Dokumen - Tips Produktivitas Alat Bor Pada Kegiatan Peledakan Overburdendocx
Dokumen - Tips Produktivitas Alat Bor Pada Kegiatan Peledakan Overburdendocx
PELEDAKAN OVERBURDEN
PT. PAMAPERSADA NUSANTARA DISTRIK TOPB DESA
BUHUT JAYA KECAMATAN KAPUAS TENGAH PROVINSI
KALIMANTAN TENGAH
OLEH :
CECEP GUNAWAN
NIM. DBD 109 022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini yang
merupakan hasil Kerja Praktik yang dilakukan selama 2 bulan terhitung dari tanggal 8 juli – 8
september 2013 yang dilakukan pada area kuasa Pertambangan PT. Telen Orbit Prima (TOP)
ini izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Liliana, ST.,MT. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya.
2. Budhi Eter Silam, ST. selaku Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Palangka
Raya.
3. Bapak Stephanus Alexsander, ST.,MT. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Pertambangan
7. Para Dosen dan Pegawai / Karyawan Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Palangka Raya.
8. Bapak Yayan Rudianto selaku Kepala Teknik Tambang PT. Telen Orbit Prima Buhut.
9. Bapak Pitra Darmana selaku Project Manager PT. Pamapersada Nusantara.
10. Bapak Rachyono selaku Departmen Head Production PT. Pamapersada Nusantara.
11. Bapak Kuncono Hariyanto selaku Section Head Drill and Blast PT. Pamapersada
Nusantara.
12. Bapak abdul rahim ,ryan okta sidarta ,julian abdul malik ,edi prayoto selaku group
leader drill and blast sekaligus pembimbing lapangan di Pt. Pamapersada nusantara.
13. Blaster ,explosive material ,admin ,crew drill and blast Pt. Pamapersada nusantara.
14. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu penulis selama menjalani Kerja
praktek di PT. Pamapersada Nusantara.
Penulis menyadari bahwa laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan Kerja Praktek ini. Besar harapan laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat baik
Penulis
DAFTAR ISI
1.3 Manfaat 2
3.4.2 Metode 34
4.1 Hasil 38
5.2 Saran 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
\
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2................................................................................................................Waktu
Penelitian............................................................................................................... 32
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
PT. Pamapersada Nusantara district TOPB adalah salah satu perusahaan batubara
yang terdapat di Desa Buhut, Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan
Tengah. Metode penambangan yang digunakan adalah Open Pit Mining dan kegiatan
penambangan yang dilakukan meliputi land clearing, drill & blast, loading, hauling dan
dumping. Kegiatan yang paling utama dalam penambangan ini adalah pemboran dan
peledakan. Untuk pembongkaran over burden, kelancaran operasi peledakan tergantung pada
kegiatan pemboran yang dilakukan. Oleh karena itu perlu diupayakan metode pemboran yang
optimal. Kegiatan pemboran dipengaruhi oleh kinerja alat bor dan sifat-sifat batuan yang
dibor, sehingga perlu dilakukan suatu kajian terhadap kemampuan produksi alat bor.
1 Mengetahui tentang aktivitas pemboran lubang ledak pada PT. Pamapersada Nusantara
district TOPB.
2 Menghitung produktifitas dari alat bor pada PT. Pamapersada Nusantara district TOPB.
1.3. Manfaat
Manfaat secara umum yang dapat diperoleh dari pelaksanaan kerja praktik ini adalah untuk
pemboran, produktivitas alat bor, dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja alat
bor,waktu efektif alat bor yang dilakukan di area penambangan PT. Pamapersada Nusantara
district TOPB.
1. Apa saja langkah-langkah dalam pemboran lubang ledak pada PT. Pamapersada Nusantara
district TOPB?
2. Bagaimana produktifitas dari alat bor berdasarkan kecepatan pemboran pada PT.
4. Berapakah waktu kerja efektif alat bor untuk mencapai target produksi pada PT.
TOP.
2. Produktifitas dari alat bor berdasarkan kecepatan pemboran pada PT. Pamapersada Nusantara
district TOPB.
3. Produktifitas dari alat bor berdasarkan volume peledakan pada PT. Pamapersada Nusantara
district TOPB.
4. Produksi alat bor berdasarkan volume peledakan terhadap Pencapaian Target produksi tahun
5. Waktu efektif alat bor melakukan pemboran untuk mencapai target produksi pada PT.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pemboran merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam suatu operasi
peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah lubang ledak yang
peledakan, keterampilan operator serta kondisi alat bor yang digunakan dalam proses
pemboran. Hal tersebut wajib diketahui jika diinginkan hasil pemboran yang maksimal
Kinerja suatu mesin bor dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat batuan yang di bor, rock
drillability, geometri pemboran, umur dan kondisi mesin bor, kondisi bit, prepare lokasi dan
ketrampilan operator
Sifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai konsekuensi pada pemilihan
metode pemboran.
a. Kekerasan
Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus terhadap abrasi.
Kekerasan dipakai untuk mengukur sifat–sifat teknis dari material batuan dan juga dipakai
untuk menyatakan berapa besarnya tegangan yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan
pada batuan. Kekerasan merupakan suatu fungsi dari kekerasan, Komposisi butiran mineral,
serta merupakan hal yang utama harus diketahui, karna setelah mata bor menetrasi batuan,
Pada prinsipnya kekuatan batuan tergantung pada komposisi mineral. Diantara mineral–
mineral yang terkandung di dalam batuan, kwarsa yang terkompak atau kuat tekan mencapai
lebih 5,00 MPa, sehingga semakain tinggi kandungan kwarsa, akan memberikan kekuatan
yang menigkat.
c. Elastisitas
Sifat elatisiatas dinyatakan dengan modulus elatisitas atau modulus Young ( E ), dan
regangan lateral dan reganagn aksial. Modulus elastisitas sangat tergantung pada komposisi
mineralnya, porositas, jenis perpindahan dan besarnya beban yang diterapkan. Nilai modulus
elastisitas untuk batuan yang sangat rendah, hal ini disebapkan komposisi mineral dengan
tekturnya, seperti modulus elastisitas pada arah yang sejajar bidang perlapisan selalu lebih
d. Plastisitas
setelah tegangan dikembalikan kondisi awal, dimana batuan tersebut belum hancur. Sifat
plastis tergantung pada komposisi mineral penyusun batuan dan diperbaharui oleh adanya
e. Abrasitas
Abrasitas adalah sifat batuan yang menggores permukaan material lain, ini merupakan
suatu parameter yang mempengaruhi kehausan (umur) mata bor dan batang bor. Kandungan
kwarsa dari batuan biasanya petunjuk yang dipercaya untuk mengukur kehausan mata bor.
a) Kekerasan butir batuan, batuan dengan keberadaan butiran kwarsa mempunyai tingkat abrasi
yang tinggi.
b) Bentuk butir, bila bertuk butir tersebut tidak teratur atau lebih abrasive dibanding dengan
bentuk bulat.
e) Ketidaksamaan, batuan poli mineral sekalipun mempunyai kekerasan sama akan abrasive
f. Tekstur
sehingga dapat di klafikasikan berdasarkan sifat-sifat, ikatan antar butir, bobot isi, dan ukuran
butir. Tekstur juga mempengaruri pemboran. Jika butiran berbentuk lembaran, pemboran
akan lebih sulit di banding dengan permukaan bulat seperti batu pasir. Sedangkan batuan
Struktur geologi seperti patahan, rekahan, kekar, bidang perlapisan berpengaruh kepada
batuan seperti di batu gamping sering mempersulit kinerja pemboran, karena batang bor
dapat terjepit.
Karakteristik pecahan dapat seperti tingkah laku apabila batu di kenai palu. Masing–
masing tipe batuan mempunyai karakteristik pembongkaran yang benareka ragam dan derajat
Drilabilitas batuan adalah temperatur mudah tidaknya mata bor melakukan penetrasi ke
dalam batuan. Drilabilitas batuan merupakan fungsi dari sifat batuan seperti komposisi
Umur dan kondisi mesin bor sangat berpengaruh, karena semakin lama umur alat bor
Kondisi bit sangat berpengaruh pada kecepatan suatu pemboran. Apabila bit dalam
kondisi baik maka kegiatan pemboran dapat berjalan sengan maksimal dan apabila kondisi bit
sudah tidak baik maka kegiatan pengeboran akan menjadi lambat (tidak maksimal).
Penyekrapan lokasi yaitu pembersihan dan perataan lokasi pengeboran sebelum dilakukan
meratakan lokasi pemboran. Tujuan dari penyekrapan lokasi sendiri yaitu agar alat bor dapat
melakukan waktu pindah dari satu titik ke titik yang lain dengan cepat. Semakain baik (rata)
hasil penyekrapan lokasi maka waktu pindah alat bor pun akan semakin cepat.
Gambar 2.1. Kegiatan penyekrapan lokasi
Keterampilan operator tergantung pada individu masing-masing yang dapat diperoleh dari
Geometri pemboran meliputi diameter lubang ledak, kedalaman lubang ledak, kemiringan
Terminologi dan simbol yang digunakan pada geometri peledakan seperti terlihat pada
Gambar 2.10 yang artinya sebagai berikut:`
B = burden ;L = kedalaman kolom lubang ledak
S = spasi ; T = penyumbat (stemming)
H = tinggi jenjang ; PC = isian utama (primary charge atau powder column)
J = subdrilling
Pola pemboran merupakan suatu pola pada kegiatan pemboran dengan menempatkan
lubang – lubang tembak secara sistematis. Berdasarkan letak – letak lubang bor maka pola
saling sejajar pada setiap kolomnya. Sedangkan pola pemboran selang-seling, adalah pola
dengan penempatan lubang-lubang tembak secara selang – seling pada setiap kolomnya.
Dalam penerapannya di lapangan, pola pemboran sejajar merupakan pola yang lebih
mudah dalam melakukan pemboran dan untuk pengaturan lebih lanjut. Tetapi perolehan
fragmentasi batuannya kurang seragam, sedangkan pola pemboran selang – seling lebih sulit
Menurut hasil penelitian di lapangan pada jenis batuan kompak, menunjukan bahwa
hasil produktivitas dan fragmentasi peledakan dengan menggunakan pola pemboran selang-
seling lebih baik dari pada pola pemboran sejajar, hal ini disebabkan energi yang dihasilkan
pada pemboran selang-seling lebih optimal dalam mendistribusikan energi peledakan yang
Gambar 2.6.
Pengaruh energi ledakan pada pola pemboran
satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun antara lubang bor yang satu
dengan lubang bor yang lainnya. Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan urutan waktu
(Gambar 2.14) :
a. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan membentuk
kotak.
b. Corner cut (echelon cut) , yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah satu
c. “V” cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan membentuk huruf
V.
berikut :
a. Pola peledakan serentak , yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan secara serentak untuk
b. Pola peledakan beruntun, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan dengan waktu tunda
Setiap lubang tembak yang akan diledakkan harus memiliki ruang yang cukup kearah
bidang bebas terdekat agar energi terkonsentrasi secara maksimal sehingga lubang tembak
Secara teoritis, dengan adanya tiga bidang bebas (free face) maka kuat tarik batuan
akan berkurang sehingga meningkatkan energi ledakan untuk pemecahan batuan dengan
syarat lokasi dua bidang bebasnya memiliki jarak yang sama terhadap lubang tembak.
Gambar 2.7
Merupakan waktu yang diperlukan alat bor untuk membuat satu lubang ledak dengan
pemboran berlangsung.
Ct = Pt + Bt + St + Dt
Keterangan :
cukup. Semakin banyak jumlah pengamatan (n), hasilnya akan memberikan gambaran
Ctr = Σ Ct / n
Hr = Σ H / n
2.3.2. Kecepatan Pemboran Rata-Rata
Dari hasil pengamatan akan diperoleh kecepatan pemboran rata–rata, yaitu kecepatan
pemboran yang dicapai per satuan waktu dengan memperhitungkan seluruh elemen waktu
yang diperlukan untuk kegiatan pemboran dalam satu putaran peledakan, dinyatakan dalam
m/menit.
- Kecepatan pemboran
H1
= Vt1
Ct
Dimana :
Vt = Kecepatan pemboran
H = Kedalaman lubang tembak
Ct = Cycle time
Persamaan kecepatan pemboran rata-rata :
Efisiensi kerja pemboran dinyatakan dalam persen waktu produktif terhadap waktu
kerja terjadwal. Waktu produktif adalah waktu yang digunakan untuk kerja pemboran.
Ek =
Keterangan :
Volume setara (equivalent volume, Veq) menyatakan volume batuan yang diharapkan
terbongkar untuk setiap meter kedalaman lubang ledak yang dinyatakan dalam m3/m.
Veq =
Keterangan :
V = AxL
Keterangan :
Vt = Hrr
Ctrr
Produksi mesin bor tergantung pada kecepatan pemboran mesin bor, volume setara dan
penggunaan effektif mesin bor. Produksi mesin bor dinyatakan dalam satuan m3/jam.
P = Vt × Veq × Eff × 60
Keterangan :
BAB III
METODE PENELITIAN
Wilayah Kuasa Pertambangan Eksploitasi PT. TOP terletak di Desa Buhut dan
sekitarnya, lebih kurang 223 km ke arah timur laut dari Kota Palangka Raya. Secara
A. Alternatif 1.
Menggunakan jalan darat dengan kendaraan roda empat dengan route sebagai
berikut :
a) Palangka Raya – Kecamtan Timpah (simpang 4 Desa Betapah) ± 3 jam (menggunakan
b) Simpang 4 Desa Betapah – Buhut ± 2 jam (menggunakan kendaraan roda empat).
B. Alternatif 2.
Menggunakan jalan darat dengan kendaraan roda empat dengan route sebagai
berikut :
a) Palangka Raya – Timpah – Pujon ± 3,5 jam (menggunakan kendaraan roda empat).
Data iklim dan curah hujan tahun 2005-2013 untuk wilayah Kecamatan Kapuas Tengah,
menyatakan bahwa daerah penyelidikan beriklim tropis lembab dengan temperatur berkisar
antara 20° – 25° C dan maksimal mencapai 37°C. Intensitas penyinaran matahari selalu
tinggi dan sumberdaya air yang cukup banyak, sehingga menyebabkan tingginya penguapan
yang menimbulkan awan aktif/tebal. Hujan terjadi hampir sepanjang tahun, dimana curah
Tabel 3.1
Curah Hujan Tahunan Kecamatan Kapuas Tengah Tahun 2005-2013
Curah Hujan Hari Hujan
Tahun
(mm) (hh)
1 2 3
2005 3486,1 211
2006 3347,1 188
2007 3534,2 216
2008 3130,3 216
2009 3037,2 171
2010 4273 228
2011 4449 190
2012 3097 191
2013 3150 205
Jenis flora yang masih tumbuh tersisa di daerah penyelidikan antara lain : meranti
ulin, punsi, rotan dan berbagai jenis perdu serta semak belukar. Sedangkan, jenis fauna yang
dijumpai antara lain : ular, biawak, babi hutan, rusa, kancil, kera serta berbagai jenis burung
sekitarnya umumnya terdiri dari Suku Dayak Kapuas, Suku Banjar dan Jawa serta beberapa
suku lainnya adalah merupakan pendatang, khususnya Suku Jawa yang berdiam di sana pada
Suku Dayak Kapuas, sebagian dari mereka telah memeluk agama Kristen dan Islam,
sebagian lainnya masih memeluk agama asal (tradisi) Kaharingan. Para pendatang (Suku
Banjar, Jawa, dll.) umumnya beragama Islam. Kehidupan antar umat beragama terlihat baik,
begitu pula dengan sarana peribadatan yang telah tersedia. Mata pencaharian penduduk
setempat umumnya berladang, berdagang dan sebagian bekerja di Perusahaan. Jumlah rumah
tangga yang ada di desa Buhut jaya sebanyak + 300 kepala keluarga.
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Perusahaan
Secara fisiografi daerah eksplorasi dan sekitarnya merupakan bagian dari tepian utara
sub-cekungan Barito yang berbatasan dengan cekungan Kutai, dimana pada bagian utara dan
barat masing-masing dibatasi oleh Tinggian Kucing dan Paparan Sunda. Secara regional
daerah eksplorasi terpetakan dalam Peta Geologi Regional Lembar Muara Teweh skala 1 :
Mezosoikum yang ditandai dengan munculnya batuan granit, granodiorit, diorite, dan gabro
dalam Kompleks Busang. Kemudian diikuti oleh munculnya batuan gunungapi Kasale dan
pengendapan Kelompok Selangkai pada Kapur Akhir. Pada Awal Eosen Tengah terjadi
kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan gunungapi Nyaan. Pada Kala Eosen Akhir di
Cekungan Barito dan Hulu Mahakam terbentuk Formasi Haloq, Batukelau, Batuayau dan
Barito, sejak Oligosen Akhir hingga Miosen Awal terendapkan Formasi Berai (tersingkap di
daerah eksplorasi), Montalat, Jangkang, Karamuan, Purukcahu yang diikuti oleh kegiatan
gunungapi Malasan. Pada kala yang sama juga terjadi terobosan Sintang. Pada Kala Miosen
Tengah hingga Miosen Akhir diendapkan Formasi Warukin (tersingkap di daerah eksplorasi).
Pada Kala Miosen Akhir hingga Kuarter terjadi kegiatan gunung api Mentulang dan
Bondang.
Struktur geologi yang berkembang berupa sesar, perlipatan dan kelurusan yang
umumnya berarah baratdaya-timurlaut dan barat laut tenggara. Sesar terdiri dari sesar normal,
sesar mendatar dan sesar naik yang melibatkan batuan sedimen berumur Tersier dan Pra
Tersier. Kelurusan-kelurusan diduga merupakan jejak/petunjuk sesar dan kekar yang berarah
sejajar dengan struktur umum. Lipatan-lipatan berupa sinklin dan antiklin seperti halnya
dengan kelurusan juga berarah sejajar dengan struktur regional, timurlaut-baratdaya. Oleh
karena litologi umumnya didominasi oleh batuan yang berumur Tersier, maka diduga
kehadiran sesar, kelurusan dan perlipatan berhubungan erat dengan kegiatan tektonik pada
Zaman Tersier .
3.2.1.1. Morfologi
Wilayah eksplorasi yang meliputi Blok Prospek Buhut dan Bisa (lampiran B)
umumnya ditempati oleh satuan morfologi perbukitan bergelombang rendah – sedang dan
Satuan ini menempati lebih kurang 95% dari wilayah eksplorasi. Umumnya
dijumpai pada wilayah-wilayah di ruas bagian tengah – hingga bagian hulu sungai-sungai
yang mengalir di wilayah ini. Litologi penyusun sebagian besar terdiri dari litologi Formasi
Tanjung (di bagian tengah) dan batuan Pra Tersier (Kelompok Busang) di bagian utara yang
ditempati oleh litologi dari Formasi Berai yang memberikan kenampakan morfologi
(lebih kurang 5%). Satuan ini di jumpai di sekitar wilayah bagian hilir dari wilayah aliran-
Nanopompot serta Sungai Buhut (bagian timur KP). Satuan ini ditempati oleh batuan aluvial
sungai.
Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Blok Prospek Buhut dan Bisa meliputi
Sungai Sekombet, sebuhu yang mengalir ke Sungai Julukan (sebelah barat daerah Blok
Prospek Buhut), serta Sungai Atepbaner, Ahas, Manghantai, Kajaronte, Sepan, Nanapbajang,
Tiwaidiwung dan Nanapompot yang mengalir ke Sungai Buhut di sebelah selatan Blok
huruf “U”, maka daerah tersebut termasuk dalam tahapan sungai dewasa.
3.2.1.2. Stratigrafi
Kabupaten Kapuas sebagian besar adalah batuan yang berumur Tersier (Eosen Akhir –
Miosen Awal) yang terendapkan pada Cekungan Barito. Batuan-batuan tesebut terdiri dari
litologi yang berasal dari Formasi Tanjung dan Formasi Berai. Batuan-batuan sedimen
Tersier tersebut menutupi basement yang berumur Pra Tersier (Mezosoikum) yang disebut
Kompleks Busang (PTub) adalah merupakan basement dari Cekungan Barito dan juga
merupakan tertua yang tersingkap di daerah eksplorasi. Kompleks Busang tersingkap berupa
batuan gabro yang termalihkan, serpentinit dan sekis yang tersingkap di tepian bagian utara
meliputi bagian tengah hingga bagian utara yang penyebarannya memanjang relatif hampir
timur-barat.
Formasi Tanjung dibagi menjadi 2 satuan, yaitu Formasi Tanjung Bagian Bawah dan
Satuan ini umumnya didomonasi oleh batupasir kuarsa di bagian bawah, sedangkan di
bagian tengah hingga bagian atas didominasi oleh batupasir abu-abu dengan sisipan
batulempung, batulanau, batupasir hitam dan batubara. Tebal satuan ini diperkirakan
– buruk, porositas baik, kemas terbuka, didominasi oleh mineral kuarsa. Setempat di bagian
bawah bersifat konglomeratan dengan fragmen berukuran 0.50 – 1.50 cm yang terdiri dari
kuarsa susu, metasedimen, andesit dan basal. Batupasir, berwarna abu-abu terang, keras –
agak rapuh, berbutir sedang – kasar, terpilah baik – sedang, membulat – menyudut tanggung,
didominasi oleh mineral kuarsa dan sebagian kecil hadir mineral hitam (mineral mafik), mika
dan tufa. Batupasir hitam, bersifat karbonan, keras, masif, berbutir halus – sedang, membulat
– menyudut tanggung, terpilah sedang, berbintik putih (material tufa), mengandung kuarsa.
Batulanau, abu-abu kecoklatan, agak keras, sebagian karbonan, struktur sedimen laminasi
sejajar sebagian karbonan dan lensa tipis batubara dan kadang-kadang menyerpih. Di bagian
tengah satuan ini pada batulanau ditemukan jejak fosil berupa fosil foram kecil.
Batulempung, abu-abu kecoklatan, berukuran lempung, agak lunak, sebagian karbonan dan
lensa tipis batubara. Batubara, Bright Coal – Banded Coal, berwarna hitam, kilap sub-
vitreous – vitreous, agak keras – rapuh, pecahan sub-conchoidal – conchoidal, cleat rapat –
jarang dan juga sebagian kecil memperlihatkan lapisan batubara Dull Coal berwarna hitam
kecoklatan – coklat, agak keras – keras, kilap tanah, even, blocky, cleat jarang. Tebal
batubara berkisar 0.15 – 5.07 meter. Batubara umumnya memiliki parting berupa
batulempung karbonan.
Satuan ini terdiri dari perselingan antara batulanau, batupasir dan batulempung
dengan sisipan batubara. Perselingan ini lebih didominasi oleh batulanau. Tebal satuan ini
mencapai >125 meter. Batu lanau, abu-abu terang, keras, sebagian karbonan. Batupasir, abu-
abu terang, agak rapuh, berukuran halus – sedang, sebagian tufaan, terpilah baik, umumnya
didominasi oleh mineral kuarsa. Batulempung, abu-abu terang – abu-abu gelap, sebagian
karbonan, lunak – agak keras. Batubara, Bright Coal – Banded Coal, berwarna hitam, kilap
cleat rapat – jarang dan juga sebagian kecil memperlihatkan lapisan batubara Dull Coal
berwarna hitam kecoklatan – coklat, agak keras – keras, kilap tanah, even, blocky, cleat
jarang. Tebal batubara berkisar 0.15 – 6.77 meter. Batubara umumnya memiliki parting
litoral sampai rawa yang diduga berumur Eosen Akhir (Supriatna dkk., 1995). Formasi
Penyebarannya memanjang timur – barat, seperti yang tersingkap pada di bagian hilir Sungai
Menghantai dan Sungai Tiwaidiwung. Formasi Berai terdiri dari batugamping abu-abu – abu-
abu terang, sangat kompak dan keras, mengandung fosil foram besar dan fosil koral, sebagian
Formasi Berai diendapkan diendapkan secara selaras di atas Formasi Tanjung pada
Kala Oligosen – Miosen Awal dalam lingkungan pengendapan laut dangkal. Ketebalan
Endapan aluvial adalah endapan termuda yang berumur Kuarter (Resen) dan
merupakan endapan hasil rombakan batuan yang lebih tua terdiri dari material berukuran
lumpur, pasir, kerikil dan kerakal yang bersifat lepas. Pada umumnya endapan ini menempati
gosong sungai dan daerah limpahan banjir yang terus berlangsung sampai saat ini. Tebal
umumnya berarah baratdaya-timurlaut dan barat laut tenggara. Sesar terdiri dari sesar normal,
sesar mendatar dan sesar naik yang melibatkan batuan sedimen berumur Tersier dan Pra
Tersier. Kelurusan-kelurusan diduga merupakan jejak/petunjuk sesar dan kekar yang berarah
sejajar dengan struktur umum. Lipatan-lipatan berupa sinklin dan antiklin seperti halnya
dengan kelurusan juga berarah sejajar dengan struktur regional, timurlaut-baratdaya. Oleh
karena litologi umumnya didominasi oleh batuan yang berumur Tersier, maka diduga
kehadiran sesar, kelurusan dan perlipatan berhubungan erat dengan kegiatan tektonik pada
Zaman Tersier
3.2.2.1. Morfologi
Kondisi morfologi daerah penelitian pada Pit Bisa dikategorikan pada kondisi
morfologi bergelombang kuat dengan ketingian diatas 100 m dari permukaan laut.
3.2.2.2. Stratigrafi
Statigrafi wilayah penelitian yang dilakukan pada Pit Bisa adalah formasi Berai dan
memanjang timur – barat, seperti yang tersingkap pada di bagian hilir Sungai Menghantai dan
Sungai Tiwaidiwung. Formasi Berai terdiri dari batugamping abu-abu – abu-abu terang,
sangat kompak dan keras, mengandung fosil foram besar dan fosil koral, sebagian
batuan. Sesar terdiri dari sesar normal, sesar mendatar dan sesar naik, lipatan-lipatan berupa
sinklin dan antiklin. Maka diduga kehadiran sesar, kelurusan dan perlipatan berhubungan erat
Adapun peralatan yang digunakan pada saat penelitian Tugas Akhir selama
5. Laptop.
Penyusunan Laporan Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan dengan metode pustaka,
Studi literatur/metode pustaka dilakukan sebelum dan terus dilakukan selama penyusunan
laporan Tugas Akhir. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan sumber-sumber informasi yang
berkaitan dengan penelitian tentang kegiatan proses peledakan sampai hasil dari peledakan,
serta proses pemuatan hasil dari peledakan yang diterapkan PT. Pamapersada Nusantara
District TOPB dan berbagai referensi kepustakaan yang mendukung terhadap penyusunan
Laporan kerja praktek. Salah satunya adalah modul juru ledak dan buku-buku lainnya.
dokumentasi, dan interview. Kemudian Pengumpulan data-data sekunder berupa data jumlah
bahan peledak, jenis bahan peledak, peralatan peledakan, alat muat, profil perusahaan,
Kemudian data-data yang telah diolah dan dianalisis tersebut disusun menjadi suatu
laporan.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah penelitian langsung di
kemudian dilakukan pengumpulan data dari instansi terkait dan literatur-literatur yang terkait
adalah :
mengambil data geometri peledakan (burden, spacing dan kedalaman), serta pengambilan
Mengolah dan menganalisa data yang ada untuk dapat memecahkan suatu permasalahan,
5. Kesimpulan
BAB IV
4.1. Hasil
Tujuan kegiatan pemboran dan peledakan pada PT. Pamapersada Nusantara distrik
overburden pada tahun 2013 sebanyak 17.018.472 bcm/tahun dapat terpenuhi (Lampiran D).
distrik TOPB:
Merupakan tahap awal untuk mengetahui lokasi yang akan di lakukan kegiatan
pemboran atau perintah kerja harian dikeluarkan oleh dept head produksi kepada head section
penyekrapan
bertujuan untuk meratakan dan gundukan pembatas lokasi, gambar kegiatan penyekrap dapat
Gambar 4.1.
proses kegiatan penyekrapan lokasi pengeboran
Pemasangan titik lubang bor bertujuan untuk mempermudah dalam pembuatan blast
design dan membantu operator untuk melakukan pemboran, Gambar pemasangan titik lubang
Gambar 4.2.
Proses Kegiatan Pemasangan Titik Lubang Bor
dalam satu kali pemboran lubang ledak terdapat beberapa tahap yaitu :
Alat bor yang digunakan dalam kegiatan pemboran adalah alat bor merk Drilltech D
245 S dengan panjang batang bor 8,6 m dan mata bor yang digunakan adalah Tricon bit
dengan diameter 7 7/8 inch ada 2 unit dan diameter 6 ¾ 1 unit. Alat bor tersebut dilengkapi
dengan kompressor type : Two Stage Oil Flooder Screw Type, dengan kapasitas udara sebesar
700 cfm (19,8 m3/mt) mampu menghasilkan tekanan 100 psi ( 689 kPa) dengan putaran
Gambar 4.3.
Alat bor Drilltech D 245 S
4.1.3.1 Lithology
Lithology Batuan Di Pit Bisa Pt.Pamapersada Nusantara Distrik TOPB sebagian besar di
Pola pemboran yang diterapkan di lapangan adalah pola staggert patern (Gambar
4.5). Pola ini digunakan karena secara teoritis energi ledakan yang dihasilkan akan
tersalurkan secara maksimal, sehingga fragmentasi batuan hasil peledakannya akan lebih
seragam dan baik.
Gambar 4.5
Pola pemboran yang diterapkan di lapangan
Merupakan waktu yang diperlukan untuk membuat satu lubang ledak dengan
kedalaman tertentu, termasuk hambatan – hambatan yang terjadi selama kegiatan pemboran
berlangsung.Yang dimaksud dengan cycle time pemboran adalah waktu yang digunakan
untuk melakukan satu siklus gerakan alat pada saat beroperasi dimana siklus (ct) untuk
Berdasarkan pengamatan selama di lapangan waktu rata-rata yang di perlukan alat bor
Untuk mengetahui kecepatan pemboran pada alat bor, maka harus diketahui waktu
yang dibutuhkan oleh alat bor untuk membuat keseluruhan lubang tembak dalam setiap
kegiatan peledakannya. Waktu total yang diperoleh kemudian dibagi sesuai dengan jumlah
lubang tembak, waktu rata-rata inilah yang dianggap sebagai kecepatan pemboran (Vt).
kecepatan pemboran rata-rata dengan kedalaman rata-rata 7,35 meter dan cycle time rata-
= 61.16 m / jam
Efisiensi waktu pemboran merupakan perbandingan antara waktu kerja produktif dari
alat bor dengan waktu kerja yang tersedia setiap harinya dan dinyatakan dalam bentuk
persentase. Dari hasil pengamatan di lapangan diperoleh waktu Efektivitas alat bor sebesar 75
% (Lampiran I).
Volume Setara (equivalent volume, Veq) menyatakan volume batuan yang diharapkan
terbongkar untuk setiap meter kedalaman lubang ledak. Angka ini sangat berguna untuk
menaksir kemampuan alat bor yang digunakan untuk membuat lubang ledak. Nilai (Veq)
alat.
Dari pengamatan di lapangan dan kemudian dilakukan perhitungan, didapatkan nilai
volume setara kondisi saat ini sebesar 52 m3/m dengan burden dan spasi 7 x 8 (Lampiran J).
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan data waktu edar di lapangan maka
didapat jumlah produksi pemboran pada kondisi saat ini sebesar 2.434 bcm/jam dengan
4.2 Pembahasan
masih perlu dibahas secara mendalam. Produktifitas dapat di tentukan dengan berdasarkan
= Hrr
Ctrr
Standar target kedalaman pengeboran lubang ledak per jam untuk satu unit mesin bor
= 61.16 m/jam
1 % dari 60 = 0,6 m
= 1.93 %
Jadi produktifitas alat bor selama melakukan kerja praktek berdasarkan kecepatan
pengeboran alat bor mencapai target sekitar 101,93% dari target yang tetapkan.
Dengan mengetahui kecepatan pemboran maka kita dapat mengetahui hasil lubang
Kecepatan
Kedalama Jumlah
pemboran
n (m) lobang
(m/jam)
8.5 61.16 7
8 61.16 8
7.5 61.16 8
7 61.16 9
6.5 61.16 9
6 61.16 10
5.5 61.16 11
5 61.16 12
4.5 61.16 14
4 61.16 15
Rencana produksi pembongkaran overburden pada tahun 2013 sebanyak 17.018.472 Bcm
unit.Untuk kapasitas produksi overburden untuk 1 unit alat bor sebesar 2.434 m3/jam dengan
= 43.812 bcm
= 14.326.524 bcm
= 82.624 bcm
= 28.653.048 bcm
= 28.653.048 - 17.018.472
= 11.634.576 bcm
= 68,36 %
Jadi produktifitas alat bor mencapai target sebesar 168,36 % dari target yang di tentukan.
bor.
Untuk mencari waktu efektif bekerja 1 unit alat bor per hari adalah :
Jadi waktu efektif rata-rata alat bor melakukan pengeboran untuk mencapai target
produksi perusahaan tahun 2013 sebesar 10,69 jam/hari,sedangkan Waktu standby rata-rata
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan sebelum nya, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Alat bor yang digunakan adalah merk sandvik type Drilltech D 245 S
2. Alat bor yang di gunakan ada 2 (dua) unit yaitu DR93, DR92.
3. Produktifitas alat bor berdasarkan kecepatan pengeboran melebihi target sebesar 101,93 %
atau 61,16 m/jam dari target yang di tentukan sebesar 60 m/jam.
4. Produktifitas alat bor berdasarkan volume peledakan melebihi target sebesar 168 % atau
28.653.048 bcm/tahun dari target yang di tentukan sebesar 17.018.472 bcm/tahun.
5. Selama melakukan kerja praktek waktu siap kerja atau physical avability (PA) dari alat bor
5.2 Saran
1. Untuk mencapai target produksi perusahaan per tahun maka jam kerja alat bor di kurangi .
2. Apabila ingin mengoptimalkan kinerja alat bor maka harus di lakukan penambahan target
produksi perusahaan.
3. Waktu alat Stanby sebesar 7,31 jam/hari sebaiknya di gunakan untuk pencucian alat,
pemeriksaaan alat bor, service ringan/daily check.