunika media pembuluh.
26
Gambar 2.2.4. Dinding arteri elastik besar: aorta
Sumber: Eroschenko VP. Atlas of histology with functional correlations. 12th
ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2012. 187p. 6
Arteri tipe elastis adalah tipe arteri terbesar.5 Arteri ini berwarna
kekuningan karena banyaknya elastin di bagian media-nya.1 Intima lebih
tebal daripada lapisan intima di arteri muskular. Lamina elastica interna,
meskipun ada, tidak jelas terlihat karena serupa dengan lamina elastis di
lapisan berikutnya.4 Tunica media terdiri atas serat-serat elastin dan sederetan
lamina elastica yang berlubang-lubang dan tersusun konsentris.4 Di antara
lamina- lamina elastica, terdapat sel-sel otot polos, serat retikular,
proteoglikan, dan glikoprotein.4 Tunica adventitia relatif kurang berkembang.4
27
Karena arteri ini timbul secara langsung dari jantung, arteri ini terkena
perubahan siklik dari tekanan darah tinggi ketika ventrikel memompa darah
ke dalam lumennya dan rendah antara pengosongan ruang-ruang ini.5
Serat elastin ini tidak hanya memberi stabilitas strukturnya dan
memungkinkan pelebaran arteri elastis ini tetapi juga membantu dalam
mempertahankan tekanan darah antara denyutan jantung.4,5 Selama ventrikeli
berkontraksi (sistol), lamina elastica arteri besar teregang sehingga agak
mengurangi daya tekanan. Selama ventrikel berelaksasi (diastol), tekanan
ventrikel menurun ke nilai yang rendah, tetapi daya elastis arteri besar
membantu mempertahankan tekanan arterial.4 Akibatnya, tekanan arterial
dan kecepatan aliran darah menurun dan makin tidak bervariasi saat darah
mengalir menjauhi jantung. 4,5
b. Arteri tipe muskular
c. Arteriol
28
terjadinya pertukaran antara darah dan cairan jaringan. 4 Arteriol
memiliki ukuran lumen sebesar ketebalan dindingnya.4 Lapisan subendotel
sangat tipis,
29
tidak terdapat laminan elastica interna, dan tunica media umunya terdiri atas
sel otot polos yang tersusun melingkar.4 Pada arteriol, tunica adventitia-nya
sangat tipis.4 Metarteriol adalah ujung akhir arteriol dan pembuluh ini
dicirikan oleh adanya lingkaran sel otot polos yang tidak sempurna (sfingter
prakapiler) yang melingkari awal kapiler.5 Metarteriol membentuk ujung
arteri (proksimal) dari kanalis sentralis dan pembuluh ini berperan
menghantarkan darah ke dalam jala-jala kapiler.5
Vena mengalirkan darah kembali ke jantung dan tekanan yang diterima oleh
vena sangat rendah, dimana darah ini bergerak mealalui kontraksi tunica media
dan kompresi eksternal dari otot sekitar dan organ lain. 4,5 Umumnya diameter
lumen vena lebih besar daripada pembuluh arteri yang sejenis; namun
vena berdinding lebih tipis dan memiliki sel otot polos yang lebih sedikit dari
arteri, karena vena tidak menerima tekanan darah yang tinggi. 4,5 Vena juga
mempunyai
30
tiga lapisan konsentris yaitu tunika intima, tunika media, dan tunika
adventisia.4,6
Pada lapisan tunica adventitia terdapat kolagen yang berkembang dengan
baik. 4
Selain itu, vena mempunyai lapisan sel otot polos lebih sedikit di tunika media-
nya daripada yang ada di arteri, serta serat-serat retikular dan jalinan halus serat
elastin.4,5 Tunica intima umumnya memiliki lapisan subendotel tipis. 4
Akhirnya vena mempunyai katup yang bekerja untuk mencegah berbaliknya
aliran darah.4,5
Ada tiga jenis vena yaitu kecil, sedang, dan besar.4,5 Vena terkecil sering
disebut venula, juga berperan untuk pertukaran zat-zat.4,5,6 Ujung vena (distal)
dari kanalis sentralis, dikenal sebagai suatu kanal utama, berperan untuk
menyalurkan darah dari jala-jala kapiler dan membawanya ke dalam
venula.4
Tramsisi dari kapiler menjadi venula terjadi secara bertahap.1 Venae
pascakapiler serupa secara struktural dengan kapiler, dengan perisit tetapi
dengan diameter yang bervariasi. 4 Venula pascakapiler berpartisipasi dalam
proses pertukaran antara darah dan jaringan, dan juga merupakan tempat utama
sel darah putih meninggalkan sirkulasi di tempat infeksi atau kerusakan
jaringan.4 Venula-venula ini bertemu menjadi venula pengumpul yang lebih
31
besar dan memiliki sel banyak kontraktil.4 Dengan ukuran yang lebih
besar, venula dikelilingi oleh tunica media yang dapat dikenali dengan 2 atau 3
lapisan
32
otot polos yang disebut venula muskular.4 Zat vasodilator seperti serotonin dan
histamin tampak bekerja pada venula kecil, menyebabkannya menjadi “bocor”
karena jarak antar sel antara membran sel-sel endotel meningkat. Kebanyakan
celah antar sel terdapat di venula kecil daripada pada kapiler.5
33
timbul dari ujung arteriol dan dilengkapi oleh sel-sel otot polos yang disebut
sfingter prakapiler.5
Dengan adanya metarteriol dan saluran pintas maka dimungkinkan
untuk
34
mempertahankan aliran darah yang cukup selama menurunnya aliran darah
melalui jala-jala kapiler.5 Berdasarkan sifat struktur halus, dikenal tiga
jenis kapiler yaitu fenestrata, kontinyu, dan terputus-putus.4,5
Kapiler kontinyu, atau somatik memungkinkan pertukaran zat dan ditandai
dengan kontnuitas khusus sel endotel di dindingnya.4 Kapiler ini
merupakan jenis kapiler tersering dan ditemukan pada semua jenis jaringan
otot, jaringan ikat, kelenjar eksokrin, dan jaringan saraf.4 Vesikel juga tampak
sebagai vesikel tersendiri di sitoplasma sel ini dan berperan pada transitosis
makromolekul di kedua arah pada sitoplasma endotel.4 Kapiler tipe kontinyu,
tidak mempunyai pori-pori dan zat-zat harus menembus sel endotel baik
melalui vesikula pinositosis atau melalui tautan antara sel endotel.5 Pada
tempat-tempat tertentu dalam tubuh (otak, timus, testis) ada fasia okluden yang
dibentuk oleh sel endotel yang kontinyu untuk mencegah lolosnya atau
masuknya zat-zat menembus celah antar sel.5
36
darah yang lambat ditempat ini.4
Ketika tidak seimbang antara jumlah cairan keluar dan yang masuk maka
akan terjadi penumpukan cairan interstitial yang menyebabkan terjadinya edema
, disebabkan karena :
38
3. Meningkatnya tekanan vena, seperti ketika darah terbendung di vena,
menyebabkan peningkatan tekanan darah kapiler. Karena kapiler
mengalirkan isinya ke dalam vena, pembendungan darah di vena
mengarah pada "back log" darah di dalam kapiler karena lebih sedikit
darah yang keluar dari kapiler menuju vena yang kelebihan
muatan daripada yang masuk ke arterior. Peningkatan tekanan
hidrostatik keluar melewati dinding kapiler ini berperan besar
menyebabkan edema pada gagal jantung kongestif. Edema regional
juga dapat terjadi akibat restriksi lokal aliran balik vena. Contohnya
adalah pembengkakan yang sering terjadi di tungkai dan kaki selama
kehamilan. Uterus yang membesar menekan vena-vena besar yang
menyalurkan darah dari ekstremitas bawah sewaktu pembuluh-
pembuluh tersebut masuk ke rongga abdomen. Bendungan darah di
vena ini meningkatkan tekanan darah di kapiler tungkai dan kaki,
mendorong edema regional ekstremitas bawah.8
39
konsekuensi yang penting adalah berkurangnya pertukaran bahan
antara darah dan sel1. Karena penumpukan cairan berlebih, jarak antara
darah dan sel yang harus dilalui oleh nutrien, O2, CO2, dan zat sisa
untuk berdifusi bertambah. Karena itu, sel-sel di dalam jaringan
edematosa mungkin mengalami kekurangan pasokan.8
2.4.1 Trombosit
Trombosit, atau keping darah bukan merupakan sel lengkap, tetapi fragmen
kecil sel (garis tengah sekitar 2 hingga 4 mm) yang dilepaskan dari tepi luar sel
terikat-sumsum tulang yang sangat besar (garis tengah hingga 60 mm)
yang dikenal sebagai megakariosit.Satu megakariosit biasanya memproduksi
sekitar
1000 trombosit. Megakariosit berasal dari sel punca belum berdiferensiasi yang
sama dengan yang menghasilkan turunan eritrosit dan leukosit. Trombosit pada
hakikatnya adalah vesikel yang terlepas yang mengandung sebagian sitoplasma
megakariosit yang terbungkus dalam membran plasma.9
40
Trombosit tetap berfungsi selama rerata 10 hari, setelah itu keping darah
ini dibersihkan dari sirkulasi oleh makrofag jaringan, terutama yang terdapat di
limpa dan hati, dan diganti oleh trombosit baru yang dibebaskan dari sumsum
tulang. Hormon trombopoietin, yang dihasilkan oleh hati, meningkatkan jumlah
megakariosit di sumsum tulang dan merangsang tiap-tiap megakariosit untuk
menghasilkan lebih banyak trombosit sesuai yang diperlukan faktor-faktor yang
mengontrol sekresi trombopoietin dan mengatur kadar trombosit saat ini sedang
dalam penelitian.9
Trombosit merupakan potongan sel maka trombosit tidak memiliki nukleus.
Namun, trombosit memiliki organel dan enzim sitosol untuk menghasilkan
energi dan membentuk produk sekretorik, yang disimpan di banyak granula
yang tersebar di seluruh sitosol. Selain itu, trombosit mengandung banyak aktin
dan miosin, yang menyebabkan keping darah ini mampu berkontraksi.
Kemampuan sekretorik dan kontraksi ini penting dalam hemostasis, suatu topik
yang sekarang akan kita ulas.9
41
Gambar 2.4.2. Pembentukan sumbat trombosit.
Sumber : Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. 8th ed. Jakarta: EGC; 2013.9
43
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aliran Darah Vena/Arteri
2.5.1 Aliran darah melalui pembuluh bergantung pada gradien tekanan
dan resistensi vascular
Laju aliran darah melalui suatu pembuluh (yaitu, volume darah yang
melalui per satuan waktu) berbanding lurus dengan gradien tekanan (seiring
dengan peningkatan gradien tekanan, laju aliran meningkat) dan berbanding
terbalik dengan resistensi vaskular (seiring dengan peningkatan resistensi,
laju aliran menurun):10
1. Gradien tekanan
Gradien tekanan merupakan perbedaan tekanan antara awal dan akhir suatu
pembuluh. Darah akan mengalir dari daerah yang memiliki tekanan lebih tinggi
ke daerah yang meiliki tekanan lebih rendah mengikuti penurunan gradien
tekanan. Kontraksi jantung menyebabkan tekanan pada darah, yaitu gaya
dorong utama bagi aliran melewati suatu pembuluh. Karena adanya gesekan
(resistensi), maka tekanan turun sewaktu darah menyusuri panjang pembuluh.
Karena itu, tekanan lebih tinggi di awal daripada di akhir pembuluh, dan
membentuk gradien tekanan untuk aliran maju darah melalui pembuluh. Semakin
besar gradien tekanan yang mendorong darah melalui suatu pembuluh, maka
semakin besar laju aliran melalui pembuluh tersebut.
44
2. Resistensi
Resistensi merupakan hambatan atau tahanan pada aliran darah melalui
suatu pembuluh, yang diakibatkan karena gesekan antara cairan yang bergerak
dan dinding vaskular yang diam. Seiring dengan meningkatnya resistensi, darah
jadi semakin sulit melewati pembuluh sehingga laju aliran menjadi berkurang
(selama gradien tekanan tidak berubah). Apabila resistensi meningkat, maka
gradien tekanan harus meningkat secara proporsional agar laju aliran tetap.
Oleh karena itu, apabila pembuluh membentuk resistensi yang lebih besar,
maka jantung harus bekerja lebih keras agar mempertahankan sirkulasi
yang kuat. Resistensi terhadap aliran darah, berbanding lurus dengan viskositas
darah, berbanding lurus dengan panjang pembuluh, dan berbanding terbalik
dengan jari-jari pembuluh.10
Viskositas merujuk kepada friksi yang dibentuk oleh molekul-molekul
cairan sewaktu molekul-molekul cairan saling bergeser saat cairan mengalir.
Semakin besar viskositas, maka semakin besar resistensi terhadap aliran.
Secara umum, semakin kental cairan, maka semakin besar viskositasnya.
Misalnya, gula cair mengalir lebih lambat dari pada air dikarenakan gula cair
mempunyai viskositas yang lebih besar. Viskositas darah ditentukan terutama
oleh jumlah sel darah merah yang beredar. Dalam keadaan normal, faktor ini
relatif konstan dan karenanya kurang penting untuk mengontrol resistensi.
Tetapi, kadang viskositas darah dan, karenanya, resistensi pada aliran berubah
oleh kelainan jumlah sel darah merah. Apabila sel darah merah jumlahnya
berlebihan, maka aliran darah menjadi lebih lambat dari pada normal.10 Karena
darah bergesekan dengan lapisan dalam pembuluh sewaktu mengalir, semakin
luas permukaan pembuluh yang berkontak dengan darah, maka semakin
besar resistensi terhadap aliran. Luas permukaan ditentukan baik oleh panjang
maupun jari-jari pembuluh. Pada radius yang tetap, semakin panjang
pembuluh, semakin besar luas permukaan dan semakin besar resistensi
terhadap aliran. Karena panjang pembuluh di tubuh tidak berubah, hal ini
bukan merupakan faktor variabel dalam kontrol resistensi vaskular. Oleh
Karena itu, penentu utama resistensi pada aliran adalah jari-jari pembuluh.
Cairan akan lebih mudah mengalir
45
melalui suatu pembuluh besar dari pada pembuluh kecil. Penyebabnya adalah
bahwa volume tertentu darah berkontak dengan luas permukaan yang jauh lebih
besar pada pembuluh berjari-jari kecil dibandingkan pada pembuluh berjari-jari
besar sehingga resistensi menjadi lebih besar.10
46
Gambar 2.5.3. Hubungan resistensi dan aliran dengan jari-jari pembuluh.
Sumber: Sherwood L. Introduction to Human Physiology. 8th ed. Suzannah Alexander,
editor.
New York: Yolanda Cossio; 2013. 364p.10
3. Hukum Poiseuille
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan aliran melewati
suatu pembuluh diintegrasikan dalam hukum Poiseuille sebagai berikut:1
47
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pada vena profunda regio femoralis kanan juga terlihat trombus, dimana
trombus adalah terbentuknya bekuan darah dalam pembuluh darah. Bekuan ini
dapat terbentuk jika darah teraktivasi atau terpapar dengan suatu permukaan.
Menurut trias Virchow, trombus dapat terbentuk karena:
48
Sesuai skenario, pria berumur 55 tahun ditambah dengan mungkin gaya
hidup pria tersebut yang sering bepergian jarak jauh, dimana umur, jenis kelamin,
dan gaya hidup merupakan faktor dari hipertensi. Hipertensi, meski tidak
disebutkan dalam skenario, dapat menyebabkan kerusakan vaskular
pembuluh darah (kerusakan anatomis maupun histologis), dimana akan terjadi
perubahan struktur pada pembuluh darah itu dan dapat terjadi vasokonstriksi
karena penyumbatan pembuluh darah, yang berarti terjadi gangguan sirkulasi.
Salah satu organ yang terpengaruh akibat dari gangguan sirkulasi adalah ginjal.
Jika aliran darah ginjal terganggu atau terjadi vasokonstriksi pada pembuluh
darah ginjal, berarti terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, dimana ginjal
akan merespon dengan meningkatkan retensi Natrium, yang dapat menyebabkan
edema.
49
DAFTAR PUSTAKA
4. . Mescher AL. Basic histologi, text and atlas. 14th ed. New
York: McGrowHils; 2012.
5. Gartner LP. Color textbook of histology. 5th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2009
6. Eroschenko VP. Atlas of histology with functional correlations. 12th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2012
7. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Robins Buku Ajar Patologi. 7th ed.
Muhammad Asroruddin, Hariawati Hartanti ND, editor. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 76-78 p.
8. Sherwood 7. Sherwood L. Introduction to Human Physiology. 8th ed.
Suzannah Alexander, editor. New York: Yolanda Cossio; 2013. 424–425p.
9. Sherwood L. Introduction to Human Phisiology. 8 th ed. Suzannah
Alexander, editor. New York: Yolanda Cossio; 2013. 354p-355p
10. Sherwood L. Introduction to Human Physiology. 8th ed. Suzannah
Alexander, editor. New York: Yolanda Cossio; 2013. 363-364p
50