Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERGLIKEMIA

STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

CT : Zaqyyah Huzaifah, Ns., M.Kep


CI : M. Agus Kartono, S.Kep.,Ns

OLEH :

Nida Nurjannah, S.kep


NPM. 2014901210124

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERGLIKEMIA

Definisi
Hiperglikemia merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah mengalami peningkatan diatas normal.
Peningkatan kadar glukosa darah dikatakan DM apabila hasil pengukuran kadar glukosa plasma puasa ≥140
mg/dl (SI : 7,8 mmol/L) atau kadar glukosa sewaktu ≥200 mg/dl (SI : 11,1 mmol/l) pada satu kali
pemeriksaan atau lebih. Tingginya kadar glukosa darah tersebut dapat menyebabkan berbagai komplikasi
metabolik akut maupun kronis (Smeltzer & Bare, 2008).

Etiologi
1. Predisposisi
- Disfungsi kelenjar thyroid, adrenal dan pituitary glands
- Kerusakan sel Beta
- Pengangkatan pankreas
- Penyakit intrakranial, ensefalitis, perdarahan otak, meningitis dan tumor otak  (khususnya yang
berlokasi didekat pituitary glands)
- Pankreas memproduksi insulin dalam jumlah yang sedikit (tidak cukup
- Pankreas memproduksi insulin dalam batas normal, namun sel tubuh tidak  dapat merespon
rangsangan dari insulin untuk mengambil glukosa dalam darah
2. Presipitasi
- Usia
- Overweight 
- Hereditas (anggota keluarga yang memiliki riwayat hiperglikemia)
- Faktor imunologi (respon autoimun, dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing). (John, Ratery et al,.
2009).
Manifestasi klinis
1. Hiperglikemia sedang
Pada hiperglikemia akut belum terlihat tanda dan gejala yang bermakna, namun seseorang yang
memiliki hiperglikemia akut biasanya mengalami osmotik  dieresis. Keadaan ini biasanya terjadi karena
kontrol gula darah yang rendah.
2. Hiperglikemia berat
Pada hiperglikemia kronis, biasanya seseorang sudah memiliki tanda gejala yang  bermakna diantaranya:
- Polyphagia (Peningkatan frekuensi makan karena sering lapar)
- Polydipsia (Peningkatan frekuensi minum karena sering haus)
- Polyuria (Peigkatan urinary)
- Blurred vision (penglihatan kabur)
- Fatigue (sleepiness) (Kelelahan)
- Weight loss (Kehilangan berat badan tanpa alasan)
- Poor wound healing (Proses penyembuhan luka lama)
- Dry mouth (Mulut kering)
- Dry or itchy skin (Kulit kering atau gatal)
- Tingling in feet or heels (Kesemutan pada ekstremitas)
- Erectile dysfunction (Disfungsi ereksi)
- Recurrent  infections, external ear infections (swimmer's ear) (Rentan terjhadap infeksi)
- Cardiac arrhythmia (Peningkatan irama jantung)
- Stupor (Kejang)
- Coma (Koma)
- Seizures (Pingsan) (Jauch Chara K, et al,. 2007)
Pathway

Komplikasi Penatalaksanaan
Hiperglikemia akan menjadi masalah yang serius jika tidak ditangani - Olahraga (namun jika gula
dengan tepat. Ketoasidosis merupakan salah satu komplikasi dari darah diatas 240 mg/dl dan
hiperglikemia jangka panjang dimana tanda gejalanya antara lain: nafas ketika diperiksa terdapat
pendek, nafas bau buah, mual muntah dan mulut kering. Selain keton dalam urin maka
ketoasidosis, hiperglikemia juga dapat meningkatkan komplikasi  pada olahraga harus dihentikan)
gagal jantung dan ginjal. Jika hiperglikemia terjadi lama hal ini dapat - Diet rendah gula
menyebabkan penurunan aliran darah terutama pada kaki dan terjadi - Terapi insulin
kerusakan saraf, sehingga kaki mudah mendapat luka dan sulit sembuh - Hypoglicemic medication
(Gangren).
Klasifikasi
1. Hiperglikemia sedang
Peningkatan kadar gula dalam darah pada fase awal dimana gula darah dalam level >126 mg/dl untuk gula
darah puasa.
2. Hiperglikemia berat
Peningkatan kadar gula dalam darah pada level 200mg/dl untuk gula darah puasa setelah terjadi selama
beberapa periodik tanpa adanya hypoglikemic medication. Pada hiperglikemia kronis sudah harus dilakukan
tindakan dengan segera, karena dapat meningkatkan resiko komplikasi pada kerusakan ginjal, kerusakan
neurologi, jantung, retina, ekstremitas dan diabetic neuropathy merupakan hasil dari hiperglikemi jangka
panjang. (Frier, BM et al,. 2004).

Pemeriksaan penunjang
1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya
antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang sesungguhnya karena
pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin
terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang
tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi (Hardisman, 2014).

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Ketidakseimbangan Status nutirisi: nutrisi adekuat 1. Kaji kebiasaan makan dan
nutrisi kurang dari Status nutrisi: intake makanan dan cairan kebutuhan makan
kebutuhan tubuh Berat badan terkontrol 2. Pastikan diet yang dimakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan mengandung tinggi serat
selama 2 x 24 jam nutrisi teratasi dengan 3. Ajarkan pasien dan keluarga
kriteria: membuat jadwal makanan
 Albumin serum normal 4. monitor Hb
 Hematokrit normal 5. Berikan lingkungan yang nyaman
 Tidak mual muntah dan bersih
 Hb normal 6. Monitor turgor kulit
 Toleran terhadap makanan 7. Monitor mual muntah
8. Informasikan kepada pasien dan
keluarga tentang pentingnya
mematuhi diet yang telah
diprogramkan
9. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien

2. Kelelahan b.d Toleran aktivitas Energy Management


(Anemia, status Energy conservation 1. Monitor dan catat pola dan jumlah
penyakit, malnutrisi, Status nutrisi: energy tidur pasien
kondisi fisik yang Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Monitor lokasi ketidaknyamanan
buruk ) selama 3x24 jam kelelahan pasien selama beraktivitas
teratasi dengan kriteria: 3. Monitor intake nutrisi pasien
 Kemampuan aktivitas adekuat 4. Catat aktivitas yang dapat
 Mempertahankan nutrisi adekuat meningkatkan kelelahan
 Keseimbangan aktivitas dan istirahat 5. Anjurkan manajemen aktivitas
 Menggunakan teknik energi untuk mencegah kelelahan
konservasi 6. Jelaskan kepada pasien hubungan
 Mempertahankan interaksi social kelelahan dengan proses penyakit
 Mengidentifikasi faktor fisik dan 7. Tingkatkan batasan bedrest dan
psikologis yang menyebabkan aktivitas
kelelahan
3. Kerusakan integritas Integritas jaringan: kulit dan membran Pressure Management
kulit mukosa 1. Monitor status nutrisi pasien
Peningkatan penyembuhan luka 2. Monitor kulit akan adanya kemerahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3. Monitor aktivitas dan mobilisasi
selama 3 x 24 jam kerusakan integritas pasien
kulit teratasi dengan kriteria hasil: 4. Observasi luka: lokasi, dimensi,
 Integritas kulit yang baik bisa kedalaman luka, karakteristik,
diperthankan (sensasi, elastisitas, warna cairan, granulasi, jaringan
temperatur, nekrotik, tanda-tanda infeksi local
hidrasi, pigmentasi) 5. Kaji lingkungan yang dapat
 Tidak ada luka/lesi memperparah luka
 Perfusi jaringan baik 6. Anjurkan pasien untuk
 Menunjukkan pemahaman dalam menggunakan pakaian yang
proses perbaikan kuli dan mencegah longgar
terjadinya cedera berulang 7. Oleskan lotion pada daerah yang
 Mampu melindungi kulit, tertekan
mempertahankan kelembaban kulit 8. Lakukan teknik perawatan steril
dan perawatan alami 9. Kolaborasi antibiotik dan analgesik
 Menunjukkan proses penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA

Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta: Gosyen


Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hyperglycemia With Glucagon: an
Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal.
McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department: Acute Care of
Diabetes Patients. Clinical Diabetes
Setyohadi,  Bambang.  2012. Kegawatdaruratan  Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam
Jevon,  Philip.  2010.  Basic  Guide  To Medical  Emergencies  In  The Dental  Practice. 
Inggris:  Wiley Blackwell

Banjarmasin, Oktober 2021


Ners Muda,

( Nida Nurjannah, S.Kep )

Perseptor Klinik

(M. Agus Kartono, S.Kep.,Ns)

Anda mungkin juga menyukai