Anda di halaman 1dari 103

MODUL PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

MA
N

OLEH :
TIM DOSEN MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

PRODI DIII FARMASI


JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
POLITEKNIK KESEHATAN Kode/No :
KEMENKES 2.60.2/03/7.2/RC/8/R3
TASIKMALAYA Tanggal : 26 Agustus
2019
Revisi : R3
MODUL PRAKTIKUM Halaman :

MODUL PRAKTIK
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI
PRODI D III FARMASI
JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA

Proses Penanggung Jawab Tanggal


Nama Jabatan Tanda
Tangan
1. Perumusan 1. Nunung Yulia, Tim Teaching 20 Agustus
M.Si., Apt Mata Kuliah 2019
2. Adi Wibowo, M.Si., Manajemen
Apt Farmasi
3. Rani Rubiyanti,
M.Farm., Apt
2. Lingga Ikaditya, Ketua 26 Agustus
Pengesahan M.Sc., Apt Jurusan D III 2019
Farmasi

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
VISI
“Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”.

MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan DIII Farmasi yang kompeten sebagai Teknisi
Farmasi Klinik dan Komunitas.
2. Mengembangkan penelitian yang berkualitas di bidang kefarmasian.
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat di bidang kefarmasian.
4. Membuat jejaring kemitraan dengan institusi lain dalam mendukung Tridharma
Perguruan Tinggi.
5. Memupuk jiwa kewirausahaan di bidang kefarmasian.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan Penuntun Praktikum Mikrobiologi dan
Parasitologi dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Penuntun Praktikum ini dibuat
dengan maksud untuk mendukung proses pembelajaran pada mata kuliah Praktikum
Mikrobiologi dan Parasitologi.

Diktat praktikum ini disusun rinci dan sistematis, dilengkapi dengan gambar
sehingga memudahkan praktikan memahami dan mempersiapkan diri sebelum melakukan
kegiatan praktikum. Materi yang disajikan dalam diktat ini mencakup teknik dasar yang
lazim dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi pada umumnya.

Penyusun menyadari bahwa diktat ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penyusun berharap saran maupun kritik demi penyempurnaan diktat ini. Walaupun masih
jauh dari sempurna penyusun berharap diktat ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua. Amin.

Tasikmalaya, Agustus 2015

Tim Penyusun

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan diwajibkan memakai jas laboratorium sebelum memasuki laboratorium dan


dilepas di luar laboratorium.
2. Praktikan yang datang terlambat lebih dari 10 menit mengganti di akhir acara.
3. Praktikan wajib memakai sepatu pada saat praktikum.
4. Praktikan dilarang berbicara yang tidak perlu dan membuat gaduh.
5. Sebelum dan sesudah bekerja, meja praktikum dibersihkan dengan disinfektan.
6. Praktikan memakai pakaian yang sopan pada saat praktikum.
7. Praktikan yang akan berpindah jadwal praktikum harus seizin koordinator praktikum
dengan menyerahkan surat pengantar paling lambat dua hari berikutnya.
8. Praktikan akan dinilai keterampilannya selama praktikum.
9. Praktikan yang tidak hadir praktikum (absen), wajib mengikuti praktikum susulan.
10. Praktikan yang tidak mengikuti asistensi tanpa keterangan tidak mendapatkan nilai
pretest, tapi jika ada izin tertulis maka dapat mengikuti pretest susulan.
11. Praktikan yang tidak mengikuti pengamatan harus mengikuti pengamatan susulan.
12. Dilarang keras makan, merokok dan minum di laboratorium.
13. Dilarang membuang biakan sisa atau habis pakai dan pewarna sisa disembarang
tempat.
14. Laporkan segera jika terjadi kecelakaan seperti kebakaran, biakan tumpah ada yang
menelan bahan kimia, atau biakan kepada asisten
15. Sebelum meninggalkan laboratorium disarankan untuk mencuci tangan dengan
seksama.
16. Kuis akan dilaksanakan pada awal acara sebelum memulai praktikum untuk
mengetahui sejauh mana kompetensi yang dicapai.
17. Inhal kuis akan diadakan satu kali dan nilai yang diambil adalah nilai terbaik.
18. Laporan harus dibawa saat masuk pada praktikum sebagai syarat masuk.
19. Praktikan yang tidak membawa laporan karena tertinggal, tetap diizinkan mengikuti
praktikum tetapi harus mengambil laporan yang tertinggal pada hari itu juga dan
menyerahkkannya ke asisten.
20. Aturan-aturan / tata tertib yang belum tercantum akan diputuskan kemudian.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................
TATA TERTIB PRAKTIKUM ..............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
1. Pengenalan Alat .............................................................................................
2. Sterilisasi ........................................................................................................
3. Pembuatan Media...........................................................................................
4. Isolasi Mikroorganisme .................................................................................
5. Morfologi Mikroorganisme ...........................................................................
6. Menentukan Jumlah dan Ukuran Mikroorganisme........................................
7. Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme.......
8. Daya Oligodinamik dan Antimikroba............................................................
9. Aktivitas Enzimatik Mikroorganisme ............................................................
10. Identifikasi Helmint ......................................................................................
11. Identifikasi Protozoa .....................................................................................
12. Identifikasi Arthropoda .................................................................................

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
BAB I
PENGENALAN ALAT

Kompetensi : mahasiswa mengenal dan mengetahui fungsi dari tiap-tiap alat.

Berikut daftar alat-alat mikrobiologi yang perlu dikenal:

Alat-alat elektrik
 Mikroskop cahaya
 Mikroskop stereo
 Autoklaf elektrik
 Incubator
 Hot plate & stirrer
 Colony counter
 Biological Safety Cabinet (BSC)
 Mikropipet

Alat-alat gelas dan keramik


 Cawan Petri
 Pipet ukur
 Pipet tetes
 Tabung reaksi
 Labu Erlenmeyer
 Glass beads
 Mortar & pestle
 Beaker glass
 Buncen burner
 Gelas ukur
 Batang L / Drugalsky
 Tabung durham

Alat-alat non gelas


 Jarum ndicato / ose
 Pinset
 Filler
 Rak tabung
 pH meter universal

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
 Mikroskop Cahaya (Brightfield Microscope)
Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop cahaya. Dengan
mikroskop kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Pada umumnya mata tidak mampu membedakan benda dengan diameter lebih
kecil dari 0,1 mm. Berikut merupakan uraian tentang cara penggunaan bagian-bagian dan
spesifikasi mikroskop cahaya merk Olympus CH20 yang dimiliki Laboratorium
Mikrobiologi.

Bagian-bagian Mikroskop:
1. Eyepiece / oculars (lensa okuler)
Untuk memperbesar bayangan yang
dibentuk lensa objektif
2. Revolving nosepiece (pemutar lensa
objektif)
Untuk memutar objektif sehingga
mengubah perbesaran
3. Observation tube (tabung pengamatan
/ tabung okuler)
4. Stage (meja benda)
Spesimen diletakkan di sini
5. Condenser (condenser)
Untuk mengumpulkan cahaya supaya
tertuju ke lensa objektif
6. Objective lense (lensa objektif)
Memperbesar ndicato
7. Brightness adjustment knob (pengatur
kekuatan lampu)
Untuk memperbesar dan memperkecil cahaya lampu
8. Main switch (tombol on-off)
9. Diopter adjustmet ring (cincin pengatur diopter)
Untuk menyamakan fokus antara mata kanan dan kiri
10. Interpupillar distance adjustment knob (pengatur jarak interpupillar)
11. Specimen holder (penjepit ndicato)
12. Illuminator (sumber cahaya)
13. Vertical feed knob (sekrup pengatur vertikal)
Untuk menaikkan atau menurunkan object glass
14. Horizontal feed knob (sekrup pengatur horizontal)
Untuk menggeser ke kanan / kiri object glass
15. Coarse focus knob (sekrup ndic kasar)
Menaikturunkan meja benda (untuk mencari ndic) secara kasar dan cepat
16. Fine focus knob (sekrup ndic halus)
Menaikturunkan meja benda secara halus dan lambat
17. Observation tube securing knob (sekrup pengencang tabung okuler)
18. Condenser adjustment knob (sekrup pengatur ndicator)
Untuk menaik-turunkan ndicator

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Prosedur Operasi
1. Menyalakan lampu
a. tekan tombol on (8)
b. atur kekuatan lampu dengan memutar bagian (7)
2. Menempatkan ndicato pada meja benda
a. Letakan object glass di atas meja benda (4) kemudian jepit dengan (11). Jika meja
benda belum turun, diturunkan dengan sekrup kasar (15)
b.Cari bagian dari object glass yang terdapat preparat ulas (dicari dan diperkirakan
memiliki gambar yang jelas) dengan memutar sekrup ndicato dan horizontal (13)
dan (14)
3. Memfokuskan
a. Putar Revolving nosepiece (2) pada perbesaran objektif 4x lalu
putar sekrup kasar (15) sehingga meja benda bergerak ke atas
untuk mencari ndic
b.Setelah ndic perbesaran 4 x 10 didapatkan, maka putar (2) pada
perbesaran selanjutnya yaitu perbesaran objektif 10x. kemudian
putar sekrup halus (16) untuk mendapatkan fokusnya
c. Lakukan hal yang sama jika menggunakan perbesaran yang lebih tinggi.

Berikut adalah tabel yang menunjukan jarak antara ndicato dengan lensa objektif
jika okus telah didapatkan
Perbesaran
4x 10x 40x 60x
objektif
Jarak A
29 6,3 0,53 0,29
(mm)
Catatan: Setelah mendapatkkan ndic pada perbesaran tetentu, ndica 40x, dan ingin
memutar objektif ke perbesaran 100x, maka meja benda tidak perlu
diturunkan dan tidak perlu khawatir bahwa lensa objektif akan menggesek
cover glass karena terdapat sisa jarak A yang lebih kecil antara cover glass
dengan lensa objektif (lihat tabel diatas).
4. Tambahan
a. Jika perlu interpupillar distance adjustment knob (10) dapat digeser, hal ini akan
mengubah dua bayangan yang akan diterima oleh 2 mata menjadi gambar yang
tunggal sehingga sangat membantu dalam mengatasi kelelahan mata.
b. Jika perlu diopter adjustment knob (9) dapat diatur untuk memperoleh bayangan
focus yang seimbang antara mata kanan dan kiri.
c. Pengaturan condenser (5) akan memperjelas bayangan yang tampak dengan
mensetting pada posisi tertinggi (cahaya penuh).

Perbesaran total
Ukuran ndicato yang diamati dapat diperoleh dengan mengalikan perbesaran
lensa okuler dengan lensa objektif. Misal = Okuler (10x) x Objektif (40x) = 400x

Penggunaan minyak imersi


Semakin kecil nilai daya pisah, akan semakin kuat kemampuan lensa untuk
memisahkan dua titik yang berdekatan pada preparat sehingga struktur benda terlihat
lebih jelas. Daya pisah dapat diperkuat dengan memperbesarkan indeks bias atau

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
menggunakan cahaya yang memiliki panjang gelombang (λ) pendek. Biasanya dapat
digunakan minyak imersi untuk meningkatkan indeks bias pada perbesaran 10 x 100
a. Jika fokus pada perbesaran 10 x 40 telah didapatkan maka putar ke perbesaran
objektif 100x
b. tetesi minyak imersi 1 – 2 tetes dari sisi lensa
c. Jika telah selesai menggunakan mikroskop, bersihkan lensa objektif 100x dengan
kertas lensa yang dibasahi xylol

1 2 1 2

 Mikroskop stereo (Zoom Stereo Microscope)


Mikroskop ini berfungsi untuk melihat objek yang membutuhkan perbesaran tidak
terlalu besar. Di Laboratorium Mikrobiologi, mikroskop stereo biasanya digunakan untuk
mengamati secara detail bentuk koloni dan jamur. Berikut merupakan uraian tentang
mikroskop stereo yang dimiliki Laboratorium Mikrobiologi yaitu Zoom Stereo
Microscope, Olimpus SZ3060.

1. Oculars eyepiece (lensa okuler)


2. Diopter adjustment ring (cincin pengatur
diopter)
3. Zoom control knob (sekrup pengatur
pembesaran)
4. Focusing knob (sekrup pengatur ndic)
5. Stage plate (pelat tempat specimen
diletakkan)
6. Stage clip (penjepit ndicato / preparat)

Prosedur operasi
1. Letakkan ndicato / preparat di stage plate (5), jepit jika perlu
2. Atur perbesaran pada perbesaran terkecil dengan memutar Zoom Control Knob
(3) kemudian dicari fokusnya dengan memutar Focusing Knob (4)
3. Jika ingin mendapatkan bayangan yang lebih besar, putar Zoom Control Knob (3)
ke perbesaran yang lebih tinggi kemudian dicari fokusnya
Mikroskop ini memiliki pilihan perbesaran:

Okuler Objektif total


0,67 x 6,7 x
0,9 x 9x
10 x 1x 10 x
2x 20 x
4x 40 x

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
 Autoklaf (Autoclave)

Diagram autoklaf vertical


1. Tombol pengatur waktu
mundur (timer)
2. Katup pengeluaran uap
3. pengukur tekanan
4. kelep pengaman
5. Tombol on-off
6. Termometer
7. Lempeng sumber panas
8. Aquades (dH2O)
9. Sekrup pengaman
10. batas penambahan air

Autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang
digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang
digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121oC (250oF). Jadi
tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15
pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk 121oC.

Cara Penggunaan :
1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air
kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut.
Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.
2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol beretutup ulir, maka tutup
harus dikendorkan.
3. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap yang
keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu.
4. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC.
5. Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan
terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup
(dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15’ dimulai sejak
tekanan mencapai 2 atm.
6. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun
hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge
menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi
autoklaf dengan hati-hati.

 Inkubator (Incubator)
Inkubator adalah alat untuk menginkubasi atau memeram
mikroba pada suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan
pengatur suhu dan pengatur waktu. Kisaran suhu untuk
ndicator produksi Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70oC.

 Hot plate stirrer dan Stirre bar


Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi
untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan.
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Pelat (plate) yang terdapat dalam alat ini dapat dipanaskan sehingga mampu
mempercepat proses homogenisasi. Pengadukan dengan bantuan batang magnet Hot plate
dan magnetic stirrer seri SBS-100 dari SBS® misalnya mampu menghomogenkan sampai
10 L, dengan kecepatan sangat lambat sampai 1600 rpm dan dapat dipanaskan sampai
425oC.

 Colony counter
Alat ini berguna untuk mempermudah perhitungan koloni
yang tumbuh setelah diinkubasi di dalam cawankarena adanya
kaca pembesar. Selain itu alat tersebut dilengkapi dengan skala/
kuadran yang sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan
koloni sangat banyak. Jumlah koloni pada cawan Petri dapat
ditandai dan dihitung otomatis yang dapat di-reset.

 Biological Safety Cabinet


Biological Safety Cabinet (BSC) atau dapat juga disebut Laminar Air Flow (LAF)
adalah alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC mempunyai pola
pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasisinar UV
beberapa jam sebelum digunakan. Prosedur penggunaan BSC seri 36212, Purifier™
Biological Safety Cabinet dari LABCONCO yang dimiliki laboratorium mikrobiologi
adalah sebagai berikut:
1. Hidupkan lampu UV selama 2 jam, selanjutnya matikan
segera sebelum mulai bekerja
2. Pastikan kaca penutup terkunci dan pada posisi terendah
3. Nyalakan lampu neon dan blower
4. Biarkan selama 5 menit
5. Cuci tangan dan lengan dengan sabun gemisidal /
alkohol 70 %
6. Usap permukaan interior BSC dengan alkohol 70 % atau
disinfektan yang cocok dan biarkan menguap
7. masukkan alat dan bahan yang akan dikerjakan, jangan
terlalu penuh (overload) karena memperbesar resiko kontaminan
8. Atur alat dan bahan yang telah dimasukan ke BSC sedemikian rupa sehingga efektif
dalam bekerja dan tercipta areal yang benar-benar steril
9. Jangan menggunakan pembakar Bunsen dengan bahan bakar alkohol tapi gunakan
yang berbahan bakar gas.
10. Kerja secara aseptis dan jangan sampai pola aliran udara terganggu oleh aktivitas
kerja
11. setelah selesai bekerja, biarkan 2-3 menit supaya kontaminan tidak keluar dari BSC
12. Usap permukaan interior BSC dengan alkohol 70 % dan biarkan menguap lalu tangan
dibasuh dengan disinfektan
13. Matikan lampu neon dan blower

 Mikropipet (Micropippete) dan Tip


Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil,
biasanya kurang dari 1000 µl. Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya
mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara
1µl sampai 20 µl, atau mikropipet yang tidak ndi diatur volumenya, hanya tersedia satu
pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 µl. dalam penggunaannya,
mukropipet memerlukan tip.
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Mikropipet tip

Cara Penggunaan :
1. Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk memastikan
lancarnya mikropipet.
2. Masukkan Tip bersih ke dalam Nozzle / ujung mikropipet.
3. Tekan Thumb Knob sampai hambatan pertama / first stop, jangan ditekan lebih ke
dalam lagi.
4. Masukkan tip ke dalam cairan sedalam 3-4 mm.
5. Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan dari Thumb Knob maka
cairan akan masuk ke tip.
6. Pindahkan ujung tip ke tempat penampung yang diinginkan.
7. Tekan Thumb Knob sampai hambatan kedua / second stop atau tekan semaksimal
mungkin maka semua cairan akan keluar dari ujung tip.
8. Jika ingin melepas tip putar Thumb Knob searah jarum jam dan ditekan maka tip akan
terdorong keluar dengan sendirinya, atau menggunakan alat tambahan yang berfungsi
mendorong tip keluar.

 Cawan Petri (Petri Dish)


Cawan petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi)
mikroorganisme. Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah
dan cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia
dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa
berdiameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15-20 ml,
sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi media
sebanyak 10 ml.
 Pipet Ukur (Measuring Pippete)
Pipet ukur merupakan alat untuk memindahkan larutan
dengan volume yang diketahui. Tersedia berbagai macam
ukuran kapasitas pipet ukur, diantaranya pipet berukuran 1 ml,
5 ml dan 10 ml. Cara penggunaanya adalah cairan disedot
dengan pipet ukur dengan bantuan filler sampai dengan volume
yang diingini. Volume yang dipindahkan dikeluarkan menikuti
skala yang tersedia (dilihat bahwa skala harus tepat sejajar
dengan mensikus cekung cairan) dengan cara menyamakan
tekanan filler dengan udara sekitar.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
 Pipet tetes (Pasteur Pippete)
Fungsinya sama dengan pipet ukur, namun volume yang
dipindahkan tidak diketahui. Salah satu penerapannya adalah
dalam menambahkan HCl / NaOH saat mengatur pH media,
penambahan reagen ada uji biokimia, dll.

 Tabung reaksi (Reaction Tube / Test Tube)


Di dalam mikrobiologi, tabung reaksi digunakan untuk
uji-uji biokimiawi dan menumbuhkan mikroba.Tabung
reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Tutup tabung
reaksi dapat berupa kapas, tutup metal, tutup ndicat atau
aluminium foil. Media padat yang dimasukkan ke tabung
reaksi dapat diatur menjadi 2 bentuk menurut fungsinya,
yaitu media agar tegak (deep tube agar) dan agar miring
(slants agar). Untuk membuat agar miring, perlu
diperhatikan tentang kemiringan media yaitu luas
permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit
atau tidak terlalu lebar dan hindari jarak media yang terlalu dekat dengan mulut tabung
karena memperbesar resiko kontaminasi. Untuk alas an efisiensi, media yang
ditambahkan berkisar 10-12 ml tiap tabung.

 Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask)


Berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan yang.
Labu Erlenmeyer dapat digunakan untuk meracik dan
menghomogenkan bahan-bahan komposisi media, menampung
akuades, kultivasi mikroba dalam kultur cair, dll. Terdapat beberapa
pilihan berdasarkan volume cairan yang dapat ditampungnya yaitu
25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml, dsb.

 Gelas ukur (Graduated Cylinder)


Berguna untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu ndicator , gelas ukur
memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya. Pada saat mengukur volume
larutan, sebaiknya volume tersebut ditentukan berdasarkan ndicato cekung larutan.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
 Batang L (L Rod)
Batang L bermanfaat untuk
menyebarkan cairan di permukaan
agar supaya bakteri yang tersuspensi
dalam cairan tersebut tersebar
merata. Alat ini juga disebut
spreader.

 Mortar dan Pestle


Mortar dan penumbuk (pastle) digunakan untuk menumbuk atau
menghancurkan materi cuplikan, ndica daging, roti atau tanah
sebelum diproses lebih lanjut.

 Beaker Glass
Beaker glass merupakan alat yang memiliki banyak fungsi. Di
dalam mikrobiologi, dapat digunakan untuk preparasi media media,
menampung akuades dll..

 Pembakar Bunsen (Bunsen Burner)


Salah satu alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang
steril adalah pembakar ndica. Api yang menyala dapat membuat
aliran udara karena oksigen dikonsumsi dari bawah dan diharapkan
kontaminan ikut terbakar dalam pola aliran udara tersebut. Untuk
sterilisasi jarum ose atau yang lain, bagian api yang paling cocok
untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru (paling
panas). Perubahan ndica dapat menggunakan bahan bakar gas atau
ndicato.
 Glass Beads
Glass Beads adalah manik-manik gelas kecil yang digunakan untuk meratakan
ndicato biakan dengan menyebarkan beberapa butir di atas permukaan agar dan
digoyang merata. Glass beads digunakan pada teknik spread plate yang fungsinya sama
dengan batang L atau Spreader.

 Tabung Durham
Tabung durham berbentuk mirip dengan tabung reaksi namun ukurannya lebih kecil
dan berfungsi untuk menampung/menjebak gas yang terbentuk akibat ndicator pada
bakteri yang diujikan. Penempatannya terbalik dalam tabung reaksi dan harus terendam
sempurna dalam media (jangan sampai ada sisa udara).
 Jarum Inokulum
Jarum ndicato berfungsi untuk memindahkan biakan untuk
ditanam/ditumbuhkan ke media baru. Jarum ndicato biasanya
terbuat dari kawat nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar
jika terkena panas. Bentuk ujung jarum dapat berbentuk lingkaran
(loop) dan disebut ose atau inoculating loop/transfer loop, dan yang
berbentuk lurus disebut inoculating needle/Transfer needle.
Inoculating loop cocok untuk melakukan streak di permukaan agar,
sedangkan inoculating needle cocok digunakan untuk inokulasi secara

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
tusukan pada agar tegak (stab inoculating). Jarum ndicato ini
akan sangat bermanfaat saat membelah agar untuk preprasi
Heinrich’s Slide Culture.
 Pinset
Pinset memiliki banyak fungsi diantaranya adalah untuk
mengambil benda dengan menjepit misalnya saat memindahkan
cakram ndicator .

 pH Indikator Universal
berguna untuk mengukur/mengetahui pH suatu larutan. Hal
ini sangat penting dalam pembuatan media karena pH pada
media berpengaruh terhadap petumbuhan mikroba. Kertas pH
ndicator dicelupkan sampai tidak ada perubahan warna
kemudian strip warna dicocokkan dengan skala warna acuan.

 Pipet Filler / Bulb


Filler adalah alat untuk menyedot larutan yang
dapat dipasang pada pangkal pipet ukur. Karet sebagai
bahan filler merupakan karet yang resisten bahan kimia.
Filler memiliki 3 saluran yang masing-masing saluran
memiliki katup. Katup yang bersimbol A (aspirate)
berguna untuk mengeluarkan udara dari gelembung. S
(suction) merupakan katup yang jika ditekan maka cairan dari ujung pipet akan tersedot
ke atas. Kemudian katup E (exhaust) berfungsi untuk mengeluarkan cairan dari pipet
ukur.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
BAB II
MEDIA PERTUMBUHAN
Kompetensi : Mahasiswa dapat membuat media pertumbuhan Nutrient Agar dan Potato
Dextrose Agar

Media pertumbuhan :
a. Pengertian dan fungsi
b. Bahan-bahan media pertumbuhan
b.1 Bahan dasar
b.2 Nutrisi atau zat makanan
b.3 Bahan tambahan
b.4 Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan media
c. Macam-macam media pertumbuhan
c.1 Berdasarkan sifat fisik
c.2 Berdasarkan komposisi
c.3 Berdasarkan tujuan
d. Pembuatan Nutrient Agar dan Nutrient Broth
e. Pembuatan Potato Dextrose Agar

Pengertian dan Fungsi


Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul
kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat
dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi
media pertumbuhannya.

Bahan-bahan media pertumbuhan


1. Bahan dasar
 air (H2O) sebagai pelarut
 agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit
didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu 45 oC.
 gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer
asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih
banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar.
 Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga
sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media
bagi mikroorganisme autotrof obligat.
2. Nutrisi atau zat makanan
Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel yaitu
berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg dan unsur
pelikan/trace element.
 Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik atau
anorganik esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof memerlukan sumber
karbon organik antara lain dari karbohidrat, lemak, protein dan asam organik.
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
 Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen lain.
Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti urea.
 Vitamin-vitamin.
3. Bahan tambahan
Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan
tujuan tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk
indikator perubahan pH akibat produksi asam organik hasil metabolisme. Antibiotik
ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba non-target/kontaminan.
4. Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan media
 Agar, agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan
terbuat dari beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai pemadat
(gelling).
 Peptone, peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti
otot, liver, darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya
tergantung pada bahan asalnya dan bagaimana cara memperolehnya.
 Meat extract. Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa,
plasenta dan daging sapi.
 Yeast extract. Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat
alkohol. Yeast extract mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B
complex).
 Karbohidrat. Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam
amino dan gas dari karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunkan
dalam amilum, glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dll. Konsentrasi
yang ditambahkan untuk analisis fermentasi adalah 0,5-1%.

Macam-Macam Media Pertumbuhan


1. Medium berdasarkan sifat fisik
 Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin
media menjadi padat..
 Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga
menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat
dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media
tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri
yang tumbuh pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan
membentuk cincin hijau kebiruan di bawah permukaan media, jika media ini
cair maka cincin ini dapat dengan mudah hancur. Semisolid juga bertujuan
untuk mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth,
kondisi anaerob atau sedikit oksigen meningkatkan metabolisme nitrat tetapi
bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata diseluruh media.
 Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB
(Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).
2. Medium berdasarkan komposisi
 Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan
takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.
 Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara
pasti, misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa
dan ekstrak kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui
secara detail tentang komposisi senyawa penyusunnya.
 Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak
dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
dasarnya, misalnya Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic
Extract.

3. Medium berdasarkan tujuan


 Media untuk isolasi
Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba,
misalnya Nutrient Broth, Blood Agar.
 Media selektif/penghambat
Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu
sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan
merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria
Bertani medium yang ditambah Ampicillin untuk merangsang E.coli resisten
antibotik dan menghambat kontaminan yang peka, Ampicillin. Salt broth yang
ditambah NaCl 4% untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang toleran
terhadap garam.
 Media diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk
pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum,
kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu.
Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi
sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen kompleks,
misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, Serum Agar, dll.
 Media untuk peremajaan kultur
Media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan kultur
 Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik.
Media ini digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis metabolisme suatu
mikroba. Contohnya adalah Koser’s Citrate medium, yang digunakan untuk
menguji kemampuan menggunakan asam sitrat sebagai sumber karbon.
 Media untuk karakterisasi bakteri
Media yang digunakan untuk mengetahui kemempuan spesifik suatu mikroba.
Kadang-kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan
kimia. Contohnya adalah Nitrate Broth, Lactose Broth, Arginine Agar.
 Media diferensial
Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya berdasar
karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial, misalnya TSIA
(Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria berdasarkan
bentuk, warna, ukuran koloni dan perubahan warna media di sekeliling koloni..

Pembuatan Nutrient Agar dan Nutrient Broth


 Pembuatan Nutrient Agar
 Timbang komponen medium dengan menggunakan timbangan analitis untuk
volume yang diinginkan sesuai dengan
komposisi berikut:
 Beef extract 3g
 Peptone 5g
 Agar 15 g
 Akuades s.d 1000 ml
 Akuades sebanyak 1000 ml dibagi menjadi dua
satu bagian untuk melarutkan Beef extract dan
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
peptone dan sebagian lagi untuk melarutkan agar. Sebaiknya air untuk melarutkan
agar lebih banyak
 Larutkan agar pada sebagian air tersebut
dengan mengaduk secara konstan dan diberi
panas. Dapat menggunakan kompor gas atau
hot plate stirrer (jangan sampai overheat,
karena akan terbentuk busa dan memuai
sehingga tumpah).
 Sementara itu sebagian akuades digunakan
untuk melarutkan peptone dan beef extract,
cukup dengan pengadukan.
 Setelah keduanya larut, larutan dituangkan ke
larutan agar dan diaduk sampai homogen.
Kemudian pH media diukur dengan
mencelupkan kertas pH indikator. pH media
NA diatur hingga 7,4 ± 0,2. Jika pH tidak
sesuai maka dapat ditambahkan HCl/NaOH.
 Setelah itu media dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer dan disterilisasi dengan autoklaf.
 Tuang media steril ke cawan petri steril secara aseptis. Jika diinginkan media
tegak atau miring pada point ke 5, media langsung dituang ke tabung kemudian
disterilisasi.

 Pembuatan Nutrient Broth


Komposisi untuk media NB sama dengan NA tetapi tidak memakai agar.

Pembuatan Potato Dextrose Agar (PDA)


 Timbang komponen media dengan menggunakan timbangan analitis untuk
volume yang diinginkan sesuai dengan komposisi berikut:
 Potato/kentang 3g
 Peptone 5g
 Agar 15 g
 Akuades s.d 1000 ml
 (sebelum ditimbang, sebaiknya kentang dikupas dan diiris kecil-kecil)

 Rebus kentang dalam sebagian akuades tadi selama


1-3 jam sampai lunak, kemudian diambil ekstraknya
dengan menyaring dan memerasnya menggunakan
kertas saring lalu ditampung di Beaker glass baru.
 Agar dilarutkan dengan Hot Plate Stirrer dalam 50
ml akuades lalu setelah larut dapat ditambahkan
dekstrosa dan dihomogenkan lagi.
 Setelah semua larut, ekstrak kentang dan
agar-dekstrosa dicampur dan
dihomogenkan. Atur pH media menjadi 5-
6 dengan meneteskan HCl/NaOH.
 Media dituang ke dalam Erlenmeyer atau
ke tabung reaksi kemudian siap untuk
disterilisasi.
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
BAB III
STERILISASI

Kompetensi : mahasiswa dapat melakukan sterilisasi dengan autoklaf, filtrasi, tyndalisasi


dan kerja aseptis.

Sterilisasi :
1. Pengertian sterilisasi
2. Macam-macam sterilisasi
a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)
b. Sterilisasi secara fisik
 Pemanasan
- Dengan api langsung
- Panas kering
- Uap air panas
- Uap air panas bertekanan
 Penyinaran UV
c. Sterilisasi secara kimia  dengan larutan disinfektan
3. Prosedur/Teknik aseptis
a. Mensterilkan meja kerja
b. Memindahkan biakan (streak)
c. Menuang media
d. Pipetting
4. Prinsip cara kerja autoklaf
5. Sterilisasi dengan cara penyaringan
6. Tyndalisasi
7. Sterilisasi dengan udara panas
8. Prinsip kerja Biological Safety Cabinet

Pengertian
Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua
bentuk kehidupan.

Macam-macam sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik,
fisik dan kimiawi.
1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat
kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan
tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya
larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
 Pemanasan
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung,
contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas
kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung
reaksi dll.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung
air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
 Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet
dengan disinari lampu UV
3. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa disinfektan antara lain
alkohol.
Berbagai prosedur umum kerja dalam mikrobiologi yang membutuhkan teknik
asepti

Desinfeksi meja kerja

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Saran-saran kerja aseptis :
1. Sebelum membuka tabung/cawan/erlenmeyer, bagian mulut dibakar/dipanaskan
untuk mencegah kontaminasi.
2. Pinset, batang L, dll dapat dicelupkan alkohol terlebih dahulu lalu dibakar.
3. Ujung jarum inokulum dipanaskan hingga berpijar, dinginkan sebelum digunakan
dengan tetap menjaga kondisi aseptis
4. Selalu bekerja dekat api

Prinsip cara kerja autoklaf


Autoklaf digunakan untuk sterilisasi pada tekanan 15 psi (2 atm), suhu 1210C dan
umunya diperlukan waktu selama 15 menit. air.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam
autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air
yang terbentuk mendesak udara yang mengisi
autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti
dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga
tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai
tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi
dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur.
Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas
dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan
hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka
sebelum tekanan mencapai 0 psi.
Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
dengan sempurna dapat digunakan mikroba pengguji yang bersifat termofilik dan
memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia
secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam
autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika
media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik.
Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :
 Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
 Paelarut organik, seperti fenol
 Buffer engan kandungan detergen, seperti SDS
Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan
hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sbb :
 Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat
 Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa
garam mineral lain.
 Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar
 Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf
 Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0
Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya, sisa
ruang dibirkan kosong.

Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi)


Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yagn mudah
rusak jika terkena panas atu mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi
dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang
berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan
tersaring dengan metode ini.
Sterilisasi dengan penyaringan dapat dilakukan dengan berbagai cara :
 Non-disposable filtration apparatus
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 20-1000 ml
 Disposable filter cup unit
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 15-1000 ml
 Disposable filtration unit dengan botol penyimpan
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 15-1000 ml
 Syringe filters
- Ditekan seperti jarum suntik
- Volume 1-20 ml
 Spin filters
- Ditekan dengan gaya setrifugasi
- Volume kurang dari 1 ml

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Cara kerja menggunakan Non-disposable filtration apparatus
 Sterilkan saringan (dapat menggunakan saringan Bekerfeld, Chamberland
Zeitz), membran penyaring (kertas saring) dan erlenmeyer penampung.
 Pasang atau rakit alat-alat tersebut secara aseptis (sesuai gambar), lalu isi corong
dengan larutan yang akan disterilkan.
 Hubungkan katup erlenmeyer dengan pompa vakum kemudian hidupkan pompa.
 setelah semua larutan melewati membran filter dan tertampung dierlenmeyer,
maka larutan dapat dipindahkan kedalam gelas penampung lain yang sudah steril
dan tutup dengan kapas atau aluminium foil yang steril.

Tyndalisasi
Konsep kerja metode ini merip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air dan
tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode ini. Misalnya
susu yang disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan bahan yang
berpati disterilkan pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan terhidrolisis.
Cara kerja :
 Bahan dimasukkan kedalam erlenmeyer atau botol dan ditutup rapat dengan
sumbat atau aluminium foil.
 Erlenmeyer/botol lalu dimasukkan kedalam alat sterilisasi (alat standar
menggunakan Arnold Steam Sterilizen atau dandang).
 Nyalakan sumber panas dan tunggu hingga termometer menunjukkan suhu 1000C
kemudian hitung waktu mundur hingga 30 menit (uap panas yang terbentuk akan
mematikan mikroba).
 Setelah selesai alat sterilisasi dimatikan dan bahan yang steril dikeluarkan.
 Setelah 24 jam, bahan tersebut di sterilkan lagi dengan cara yang sama, sedang
waktu ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan spora atau sel vegetatif yang
belum mati untuk tumbuh sehingga mudah dibunuh.

Sterilisasi dengan udara panas (Dry heat sterilization)


Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti
cawan petri, pipet ukur dan labu erlenmyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan udara
panas tidak akan timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) didalam alat
gelas.
 Bungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil
 Atur pengatur suhu oven menjadi 1800C dan alat disterilkan selama 2-3 jam.

Prinsip kerja Biological Saferty Cabinet


Biological Safety Cabinet merupakan kabinet kerja yang sterilkan untuk kerja
mikrobiologi. BSC memiliki suatu pengatur aliran udara yang menciptakan aliran udara
kotor (dimungkinkan ada kontaminan) untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter.
BSC juga disebut biosafety hood, dan juga dikenal dengan Laminar flow hood
atau Class II vertical flow cabinet yang menyediakan alat filtrasi dan aliran udara yang
bersirkulasi didalam ruang kerja. Aliran udara diatur untuk menghambat udara luar
masuk dan udara di dalam keluar, untuk mencegah kontaminasi dari luar dan pencemaran
bakteri dari ruang BSC. Udara yang keluar disaring melewati penyaring sehingga sel-sel
yang berbahaya tidak lepas keluar ke ruangan lain.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
BAB III

ISOLASI MIKROORGANISME
Kompetensi: mahasiswa dapat memisahkan mikroba dari campurannya sehingga
didapat kultur murni.

Isolasi Mikroorganisme:
a. Pengertian
b. Teknik Pengambilan sample
c. Isolasi dengan cara pengenceran
1) Teknik preparasi suspensi
 Swab
 Rinse
 Maserasi
2) Teknik pengenceran bertingkat
3) Teknik penanaman
 Dari suspensi (spread dan pour plate)
 Dengan goresan (streak dan quadrant streak inoculation)
d. Prosedur isolasi bakteri dari sampel
e. Prosedur isolasi jamur dari sampel

Pengertian
Di alam populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri
dari campuran berbagai macam sel. Di dalam laboratorium populasi bakteri inidapat
diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi,
sifat dan kemampuan biokimiawinya.

Teknik Pengambilan Sampel


Sebelum melakukan isolasi terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel.
Berikut merupakan prosedur pengambilan sampel.
1. Sampel tanah
Jika mikroorganisme yang diinginkan kemungkinan berada di dalam tanah, maka
cara pengambilannya disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan. Misal jika yang
diinginkan mikroorganisma rhizosfer maka sampel diambil dari sekitar perakaran dekat
permukaan hingga ujung perakaran..
2. Sampel air
Pengambilan sampel air bergantung kepada keadaan air itu sendiri. Jika beerasal
dari air sungai yang mengalir maka botol dicelupkan miring dengan bibir botol melawan
arus air. Bila pengambilan sampel dilakukan pada air yang tenang, botol dapat dicelupkan
dengan tali, jika ingin mengambil sampel dari air keran maka sebelumya keran dialirkan
dulu beberapa saat dan mulut kran dibakar.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Isolasi Dengan Cara Pengenceran (Dilution)
1. Teknik Preparasi Suspensi
Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam akuades steril. Tujuan
dari teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari
substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Macam-macam preparsi
bergantung kepada bentuk sampel :

a. Swab (ulas), dilakukan menggunakan cotton bud steril yang


dilembabkan dengan air, air pepton atau larutan garam fisiologis
steril selanjutnya diusapkan pada permukaan sampel.

b. Rinse (bilas) ditujukan untuk melarutkan sel-sel mikroba yang


menempel pada permukaan substrat dengan cara memasukkan
sampel misalnya daun bunga atau potongan daging yang sudah
diketahui beratnya ke dalam air dengan rasio 1 : 9 (w/v).

c. Maseration (pengancuran), sampel yang berbentuk padat dapat


ditumbuk dengan mortar dan pestle kemudian dilarutkan ke
dalam air dengan rasio 1 : 9 (w/v).

2. Teknik Pengenceran Bertingkat

Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah


mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat
pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga
pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisma dari pengenceran
sebelumnya.
Cara Kerja :
Sampel yang mengandung bakteri dimasukan ke dalam tabung pengenceran
pertama (1/10 atau 10-1) secara aseptis. Perbandingan berat sampel dengan volume
tabung pertama adalah 1 : 9. Setelah sampel masuk lalu dilarutkan dengan mengocoknya.
Diambil 1 ml dari tabung 10-1 dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke tabung
-2
10 secara aseptis kemudian dikocok sampai homogen. Pemindahan dilanjutkan hingga
tabung pengenceran terakhir dengan cara yang sama, hal yang perlu diingat bahwa pipet
ukur yang digunakan harus selalu diganti.

3. Teknik Penanaman
a. Teknik penanaman dari suspensi
Teknik penanaman ini merupakan lajutan dari pengenceran bertingkat. Pengambilan
suspensi dapat diambil dari pengenceran mana saja tapi biasanya untuk tujuan isolasi
(mendapatkan koloni tunggal) diambil beberapa tabung pengenceran terakhir.
a.1. Spread Plate (agar tabur ulas)
Spread plate adalah teknik menanam dengan menyebarkan suspensi bakteri di
permukaan agar diperoleh kultur murni. Adapun prosedur kerja yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut :
 Ambil suspensi cairan senamyak 0,1 ml dengan pipet ukur kemudian teteskan
di atas permukaan agar yang telah memadat.
 Batang L atau batang drugalsky diambil kemudian disterilkan kemudian
digunakan untuk meratakan suspensi pada permukaan media
 Batang L dan drugalsky dapat digantikan dengan glass beads.

a.2. Pour Plate (agar tuang)


Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>45oC) untuk dituang ke dalam
petri berisi suspensi bakteri kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Adapun
prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
 Siapkan cawan steril, tabung pengenceran yang akan ditanam dan media padat
yang masih cair (>45oC)
 Teteskan 1 ml secara aseptis.suspensi sel kedalam cawan kosong
 Tuangkan media yang masih cair ke cawan kemudian putar cawan untuk
menghomogenkan suspensi bakteri dan media, kemudian diinkubasi.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
b. Teknik Penanaman dengan Goresan (Streak)
Bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan
kultur ke dalam medium baru.
b.1 Goresan Sinambung
Cara kerja :
 Sentuhkan inokulum loop pada koloni dan gores secara kontinyu sampai setengah
permukaan agar.
o
 Jangan pijarkan loop, lalu putar cawan 180 C lanjutkan goresan sampai habis.
Goresan sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni
tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru.

b.2 Goresan T
Cara kerja :
 Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker
 Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag
 Panaskan jarum inokulan dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan streak zig-zag
pada daerah 2 (streak pada gambar). Cawan diputar untuk memperoleh goresan
yang sempurna
 Lakukan hal yang sama pada daerah 3

B.3 Goresan Kuadran (Streak quadrant)


Cara kerja :
Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda yaitu dibagi
empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih mengandung banyak sel
mikroorganisma.Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari goresan pertama
sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni tunggal.

Cara Kerja Isolasi Bakteri dari Sampel Tanah :


 Tanah seberat 1 g dimasukan ke dalam tabung pengenceran 10-1 secara aseptis
dan selanjutnya dilakukan pengenceran bertingkat sampai 10-8
 Tiga pengenceran terakhir diambil 0,1 ml untuk ditanam secara spread plate pada
medium NA, setelah selesai, diinkubasi pada 37oC selama 1x24 jam
 Koloni akan tumbuh pada ketiga cawan tersebut kemudian dipilih koloni yang
relatif terpisah dari koloni lain dan koloni yang mudah dikenali
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
 Koloni yang terpilih kemudian ditumbuhkan atau dimurnikan ke NA baru dengan
teknik streak kuadran
 Inkubasi 1x24 jam.

Cara Kerja Isolasi Jamur dari Tanah :


 Tanah dalam cawan petri dipanaskan dengan oven pada suhu 80oC selama 30
menit dengan cawan petri untuk membunuh sel vegetatiftetap bertahan
 Tanah yang telah dioven diambil 1 g kemudian dimasukan ke dalam tabung
pengenceran bertingkat
 Tiga pengenceran terakhir diambil untuk ditanama secara spread plate ke media
PDA yang ditambah streptomycin atau penicillin. Kemudian diinkubnasi pada
suhu ruang 5-7 hari
 Koloni jamur yang tumbuh dimurnikan dan ditanam pada medium PDA baru,
 Inkubasi pada suhu ruang 5-7 hari.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
FAKTOR LINGKUNGAN YANG BERPENGARUH TERHADAP
PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

Kompetensi: mahasiswa mengetahui pengaruh suhu, tekanan sinar UV dan pH terhadap


pertumbuhuan Mikroorganisme

Faktor lingkungan :
a. pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroorganisme
b. pengaruh tekanan osmotik terhadap pertumbuhan mikroorganisme
c. pengaruh sinar ultraviolet tehadap pertumbuhan mikroorganisme
d. pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroorganisme

Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroorganisme


Berdasarkan suhu optimum untuk pertumbuhan maka dapat dikelompokan
menjadi 3 yaitu : 1. psikrofilik(0-200C), 2. mesofilik Mesofilik (25-400C), 3. termofilik
(50-1000C). Suhu merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan kehidupan
mikroorganisme, pengaruh suhu berhubungan dengan aktivitas enzim. Suhu rendah
menyebabkan aktiivtas enzim menurun dan jika suhu terlalu tinggi dapat mendenaturasi
protein enzim.
Cara Kerja :
 8x2 tabung yang berisi Nutrient Broth untuk
suhu inkubasi 50C, 250C, 370C, dan 500C dan
mikroorganisma yang berbeda (E.coli dan
Bacillus sp.) diberi label . Setelah diinokulasi
dengan bekteri yang berbeda, diinkubasi sesuai
suhu yang tertera
 setelah ditumbuhkan selama 48 jam,
bandingkan derajat kekeruhannya.

Pengaruh tekanan osmotik terhadap


pertumbuhan mikroorganisme
Keberadaan mikroorganisma dilingkungan
dapat dipengaruhi kepekatan suspensi/cairan di lingkungan. Bila kepekatan suspensi di
lingkungan tinggi maka isi sel akan ke luar. Sebaliknya kepekatan suspensi di lingkungan
rendah maka akan terjadi pergerakan massa cair ke dalam sel
Cara Kerja:
 buat 4 buah cawan Nutrient Agar yang
mengandung NaCl 0,5%, 3%, 5% dan 15%.
 Setiap konsentrasi, cawan dibagi menjadi 2 dengan
spidol kemudian labeli dengan bakteri E.coli dan
Bacillus sp.
 Inokulasikan E.coli dan Bacillus sp. dengan streak
kontinyu
 Gunakan kontrol untuk masing-masing biakan
dengan media yang tidak ditambahi NaCl.
 Inkubasi selama 48 jam dan amati pertumbuhannya

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Pengaruh sinar ultraviolet terhadap pertumbuhan mikroorganisme
Sinar UV panjang gelombang 210-300 nm
dapat membunuh mikroorganisme jika di
paparkan. Komponen seluler yang dapat menyerap
sinar UV adalah asam nukleat sehingga dapat
rusak dan menyebabkan kematian.
Cara Kerja:
 Inokulasikan Aspergillus sp., E.coli dan
Bacillus sp. pada 3 cawan NA.
 Dedahkan ketiga cawan tersebut pada sinar UV
dengan panjang 254 nm selama 1 menit, 5
menit, dan 15 menit (ingat tutup cawan dibuka
dan diusahakan lingkungan sekitar steril). Jarak antar UV dan cawan sekitar 12 inchi
 Gunakan kontrol untuk masing-masing biakan dengan tidak memaparkan pada sinar
UV
 Inkubasi selama 48 jam dan amati pertumbuhan koloninya

Pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroorgansime


pH berpengaruh terhadap sel dengan mempengaruhi metabolisme, pada umumnya
bakteri tumbuh dengan baik pada pH netral (7,0). Berdasarkan nilai pH yang
dibutuhkan untuk kehidupannya dikenal 3 kelompok mikroorganisme yaitu : 1.
Acidofilik, 2 Mesofilik/Neutrofilik dan 3. Basofilik
Cara Kerja :
 Buatlah tabung reaksi berisi NB dan atur pH-nya (pH
3, 7 dan 9) masing-masing 2 tabung untuk tiap nilai
pH
 Labeli dengan nama bakteri yang akan
diinokulasikan
 Inokulasi tiap tabung dengan Bacillus sp dan E.coli
lalu diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam
 Amati perbedaan kekeruhan pada tiap nilai pH

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
MORFOLOGI MIKROBA
Kompetensi : mahasiswa dapat mengenali bentuk dan morfologi sel dan koloni
mikroorganisme

a. Bakteri
a.1 mengamati morfologi koloni bakteri
a.1.1 pada media cawan
a.1.2 pada agar miring
a.1.3 pada agar tegak
a.1.4 pada media cair
a.2 mengamati morfologi sel bakteri
a.2.1 dengan pewarnaan sederhana
a.2.2 dengan pewarnaan negatif
a.2.3 dengan pewarnaan gram
a.2.4 dengan pewarnaan endospora
a.3 mengamati motilitas bakteri
a.3.1 pengamatan langsung
a.3.2 pengamatan tidak langsung
b. Yeast
b.1 mengamati morfologi koloni yeast (pada agar cawan)
b.2 mengamati morfologi sel yeast (dengan pewarnaan sederhana)
c. Kapang
c.1 mengamati morfologi koloni kapang (pada agar cawan)
c.2 mengamati morfologi sel kapang (dengan metode slide culture)

Bakteri
A. Mengamati Morfologi Koloni Bakteri
Kegiatan ini merupakan tindakan pertama kali jika ingin mempelajari suatu jenis
bakteri lebih lanjut, khususnya untuk tujuan identifikasi. Setelah mendapatkan kultur
murni maka biakan yang diinginkan ditumbuhkan ke berbagai bentuk media untuk
dikenali ciri koloninya.
Cara Kerja :
 Tumbuhkan biakan pada media NA cawan dengan streak kuadran
 Tumbuhkan biakan pada media NA miring dengan pola inokulasi yang tegak lurus
 Tumbuhkan biakan pada media NA tegak dengan stab inoculation
 Tumbuhkan biakan pada media NB

A.1. Pertumbuhan pada Cawan Petri


Ciri-ciri yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
 Ukuran; pinpoint/punctiform (titik)

Small (kecil)

Moderate (sedang)

Large (besar)

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
 Pigmentasi : mikroorganisme kromogenik sering memproduksi pigmen
intraseluler, beberapa jenis lain memproduksi pigmen ekstraseluler yang dapat
terlarut dalam media
 Karakteristik optik : diamati berdasarkan jumlah cahaya yang melewati koloni.
Opaque (tidak dapat ditembus cahaya), Translucent (dapat ditembus cahaya
sebagian), Transparant (bening)

 Bentuk : Circular Elevasi : Flat

Irregular Raised

Spindle Convex

Filamentous
Umbonate

Rhizoid

 Permukaan : Halus mengkilap


Kasar
Berkerut
Kering seperti bubuk
 Margins :

Entire

Lobate

Undulate

Serrate

Felamentous

Curled

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
A.2. Pertumbuhan pada Agar Miring
Ciri-ciri koloni diperoleh dengan menggoreskan jarum inokulum tegak dan lurus
Ciri koloni berdasarkan bentuk:

A.3 Pertumbuhan pada Agar Tegak


Cara penanaman adalah dengan menusukkan jarum inokulum needle ke dalam
media agar tegak.
Ciri-ciri koloni berdasar bentuk :

Ciri koloni berdasar kebutuhan O2 :

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
A.4 Pertumbuhan pada Media Cair
Pola pertumbuhan berdasarkan kebutuhan O2

A. Mengamati Morfologi Bakteri


Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan
perbesaran 100x10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa
pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri
dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi
dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan.
Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian
yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan
positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna
memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif
banyak banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain
Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin, Malachite Green dll. Sedangkan
zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll.
Pewarnaan
 Pewarnaan sederhana
- pewarnaan positif
- pewarnaan negatif
 Pewarnaan diferensial
- pewarnaan gram
- pewarnaan acid fast dll.
 Pewarnaan khusus
- pewarnaan endospora
- pewarnaan flagella dll.

B.1. Pewarnaan Sederhana (Pewarnaan Positif)


Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas object glass yang
kemudian difiksasi. Jangan menggunakan suspensi bakteri yang terlalu padat, tapi jika
suspensi bakteri terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan saat mencari bakteri dengan
mikroskop. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada
object glass tanpa merusak struktur selnya.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Cara Kerja :
 Bersihkan object glass dengan kapas
 Jika perlu tulislah kode atau nama bakteri pada sudut object glass
 Bila menggunakan biakan cair maka pindahkan setetes biakan dengan pipet tetes
atau dapat juga dipindahkan dengan jarum inokulum. Jangan lupa biakan dikocok
terlebih dahulu. Jika digunakan biakan padat, maka biakan dipindahkan dengan
jarum inokulum, satu ulasan saja kemudian diberi akuades dan disebarkan supaya
sel merata.
 Keringkan ulasan tersebut sambil memfiksasinya dengan api bunsen (lewatkan di
atas api 2-3 kali)
 Setelah benar-benar kering dan tersebar selanjutnya ditetesi dengan pewarna
(dapat digunakan Methylen blue, Safranin, Crystal Violet) dan tunggu kurang
lebih 30 detik.
 Cuci dengan akuades kemudian keringkan dengan kertas tissue
 Periksa dengan mikroskop (perbesaran 100 x 10).

B.2 Pewarnaan Negatif


Beberapa bakteri sulit diwarnai dengan zat warna basa. Tapi mudah dilihat
dengan pewarnaan negatif. Zat warna tidak akan mewarnai sel melainkan mewarnai
lingkungan sekitarnya, sehingga sel tampak transparan dengan latar belakang hitam.
Prosedur:
 Ambil dua object glass, teteskan nigrosin atau tinta cina di ujung kanan salah satu
object glass
 Biakan diambil lalu diulaskan atau diteteskan dalam tetesan nigrosin tadi, lalu
dicampurkan
 Tempelkan sisi object glass yang lain kemudian gesekkan ke samping kiri
 Biarkan preparat mengering di udara, jangan difiksasi atau dipanaskan di atas api.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
1 2

3 4

A.3. Pewarnaan Gram


Adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan
dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalam langkah
awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan
di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis
bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram
negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis.
Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua
lapis membran sel.Berikut merupakan prosedur pewarnaan Gram:

Cara Kerja : Dampak/Hasil


1.Buat preparat ulas (smear) yang Sel bakteri tertempel pada permukaan
telah difiksasi dari bakteri gram kaca (object glas)
positif misal Bacillus subtilis dan
gram negatif misal Escherichia coli
2.Teteskan kristal violet sebagai Kristal ungu akan mewarnai seluruh
pewarna utama pada kedua preparat , permukaan sel bakteri gram positif dan
usahakan semua ulasan terwarnai dan negatif
tunggu selama ± 1 menit
3.Cuci dengan akuades mengalir
4.Teteskan mordant (lugol,s iodine) Adanya lugol’s iodine menyebabkan
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
lalu tunggu ± 1 menit adanya ikatan CV dengan iodine yang
akan meningkatkan afinitas pengikatan
zat warna oleh bakteri. Pada gram
positif dapat terbentuk CV iodin-
ribonukleat pada dinding sel
5.Cuci dengan akuades mengalir
6.Beri larutan pemucat (ethanol 96%/ Penetesan etanol absolut menyebabkan
aseton) setetes demi setetes hingga terbentuknya pori-pori pada gram
etanol yang jatuh berwarna jernih. negatif yang memiliki banyak lapisn
Jangan sampai terlalu banyak lemak (lipid larut dalam etanol),
(overdecolorize) sehingga komplek CV-iodine akan
lepas dari permukaan sel gram negatif,
sedangkan pada gram positif CV-iodine
tetap menempel di dinding sel, sel
gram negatif menjadi bening
7.Cuci dengan akuades mengalir
8.Teteskan counterstain (safranin) dan Safranin akan mewarnai sel gram
tunggu selama ± 45 detik negatif menjadi berwarna merah,
sedangkan gram positif tidak
terpengaruh. Counterstain hanya
berfungsi sebagai pengontras saja
9.Cuci dengan akuades mengalir
10.Keringkan preparat dengan kertas
tissue yang ditempelkan di sisi ulasan
(jangan sampai merusak ulasan) lalu
biarkan mengering di udara.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pewarnaan gram adalah sbb:
 Fase yang paling kritis dari prosedur di atas adalah tahap dekolorisasi yang
mengakibatkan CV-iodine lepas dari sel. Pemberian ethanol jangan sampai berlebih
yang akan menyebabkan overdecolorization sehingga sel gram positif tampak seperti
gram negatif. Namun juga jangan sampai terlalu sedikit dalam penetesan etanol
(underdecolorization) yang tidak akan melarutkan CV-iodine secara sempurna
sehingga sel gram negatif seperti gram positif.
 Preparasi pewarnaan gram terbaik adalah menggunakan kultur muda yang tidak lebih
lama dari 24 jam. Umur kultur akan berpengaruh pada kemampuan sel menyerap
warna utama (CV), khususnya pada gram positif. Mungkin akan menampakkan gram
variabel yaitu satu jenis sel, sebagian berwarna ungu dan sebagian merah karena
pengaruh umur. Walaupun ada beberapa species yang memang bersifat gram variabel
seperti pada genus Acinetobacter dan Arthrobacter.

B.4. Pewarnaan Endospora


Anggota dari genus Clostridium, Desulfomaculatum dan Bacillus adalah bakteri
yang memproduksi endospora dalam siklus hidupnya. Endospora merupakan bentuk
dorman dari sel vegetatif, sehingga metabolismenya bersifat inaktif dan mampu bertahan
dalam tekanan fisik dan kimia seperti panas, kering, dingin, radiasi dan bahan kimia.
Tujuan dilakukannya pewarnaan endospora adalah membedakan endospora dengan sel
vegetatif, sehingga pembedaannya tampak jelas.
Endospora tetap dapat dilihat di bawah mikroskop meskipun tanpa pewarnaan dan
tampak sebagai bulatan transparan dan sangat refraktil. Namun jika dengan pewarnaan

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
sederhana, endospora sulit dibedakan dengan badan inklusi (kedua-duanya transparan, sel
vegetatif berwarna), sehingga diperlukan teknik pewarnaan endospora. Berikut
merupakan prosedur pewarnaan endospora dengan metode Schaeffer-Fulton.

Cara Kerja : Dampak/Hasil


1.Buat preparat ulas dari Bacillus Sel bakteri menempel pada permukaan
subtilis lalu tutup dengan kertas merang object glass
2.Tetesi ulasan pada object glass Malachite green akan mewarnai sel
dengan Malachite green di atas kertas vegetatif bakteri. Endospora sukar
merang. Letakan di atas air yang menyerap zat warna, sekali diberi zat
mendidih. Biarkan 5 menit. Dijaga warna, warna tersebut sulit dilunturkan.
jangan sampai kering. Jika bagian Untuk mewarnainya dilakukan
pinggir mulai mengering, tambahkan pemanasan untuk mempermudah
lagi Malachite Green. penetrasi Malachite green ke dinding
endospora.
3.Setelah dingin, bilas object glass Air digunakan sebagai agen dekolorasi
dengan akuades mengalir sel. Setelah perlakuan di atas Malachite
green tidak melekat kuat dengan sel
vegetatif. Pembilasan dengan akuades
akan melunturkan Malachite green pada
sel vegetatif
4.Tetesi dengan safranin sebagai Safranin akan mewarnai sel vegetatif
counter stain, diamkan selama + 45 menjadi merah, warna ini tidak
detik mempengaruhi warna hijau endospora.
5.Cuci kering anginkan

Pemberian Malachite green

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Pelunturan dengan air mengalir

Penambahan safranin

Cuci dan keringkan


Berikut merupakan beberapa tipe endospora dan contohnya :

C. Mengamati motilitas
C.1 Pengamatan Langsung
Cara Kerja :
 Teteskan biakan bakteri motil seperti Bacillus atau E.coli ke object glass
(sebaiknya dari biakan cair). Jika digunakan biakan padat maka ulas dengan jarum
inokulum lalu ditambah akuades satu tetes, ratakan.
 Tutup dengan cover glass
 Amati menggunakan mikroskop dengan perbesaran maksimak. Bakteri akan
tampak transparan dan pola pergerakannya tidak beraturan. Hati-hati jangan salah

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
membedakan antara sel yang bergerak sendiri karena flagel atau bergerak terkena
aliran air.

C.2 Pengamatan tidak langsung


Cara Kerja :
 Tanam biakan pada media NA tegak atau Media Motilitas
dengan cara tusuk (Stab inoculation) sedalam + 5 mm.
 Inkubasi pada suhu 370 C selama 1x 24 jam
 Hasil positif (motil) jika bakteri tumbuh pada seluruh
permukaan media, hasil negatif menunjukan bakteri hanya
tumbuh pada daerah tusukan saja
Bakteri motil akan bermigrasi ke seluruh permukaan agar
dan bekas tusukan

Yeast / Khamir
A. Mengamati morfologi koloni yeast
 Tanam biakan yeast (dapat berupa Sacharomyces cereviceae atau Candida
albicans) pada PDA dengan cara streak
quadrant.
 Inkubasi selama 2x24 jam.
 Setelah didapatkan koloni tunggal, pengamatan
ciri-ciri morfologi koloni hampir sama dengan
ciri morfologi bakteri.

B. Mengamati Morfologi Sel Yeast


Yeast merupakan fungi mikroskopik
uniseluler, tidak membentuk hifa (beberapa
spesies dapat membentuk pseudohifa). Bentuk
selnya bervariasi dapat berbentuk bulat, bulat
telur, bulat memanjang dengan ukuran 1-9x20 μm. Beberapa spesies yeast
memiliki sifat dimorfisme yaitu bentuk sel tunggal dan bentuk hifa atau
pseudohifa. Pseudohifa adalah hifa yeast yang terbentuk dari rangkaian sel hasil
pembelahan aseksual secara budding, tetapi tidak melepaskan diri dari induk.
Morfologi internal sel mudah dilihat dan terdiri dari inti dan organel seperti
mitkondria, grannula lemak dan glikogen.
B.1 Melihat bentuk sel Yeast
Cara Kerja :
 Tumbuhkan Sacharomyces cereviceae pada glukosa cair selama 24 jam.
 Ulaskan suspensi biakan pada object glass lalu teteskan Methilene Blue hingga
rata (jangan difiksasi).
 Tutup preparat dengan cover glass.
 Amati dengan perbesaran 40x10 atau 100x10.
B.2 Melihat bentuk spora sel Yeast
Cara kerja :
 Buat preparat ulas dari biakan yeast pada Goodkowa Agar yang berumur 10 hari.
 Fiksasi dengan api bunsen.
 Warnai dengan cara Shager dan Fulgen yaitu:
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Tetesi preparat dengan Malachite Green dan biarkan 30-60 detik. Panasi preparat
dengan api bunsen selama + 30 detik (sampai timbul uap). Cuci preparat dengan
air mengalir. Keringkan dengan tissue kemudian biarkan pada udara terbuka.
Amati di bawah mikroskop. Perhatikan spora yang berwarna

Kapang / Jamur
Jamur merupakan mikroba dengan struktur talus
berupa benang-benang (hifa) yang terjalin seperti jala
(myselium). Hifa dapat berekat (septat) dengan inti
tunggal/ lebih dan hifa tidak bersekat (aseptat).
Penampakan morfologi koloni pada umumnya seperti
benang (filamentous) yang pertumbuhannya
membentuk lingkaran. Morfologi koloninya dapat
dengan mudah dibedakan dengan bakteri walaupun ada
beberapa jenis bakteri yang koloninya mirip jamur,
seperti dari kelompok Actinomycetes atau Bacillus
mycoides. Koloni kapang memiliki keragaman warna
yang muncul dari sporanya.

A. Mengamati morfologi koloni kapang


Cara kerja :
 Tanam/pindahkan biakan kapang dengan jarum inokulum needle yang diletakan
di tenganh-tengah cawan petri.
 Inkubasi selam beberapa hari.
 Amati pertumbuhan koloni (miselium) yang menyebar.

B. Mengamati sel morfologi kapang dengan metode Slide Culture (Microculture)


Teknik ini bertujuan untuk mengamati sel kapang dengan menumbuhkan spora
pada object glass yang ditetesi media pertumbuhan. Pengamatan struktur spora dan
miselium dapat juga dilakukan dengan preparat ulas seperti yang telah diuraikan di
depan. Namun seringkali miselium atau susunan spora menjadi pecah atau terputus
sehingga penampakan di mikroskop dapat membingungkan. Dengan teknik ini, spora dan
miselium tumbuh langsung pada slide sehingga dapat mengatasi masalah tersebut.

B.1 Metode Heinrich’s, cara kerja :


 Siapkan object glass, cover glass, tissue basah yang dimasukkan dalam cawan dan
sterilkan dengan autoclave.
 Setelah selesai sterilisasi berikan lilin (parafin-petrolatum) steril pada sebelah kiri
dan kanan tempat yang akan ditutup cover glass (aseptis).
 Tutup dengan cover glass.
 Teteskan suspensi spora jamur dalam media cair pada media cover glass yang
tidak diberi lilin. Berikan sampai setengah luasan cover glass. Tekan cover galss
secara media merata.
 Inkubasi pada suhu kamar selama 3x24 jam.
 Ambil preparat dan amati di bawah mikroskop.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
B. 2 Metode Riddel, cara kerja :
 Persiapan sama seperti di atas
 Setelah semua steril, potong media Saboraud Dextrose Agar steril berbentuk
kubus dan letakkan di atas object glass.
 Inokulasikan spora jamur pada bagian atau potongan agar.
 Tutup potongan agar dengan cover glass.
 Inkubasi pada suhu kamar selama 3x24 jam.
 Ambil preparat dan diamati di bawah mikroskop.

B.3 Prosedur yang lebih sederhana, cara kerja :


 Sterilkan cawan petri yang berisi kapas yang di atasnya terdapat object glass dan
cover glass.
 Siapkan media PDA dan dijaga supaya tetap cair.
 Teteskan media PDA pada object glass secara aseptis lalu tunggu memadat
(teteskan jangan terlalu banyak).

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
 Belah media yang memadat dengan jarum inokulum yang berujung L.
 Ulaskan spora jamur yang akan diamati pada belahan tersebut.
 Tutup dengan cover glass tepat di atas media dan tekan hingga merata.
 Inkubasi selama 2x24 jam.
 Amati pertumbuhan miselium dan spora pada object glass dengan perbesaran
sedang

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
MENENTUKAN UKURAN & JUMLAH MIKROBA

Kompetensi : - Mahasiswa dapat melakukan pengukuran sel mikroorganisme


- Mahasiswa dapat melakukan perhitungan mikroba dengan cara Plate
Count, MPN dan dengan haemocytometer

Menentukan jumlah dan ukuran mikroba


a. Menentukan ukuran mikroba
Menggunakan mikrometer
b. Menentukan jumlah mikroba (enumerasi)
b.1 Penghitungan jumlah bakteri hidup (penghitungan tidak langsung)
b.1.1 Plate count (hitungan cawan)
b.1.1.1 Cara kerja SPC
b.1.1.2 SPC
b.1.2 MPN
b.2 Penghitungan jumlah bakteri secara keseluruhan (penghitungan langsung
dengan haemocytometer

 Menentukan Ukuran Mikroorganisme


Mikroba berukuran sangat kecil dan untuk mengetahuinya digunakan mikrometer.
Mikrometer merupakan kaca berskala dan dikenal 2 jenis micrometer yaitu mikrometer
okuler dan mikrometer objektif. Mikrometer okuler dipasang pada lensa okuler
mikroskop, sedangkan micrometer objektif berbentuk slide yang ditempatkan pada meja
preparat mikroskop. Jarak antar garis skala pada mikrometer okuler tergantung pada
perbesaran lensa objektif yang digunakan yang menentukan lapang pandang mikroskop.
Jarak ini dapat ditentukan dengan mengkalibrasi antara mikrometer okuler dan objektif.
Mikrometer objektif memiliki skala yang telah diketahui, menjadi tolak ukur untuk
menentukan ukuran skala micrometer okuler. 1 skala micrometer objektif = 0,01 mm / 10
µm.
Kalibrasi dilakukan dengan menghimpitkan skala mikrometer objektif dan okuler
pada perbesaran yang diinginkan. Skala ke nol (garis pertama) kedua mikrometer
disimpulkan menjadi 1 garis kemudian dilihat pada skala ke berapa kedua jenis
mikrometer tersebut bertemu/berhimpit kembali. Dari hasil tersebut dapat diketahui satu
satuan panjang pada skala mikrometer okuler itu berdasarkan beberapa jumlah skala kecil
mikrometer objektif yang berada di antara garis yang berhimpit tadi.

1 skala okuler = Jarak yang diketahui antara 2 garis pada mik. Objektif
(O.D = Okuler Division) Jarak skala pada mikrometer okuler

= 0,01 X Skala Objektif (mm)


Skala Okuler

= 10 X Skala Ob (µm)
Skala Ok

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Misal : jika skala ke 0 mikrometer okuler berhimpit dengan skala ke 0 mikrometer
objektif lalu skala ke 13 mikrometer okuler berhimpit dengan skala ke 2 mikrometer
objektif maka beberapa 1 skala okuler.

1 Skala Okuler = 0,01 x 2/13


= 0,02 = 0,00154 mm = 1,54 µm
13
Cara Kerja :
Kalibrasi :

 Letakkan mikrometer objektif pada meja benda dan pasang mikrometer okuler pada
tabung lensa okuler.
 Tentukan perbesaran yang digunakan, (misalnya 40 X 10) kemudian cari gambar
perbesaran dari skala mikrometer objektif.
 Setelah fokus didapat, kemudian selanjutnya himpitkan skala ke nol mikrometer
objektif dan okuler.
 Cari dengan teliti skala ke berapa antara mikrometer objektif dan okuler yang
berhimpit lagi.
 Hitung besarnya skala okuler dengan rumus di atas.

Cara kalibrasi cara mengukur mikroba


Penentuan ukuran mikroba
 Lepaskan mikrometer objektif dari meja benda.
 Ganti dengan preparat ulas yang telah disiapkan
 Cari fokus dari preparat tersebut dengan perbesaran yang sama.
 Hitung berapa panjang sel dengan menghitung skala mikrometer okuler.
 Jika diperlukan hitung lebar sel dengan cara yang sama. Tabung lensa okuler
dapat diputar dan dicari posisi yang pas.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
 Hitung panjang dan lebar sel sebenarnya :
x skala okuler X hasil kalibrasi
y skala okuler X hasil kalibrasi
misal : 5 X 1,54 = 7,7 µm
2 X 1,54 = 3,08 µm

 Menentukan jumlah mikroorganisme (enumerasi)


b.1. Penghitungan jumlah bakteri hidup (tidak langsung)
b.1.1. Plate Count (hitungan cawan)
Plate count / viable count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel
mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah
ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai. Setelah diinkubasi,
jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah
mikroorganisme dalam suspensi tersebut.
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena
beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai.
Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml. koloni
yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran bertingkat
dari sebuah sampel yang ingin diketahui jumlah bakterinya.
Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah sebagai berikut “
- Satu koloni dihitung 1 koloni.
- Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.
- Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.
- Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung
2 koloni.
- Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan)
tidah dihitung.
- Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1
koloni.

Cara menghitung sel relatif / CFU’s per ml


CFU’s / ml = jumlah koloni X Faktor pengenceran
Misal : penanaman dilakukan dari tabung pengenceran 10-6 dengan
metode Spread Plate dan Pour Plate.

Spread plate : koloni = 50 = 50 x 106 CFU’s / 0,1 ml


Fp = 1/10 -6 = 50 000 000 CFU’s / 0,1 ml
SP = 0,1 ml = 500 000 000 CFU’s / ml
= 5x108 CFU’s / ml
Pour plate : koloni = 50 = 50 x 106 CFU’s / 1 ml
Fp = 1/10 -6 = 50 000 000 CFU’s / 0,1 ml
SP = 1 ml = 5x107 CFU’s / ml

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
b.1.1.1. Prosedur perhitungan jumlah bakteri dengan metode Plate Count.

 Lakukan preparasi suspensi kepada sampel terlebih dahulu (swab, maserasi


dan rinse) (jika perlu).
 Masukkan sampel ke tabung berisi 9 ml akuades untuk pengenceran
pertama, selanjutnya diencerkan sampai tingkat pengenceran (misalnya
sampai 10-8) tertentu.
 Dari 3 pengenceran terakhir diplating (ditanam) ke media NA (Nutrien
Agar) atau PCA (Plate Count Agar) sebanyak dua kali tiap pengenceran
(duplo). Plating dapat secara Spread Plate atau Pour Plate. Jika secara
Spread Plate, dapat digunakan batang L atau glass beads.
 Inkubasi pada suhu 30º C selama 1-2 x 24 jam.
 Setelah tumbuh, koloni dihitung dengan persyaratan SPC

Penghitungan koloni pada cawan sebaiknya


dibuat transek atau dibagi-bagi jika koloni yang
tumbuh terlalu banyak. Transek dibuat dengan
spidol/marker di bagian bawah cawan petri. Pola
transek dapat dibuat bervariasi, tergantung
kebutuhan. Penghitungan akan lebih mudah bila
memakai Coloni Counter.

b.1.1.2. Standard Plate Count (SPC)


Koloni yang dipilih untuk dihitung menggunakan cara SPC memiliki syarat
khusus berdasarkan statistic untuk memperkecil kesalahan dalam perhitungan.
Perhitungan mengacu kepada standar atau peraturan yang telah ditentukan. Syarat-
syaratnya sebagai berikut :
- Bila diperoleh perhitungan > 300 dari semua pengenceran, maka hanya dari
pengenceran tertinggi yang dilaporkan. Misalnya dengan cara menghitung
jumlahnya pada ¼ bagian (transek) cawan kemudian hasilnya dikalikan empat.
Hasilnya dilaporkan sebagai lebih dari 300 dikalikan dengan besarnya faktor
pengenceran, tetapi jumlah sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
10-2 10-3 10-4 SPC Keterangan
6
3,0X10
TNTC TNTC 358 Pngc.trtgg(10-4)
(3,6X106)
3,0X105
TNTC 325 18 Pngc.trtgg(10-3)
(3,3X105)
- Apabila setiap pengenceran digunakan 2 cawan petri (duplo), maka jumlah
angka yang digunakan adalah data dari kedua cawan, tidak boleh diambil salah
satu, meskipun salah satu dari cawan duplo tersebut tidak memenuhi syarat di
antara 30-300. Data yang dilaporkan adalah rata-rata dari kedua cawan duplo
tersebut.
10-2 10-3 10-4 SPC Keterangan
175 15 5 (17.500+20.800)/2
15 dan 20 <30
208 20 2 = 1,9X104

(135+165)/2 =150
135 45 5 (45+45)/2 =45 maka
1,5 X104
165 45 8 45.000/15.000 =3, >2,
dilap. Pengc. terendah

(275+285)/2 =280
(28.000+37.500)/2 (35+40)/2 =37,5 maka
275 35 5
=65.500 37.500/28.000 =1,34,
285 40 7
6,6 X104 ≤2, dilap. Pengc.
Rata-rata
(29.000+30.500)/2
290 25 5 Rata-rata dari 10-2
=29.750
305 28 0 meskipun 305>300
3,0X104

(Fardiaz Srikandi. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta)

Bagan alur persyaratan SPC

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
b.1.2. Most Probable Number (MPN)
Pendekatan lain untuk enumerasi bakteri hidup adalah dengan metode MPN.
MPN didasarkan pada metode statistik (teori kemungkinan). Metode MPN ini umumnya
digunakan untuk menghitung jumlah bakteri pada air khususnya untuk mendeteksi
adanya bakteri koliform yang merupakan kontaminan utama sumber air minum. Ciri-ciri
utamanya yaitu bakteri gram negatif, batang pendek, tidak membentuk spora,
memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas yang dideteksi dalam waktu 24 jam
inkubasi pada 37º C. Sampel ditumbuhkan pada seri tabung sebanyak 3 atau 5 buah
tabung untuk setiap kelompok. Apabila dipakai 3 tabung maka disebut seri 3, dan jika
dipakai 5 tabung maka disebut 5 seri. Media pada tabung adalah Lactose Broth yang
diberi indikator perubahan pH dan ditambah tabung durham. Pemberian sampel pada tiap
seri tabung berbeda-beda. Untuk sampel sebanyak 10 ml ditumbuhkan pada media LBDS
(Lactose Broth Double Stegth) yang memiliki komposisi Beef extract (3 gr), peptone (5
gr), lactose (10 gr) dan Bromthymol Blue (0,2 %) per liternya. Untuk sampel 1 ml dan 0,1
ml dimasukkan pada media LBSS (Lactose Broth Single Stegth) yang berkomposisi sama
tapi hanya kadar laktosa setengah dari LBDS yaitu 5 gr.
Berdasar sifat coliform, maka bakteri ini dapat memfermentasikan laktosa menjadi
asam dan gas yang dideteksi oleh berubahnya warna dan gas dalam tabung durham. Nilai
MPN ditentukan dengan kombinasi jumlah tabung positif (asam dan gas) tiap serinya
setelah diinkubasi.

Cara kerja :
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
 Sediakan 3 tabung berisi LBDS (9 ml tiap tabung) dan 6 tabung berisi LBSS (9
ml tiap tabung) lengkap dengan tabung durham. Atur kesembilan tabung menjadi
3 seri (seperti di gambar).
 Kocok botol yang berisi air sampel.
 Pindahkan suspensi air sample sebanyak 10 ml ke masing-masing tabung seri
pertama (3 tabung LBDS), secara aseptis.
 Pindahkan suspensi air sampel sebanyak 1 ml ke masing-masing tabung seri
kedua (3 tabung LBSS), secara aseptis.
 Pindahkan suspensi air sampel sebanyak 0,1 ml ke masing-masing tabung seri
ketiga (3 tabung LBSS), secara aseptis.
 Inkubasi semua tabung pada suhu 37º C selama 48 jam.
 Lihat tabung gas positif (asam dan gas; harus ada keduanya), lalu hitung tabung
positif untuk tiap seri. Tulis kombinasi tabung positif tiap seri (misal : 3 2 1).
Kombinasi angka tersebut lalu dicocokkan dengan tabel MPN untuk seri 3
sehingga diperoleh jumlah mikroba sebenarnya.

Misal :
didapatkan kombinasi jumlah tabung positif :
321 maka jumlah bakteri coliform adalah
150 sel/100 ml.

b.2. Penghitungan jumlah bakteri secara


Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
keseluruhan (langsung)
Penghitungan secara langsung dapat dilakukan secara mikroskopis yaitu
dengan menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Alat yang
digunakan adalah Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytometer. Jumlah cairan
yang terdapat antara coverglass dan alat ini mempunyai volume tertentu sehingga
satuan isi yang terdapat dalam satu bujur sangkar juga tertentu.
Ruang hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm². Satu kotak besar di
tengah, dibagi menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0,2 mm. Satu kotak sedang
dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian satu kotak besar tersebut
berisi 400 kotak kecil. Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm. Sel nakteri yang
tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga jumlah bakteri
per satuan volume dapat diketahui.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Luas kotak sedang :
=pxl
= 0,2 x 0,2 = 0,04 mm2 jadi misalnya diperoleh:
Volume kotak sedang : 20 sel dalam satu kotak sedang
= 0,04 mm2 x 0,1 mm maka jumlah sel keseluruhan :
= 0,004 mm3 = 20 x (1/4) x 106
Karena 1 ml = 1cm2 = 5 x 106 sel/ml
Maka :
= 0,004 mm3
= 0,000004 cm3
= 4x10-6 ml
Sel/ml :
= jumlah sel/4x10-6 ml
= (jumlah sel/4) x 106
= jumlah sel x (¼) x 106
= jumlah sel x 2,5 x 105

Kotak sedang :

Jumlah sel/ml = jumlah sel x 2,5 x 105

Dengan perhitungan yang sama maka diperoleh rumus untuk


kotak kecil :

Jumlah sel/ml = jumlah sel x 4 x 106

Cara kerja (digunakan kotak sedang) :


 Bersihkan Petroff-Hauser Counting Chamber atau Haemocytometer dengan
alkohol 70 % lalu keringkan dengan tissue.
 Letakkan cover glass di atas alat hitung.
 Tambahkan ± 50 µl suspensi sel yeast (kira-kira 1 tetes) dengan cara
meneteskan pada parit kaca pada alat hitung. Suspensi sel akan menyebar
karena daya kapilaritas.
 Biarkan sejenak sehingga sel diam di tempat (tidak terkena aliran air dari efek
kapilaritas).
 Letakkan alat hitung pada meja benda kemudian cari fokusnya pada
perbesaran 40x10.
 Lakukan perhitungan secara kasar apakah diperlukan pengenceran atau tidak.
Jika dalam satu kotak sedang terdapat sel-sel yang banyak dan bertumpuk
maka perhitungan akan tidak akurat dan diperlukan pengenceran dengan
perbandingan 1:5 atau 1:10.
 Hitung sampel, paling tidak sebanyak 5 kotak sedang (lebih banyak lebih
baik). Hasil perhitungan dirata-rata kemudian hasil rataan dimasukkan rumus
untuk kotak sedang. Jika dilakukan pengenceran maka jumlah sel/ml
dikalikan faktor pengenceran.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
DAYA KERJA OLIGODINAMIK DAN ANTIMIKROBA

Kompetensi : mahasiswa mengetahui cara kerja pengujian oligodinamik dan zat


antimikroba

a. Pengertian dan jenis disinfektan


b. Cara kerja pengujian disinfektan
 Pengujian zat disinfektan dengan kertas cakram
 Pengujian pengaruh daya oligodinamik
c. Pengertian Antibiotik
 Cara kerja pengujian antibiotik dengan metode Kirby-Bauer
Pengertian dan Jenis Disinfektan
Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Zat antimikroba dapat bersifat membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic). Disinfektan yaitu suatu senyawa
kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati
seperti meja, lantai dan pisau bedah. Adapun antiseptik adalah senyawa kimia yang
digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya
kulit. Efisiensi dan efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

 Konsentrasi
 Waktu terpapar
 Jenis mikroba
 Kondisi lingkungan: temperatur, pH dan jenis tempat mikroba hidup
Beberapa jenis disinfektan diantaranya adalah:
Jenis Keterangan
Senyawa fenol : Merusak membran sel
Fenol Mendenaturasi protein
Cresol Konsentrasi kerja : 2-5%
Hexaclhorophene
Recorcinol
Thymol
Alkohol : Pelarut lemak
Ethyl Denaturasi dan koagulasi protein
Isopropil Konsentrasi kerja : 50-75%
Senyawa halogen : Agen oksidasi
Senyawa chlorin : Presipitasi protein
Sodium hipochlorite Klorin bereaksi dengan air membentuk
Chloramine asam hipoklorit yang bersifat bakterisidal
Senyawa iodine :
Povidone-iodine
(betadine)

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Logam berat : Bereaksi dengan gugus SH (sufihidril) pada
Senyawa Hg enzim yang menyebabkan denaturasi.
Senyawa Zn
Senyawa Cu dll.
Agen aktif permukaan : Menciptakan tegangan permukaan yang
Sabun rendah
Detergen Merusak membran sel
emulsifier Memindahkan sel secara mekanis
Senyawa kationik : Tegangan permukaan yang rendah
Senyawa amonium
kuartener
benzalconiumclhoride
Senyawa anionik : Daya kerja sama dengan senyawa aktif
Sodium Tertradecyl permukaan
Sulphate
Asam (H+) Merusak dinding sel dan membran sel
Basa (OH-) Koagulasi protein
Pewarna : Memiliki avinitas terhadap asam nukleat
Crystal Violet

Pengujian zat disinfektan dengan kertas cakram

Cara kerja :

 Inokulasikan E.coli dan Bacillus sp. pada NA cawan dengan streak kontinyu atau
lawn
 Kertas cakram steril dicelupkan ke dalam larutan disinfektan (alkohol 70%, LysoI
5%, betadin, dan hipoklorit 5%). Setelah diangkat, sisa tetes larutan yang berlebihan
pada kertas cakram diulaskan pada dinding wadah karena dikhawatirkan larutan akan
meluas di permukaan agar jika larutan terlalu banyak.
 Kertas cakram diletakkan dipermukaan agar denagn pinset. Tekan dengan pinset
supaya kertas cakram benar-benar menempel pada agar.
 Inkubasi selama 48 jam pada 37 0C.
 Zona hambat yang terbentuk diukur diameternya, bandingkan daya kerja berbagai
disinfektan.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Pengujian pengaruh daya oligodinamik
Logam-logam berat seperti Hg, Cu, Ag dan Pb bersifat racun terhadap sel meskipun
hanya dalam kadar rendah. Logam mengalami ionisasi dan ion-ion tersebut bereaksi
dengan bagian sulfihidril pada protein sel sehingga menyebabkan denaturasi. Daya
hambat atau mematikan dari logam dengan konsentrasi yang rendah disebut daya
oligodinamik.

Cara Kerja :
 Inokulasikan E.coli dan Bacillus sp. pada NA cawan dengan streak kontinyu atau
lawn
 Letakan koin tembaga dan seng ke dalam cawan dengan pinset
 Inkubasi 370C selama 48 jam
 Hitung zona hambat yang terbentuk dengan mengukur diameter daerah yang jernih
atau tidak ada pertumbuhan

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Pengertian dan Jenis Antibiotik
Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang
dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme
lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam.
Antibiotik dikelompokkan berdasarkan gugus aktifnya, misal antibiotik macrolide,
antimikroba peptida. Adapun penamaannya biasanya berdasarkan gugus kimiawinya
ataupun mikroorganisma produsernya, misalnya:
 ragam antibakteria:
 Penicillin dan cephalosporin
 Erythromycine
 Sulfa drugs
 Trimethoprim dan sulfamethoxazole
 Polymyxin B
 Quinolone
 Tetracycline
 Antifungi :
 Nystatin
 Azoles
Mekanisme kerja antibiotik antara lain :
 Menghambat dsintesis dinding sel
 Merusak permeabilitas membran sel.
 Menghambat sintesis RNA (proses transkripsi)
 Menghambat sintesis protein (proses translasi).
 Menghambat replikasi DNA.

Prosedur difusi-kertas cakram-agar standar biasanya menggunakan metode Kirby-


Bauer Pengukuran sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter
zona hambat yang terbentuk.
Faktor yang mempengaruhi metode Kirby-Bauer :
- Konsentrasi mikroba uji
- Konsentrasi antibiotik yang terdapat dalam cakram
- Jenis antibiotik.
- pH medium.

Cara kerja pengujian antibiotik dengan


metode Kirby-Bauer :
 Celupkan cotton bud (cotton swab)
dalam biakan bakteri kemudian tekan
kapas ke sisi tabung agar air tiris
 Ulaskan pada seluruh permukaan
cawan Mueller-Hinton Agar secara
merata
 Biarkan cawan selama 5 menit

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
 Kertas cakram dicelupkan dalam larutan antibiotik dengan konsentrasi tertentu.
 Angkat, biarkan sejenak agar tiris, selanjutnya letakkan kertas cakram pada
permukaan agar.
 Kertas cakram ditekan menggunakan pinset supaya menempel sempurna di
permukaan agar.
 Inkubasi pada suhu 37 0C selama 24-48 jam.
 Ukur diameter zona hambat (mm) kemudian bandingkan dengan tabel. sensitivitas
antibiotik.

Tabel penentuan Sensitivitas Antibiotik (diameter zona hambat dalam mm)

Potensi Diameter zona hambat (mm)


Cakram
Antibiotik/kemoteurapetik Resistant Intermediate Susceptible
Obat
(tahan) (medium) (peka)
Amikacin 30 mcg ≤14 15-16 ≥17
Ampicillin
 gram (-) bact,enterococci
 Haemophillus sp. 10 mcg ≤11 12-13 ≥14
 Staphyllococci 10 mcg ≤19 ≥20
10 mcg ≤20 21-28 ≥29
Amoxicillin/Clavulanic acid 20/10mcg ≤13 14-17 ≥18
 Haemophillus sp. &
Staphyllococci
20/10mcg ≤19 ≥20
Carbenicillin
 Enterobacteriaceae 100 mcg ≤17 18-22 ≥23
 Ps. Aeruginosa 100 mcg ≤13 14-16 ≥17
Bacitracin 10 unit ≤8 9-12 ≥13
Cefotaxime 30 mcg ≤14 15-22 ≥23
Ceftriaxone 30 mcg ≤13 14-20 ≥21
Cephalotin 30 mcg ≤14 15-17 ≥18
Cephazidime 30 mcg ≤14 15-17 ≥18
Cuforoxime 30 mcg ≤14 15-17 ≥18
Chloramphenicol 30 mcg ≤12 13-17 ≥18
Clifrofoxacin ≤15 16-20 ≥21
Clyndamycin ≤14 15-20 ≥21
Colistin 10 mcg ≤8 9-10 ≥11
Cotrimoxazole 25 mcg ≤10 11-15 ≥16
Doxycycline 30 mcg ≤12 13-15 ≥16
Enoxacin ≤14 15-17 ≥18
Erytromycin 15 mcg ≤13 14-17 ≥18
Gentamycin 10 mcg ≤12 13-14 ≥15
Kanamycin 30 mcg ≤13 14-17 ≥18
Methicillin 5 mcg ≤9 10-13 ≥14
Minocycline 30 mcg ≤14 15-18 ≥19
Mexalactam 30 mcg ≤14 15-27 ≥23
Nalidixic acid 30 mcg ≤13 14-18 ≥19
Neomycin 30 mcg ≤12 13-16 ≥17
Nitrotunantoin 300 mcg ≤14 15-16 ≥17
Nortloxacin 10 mcg ≤12 13-16 ≥17
Oxacillin 1 mcg ≤10 11-12 ≥13
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
 Staphylococci
Penicillin
 Staphylococci 10 unit ≤20 21-28 ≥29
 lainnya 10 mcg ≤11 12-21 ≥22
Piperacillin 100 mcg ≤14 15-16 ≥18
 gram (-) ≤17 18-20 ≥21
Streptomycin 10 mcg ≤11 12-14 ≥15
Sulfonamide 300 mcg ≤12 13-16 ≥17
Tetracyclin 30 mcg ≤4 15-18 ≥19
Ticarcillin 75 mcg ≤11 12-14 ≥15
Tobramycin 10 mcg ≤12 13-14 ≥15
Vancomycin 30 mcg ≤9 10-11 ≥12

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
AKTIVITAS ENZIMATIS MIKROORGANISME

Kompetensi : mahasiswa mengetahui beberapa teknik uji aktivitas enzimatik.

Aktivitas enzimatis mikroorganisme :


a. Uji aktivitas eksoenzim :
 Uji amilolitik
 Uji lipolitik
 Uji proteolitik
b. Uji aktivitas endoenzim :
 Uji oksidase
 Uji katalase
 Uji Triple Sugar Iron Agar

Uji Amilolitik
Amilum adalah senyawa yang memiliki berat molekul tinggi, terdiri atas polimer
glukosa yang bercabang-cabang yang diikat dengan ikatan glikosidik. Degradasi amilum
membutuhkan enzim amilase yang akan memecah/menghidrolisis menjadi polisakarida
yang lebih pendek (dextrin), dan selanjutnya menjadi maltosa. Hidrolisis akhir maltosa
menghasilkan glukosa terlarut yang dapat ditransport masuk ke dalam sel. Indikator yang
dipakai pada uji amilolitik adalah iodine. Amilum akan bereaksi dengan iodine
membentuk warna biru hitam yang terlihat pada media.

Cara Kerja :
 Inokulasi Nutrient Agar yang mengandung pati (2 g/l) dengan E.coli dan Bacillus sp.
secara streak.
 Inkubasi selama 48 jam pada suhu 37oC
 Setelah selesai inkubasi, tetesi cawan dengan lugol’s iodine secukupnya sehingga
seluruh permukaan media terkena.
 Hidrolisis zat pati terlihat sebagai zona jernih di sekeliling koloni, sedangkan hasil
negatif ditunjukkan warna sekitar koloni tetap biru hitam.

Uji Lipolitik
Lipid misalnya trigliserida merupakan sumber energi bagi sejumlah
mikroorganisma. Untuk mendapatkan energi dari lipid, mikroba menghasilkan enzim
lipase dan esterase yang memecah ikatan ester menghasilkan gliserol dan asam lemak.
Terdapat berbagai macam prosedur untuk mengetahui aktivitas lipase diantaranya
adalah dengan menggunakan media Trybutirin Agar, Rodhamine Agar dan Spirit Blue
Agar. Pada prinsipnya metode-metode di atas menggunakan indikator yang mampu
mendeteksi keberadaan asam lemak yang terbentuk akibat hidrolisis lemak.

Cara Kerja Uji Lipolitik dengan Media Tributyrin Agar:


 Inokulasikan Bacillus sp. dan E. coli pada media Tributyrin Agar dengan indikator
neutral red secara streak.
 Inkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam.
 Reaksi positif ditandai oleh bercak-bercak kuning disekeliling koloni, sedangkan
reaksi negatif ditandai oleh bercak-bercak yang tetap berwarna merah.
Cara Kerja Uji Lipolitik dengan Media Rhodamine Agar:

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
 Inokulasikan Bacillus sp. dan E. coli pada media Rhodamine Agar dengan indikator
Rhodamine secara streak..
 Inkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam.
 Diamati didalam UV Cabinet, reaksi positif ditandai adanya perpendaran didaerah
koloni, sedangkan reaksi negatif tidak berubah warna.

Uji proteolitik
Uji proteolitik ditujukan untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme
menghasilkan enzim protease. Pada praktikum ini protein yang digunakan dalam bentuk
kasein susu. Hidrolisis kasein secara bertahap akan menghasilkan monomernya berupa
asam amino. Proses ini dinamakan peptonisasi atau proteolisis.

Cara Kerja :
 Inokulasikan Bacillus sp. dan E. coli pada Skim Milk Agar (SMA) secara streak.
 Inkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam.
 Aktivitas proteolitik ditunjukkan oleh terbentuknya zone jernih di sekeliling koloni.

Uji Oksidase
Enzim oksidase memegang peranan penting dalam transport elektron selama
respirasi aerobik. Sitokrom oksidase mengkatalisis oksidasi dan reduksi sitokrom oleh
molekul oksigen. Kemampuan bakteri memproduksi sitokrom oksidase dapat diketahui
dari reaksi yang ditimbulkan setelah pemberian reagen oksidase tetramethyl-D-
phenylenediamine dihydrocloride pada koloni bakteri. Reaksi positif ditandai
pembentukan warna biru kehitaman. Tidak adanya perubahan warna mengindikasikan
bahwa uji yang dilakukan negatif.

Cara Kerja :

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
 Koloni bakteri diambil satu ose, oleskan pada kertas saring lembab.
 Tetesi dengan reagen, lalu lihat perubahan yang terjadi.
 Jika warna berubah menjadi biru marun maka hasil uji positif, sedangkan bila tidak
terjadi perubahan maka hasil uji negatif. Hasil uji positif tertunda jika warna biru
muncul antara 10-60 detik setelah ditetesi.

Uji Katalase
Selama respirasi aerobik (proses fosforilasi oksidatif), mikroorganisme
menghasilkan hidrogen peroksida, bahkan ada yang menghasilkan superoksida yang
sangat beracun. Senyawa ini dalam jumlah besar akan menyebabkan kematian pada
mikroorganisme. Senyawa ini dihasilkan oleh mikroorganisme aerobik, fakultatif aerob
maupun mikroaerofilik yang menggunakan jalur respirasi aerobik.
Superoksida dismutase adalah enzim yang bertanggung jawab untuk penguraian
khususnya superoksida pada organisme aerob yang bersifat katalase negatif. Produksi
katalase bisa diidentifikasi dengan menambahkan H2O2 berkonsentrasi 3% pada suspensi
bakteri. Reaksi positif ditandai pembentukan gelembung gas.
Cara Kerja :
 Koloni bakteri umur 24 jam diambil satu ose secara aseptis dan diinokulasikan pada
object glass.
 Dengan menggunakan pipet tetes, H2O2 diteteskan pada object glass secukupnya.
 Amati adanya gelembung untuk hasil positif dan tidak ada gelembung untuk hasil
negatif.

Uji Triple Sugar Iron Agar


Uji TSIA adalah pengujian yang dirancang untuk identifikasi/karakterisasi bakteri
anggota Enterobacteriaceae dengan menumbuhkannya pada media TSIA.
Identifikasi/karakterisasi didasarkan pada kemampuan fermentasi karbohidrat dan
produksi H2S pada tabung reaksi. Untuk mengamati fermentasi karbohidrat, media TSIA
mengandung laktosa dan sukrosa dengan konsentrasi 1%, dan mengandung glukosa
dengan konsentrasi yang lebih rendah yaitu 0,1%. Konsentrasi ini akan berpengaruh
terhadap penggunaan karbohidrat dan keadaan asam yang terbentuk. Indikator pH
(Phenol Red) ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan pH akibat fermentasi
karbohidrat. Perubahan dari merah orange menjadi kuning menandakan produksi asam,
sedangkan warna dari merah orange menjadi merah menandakan pembentukan basa.
Selain itu, FeSO4 pada media TSIA untuk mendeteksi produksi gas H2S.

Cara kerja :
 Inokulasikan biakan pada media TSIA dengan cara inokulasi tusuk kemudian
dilanjutkan dengan diulaskan lurus tegak pada agar miring (lihat gambar).
 Inkubasi pada 37oC selama 24-48 jam.
 Interpretasikan hasil dengan melihat keterangan dibawah ini.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
 slant dan butt merah (alkali) atau tidak terjadi perubahan warna  tidak terjadi
fermentasi karbohidrat, sedangkan pepton yang ada digunakan untuk sumber
energi dalam keadaan aerob atau anaerob sehingga meningkatkan pH karena
produksi amonia meningkat sebagai hasil samping metabolisme protein. Jika
kemerahan lebih pekat pada slant maka terjadi degradasi aerobik peptone,
sedangkan warna merah pekat tampak di semua media maka interpretasinya
adalah degradasi peptone secara aerob maupun anaerob.
 slant merah (alkali) sedangkan butt kuning (asam) dengan atau tanpa produksi gas
 hanya terjadi fermentasi glukosa, sedangkan fermentasi laktosa dan sukrosa
tidak terjadi.
 slant dan butt kuning (asam) dengan atau tidak adanya gas  telah terjadi
fermentasi glukosa, laktosa dan atau sukrosa karena laktosa dan sukrosa memiliki
konsentrasi yang lebih tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk substrat
fermentasi lanjutan (jika glukosa habis) menghasilkan asam yang ditandai warna
kuning setelah 24 jam.
 butt berwarna kehitaman  adanya H2S yang bereaksi dengan senyawa besi
FeSO4 pada media menghasilkan FeS yang berwarna kehitam-hitaman. H2S ini
merupakan hasil dari metabolisme protein
 media pecah atau terangkat  timbul gas sebagai hasil samping fermentasi

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
PRAKTIKUM PARASITOLOGI

TOPIK:
1. Helminths
2. Protozoa
3. Arthropoda

HELMINTH
Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui dan menggambar ciri-ciri morfologi beberapa spesies dari
Nematoda yang terlihat menggunakan mikroskop
2. Mahasiswa mengetahui dan menggambar ciri-ciri morfologi beberapa spesies dari
Trematoda yang terlihat menggunakan mikroskop
3. Mahasiswa mengetahui dan menggambar ciri-ciri morfologi beberapa spesies dari
Cestoda yang terlihat menggunakan mikroskop

Dasar Teori
KLASIS NEMATODA
A. Morfologi umum
1. Bentuknya panjang silindris, tak bersegmen, mempunyai rongga tubuh yang di
dalamnya terdapat alat cerna dan alat kelamin.
2. Umumnya tiap-tiap ujung makin kecil, kutikula licin dan kadang-kadang bergaris.
3. Umumnya lata kelamin terpisah (dapat dibedakan jantan dan betinanya)
4. Bentuk jantan lebih kecil daripada bentuk betina
5. Bagian posterior yang jantan melengkung ke arah ventral, sedang betina lurus dan
runcing atau membulat.

B. Tanda-tanda spesifik untuk menentukan spesies


1. Ada tidaknya cavum buccalis (rongga mulut)
2. Ada tidaknya gigi atau lempeng pemotong dalam cavum buccalis
3. Bentuk bagian posteriornya, yaitu ada tidaknya bursa bagi jantan, atau
melengkung ke arah ventral
4. Ada tidaknya bibir, bagian yang mengelilingi mulut.

Jenis-jenis nematoda
1. Ascaris lumbricoides
Cacing dewasa :
a. Nematoda usus terbesar berwarna putih, kuning kemerahan, cacing mati
berwarna putih
b. Bentuknya silindris panjang , kedua ujung lancip, kutikula bergaris melintang.
c. Cacing betina berukuran 20-35 cm x 3-5 mm, vulva membuka ke depan pada
2/3 bagian posterior tubuh terdapat penyempitan lubang vulva disebut cincin
kopulasi. Meghasilkan telur 20.000 butir sehari selama hidupnya (6-12 bulan).

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
d. Cacing jantan 15-31 cm , bagian posterior melengkung ke depan terdapat
kloaka dengan 2 spikula yang dapat ditarik.
e. Perbedaan ekor dan kepala:
 Kepala mempunyai 3 bibir (1 Dorssal dan 2 laterovental) bibir dorsal
memiliki sepasang papil peraba, di bagian dalam memiliki gigi kitin yang
kecil.
 Ekor cacing jantan : melingkar dengan spikulum
 Ekor cacing betina : lurus dan lancip
 Alat kelamin betina sepasang 2/3 bagian posterior, sedangkan pada yang
jantan berupasa satu saluran panjang yang berkelok kelok
Telur : ukuran 60 x 45 μ
a. Telur yang dibuahi : oval, dinding tebal, berwarna kekuning-kuningan diliputi
lapisan albuminoid yang tidak rata, isinya embrio yang belum membelah.
Terdari 3 lapisan yaitu :
 Lapisan luar: lapisan albuminoid, permukaan tidak rata, bergerigi ,
berwarna kecoklatan karena pigmen empedu
 Lapisan tengah : lapisan kitin terdiri atas polisakarida
 Lapisan dalam : membran vitellin terdiri atas sterol yang liat sehingga
telur dapat tahan sampai 1 tahun.
b. Telur tidak dibuahi : lonjong, lebih panjang, dinding biasanya lebih tipis
isinya granula. Dihasilkan dari betina yang tidak subur atau terlalu cepat
dikeluarkan oleh betina yang subur. Berukuran 90 x 40 μm.
c. Telur dengan larva dibentuk sesudah kira-kira 3 mg
d. Telur decorcted/dekortifikasi merupakan telur yang telah kehilangan lapisan
albuminoid. Yang kortifikasi naupun yang dekortifikasi terapung dalam
larutan garam jenuh.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
GAMBAR TELUR, LARVA, DEWASA DAN PENULARAN

2. Enterobius vermucularis Syn. Oxyuris vermicularis/ Cacing kremi


Habitat : caecum, appendix, colon ascendes dan ileum
Hospes definitif : manusia tidak membutuhkan hospes perantara
Cacing dewasa : Cacing dewasa keputih-putihan, Ujung anterior mempunyai
pelebaran kutikulum seperti sayap disebut alae cepphalic lateral. Mulut dikelilingi
tiga bibir (1 bibir dorsal dan 2 lateroventral). Bulbus esophagus terlihat jelas.
a. Cacing betina :
 Kecil dengan ukuran 8-13 mm x 0,4 mm
 Bulbus oesofagus nyata dan terlihat jelas
 Ekor panjang dan runcing sperti duri serta badan kaku
 Uterus pada cacing yang gravid melebar penuh telur
 Vulva terletak ventral pada 1/3 bagian anterior tubuh. Pada cacing hamil,
uterus penuh berisi telur hampir mengisi seluruh tubuh kecuali bagian ekor,
vagina panjang menuju ke belakang. Genitalia berpasangan (duplex), anus
pada 1/3 posterior tubuh.
b. Cacing jantan : panjangnya 2-5 mm x 0,1-0,3 mm, dengan ekor melingkar dengan
adanya spiculum yang terlihat jelas.
c. Telur : bentuk elips asymetris (salah satu sisi datar) di dalamnya terdapat larva.
Ukuran 50-60 x 20-30 mm. Dinding telur bening, lebih tebal dari telur cacing
tambang didalamnya berisi embrio yang terlipat.
d. Seekor cacing betina sehari dapat menghasilkan 11.000 telur
e. Larva rhabditiform berukuran 140-150 x 10 mm, memiliki bulbus esophagus.
Sebelum menjdaid ewasa mengalami 2x penyilihan kulit.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Gambar Telur Enterobius vermicularis

Gambar Morfologi dewasa cacing Enterobius vermicularis

3. Trichuris trichiura Syn. Trichocephalus tricuhara/ cacing cambuk


Cacing dewasa:
a. Gilik dengan bagian anterior meruncing panajng seperti cambuk
b. 3/5 dari seluruhnya dari cambuk dilalui oleh oesuphagus yang sempit yang
merupai rantai merjan, dinding tipis terdiri dari satu lapis sel, panjangnya
hampir sama dengan bagian tubuh yang halus, tidak memiliki bulbus esophagus.
c. Bagian posterior yang tebal 2/5 dari seluruhnya berisi usus dan seperangkat alat
reproduksi
d. Cacing jantan
 Panjang 35-45 mm, bagian posterior melingkar dengan satu spiculum dan
sarung yang retraktil.
 Terdapat satu spikulum berbentuk lanset/pedang menonjol keluar melalui
selaput restraksi.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
e. Cacing betina
 panjang 35-50 mm bagian posterior membulat tumpul
 organ kelamin tidak berpasangan (simpleks), terdiri dari ovarium yang berbelit
sebuah uterus dan sebuah vagina yang pendek berakhir di vulva yang terletak
pada tempat tubuh yang mulai menebal. Sehari menghasilkan telur 3.000 –
4.000 telur dapat sampai 10.000 telur

Gambar Morfologi dewasa cacing Trichuris trichiura

f. Telur
 Berbentuk sperti tempayan (gentong) dengan semacam tutup yang jernih dan
meonjol kedua kutub
 Dindingnya terdiri dari 2 lapis, bagian dalam jernih dan bagian luar berwarna
kecoklatan
 Ukuran 50-54 μ x 23μ
 Telur ini terapung dalam larutan garam jenuh.

Morfologi Telur Trichuris trichiura

4. Strongyloides stercoralis
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Habitat cacing betina di dalam mukosa deodenum dan promaksimal jejunum. Hospes
definitif manusia, anjing dan kucing.
a. Cacing dewasa
Bentuk hidup bebas:
 Cacing betina berukuran 1 mm x 50 mm, esophagus lonjong, bulbus esophagus di
bagian posterior, ekor lurus meruncing, vulva terletak dekat pertengahan tubuh
yang merupakan muara dari uterus bagian posterior.
 Cacing jantan, berukuran 700 x 45 mm, ekor melengkung ke depan memiliki 2
buah spikula kecil kecoklatan , esophagus lonjong dilengkapi dengan bulbus
esophagus.
b. Sebagai parasit
 Cacing betina berukuran 2,2 mm x 50 mm, esophagus silindris pada 1/3 panjang
tubuh , vulva pada batas 1/3 posterior dan 1/3 bagian tubuh.
c. Telur
 Hanya didapatkan dalam tinja dengan diare berat atau setelah pemberian obat
pencahar
 Mirip telur cacing tambang, bebentuk lonjong, ukuran 50-60 x 30-35 mm,
dindong tipis didalamnya mengandung embrio
d. Larva
 Larva rhabditiform, ukuran 200-300 x 14016 mm, memiliki esophagus dan bulbus
esophagus mengisi 1/4 bag anterior tubuh
 Larva filariform, stadium infektif lebih panjang dan lebih langsing dari Larva
rhabditiform, berukuran 350-450 x 30-35 mm, dengan esophagus panjangnya
mencapai 1/2 bagian anterior tubuh tetapi tidak memiliki bulbus esophagus.

Perbandingan morfologi larva A. caninum dan Strongyloides

5. Cacing tambang

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Beberapa spesies diantaranya :
Necator americanus
Anclostoma duodenale
A. caninum
A. braziliense
A. ceyclanium

Cacing dewasa :
a. Kecil seperti silinder berbentuk kumparan
b. Berwarna putih keabu-abuan
c. Ukuran betina 9 – 13 x 0,35 – 0,6 mm
d. Ukuran jantan 5 -11 x 0,3 – 0,45 mm
Untuk membedakan masing-masing spesies diperhatikan bentuk bursa (pada bagian
jantan bagian posterior)
Ancylostoma duodenale
a. Mempunyai kutikulum yang relatif tebal
b. A. duodenale lebih besar daripada Necator americanus
c. Alat kelamin jantan tunggal yang betina sepasang
d. Ujung posterior jantan terdapat bursa caudal yang merupaka membran lebar dan
jernih dengan garis-garis seperti tulang iga
e. Ujung villi bercabang 3

A. braziliense
a. Bursa lebar sama dengan panjang
b. Villi tumpul
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Necator americanus
Spicula bersatu
Villi bercelah dalam dengan ujung bercabang

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
KLASIS TREMATODA
Bentuk umum dari cacing yang termasuk dalam klasis Trematoda, yaitu :
a. Bulat telur dan pipih seperti daun
b. Mempunyai oral sucker dan ventral sucker
c. Bersifat hemaphrodit, kecuali familia Schistoosomatidae

Untuk membedakan masing-masing jenis yang perlu diperhatikan adalah :


a. Bentuk dan ukuran cacing Trematoda (dewasa)
b. Perbedaan ukuran dan letak oral sucker dan ventral sucker
c. Bentuk dan letak masing-masing alat reproduksi

Beberapa spesies Trematoda


1. Echinostoma ilocanum
Nama spesies : Echinostoma ilocanum
Genus : Echinostoma
Lokasi : usus halus
Hospes : tikus, anjung,kucing dan kaki manusia
Bentuk dewasa :
 Sekitar oral sucker mempunyai collar-spine 49-51 buah
 Panjang 0,25 – 0,65 cm , lebar 0,075 – 0,135 cm
 Tubuhnya tertutup sisik seperti duri
 oral sucker sepertiga dari ventral sucker
 caecum 2 buah memanjang sampai subcaudal
 testis berjumlah 2 buah, berlobus terletak pada pertengahan badan dan tersusun
satu dibelakang yang lain
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
 ovarium terletak di linea mediana sebelah anterior testis
 uterius mengisi ruang anatara testis sampai ventral sucker. Kelenjar vitellina
diluar caecum mengisi 2/3 posteriur badan.
 Telur mempunyai operculum, ukuran 83 – 116 x 58 – 69 μ

2. Echinostoma revolutum
Nama spesies : Echinostoma revolutum
Genus : Echinostoma
Lokasi : rektum, caecum, intestinum
Hospes : tikus, itik, angsa, ayam , manusia
Bentuk dewasa :
 Tubuh memanjang dengan ukuran panjang 10 – 22 mm, lebar 2 mm
 Disekitar oral sucker terdapat 37 spina
 Testis bercabang terletak pada pertengahan badan
 Ovarium terletak disebelah anterior testis
 Kantung cirrus terdapat diantara percabangan caeca dan ventral sucker
 Telur mempunyai operculum ukuran 83 – 116 x 58 – 69 μ

3. Fasciola hepatica, F. gigantica


Nama spesies : Fasciola hepatica, F. gigantica
Genus : Fasciola
Lokasi : saluran empedu, kadan dalam hepar
Hospes : sapi, kambing, domba , babi
Bentuk dewasa :
 oral sucker dan ventral sucker sama besar
 mempunyai cephalic cone
 panjang 30 mm, lebar 13 mm
 caecum bercabang-cabang
 testis 2 buah, terletak di daerah pertengahan badan ( sebuah terletak 2/4 bagian
badan, yang lain 3/4 bagian badan ) . bentuk bercabang-cabang tersusun cranio
caudal
 ovarium bercabang-cabang dan terletak cranio lateral dari testis
 uterus disebelah anterior ovarium berkelok-kelok ke anterior berakhir pada porus
genitalis di sebelah cranial ventral sucker
 kelenjar vitellina bercabang-cabang di daerah lateral dan posterior badan

Telur :
 mempunyai ukuran 130 – 150 x 63 - 90 μ
 bentuk oval
 warna coklat kekuningan
 mempunyai operculum kecil pada salahsatu kutubnya
 isi sel-sel granula berkelompok ( jika masih baru )
 berisi miracidium ( sesudah 1 -2 minggu dalam air )

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Gambar. Morologi Fasciola hepatica

4. Fasciolopsis buski
Nama spesies : Fasciola buski
Genus : Fasciola
Bentuk dewasa :
 oral sucker 1/4 dari ventral sucker
 tidak mempunyai cephalic cone
 panjam 20 – 75 mm, lebar 8 – 20 mm
 caecum tidak bercabang
 kutikula tertutup deretan duri kecil – kecil
 testis 2 buah bercabang- cabang terletak di bagian posterior pertengahan badan
satu lebih ke anterior yang lain lebih ke posterior
 ovarium terletak di pertengahan badan pada sisi kanan linea mediana
 ueterius terletak pada linea mediana berkelak kelok ke sebelah anterior berakhir
pada porus genitalis yang terletak di sebelah cranio ventral sucker
 kelenjar vitellina bercabang-cabang ke lateral dari ventral sucker sampai ujung
posterior badan

Telur : sama dengan F. hepatica

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Gambar. Morfologi Fasciolopsis buski Gambar. Morfologi Paragonimus
westermanii

5. Paragonimum westermani
Nama spesies : Paragonimum westermani
Genus : Paragonimum
Lokasi : paru-paru, kadang pada otak ,hati dan organ lainnya
Hospes : anjing, kucing, kera, manusia
Bentuk dewasa :
 Bentuk seperti biji kopi
 Ukuran 8 – 16 x 4 – 8 mm, permukaan tertutup sisik seperti duri kecil
 Oral sucker sama besar dengan ventra; sucker terletak pada satu garis pada libea
mediana
 Pharynx pendek dan globulair
 Caecum tubulair berkelok-kelok tidak bercabang sampai subcaudal
 Testis 2 buah, etrletak 1/3 bagian posterior badan . berlekuk-lekuk dalam tak
teratur saling berdampingan
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
 Ovarium terdiri atas 6 lobus terletak sebelah anterior kanan testis, berlekuk dalam
 Glandula vitellina tersebar di seluruh daerah latera;

Telur : ukuran 80 – 118 x 48 – 60 μ, bentuk lonjong beroperculum warna kuning isi sel-
sel ovum

6. Schistosoma haematolium, S. japonicum, S. mansoni


Nama spesies : Schistosoma haematolium, S. japonicum, S. mansoni
Genus : Schistosoma
Lokasi : vena mesenterium
Hospes : manusia, anjing , kucing , kera
Bentuk dewasa :
 Dapat dibedakan atas 2 jenis kelamin yang terpisah
 Jantan lebih besar seprti bentuk daun yang menggulug memanjang
 Punya ventral sucker
 Sebelah ventral sucker membentuk canalis gynaecophorus
 Testis penting untuk identifikasi
 Betina bebentuk seperti filiform ramping, waktu kopulasi betina terletak dalam
canalis gynaecophorus yang dibentuk ke dua ujung sisi lateralnnya lebih kecil
dara pada jantan.
Bentuk miracidium :
 Paa sisi tepinya mempunyai silia untuk berenang dalam air
 Bagian anterior mempunyai papilla
 Mempunyai mata
Bentuk sporocyste :
 Sebagai kantong berisi redia muda
 Yang masak berisi lebih dari satu redia
Bentuk redia :
 Mempunyai oral sucker
 Mempunyai usus premitif
 Berisi rdia atau cercaria
Bentuk cercaria :
 Punya ekor yang dapat bermacam-macam,
 Ekor bisa bercabang atau tidak
 Punya oral sucekr dan ventral sucker
Bentuk metacercaria
 Bentuk bulat
 Dinding tebal
 Isi termatoda kecil
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
PERBEDAAN MORFOLOGI Schistosoma PADA MANUSIA
Keterangan S. Haematobium S. mansoni S. japonicum
Intugmen Bertuberculum Bertuberculum Tidak
kecil kasar Bertuberculum
Pharynx Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Oesofagus Dikelilingi Dikelilingi Dikelilingi
glandulae glandulae glandulae
Bentuk jantan Pada pertengahan Pada sebelah Pada sebelah
pertemuan badan anterior posterior
intestinal caeca pertengahan pertengahan
badan badan
Testis 4-5 lobi agak 7-9 lobi kecil 6-8 lobi berderet
besar tersusun seeprti
tangga
Bentuk betina Pada posterior Pada sebelah Pada pertengahan
pertengahan posterior badan
badan pertengahan
badan
Ovarium Pada posterior Anterior Pada pertengahan
pertengahan pertengahan badan
badan badan
Uterus Ke anterior Ke anterior Ke anterior
dengan panjang dengan panjang dengan panjang
lebih dari 1/2 kurang dari 1/2 sama dengan 1/2
badan. badan . badan.
Berisi 20 – 30 Berisi 1-4 ovar Berisi 5- - 100
ovar ovar
Telur 112-117x40-73 μ 140-182x45-73 μ 74-106 x 55-80 μ
Bentuk Tak beroperculum Tak beroperculum Tak beroperculum
Ujung anterior Oval memanjang Oval bulat dengan
bulat, posterior dengan tonjolan tonjolan seperti
lancip dengan lancip dan duri pada sisi
tonjolan kecil panjang lateral

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Trematodes 1. Paragonimus 2. Schistosoma 3. Echinostoma
westermani mansoni ilocanum
Cestodes 4. Hymenolepis 5. Taenia sp. 6.
nana Diphyllobothriu
m latum
Nematodes 7. Hookworm 8. Trichuris 9. Ascaris
trichiura lumbricoides
KLASIS CESTOIDEA
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Klas cestoidea yang terpenting ada 2 ordo, yaitu :
Ordo Pseudophyllidea, spesies yang terkenal Diphyllobothrium latum.
Ordo Cyclophyllidea, yang terkenal spesies:
1. Diphyllobothrium latum
2. Hymenolepis nana
3. Hymenolepis diminuta
4. Taena saginata
5. Taenia solium
6. Echinococcus granulous

Morfologi umum
Bentuk pipih memanjang seperti pita, berwarna putih, ditutupi kutikula halus, dibawah
kutikula terdapat lapisan otot sirkuler, longitudinal dan transversal.
Tidak memiliki rongga tubuh, sistem sirkulasi dan sistem pencernaan makanan masuk ke
dalam tubuh parasit secara osmose.
Tubuh terdiri 3 bagian, yaitu :
a. Bagian kepala (scolex) berbentuk bulat atau lonjong. Dilengkapi dengan alat isap
(sucker) disertai dengan /tanpa rostellum dengan/tanpa kaitan, berfungsi
melekatkan diri pada hospes.
b. Bagian leher, merupakan bagian sempit yang terus tumbuh (zone proliferasi0
membentuk proglottid baru.
c. Bagian badan disebut strobilla dibentuk oleh segmen-segmen disebut proglottid.
Proglottid dari proksimal ke distal meiliki kematangan berlainan, makin ke distal
makin matang.

Ada 3 macam Proglottid:


 Immature, belum matang dan belum tampak alat kelamin
 Matur, matang sudah ditemukan alat kelamin jantan dan betina lengkap
 Gravid (hamil), Proglottid dipenuhi telur yaitu Proglottid dibagian distal.

Morfologi :
 Kelamin hermaphrodite, alat kelamin akan jelas pada Proglottid yang matang.
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
 Kelamin jantan dimulai dari testis dengan jumlah berbeda untuk tiap spesies, ke
vas eferens, vas deferens berkelok-kelok sampai cirrus yaitu alat yang terdiri dari
otot terbungkus dalam kantung cirrus, digunkan untuk memasukan ke dalam
vagina, akhirnya bersama-sama vagina bermuara pada atrium genitalia.
 Kelamin betina dimulai di ovarium (biasanya terdiri atas dua lobi terletak di
posterior ke ke oviduct) ke ootype (tempat telur dibuahi) ke uterus. Pada beberapa
spesies ordo Pseudophyllidea berakhir pada porus uterinus yang merupakan
tempat keluarnya telur, sedangkan pada ordo Cyclophyllidea tidak memiliki
lobang ini sehingga keluarnya telur dengan pecahnya proglottid. Dari ootype ini
pula terdapat cabang menuju vagina, berakhir pada atrium genitalis bersma-sama
dengan kelamin jantan . terdapat kelenjar tambahan , berupa kelenjar virellina dan
kelenjar mehlis yang bermuara pada ootype.
 Sistem eksretorius, terdiri dari kanalis eksretorius yang berjalan memanjang pada
bagian lateral segmen mulai dari scolex sampai denganproglottid terakhir. Juga
terdapat kanalis eksretorius yang berjalan melintang pada bagian posterior dari
tiap proglottid.
 Sistem saraf terdiri dari ganglion pada scolex syaraf longitudinal berjalan dri
scolex ke tiap-tiap proglottid pada sisi lateral (lateral nerve) dihubungkan dengan
saraf transversal.
 Perbedaan ordo Pseudophyllidea dan Cyclophyllidea
Ordo Pseudophyllidea Ordo Cyclophyllidea
Scolex Lonjong, 2 alat isap memanjang Bulit, dengan 4 alat isap bulat seperti
berupa lekukan disebut bothrium mangkuk
Uterus Melingkar Seperti akntong atau bercabang-
cabang
Porus uterinus Ada, di ventral proglottid Tidak ada
Porus genitalis Ada, di dekat porus utterius Ada, diletaral proglottid
Kelenjar vitellina Tersebar pada proglottid Terkumpul
Telur Memiliki operculum, banyak Tidak memilki operculum , sedikit
kuning telur, perlu pematangan kuning telur, sudah berkembang
diluar hospes dalam uterus
Embrio Berambut getar (untuk berenang) Tidak berambut getar
disebut coracidium
Larva Solid, disebut larva procercoid Kistik, berupa gelembung bagian
berubah menjadi plerocercoid dalam berisis cairan. Ada 4 macam
larva:
Cycticercus, cyctocercoid, coenurus,
kista hydatid

1. Diphyllobotharium latum
Habitat : usus halus terutama ileum , kadang-kadang jejunum
Hospes:
Definitif: manusia, anjing, kucing

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Perantara I:N Cyclops atau diaptomus ( terutama diaptomus vulgaris)
Perantara II: Ikan air tawar
Morfologi
Cacing dewasa
Berwarna kuning gading atau kuning abu-abu, panjang cacing dewasa 3-10 m, terdiri dari
3.000 – 4.000 proglottid. Scolex lonjong seperti sendok, berukuran 2,5 x 1 mm dengan 2
buah bothria yang dalam pada bagian ventral dan dorsal. Proglottid amtang, ukuran lebar
melebihi ykuran panjangnya, praktis dipenuhi organ reproduksi, testis berjumlah banyak,
kecil di kedua asisi lateral pada bagian dorsal proglottid. Ovarium pada 1/3 posterior
proglottid, treletak di ventral khas berbolus 2 simetris. Uterus terletak dibagian tengah,
seperti bunga (rossett like) terbuks mrlslui porus uterinus yang terletak pada garis
midventral. Proglottis gravid, uterus melingkar di tengah proglottid dipenuhi telur,
terlihat seperti kembang.
Telur :
Berwarna kuning coklat, berbentuk oval, ukuran 58 -76 x 40-51 mp atau sekitar 66 x 44
mm. Mempunyai selapis kulit telur tipis dengan operculum pada satu kutup yang kurang
jelas, penebalan kelit telur pada kutub lainya berbentuk tonjolan didalamnya berisi sel
telur. Setiap hari dikeluarkan oleh satu proglottid sebanyak 1.000.000 telur
Larva
Dalam tabung perantara I akan kehilangan silia terbentuk larva procercoid. Dalam hospes
perantara I biasanyahanya tumbuh 1-3 larva.
Larva procercoid ukran 55-550 mm, terdapat lekukan pada bagian kepala yang
menyerupai mangkuk sedangkan pada bagian belakang terdapat benjolan (cercomer)
dengan tiga pasang kait.
Dalam oto hospes perantara II, terbentuk larva procercoid (sparganum), dalam tubuh ikan
dapat tumbuh beberapa larva.
Larva procercoid (sparganum) , berupa larva yang panjang berukuran 10-20 x 2-3 mm,
pada ujung anterior terjadi evaginasi sedangkan badannya berkontraksi sehingga
memberi gambaran pseudosegmentasi. Larva ini terletak bebas dalam otot atau organ lain
dari ikan.

2. Hymenolepis nana
Habitat : pada 2/3 atas ileum dengan scolex terbenam didalam mukosa usus. Hospes
definitif: manusia, tikus dan mencit. Tidak membutuhkan hospes perantara.
Morfologi
Cacing dewasa
Cacing pota pendek berukuran (25-40) x ( 0,1-0,5) mm dengan 200 buah proglottid.
Scolex bulat dengan 4 batik isap seperti mangkuk memiliki rostellum pendek dan
refraktil satu baris kait kecil-kecil. Bagian leher panjang dan kurus. Proglottid matang
lebarnya ± 4 x panjang porus genitalis unilateral. Proglottid gravid, uterusnya berbentuk
kantong berisis 80-180 butir telur
Telur
Berbentuk oval atau bulat dengan ukuran 47 x 37 mm, memiliki 2 membran yang
melindungi embrio heksakan didalamnya. Pada membran sebelah dalam di kedua
kutubnya terdapat 2 buah penebalan diamna kelura 4-8 filamen halus.

3. Hymenolepis diminuta
Habitat : usus halus
Hospes definitive : tikus dan mencit, banyak dilaporkan pada kasus manusia

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Hospes perantara : pinjal tikus (larva) dan kumbang tepung (dewasa), antara lain
xenopsyla cheopis, pulex irritans.
Morfologi
Cacing dewasa
lebih besar dari Hymenolepis nana , ukuran (10-60) x (3-5) mm, memiliki 800-1.000
proglottid. Scolex bulat dengan 4batil isap kecil seperti cawan, meiliki rostellumtanpa
kait. Panjang Proglottid 0,8 mm lebar 2,5 mm memiliki 3 testit berbentuk bulat .
Proglottid gravid berbentuk kantong berisi telur yang berkelompok.
Telur
Agak bulat, kuning atau kuning coklat, berukuran 58 x 86 mm .mengandung oncosphere
yang berukuran 28 x 35 mm meiliki 3 pasang kait. Pada membran sebelah dalam di kedua
kutubnya tidak ditemukan filament. Dalam air tahan 6 bulan, tahan kekeringan,
kebusukan, bahan kimia akan mati diatas suhu 60o

4. Taena saginata
Habitat : jejunum bagian atasm\, dapat hidup sampai 25 tahun biasanya diteumkan 1 ekor
cacing. Hospes definitif : tunggal manusia. Hospes perantara : sapi serti binatang
herbivora lain . ditemukan larva cysticercus bovis, pada otot masseter , paha belakang,
kelosa serta otot lainnya.
Morfologi
Panjangnya 5 meter 4-10 m, dapat mencapai 25m atau lebih .lebih panjang dari tanea
solium karena lebih banyak memiliki Proglottid dengan ukuran lebih panjang. Memiliki
1.000 – 2.000 Proglottid pada suatu saat.
Scolex berdiameter 1,5 – 2 mm dengan 4 batil isap yang menyerupai mangkuk (0,7-0,8
mm) tidak meiliki rostelum ataupun kait.
Ukuran proglottid matang : lebar 12 mm, Proglottid gravid berukuran (16-20) x (5-7)
mm, testis 2x lebih banyak dari taenia solium yaitu 300 -400 buah.
Uterinus bercabang 15-30 pasang, tidak memiliki porus uterinus , sedangkan porus
genitalis di pinggir proglottid.

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Tiap hari dilepaskan ± 9 Proglottid , tiap Proglottid berisis 80.000 – 100.000 telur matang
satu per satu, bergerak sendiri keluar melalui anus. Diluar, Proglottid berkontraksi
memeras cairan, isi Proglottid serta telur. Proglottid matang lebarnya sedikit lebih pendek
daripada panjangnya.
Telur
Telur Taenia Saginata tidak dapat dibedakan dengan telur Taenia Solium.
Embriophore bergaris radier, ukuran (30-40) x (20-30) mm mengelilingi embrio
heksakan .
Larva (cystierus bovis)
Berukuran 5x0 mm, berbentuk oval merah muda
Memiliki scolex dengan 4 buah batil isap yang melipat ke dalam (invaginasi)
Dalam 1 tahun dapat mengalami degenerasi dan kalsifikasi.

5. Taenia solium
Habitat : jejunum bagian atas, dapat hidup sampai 25 tahun dilaporkan ditemukan lebih
dari 25 ekor.
Hospes : bagi, babi hutan dan beruang .
Bentuk larva disebut cysticersus cellulose yang jernih berukuran 10x5 mm, larva terdapat
di otot lidah, amsseter, diagfragma dan jantung. Dapat pula menyerang hati, ginjal , paru,
otak dan mata.

Morfologi
Cacing dewasa

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Panjangnya 2-4 m, mencapai 7m .memakan isis usus , Proglottid 800-1000 buah. Scolex
berbentuk globuler berdiameter 1 mm, 4 batil isap (diameter 0,5mm) berbentuk cawan,
memiliki rostellum dengan 2 deretan kait berjumlah 25-30 buah. Proglottid immature
lebar lebih panjang dari panjangnya. Proglottid matur hampir sama, Proglottid gravid
panjang 2x lebarnya
Pada Proglottid mature, porus genitalis di sebelah lateral Proglottid. Pada Proglottid
gravid uterus bercabang 7-13 (biasanya 9) pada tiap sisi, ovarium pada 1/3 posterior
proglottid berlobus 3 masing-masing 2 lobus simetris kiri-kanan, 1 lobus yang
menghubungkan keduanya. Testis mempunyai 150-200 folikel tersebar pada bagian
posterior. Proglottid gravid dilepaskan 5-6 segmen, tidak aktif keluar dari anus. Setiap
Proglottid menghasilkan 30.000-50.000 telur.
Telur
Telur Taenia Saginata tidak dapat dibedakan dengan telur Taenia Solium.berbentuk sferik
atau subsferik, berdiameter 31-43 mm dinding tebal. Menetasnya telur hanya terjadi pada
saat telur tersebut kontak dengan cairan lambung.
Larva
Biasanya berukuran 5 x (8-10) mm, terdapat banyak sampai beribu-ribu di dalam jaringan
manusia. Yang paling sering diserang otak dan otot serang lintang anataralain, otot lidah,
masseter,diagfragma, otot jantung, kadang-kadang hati, ginjal, paru-paru dan mata. Larva
ini kan diliputi jaringan ikat hospes membentuk semacam kista dapat bertahan 5 tahun ,
untuk kemudian terjadi degenerasi diikuti pengapuran. Bila lokasi kista pada mata atau
otak , dapat menimbulkan gejala serius.

6. Echinococcus granulosus
Habitat : usus halus
Hospes definitif: anjing, anjing hutan, jarang pada kucing , dapat hidup 5 bulan-1 tahun
Hospes perantara : kambing, lembu, bintanag peliharaaan lainnya. Manusia bertindak
sebagai hospes paratenik, larva (kista hydatid) ditemukan pada berbagai organ tubuh.
Morfologi
Cacing dewasa
Panjang 3-8 mm, merupakan cacing pita ukuran kecil. Scolex bulat dengan 4 batil isap
menonjol dilengkapi rostelum berkait dalam 2 baris berjumlah 30-36 buah kait. Proglottid
hanya 3 buah, yang pro maksimal merupakan Proglottid immature yang kedua Proglottid
gravid yang diisi 500 butir telur didalam uterus yang berada ditengah tubuh dan meiliki
12-15 buah cabang.
Telur
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Telur menyerupai Taenia lainnya dengan ukuran 30-37 mm
Larva (kista hydatid), paling sering terjadi pada hati dapat pula pada paru-paru, otot,
ginjal, limpa, mata, otak jantung, tulang. Ada 2 type kista : Kista unilokuler dan kista
osseous.

ALAT DAN BAHAN


1. Mikroskop cahaya
2. Preparat spesies Nematoda (telur, larva, dewasa)
3. Preparat spesies Trematoda (telur, larva, dewasa)
4. Preparat spesies Cestoda (telur, larva, dewasa)

CARA KERJA
1. Amati preparat awetan tiap spesies cacing parasite yang sudah disediakan di bawah
mikroskop dengan perbesaran lemah, kemudian ke perbesaran kuat. (amati
morfologi tiap stadium dan bagian-bagiannya).
2. Gambar hasil pengamatan anda dan berikan keterangan jenis dan bagian-bagian
dari spesies tersebut

PERTANYAAN
1. Sebutkan perbedaan morfologi cacing tambang yang menginfeksi manusia
2. Sebutkan ciri khas telur beberapa spesies dari Schistosoma
3. Bagaimana cara membedakan morfologi tiap spesies Cestoda

LAPORAN HASIL KERJA


No Gambar preparat Keterangan

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
PROTOZOA

Tujuan :
1. Mahasiswa dapat mengetahui struktur protozoa
2. Mahasiswa dapat menggambar morfologi protozoa secara skematis dan mikroskopis
Dasar Teori
Spesies yang terkenal
1. Entamoeba histolytica
2. Giardia lambia
3. Plasmodium

1. Entamoeba histolytica
Beberpa hal yang perlu diperhatikan :
 Entamoeba histolytica bersifat patogen, dapat menimbulkan amebiasis
 Habitat Entamoeba histolytica di dalam caecum dan rectosigmoid dengan hospes
manusia, terdapat parasit dalam bentuk tropozit yang mengadakan pembelahan
biner
 Hidup di usus sehingga dapat ditemukan dalam tinja
 Bentuk vegetatif Entamoeba histolytica
 Bergerak dengan pseudopodium/kaki palsu yang merupakan penjuluran dari
ektoplasma, sehingga amoeba memiliki bentuk yang tidak tentu dengan
permukaan/dinding luar tidak teratur. Pseudopodium ada yang lancip sehingga
gerakannya aktif tapi ada pula yang tumpul sehingga gerakannya tidak aktif.
 Pada usus besar akan terjadi penyerapan air, sehingga isi usus akan lebih kental.
Keadaan ini mengancam keberadaan parasit, sehingga perlu mengadakan enkistasi
yaitu perubahan dari bentuk tropozit menjadi bentuk kista
 Diujung distal usus isi usus telah berbentuk dan kista telah menjadi kista yang
matang (berinti 4). Kista ini akan terbawa tinja keluar tubuh dan cukup tahan
terhadap lingkungan luar.
 Manusia terinfeksi karena kista ini termakan bersama makanan, maka di dalam usus
halus akan terjadi ekskistasi yaitu terjadi perubahan dari bentuk kista menjadi
bentuk tropozit muda (1 kista dapat menghasilkan 4 tropozoit muda) dan akan
terbawa aliran isi usus untuk sampai ke caecum dan rectosigmoid)

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
a. Struktur inti
Membran inti : tipis
Granula kromatin pada membran inti : halus
Jalinan linin: halus
Kariosom: kecil, sentral

b. Morfologi
Tidak diwarnai
1. tropozoit
Ukuran : 10-60 mm Gerak: aktif, bertujuan. Pseudopodi : jelas, seperti jari. Ekstoplasma :
lebar, betas dengan endoplasma jelas. Endoplasma: bergranula halus. Inti : umumnya tidak
jelas (pemeriksaan teliti kromosom sentral)
Inklusi : terdapat eritrosit
2. Prekista dan kista tidak matang
Sitoplasma : bergranula. Inti : mungkin tampak cincin refraktil kariosom sentral.
Inklusi vak.glikogen : ada kromatidL berbentuk batang refraktil
3. Kista
Ukuran : 10-20 rata-rata 12-13 mm. Bentuk : bulat. Dinding: refraktil. Inti : 1-4 buah , sukar
dilihat
Inklusi : badan kromatid reftraktil bentuk batang
Pewarnaan iodine
1. Tropozoit
Sitoplasma: bergranula halus, kuning kehijauan. Inti : cincin kuning, koriosom kuning,
sentral
Inklusi : eritrosit kuning
2. Prekista
Sitoplasma : seperti tropozoit. Vakuola glikogen : coklat tersebar
Pewarnaan hematoxylin-besi
1. Tropozoit
Sitoplasma : ungu kemerahan, granula halus
Inklusi : eritrosit hitan
Membran inti : tipis , granula, kromatin hitam‟kariosom: hitam, sentral kecil, bentuk titik
Jalinan linin:n terlihat sedikit
2. Prekista
Bentuk : bulat
Sitoplasma dan inti : seperti trofozoit
Inklusi kromatid : bentuk batang hita
Vakulo glikogen : glikogen larut, tampak sebagai vakuola
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
3. Kista
Sitoplasma : warna abu-abu biru. Inklusi : seperti prekista kurang nyata. Dinding: tidak
terwarnai, hialin. Inti : seperti trofozoi, jumlah 1,2,4
Entamoeba histolytica didalam dinding usus (dalam ulkus)
 Biasanya diwarnai dengan Pewarnaan hematoxylin-besi
 Ulkus menggaung, lubang ulkus sempit dengan dasar lebar
 Perubahan histologi me,iputi histolosis, trombosit kapiler
 Biasnya tidak disertai dengan infeksi bakteri sekunder
 Parasit biasanya ditemukan pada dasar ulkus dalam bentuk trofozoit
 Perhatikan intinya dengan kariosom sentral juga pada endoplasma terlihat eritrosit

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
2. Giardia lambia
Habitat: duodenum dan jejunum bagian atas, kadang-kadang di saluran empedu
Hospes : manusia, kera, babi
Morfologi
Gerak : speerti daun jatuh , bergerak kesegala arah
Bentuk : seperti buah pir dari depan, seperti sendok terrlihat dari samping
Ukuran panjang 9-21 mm , lebar 5-515 mm, tebal 2-4 mm
Inti : 2 buah , berbentuk oval dengan kariosom sentral serta tidak memiliki butir kromatin
Flagel : 2 flagella anterior, 2 flagella posterior, 2 flagella ventral, 2 flagella lateral
Inklusi : memiliki batil isap 2 buah
Tidak meiliki sitoplasma
Kista
Bentuk elips atau bulat telut dengan 2 lapisan dinding tebal. Ukuran 8-12 x 7-10 mm. Inti
2-4 buah terkumpul pada 1 kutub. Struktur isi : blepharoplast dengan batang lurus dan
lengkung yang merupakan sisa axostyle dan batil isap

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
3. Plasmodium
Plasmodium menyebabkan penyakit malaria, yang pada manusia terutama disebabkan
oleh empat spesies utama yaitu :
a. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana benigna/malaria vivax
b. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tertiana maligna/ malaria tropika.
c. Plasmodium malariae, penyebab malaria kuartana/malaria malariae
d. Plasmodium ovale, penyebab malaria tertiana benigna/malaria ovale.

Plasmodium sp sebagai penyebab penyakit malaria memiliki siklus hidup sebagai


berikut : Pada saat mangisap darah, nyamuk betina Anopheles menginokulasikan
sporozoit Plasmodium sp ke dalam tubuh manusia sebagai hospes perantaranya.
Sporozoit ini lalu menginfeksi sel parenkim hepar, dimana sporozoit mengalami maturasi
menjadi skizont. Stadium ini disebut stadium hepar manusia atau siklus eksoeritrositik.
Pada P.vivax dan P.ovale dapat terjadi suatu fase istirahat dimana maturasi sporozoit
terlambat bisa sampai dengan 1-2 tahun. Bentuk istirahat ini disebut hipnozoit. Skizont
lalu akan mengalami ruptur dan kemudian melepaskan ribuan merozoit ke dalam aliran
darah. Merozoit lalu menginfeksi eritrosit, kemudian berubah lagi menjadi trofozoit muda
yg kemudian matur dan berubah menjadi skizont. Skizont kembali ruptur dan kembali
melepaskan merozoit yg akan menginfeksi eritrosit lain. Siklus ini disebut siklus
eritrositik. Trofozoit juga dapat berubah menjadi gametosit yg nantinya akan
berdiferensiasi menjadi makrogametosit dan mikrogametosit. Fase ini disebut fase
intrinsik, dimana terjadi reproduksi aseksual (skizogoni).
Pada saat nyamuk, hospes definitif Plasmodium sp, menghisap darah, semua
stadium Plasmodium sp akan ikut terisap ke dalam lambung nyamuk namun hanya yang
berbentuk gametosit saja yg dapat bertahan dan melanjutkan siklus hidupnya. Fertilisasi
akan membentuk zigot yg kemudian berubah bentuk menjadi ookinet. Ookinet kemudian
bergerak menembus dinding usus dan menempel pd permukaan luar dinding usus dan
berubah menjadi ookista. Setelah mengalami maturasi, ookista akan pecah dan sporozoit
didalamya berhamburan ke dalam rongga tubuh nyamuk dan diantaranya ada yg sampai
di kelenjar ludah nyamuk. Fase ini disebut fase ekstrinsik, dimana terjadi reproduksi
seksual (sporogoni).

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Perbedaan Plasmodium vivax Plasmodium falciparum
erytrosit yang terinfeksi Mebesar tetap
ukuran parasit 1/3 dari erytrosit yang 1/5 dari erytrosit yang
terinfeksi terinfeksi
tropozoid
kromatin 1 buah tebal ganda (2 buah)
sitoplasma tebal tipis
erytrosit normal normal
bentuk seperti cincin besar/ amoeboit seperti cincin/ring

ALAT DAN BAHAN


1. Mikroskop cahaya
2. Preparat awetan Protozoa
3. Preparat jaringan tumbuhan
Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
CARA KERJA
1. Amati preparat awetan tiap spesies protozoa yang sudah disediakan di bawah
mikroskop dengan perbesaran lemah, kemudian ke perbesaran kuat. (amati morfologi
tiap stadium dan bagian-bagiannya).
2. Gambar hasil pengamatan anda dan berikan keterangan jenis dan bagian-bagian dari
spesies tersebut

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
LAPORAN HASIL KERJA
No Gambar preparat Keterangan
1

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
ARTHROPODA

Nyamuk

Nyamuk termasuk dalam kelas insekta (hexapoda) dan ordo diphtera. Kelas ini disebut
kelas hexapoda karena mempunyai 6 kaki. Pada prinsipnya morfologi dan susunan tubuh
kelas insekta ini sesuai dengan ciri-ciri umum dari filum arthropoda yaitu kepala, toraks,
abdomen dengan bagian tubuhnya mempunyai batas batas yang jelas. Contoh nyamuk
Aedes aegypti, anopheles, culex dan mansonia. Adapun ciri-ciri nyamuk tersebut sebagai
berikut :
Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti
1. Bentuk tubuh kecil dan dibagian abdomen terdapat bintik-bintik serta berwarna
hitam.
2. Tidak membentuk sudut 90º
3. Penyebaran penyakitnya yaitu pagi atau sore
4. Hidup di air bersih serta ditempat-tempat lain yaitu kaleng-kaleng bekas yang bisa
menampung air hujan
5. Penularan penyakit dengan cara membagi diri.
6. Menyebabkan penyakit DBD.
Ciri-ciri nyamuk Culex
1. Palpi lebih pendek dari pada probocis.
2. Bentuk sayap simetris.
3. Berkembang biak di tempat kotor atau di rawa-rawa.
4. Penularan penyakit dengan cara membesarkan tubuhnya.
5. Menyebabkan penyakit filariasis
6. Warna tubuhnya coklat
Ciri-ciri nyamuk Mansonia
1. Pada saat hinggap tidak membentuk sudut 90º
2. Bentuk tubuh besar dan panjang
3. Bentuk sayap asimetris.
4. Menyebabkan penyakit filariasis
5. Penularan penyakit dengan cara membesarkan tubuhnya.
6. Warna tubuhnya coklat kehitaman
Ciri-ciri nyamuk Anopheles
1. Bentuk tubuh kecil dan pendek
2. Antara palpi dan proboscis sama panjang
3. Menyebabkan penyakit malaria
4. Pada saat hinggap membentu sudut 90º
5. Warna tubunya coklat kehitam
6. Bentuk sayap simetris
7. Berkembang biak di air kotor atau tumpukan sampah
8. Penularan penyakit dengan membagi diri

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
Tuma
Tuma adalah kutu yang terdapat pada manusia. Tuma bisa melakukan pembuahan sendiri
tanpa perkawinan (partenogenesis). Kutu pada manusia terbagi 3, yaitu kutu kepala
(Pediculus humanuscapitis), kutu badan (Pediculus humanuscorporis), dan kutu
kemaluan (Pthirus pubis). Tuma merupakan ordo phtiraptera dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
 Badan berwarna putih kelabu
 Bentuk pipih memanjang
 Kepala ovoid sedikit bersudut
 Toraks dari kitin.
 Abdomen terdiri atas 9 ruas.
 Di kepala terdapat mata sederhana (bagian lateral).
 Antena pendek terdiri atas 5 ruas.
 Proboscis (alat penusuk) yang dapat memanjang.
 Tiap ruas toraks terdapat sepasang kaki yang terdiri 5 ruas yang berakhir sebagai
capit/kait.
 Lubang kelamin di tengah dorsal.
.
a. Pediculus humanuscapitis
Kutu kepala berukuran 1-2 mm. Telur yang dihasilkannya paling banyak
yaitu sekitar 300 butir. Kutu kepala sebagai parasit di kepala manusia, kutu ini
mengisap darah di kepala sehingga merugikan kesehatan pada manusia karena
dapat menyebabkan gatal, kekurangan darah (O2) pada otak sehingga dapat
berpengaruh bagi kecerdasan otak. Dibandingkan kutu lainnya, kutu ini mudah
ditemukan walaupun pada zaman sekarang jarang adanya namun keberadaanya
tidak begitu sulit dijangkau seperti kutu badan dan kutu kemaluan. Selain itu, kutu
kepala masih umum menjadi parasit di kepala manusia.
b. Pediculus humanuscorporis
Kutu badan mempunyai panjang 2-4 mm. Kutu ini menghasilkan 140 butir
telur. Kutu ini parasit pada badan, biasanya terdapat pada dada utamanya
ditemukan pada dada yang berbulu. Seperti halnya kutu kepala kutu ini bersifat
parasit uga menghisap darah.
c. Pthirus pubis
Kutu kemaluan mempunyai panjang 0,8-1,2 mm, kutu ini berukuran
paling kecil dibandingkan kutu kepala dan kutu kemaluan. Kutu ini sangat jarang
sekali ditemukan pada saat ini. Kutu kemaluan mengasilkan telur 50 butir. Kutu
ini juga sebagai parasit dan dapat berpindah/ menular lewat hubungan seksual.

Pinjal
Pinjal adalah kutu pada hewan sama halnya dengan tuma yang merupakan kutu
pada manusia, pinjal juga sebagai parasit. Secara umum, morfologi pinjal mempunyai
tubuh pipih berukuran 1,5-4 mm, tidak bersayap, mulut tersembunyi (berfungsi untuk
menusuk-mengisap, mempunyai kaki-kaki yang panjang dan kuat untuk meloncat, pada
daerah dekat mata terdapat ocular bristle, mempunyai abdomendengan 10-12 segmen :
pada segmen ke-8 atau ke-9 terdapat spermatheca (pinjal betina), sedangkan pada yang
jantan , penis terdapat pada segmen abdomen ke-5 atau ke-6. Juga terdapat comb

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”
(rambut seperti sisir) yang penting untuk differensiasi pinjal yang terdiri dari Genal comb
di atas mulut dan thoracal comb yang terdapat di segmen pertama toraks.. Metamorfosa
pada pinjal adalah metamorfosa sempurna. Adapun macam pinjal, diantaranya
Ctenocephalides canis, Ctenocephalides felis, Pulex irritans, Xenopsylla cheopis (pinjal
tikus), Nosopsyllus fasciatus

ALAT DAN BAHAN


1. Mikroskop cahaya
2. Preparat awetan Protozoa
3. Preparat jaringan tumbuhan

CARA KERJA
1. Amati preparat awetan tiap spesies arthropoda yang sudah disediakan di bawah
mikroskop dengan perbesaran lemah, kemudian ke perbesaran kuat. (amati
morfologi tiap stadium dan bagian-bagiannya).
2. Gambar hasil pengamatan anda dan berikan keterangan jenis dan bagian-bagian
dari spesies tersebut

LAPORAN HASIL KERJA


No Gambar preparat Keterangan
1

Visi Prodi DIII Farmasi yaitu “Menjadi Program Studi Terdepan Dalam Menghasilkan Ahli Madya Farmasi
Yang Unggul Sebagai Teknisi Farmasi Klinis Dan Komunitas Pada Tahun 2019”

Anda mungkin juga menyukai