Laporan Resmi Praktikum Kimia Fisik
Laporan Resmi Praktikum Kimia Fisik
DAPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul "Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC)
Surfaktan" pada salah satu surfaktan yaitu SLS (Sodium Lauril Sulfat) yang bertujuan untuk
mengukur nilai konsentrasi kritis misel (CMC) dari surfaktan. Metode yang digunakan adalah
metode pipa kapiler untuk mengukur tegangan permukaan yang berprisnsip berdasarkan gaya
tarik antar partikel pada cairan, selain itu digunakan metode turbidimetri untuk mengukur
turbiditas (kekeruhan) yang berprinsip berdasarkan pengukuran optik dari hamburan sinar yang
dihasilkan. Hasil yang diperoleh dari pengukuran tegangan permukaan pada konsentrasi 2 g/L ;
2,1 g/L ; 2,2 g/L ; 2,3 g/L ; 2,4 g/L dan 2,5 g/L berturut-turut sebesar sebesar 65,7822dyne cm-3 ;
57,5594 dyne cm-3 ; 49,3347 dyne cm-3 ; 41,1139 dyne cm-3 ; 32,8911 dyne cm-3 ; 16,4456 dyne
cm-3. Dari data tersebut maka diperoleh nilai CMC pada konsentrasi 2,4 g/L dengan nilai
tegangan permukaan sebesar 32,8911 dyne cm-3. Sedangkan hasil yang diperoleh dari
pengukuran turbiditas pada konsentrasi 2,1 g/L ; 2,2 g/L ; 2,3 g/L ; 2,4 g/L dan 2,5 g/L berturut –
turut sebesar 28 NTU, 35 NTU, 40 NTU, 45 NTU, 59 NTU dan 70 NTU. Dari data tersebut
maka diperoleh nilai CMC pada konsentrasi 2,3 g/L dan 2,4 g/L dengan nilai turbiditas sebesar
45 NTU dan 59 NTU.
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengukur nilai konsentrasi misel kritis ( CMC ) dari berbagai sufaktan.
2.2 Surfaktan
2.2.1 Pengertian Surfaktan
Surfaktan adalah zaat aktif permukaan yang terdiri dari dua gugus yang
berlawanan, yaitu gugus hidrofil dan gugus hidrofob oleh karena itu surfaktan
banyak digunakan pada proses permukaan dan antarmuka (Arneli, 2003).
Surfaktan sebagai bahan kimia yang memiliki aplikasi dalam berbagai
bidang, termasuk kimia, biologi, dan farmasi. Bagian hidrofobik dari agregat
membentuk inti dari misel, sedangkan hidrofil terletak pada antarmuka dalam
kontak dengan dari terhidrasi oleh sejumlah molekul air, tergantung pada struktur
kimia surfaktan, misel dapat sebagai kationik, anionik, ampholitik ( zwitterion )
atau noionik ( Domingguez, 1997 ).
2.3 Misel
Misel yaitu penggabung molekul surfaktan pada konsentrasi tertentu. Misel
dinamakan juga koloid asosiasi. Misel adalah kumpulan molekul berukuran koloid,
walaupun tidak ada tetesan lemak. Hal ini, disebabkan oleh adanya ekor hidrofobnya
cenderung berkumpul, dan kepala hidrofilnya memberikan perlindungan. Dan misel
merupakan penggabungan (agregasi dari ion – ion surfaktan), dimana rantai hidrokarbon
yang lipofil akan menuju ke bagian dalam misel, meninggalkan gugus hidrofil yang
berkontak dengan medium air. Misel hanya terbentuk diatas konsentrasi misel kritis
(CMC) dan di atas temperature Kraft (Atkins, 1997).
2.4 CMC (Critical Miselle Concentration)
2.4.1 Pengertian CMC
CMC merupakan sifat penting surfaktan yang menunjukkan batas konsentrasi
krisis surfaktan dalam suatu larutan. Diatas CMC, surfaktan akan membentuk micelle
atau agregat. Dosis optimum pemakaian surfaktan adalah disekitar harga CMC nya.
Penggunaan dosis surfaktan yang jauh diatas harga CMC mengakibatkan terjadinya
emulsi balik dan dari segi ekonomis tidak menguntungkan. Penentuan CMC pada
umumnya dengan cara mengukur tegangan muka atau antar muka dari larutan
surfaktan sebagai fungsi dari konsentrasi. Makin tinggi konsentrasi surfaktan
menyebabkan tegangan muka makin rendah sampai mencapai suatu konsentrasi
dimana tegangan antar mukanya konstan. Batas awal konsentrasi mulai konstan
disebut CMC. Harga CMC dapat ditentukan dari sifat atau karaktersitik surfaktan
seperti surface tension, conductivity, solubilization.
Dibawah konsentrasi misel kritis biasanya surfaktan dapat bekerja dengan baik,
karena misel dalam molekulnya belum terbentuk, sehingga dapat menjadi
perantarauntuk mencampur dua buah larutan yang sulit bercampur. Hal ini sangat
penting untuk menentukan konsentrasi saat suatu zat dapat digunakan sebagai
surfaktan atau pengemulsi yang baik. Konsentrasi misel kritis dapat ditentukan
melalui pengukuran konduktivitas, konduktivitas ekivalen, tekanan osmosis, dan
turbiditas (Hiemenz, 1997).
2.4.2 Harga CMC
Harga CMC, pada konsentrasi elektrolit lemah pada temperatur ruang yaitu:
Anionik = 10-3-10-2 M
Amphoterik = 10-3-10-1 M
Kationik = 10-3-10-1 M
Nonionik = 10-5-10-4 M
(Laurier, 2000)
(Rosen, 1978)
2.5 Deterjensi
2.5.1 Pengertian Deterjensi
Deterjensi yaitu kemampuan dari deterjen untuk mengangkat tanah (kotoran dan
minyak) dari permukaan dengan menggusur dengan bahan kimia untuk dibersihkan
dari tanah (Davis, 1981).
2.5.2 Deterjen
Deterjen adalah suatu surfaktan atau campuran surfaktan dengan sifat pembersih
dalam solusi encer.
2.5.4 Sabun
Sabun merupakan surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Bahan baku alkali. Contoh: NaOH, KOH, Na 2CO3, NH4OH. Bahan
pendukung: NaCl dan zat aditif (Davis, 1981).
2.7 Kekeruhan
Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti lumpur., zat
organik. Kekeruhan merupakan sifat opstis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan adsorpsi
cahaya yang melaluinya (Ilmia, 2002).
(Preston,1948)
2.8 Turbidimetri
Turbidimetri adalah analisa kimia berdasarkan pengukuran intensitas sinar yang
melemah, ketika seberkas sinar di lewatkan pada larutan yang mengandung larutan
tersuspensi. Berkurangnya intensitas sinar disebabkan oleh absorbsi dan hamburan sinar.
Turbidimetri merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dikatakan
sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan oleh suspensi adalah fungsi konsentrasi
jika kondisi lainnya konstan.metode pengukuran turbiditas dikelompokkan dalam tiga
golongan yaitu pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap
intensitas datang, Pengukuran efek ekstingsi yaitu keadaan dimana cahaya mulai tidak
tampak di dalam media keruh (Khopkar,1984).
2.8.1 Turbidimeter
Turbidimeter adalah pengukuran spesies hamburan cahaya dalam larutan
dengan memanfaatkan intensitas cahaya berkas masuk setelah dilewatkan melalui
larutan. Untuk uji turbidimetri, perubahan cahaya yang diserap (kebalikan
darijumalah yang ditransmisikan) bisa dikaitkan dengan jumlah aglutimasi yang
terjadi. Dengan demikian, jumlah analit (spesies yang menyebabkan aglutimasi)
dalam sampel bisa ditentukan dengan mudah (Khopkar, 2003).
2.8.2 Turbiditas
Turbiditas merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan
sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Metode
pengukuran turbiditas dibagi menjadi tiga golongan, yaitu pengukuran
perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap intensitas yang datang,
pengukuran terhadap efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya yang mulai
tidak tampak di dalam lapisan medium yang keruh. Instrumen pengukuran
perbandingan tyndall disebut tyndallmeter, intensitas diukur secara langsung.
Turbidimeter
2.9.2 Aquadest
Sifat fisik : titik didih 100 0C, titik beku 00C, tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa.
Sifat kimia : pelarut universal, bersifat polar (Basri,1996)
III. METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Turbidimeter
Gelas ukur
Pipet tetes
Erlenmeyer
Pipa kapiler
Pengaduk
Alat pengukur tegangan permukaan dengan pipa kapiler
Penggaris
Thermometer
Corong glass
3.1.2 Bahan
Sodium lauril sulfat (SLS) 2,1g/l; 2,2 g/l; 2,3 g/l; 2,4 g/l; 2,5 g/l
Akuadest
3.2 Skema kerja
3.2.1 Pengukuran tegangan permukaan
akuades
Akuades 100 ml
Alat pengukur tegangan permukaan
Pengukuran temperatur awal
Pencatatan h air pada kapiler
Perhitungan tegangan permukaan
hasil
2 g/L SLS
2 g/L SLS
Alat pengukur tegangan permukaan
Catat Tinggi 100 ml SLS dalam kapiler dan temperatur
Perhitungan tegangan permukaan
hasil
hasil
2,2 g/L SLS
2,2 g/L SLS
Alat pengukur tegangan permukaan
Catat Tinggi 100 ml SLS dalam kapiler dan temperatur
Perhitungan tegangan permukaan
hasil
hasil
hasil
hasil
hasil
hasil
50 ml Surfaktan 2,4g/L
Turbidimeter
Nyalakan Alat
Pemasukan gelas berisi surfaktan ke dalam turbidimeter
Atur alat dengan kondisi filter gelap dan cermin terbuka
Atur skala hingga larutan menjadi kering ( terlihat bulatan)
Catat skala yang didapat
hasil
Surfaktan adalah zat-zat aktif yang terdiri dari dua gusus yang belawanan
yaitu gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik (Arneli,2003). Gugus hidofobik
(tidak suka air) dari agregat akan membentuk inti dari misel, sedangkan gugus
hidrofilik (suka air) akan membentuk antarmuka dalam kontak dengan tehidrasi
oleh sejumlah molekul air. Misel dapat berperan sebagai kationik, anionik,
ampholitik atau non-ionik. (Domingguet,1997).
Surfaktan yang digunakan pada percobaan ini adalah sodium Lauryl Sulfat
(SLS) yang merupakan detergen yang berfungsi sebagai bahan penghasil busa dan
merupakan surfaktan anionik yang memiliki berat molekul 288,38 g/mol dengan
titik leleh 206 oC (Basri, 1996).
Struktur SLS :
(Basri, 1996)
Dalam medium air sebagai pelarut, gugus hidrofob bersifat menjenuhi air
sedangkan gugus hidrofil bersifat menyukai air dan lebih banyak menentukan
sifat-sifat kimia fisik zat aktif permukaan (Kasasih, 1991). Dalam air, surfaktan
dapat menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan
hidrogen pada permukaan air. Hal ini dilakukan dengan meletakkan kepala
hidrofilnya pada permukaan air dengan ekor-ekor hidrofobiknya terentang
menjauhi permukaan air. (Adamson,1982). Struktur dari kedua gugus :
(Hidrofobik) (nonpolar)
Air
(Hidrofilik) (polar)
(Adamson,1982)
berbagai konsentrasi tersebut. Hasil perhitungan untuk konsentrasi 2 g/l ; 2,1 g/l ;
2,2 g/l ; 2,3 g/l ; 2,4 g/l ; 2,5 g/l berturut-turut yaitu sebesar 65,7822dyne cm-3 ;
57,5594 dyne cm-3 ; 49,3347 dyne cm-3 ; 41,1139 dyne cm-3 ; 32,8911 dyne cm-3 ;
16,4456 dyne cm-3. Besarnya nilai tegangan permukaan untuk masing-masing
larutan tersebut menghasilkan grafik sebagai berikut :
Dari grafik didapatkan bahwa CMC SLS berada pada konsentrasi 2,4 g/L
dengan tegangan permukaan 32,8911 dyne/cm3. Besarnya nilai CMC terjadi
akibat pada permukaan surfaktan berkecenderungan untuk terkumpul pada
permukaan dan menyebabkan terjadinya penurunan tegangan permukaan akibat
kemampuan surfaktan untuk menghasilkan tegangan permukaan melawan
kecenderungan suatu permukaan menyusut (Khopkar, 1990). Hubungan antara
tegangan permukaan yang tajam dengan konsentrasi adalah berbanding terbalik.
Karena gerak partikel semakin kecil sehingga energi antar partikel semakin kecil
juga. CMC dapat teramati ketika 2 titik mengalami penurunan atau kenaikan yang
sangat drastis. Besarnya CMC dari SLS menurut literatur sebesar 0,014 – 0,052
gram/L (journal USU.ac.id). Hasil yang didapatkan berbeda dengan literatur
karena masih adanya busa pada larutan pada saat pengukuran.
VI.3. Turbiditas
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui besarnya perbedaan intensitas
sinar yang diserap dan dipantulkan yang dapat menentukan besarnya CMC dari
surfaktan. Turbiditas merupakan sifat optik akibat disperse sinar dan dapat
dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang di pantulkan terhadap cahaya yang
dating (Khopkar, 2003). Prinsip turbidimetri adalah absorpsi dan penghamburan
cahaya oleh molekul koloid, sedangkan prinsip alat turbidimeter adalah sinar yang
datang menyentuh atau menabrak suatu partikel akan diteruskan dan dipantulkan
(Underwood, 2001).
Kekeruhan
40
30
20
10
0
0.2 0.21 0.22 0.23 0.24 0.25
Konsentrasi
7.2 Saran
7.2.1 Proses pengadukan lebih hati-hati agar tidak mempengaruhi pengukuran
7.2.2 dapat digunakan surfaktan lain dalam mengukur CMC seperti sabun
DAFTAR PUSTAKA
Adamsons,A.W. 1986. Physical Chemistry Of Surface. Fifth edition. New York : John Willey
and Sons Inc.
Duncan.1980. Colloid Chemistry. New York : John Willey and Sons Inc.
Khordi K, M. G.H. 1997. Budidaya Ikan Nila. Semarang : Penerbit Dahara Prize.
Khopkar, S.M. 1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Yogyakarta : UGM Press.
Khopkar, S.M. 1989. Konsep Dasar Kimia Analitik II. Yogyakarta : UGM Press.
Lund,W. 1994. The pharmacemichal Codex Principles and Praches Of Pharmaceutics, 12 th Ed.
London : The pharmaceutical Press.
Rosen.1978. Surfactant & Interfacial Phenomena. New York : John Willey & Sons Inc.
Siahaan,P.2009. Struktur Molekul Pengantar Kimia Super Molekul. Semarang : UNDIP Press.
Praktikan
Mengetahui,
Asisten
Bima Santoso
24030115130128
LAMPIRAN
1. Perhitungan penimbangan SLS
Diketahui : volume larutan SLS = 100 ml = 0,1 L
a. 2 g/L
2g x
=
1 L 0,1 L
x = 2 g/L × 0,1 L
x = 0,2 g
b. 2,1 g/L
2,1 g x
1L
= 0,1 L