Anda di halaman 1dari 12

ANOTASI

FILSAFAT PENDIDIKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Landasan Filosofi Dan Teori Pendidikan Sejarah
Dosen pengampu : Dr. Leli Yulifar, M. Pd

Oleh :
Devi Wahyuni
2105644

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
1. Fadli, R. V. (2020). Tinjauan Filsafat Humanisme Studi Pemikiran Paulo Freire Dalam
Pendidikan. Reforma: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 9(2) 96–103.
Pendidikan humanisme adalah suatu pendidikan yang menganut aliran filsafat
humanisme di mana proses pendidikan menempatkan manusia sebagai salah satu objek
terpenting dalam pendidikan. Di mana Fadli dalam jurnalnya membahas mengenai tinjauan
filsafat humanisme studi pemikiran paulo Freire dalam pendidikan dengan tujuan
mendeskripsikan pendidikan aliran filsafat humanisme dalam pemikiran Paulo Freire, dengan
metode penelitian kualitatif yaitu library research dan memuat temuan-temuan berupa Paulo
Freire merupakan tokoh pendidikan, teolog dan humanis yang berasal dari kota Refice, Brazil
bagian timur. Pemikiranya selalu berisiskan tentang gugatan, protes dan berontak terhadap
segala hal penyelewengan pendidikan, terutama kesadaran manusia atas pendidikan.
Pemikiranya dalam pendidikan dilatar belakangi oleh keadaan Brazil, karena pendidikan
yang berjalan sama sekali tidak berpihak pada masyarakat miskin, namun justru hanya
mengasingkan dan menjadi alat penindasan oleh penguasa. Pergerakan Paulo dalam dunia
pendidikan didasarkan pada “pendidikan untuk orang miskin” dan ia adalah pemikir
berpengaruh dalam teori dan praktik pendidikan krisis abad ke-20. Berangkat dari sinilah
muncul aliran filsafat Paulo Freire yakni aliran Humanisme di mana berfokuskan pada
pemahaman manusia.
Jurnal ini ditulis dengan baik dan sistematis oleh penulis. Terlebih jurnal ini
memaparkan temuan-temuannya dengan sangat baik hingga mudah untuk dimengerti, begitu
pula penjabaran teori-teori yang dipakai oleh peneliti. Jurnal ini dapat penulis
rekomendasikan kepada para pembaca yang inggin mencari tahu tantang humanisme dalam
pemikiran Paulo Freire maupun dijadikan referensi dalam penelitian maupun pembelajaran.
Karena jurnal ini memuat hasil mengenai pemikiran Paulo Freire dengan penjabaran kata-
kata yang dapat dengan mudah dimengerti.

2. Pendas, J. C. (2016). Telaah Aliran Pendidikan Progresivisme Dan Esensialisme Dalam


Perspektif Filsafat Pendidikan. Jurnal Cakrawala Pendas, 2(1), 29–39.

Proses pendidikan melibatkan berbagai pihak, sekurang-kurangnya pendidik dan


peserta didik. Partisipasi dari berbagai pihak menjadi modal untuk mencapai keberhasilan.
Progresivisme dan esensialisme merupakan aliran filsafat pendidikan yang dapat diterapkan
sebagai dasar epistemologi untuk mengembangkan pendidikan yang bersifat partisipasif.
Jurnal ini difokuskan kepada dua aliran yang sudah ada sejak lama, yakni aliran proresivisme

2
dan esensialisme. Teori pendidikan yang dirancang berdasarkan filsafah progresivisme yang
digagas Jhon Dewey, pada dasarnya mengutamakan lima hal yaitu, kurikulum yang baik
disusun berdasarkan pengamatan edukatif eksperimental, guru harus memiliki keunggulan
dalam ilmu pengetahuan, peserta didik memiliki potensi masing-masing yang harus diberi
kesempatan, lingkungan merupakan hal penting yang tidak dapat dipisahkan dengan proses
pendidikan sebagai penunjang keberhasilan dan oenggunaan metode dalam pendidikan harus
diutamakan dibanding materi ajar, karena metode menunjang proses. Berbeda dengan aliran
esensialisme, aliran ini kurang setuju terhadap praktetek pendidikan progresivisme, dengan
alasan bahwa pergerakan progresivisme dianggap akan merusak standar intelektual dan moral
kaum muda dengan diberikanya kebebasan, secara kelembagaan aliran ini menginginkan agar
sekolah berfungsi sebagai subjek proses pariwisata budaya dan sejarah yang mengandung
nilai-nilai luhur dari para filsof sebagai ahli pengetahuan.
Jurnal yang ditulis oleh pendas dengan judul telaah aliran pendidikan progresivisme
dan esensialisme dalam perspektif filsafat pendidikan, ditulis dengan baik dan sitematis
berdasarkan data yang didapat oleh peneliti. dalam jurnalnya peneliti menunjukkan, terdapat
perbedaan antara dua aliran filsafat, yaitu antara esensialisme dan progresivisme. Dalam
penulisan hasil penelitian, peneliti sudah sangat baik menjabarkannya sehingga pembaca
dapat dengan mudah memahaminya. Berdasarkan hasil penelitian yang ditulis oleh pendas
bisa dijadikan referensi materi dan informasi tambahan untuk peneliti maupun pembaca,
untuk mengetahui mengenai aliran filsafat esensialisme dan progresivisme.

3. Putri, S. D. (2021). Analisis Filsafat Pendidikan Perenialisme dan Peranannya dalam


Pendidikan Sejarah. HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 9(1), 13–22.

Berangkat dari rasa ingin tahu peneliti mengenai apakah perenialisme berperan dalam
pendidikan sejarah, Putri membuat penelitian untuk membuktikannya dengan menghasilkan
artikel jurnal sebanyak 10 halaman yang menyajikan hasil penelitianya mengenai analisis
filsafat pendidikan perenialisme dan peranannya dalam pendidikan sejarah. Dengan tujuan
yang hendak dicapai peneliti adalah bagaimana pendidikan, tujuan, peran pendidik dan
peserta didik jika dikaji dari filsafat perenialisme dan bagaimana penerapan filsafat
perenialisme dalam pendidikan sejarah. Metode yang dipakai di dalam penelitian ini adalah
metode library research yaitu teknik pengumpulaan data mengunakan literatur
(kepustakaan). Hasil dari penelitian menunjukkan filsafat pendidikan perenialisme berarti
tumbuh sejalan dengan waktu dan bersifat abadi, dengan pandangan mempercayai nilai-nilai

3
serta moral yang berkembang dimasyarakat dengan sifat yang abadi. Peran filsafat
merealisasikan kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai salah satu potensi dasar,
kebenaran dalam aliran ini bersifat universal dan konstan, tujuan pendidikan berpusat pada
materi (contend based, subject-centered) salah satu dalam disiplin ilmu sejarah. Metode yang
digunakan filsafat perenialisme adalah metode yang salalu mengutamakan kebebasan berfikir
peserta didik baik melaui diskusi, problem sovling, peneltian, penemuan dan membaca.
Pendidikan sejarah sendiri berdasarkan pada perenialisme mengembangkan tugas
transmission of culture, yaitu membawa siswa pada penghargaan yang tinggi terhadap
prestasi bangsa dimasa lalu.
Jurnal ini ditulis dengan baik dan sistematis berdasarkan data yang diperoleh oleh
Putri, sehingga jurnal ini dapat penulis rekomendasikan kepada para pembaca sebagai bahan
rujukan dalam membantu penelitian. Terlebih pembahasan dan hasil penelitian yang di
paparkan dengan baik, sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh pambaca. Meski terdapat
sedikit kekurangan pada jurnal ini, yaitu di bagian abstrak yang ditulis peneliti kuarang dapat
menjelaskan jurnal secara menyeluruh dan agak susah dipahami, namun tidak mengurangi
esensi tujuan peneliti. Namun jurnal ini bisa ditambahkan mejadi bahan bacaan bagi peserta
didik maupun mahasiswa yang mencari informasi mengenai perenialisme.

4. Abidin, J. (2017). Pengembangan Pendidikan Dalam Filsafat Eksistensialisme. Al-Fikra :


Jurnal Ilmiah Keislaman, 12(2), 87. https://doi.org/10.24014/af.v12i2.3864

Pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan yang dibutuhkan dunia


modren sekarang adalah pendidikan yang didasarkan pada kemampuan peserta didik dalam
tinggkat aspek koknitif, afektif dan psikomotor. Dalam hal ini peserta didik dituntut untuk
mampu mengaplikasikanya dalam pendidikan maupun kehidupan sehari-hari. Abidin menulis
jurnal tentang pengemabangan pendidikan dalam filsafat eksistensilisme, dalam teori
perkembangan sumber daya manusia dalam konteks eksistensisme sangan manjunjung
tinnggi adanya asas fudamental yang melekat pada setiap individu. Justru itu, dalam
pengemabangan sumber daya manusia melalui upaya pendidikan haruslah dengan
memberikan jaminan kebebasan kepada seluruh subjek peserta didiknya agar dapat
berimajinasi dan berkreasi sesuai dengan bakat dan iradahnya. Bagi aliran ini, hanya dengan
cara demikianlah subjek atau peserta didik dapat mengemabangkan potensi yang dimilikinya,
sehingga ia mampu menjadi manusia yang mandiri, kreatif, inovatif dan dinamis. Pemberian
jaminan ini tentu terdeskripsi dalam keseluruhan sistem kependidikan, baik dalam konteks

4
kurikulum, proses pembelajaran maupun dalam lingkungan pembelajaran.

Jurnal ini ditulis dengan baik oleh penulis. Dalam pemaparan teori, jurnal ini sangat
jelas dengan memasukkan tokoh-tokoh yang dapat memperkuat teori yang inggin
disampaikan oleh penulis, baik dari tokoh-tokoh islam sampai kepada tokoh-tokoh barat
dalam pembahasan eksistensisme. Namun terdapata sedikit kekurangan, penulis dalam jurnal
ini kurang dalam memaparkan latar belakang dan tidak ditemukanya metode yang digunakan
oleh peneliti.

Jurnal ini dapat direkomendasikan kepada para pembaca dan peneliti yang sekiranya
sedang mencarai teori-teori mengenai eksistensisme. Untuk nantinya dijadikan rujukan dalam
pembahasan penelitian atau kajian yang relevan, dan dapat dikembangkan lebih lanjut. Meski
terdapat sedikit kekurangan dalam jurnal ini, namun permasalahan yang dibahas sangatlah
menarik.

5. Anamofa, J. N. (2018). Pragmatisme Pendidikan: Belajar dari John Dewey. 39–40.


https://doi.org/10.31227/osf.io/7hs34

Artikel ini mebahas mengenai pragmatisme, dengan pemikir Amerika yang sangat
lekat dengan filsafat pendidikan pregmatisme adalah John Dewey. Prakmatisme sebagai
aliran filsafat dapat dipahami secara metafis, epistemologis dan aksiologis. John Dewey
dalam bukunya menyatakan “kita harus” membuat setiap sekolah kita sebagai embrio
kehidupan masyarakat, aktif dengan tipe-tipe pekerjaan yang merefleksikan kehidupan dalam
masyarakat pada umumnya dan menyebarkan ilmu kesemua orang. Ketika sekolah
memperkenalkan dan melatih anak dalam masyarakat menjadi bagian dari masyarakat
dengan belajar dari masyarakat kecil sekolah, menemukan dia dengan spirit melayani dan
menyediakan bagian instrumen-instrumen yang efektif agar dapat digunakan secara pribadi,
kita dapat berharap dengan baik tentang suatu masyarakat besar yang layak, penuh cinta dan
harmoni.
Pragmatisme pendidikan yang dipelopori oleh John Dewey didasarkan pada
perubahan, proses, relatifitas dan rekonstruksi pengalaman. Pragmatis Dewey dapat juga
disebut sebagai filsafat eksperimental, karena tujuan dan rencana, dalam hal ini konsep-
konsep manusia hanya dapat divalidasi dengan menjadikanya dasar tindakan dan dari
konsekuensi-konsekuensi yang lahir dari tindakan-tindakan itulah tujuan, rencana atau
konsep manusia dapat dinilai. Menurut Dewey, anak-anak belajar lebih banyak dan lebih
cepat ketika guru mendorong rasa keinggintahuan alami mereka, bukan menjadikan mereka

5
sebagai subjek yang kaku. Dewey membuka laboratorium Sekolah Universitas Chicago,
lewat ini ia menguji pemikiranya tentang pendidikan yang revolusioner dan pada akhirnya
sekolah Dewey menjadi sekolah superior secara akademis di USA.
Artikel ini ditulis dengan baik, berdasarkan dengan judul artikel Pragmatisme
Pendidikan Belajar dari John Dewey, di mana penulis memaparkan dengan jelas tentang
pragmatisme berdasarkan dari pengalaman dan pandangan dari Dewey. Yaitu pragmatisme
pendidikan memposisikan anak didik sebagai pihak yang sangat penting dan mesti dipahami
dengan baik dan benar. Adapun kekurangan dalam artikel ini yaitu pengantar perlu diperjelas
kembali, untuk mempermudah pembaca dalam memahami artikel. Meskipun terdapat
kekurangan, artikel ini bisa menjadi rujukan untuk para pembaca maupun penulis mengenai
topik Pragmatisme.

6. Ibrahim, R. (2018). Filsafat Progresivisme Perkembangan Peserta Didik. Al-Riwayah: Jurnal


Kependidikan, 10(1), 151–166. https://doi.org/10.32489/al-riwayah.156

Dalam filsafat progresifisme, pendidikan bukan hanya mentransformasikan


pengetahuan kepada peserta didik saja, akan tetapi dengan pendidikan diharapkan peserta
didik bisa memahami relitas kehidupan yang akan terjadi dimasa depan. Jurnal yang ditulis
oleh Ibrahim memuat tujuan bagaimana kita seorang guru dapat memahami peserta didik
dilihat dalam perspektif filsafat progresivisme. Pendidikan sebagai usaha sadar untuk
memanusiakan manusia, harus memandang peserta didik secara manusiawi dan
mengembangkan pribadi sepenuhnya dan seutuhnya dalam kesatuan yang seimbang,
harmonis dan dinamis. Progresivisme dalam pendidikan menentang sistem pendidikan
konvensional yang dianggap tradisional-konserfatif yang menekan metode pembelajaran
ekstruktional, menekan pada mental learning dan menekan pada kemampuan baca tulis
peserta didik. Teori ini menempatkan peserta didik pada posisi sentral dalam melakukan
pembelajaran, di mana mereka dituntut agar selalu melakukan usaha-usaha mandiri untuk
menigkatkan kreativitasnya dalam berbagai bidang berdasarkan minat dan tujuan peserta
didik dan menempatkan peserta didik pada posisi aktif, untuk kepentingan hidupnya pada
masa depan. Sejarah masa lalu dijadikan cerminan hidupnya dan kebaikan dalam sejarah
dijadikan sebagai tamsil atau ibarat, karena dalam pendidikan progresivisme memiliki
orientasi masa depan yang mengiginkan kemajuan pada diri peserta didiknya.
Jurnal yang ditulis oleh Ibrahim dengan judul filsafat progresivisme perkembangan
peserta didik, ditulis dengan baik. Terlebih teori-teori yang mendukung yang dipakai oleh
penulis dipaparkan dengan sangat jelas sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami.

6
Dalam jurnal ini maksut penulis tersampaikan dengan jelas mengenai progresivisme. Namun
terdapat juga kekurangan di mana peneliti tidak menjelaskan metode yang dipakai dan
kuranya argumen peneliti. Meskipun terdapat kekurangan dalam jurnal ini, namun tidak
mengurangi maksut dari jurnal ini, dengan demikian penulis dapat merekomendasikan jurnal
ini untuk para pemabaca yang ingin mengetahui apa itu progresivisme perkembangan peserta
didik.

7. Mubin, A. (2019). Refleksi Pendidikan Filsafat Idealisme. Rausyan Fikr : Jurnal Pemikiran
Dan Pencerahan, 15(2), 25–39. https://doi.org/10.31000/rf.v15i2.1801

Pendekatan filosofis terhadap pendidikan adalah suatu pendekatan untuk memecahkan


masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan pendekatan filsafat. Jurnal yang ditulis
oleh Mubin bertujuan untuk memfokuskan kajiannya pada kajian relasi pendidikan filsafat
idealisme dan implementasinya dalam dunia pendidikan dewasa ini. Idealisme adalah filsafat
dari Plato dan dikembangkan oleh para pengikutnya yang menekankan pentingnya
keunggulan pikiran (mind), roh (soul), jiwa (spirit) atau ide dari pada hal-hal ya ng bersifat
kebendaan atau material. Pokok-pokok pikiran Idealisme terdiri dari pandangannya tentang
metafisika, epistimologi dan aksiologi. Refleksi pendidikan filsafat idealisme dalam praktek
pendidikan yakni terlaksannya proses pendidikan dengan mendasarkan formulasi yang
bertujuan untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta
kebaikan sosial, kurikulum pendidikan ke arah pengembangan kemampuan nalar secara
rasional dan pendidikan praktis, metode merupakan kunci bermain dalam mendidik dan yang
diutamakan oleh idealisme adalah metode socratik/dialektika, peserta didik bebas untuk
mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya, pendidikan bertanggung
jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan lingkungan,
peserta didik dan alam.
Jurnal ini ditulis dengan baik oleh peneliti didasarkan pada data yang didapatkan oleh
Mubin mengenai refleksi pendidikan filsafat idealisme, di mana pemaparan hasil temuan
dijelasakan dengan baik, sehingga pembaca mudah untuk memahami isi jurnal ini. Adapun
kekurangan dalam jurnal ini yitu, sistem penyusunan pembahasan di dalam jurnal ini tidak
terlalu jelas sehingga kita harus lebih jeli dan penulisan masih ada yang harus diperbaiki.
Secara keseluruhan, jurnal yang ditulis Mubin bisa dijadikan pertimbangan bagi pembaca
maupun peneliti untuk dijadikan acuan atau baha perbandingan. Maka dari itu penulis
merekomendasikanya.

7
8. Topan, M. (2020). Pragmatisme Dalam Pendidikan Di Indonesia : IDRAK Jurnal Pendidikan
dan Budaya, 1(1), 16–26.

Pendidikan diartikan sebagai upaya mengembangkan kualitas pribadi manusia dan


membanggun karakter bangsa yang dilihat dari nilai-nilai, agama, filsafat, psikologi, sosial
budaya dan ipteks yang bermuara pada pembentukan pribadi manusia bermoral dan
berakhlak mulia serta berbudi pekerti luhur. Akan tetapi dalam praktinya, nilai-nilai itu tidak
semua dapat dicapai karena beberapa hal, sehingga tujuan pendidikan hanya menjadi angan-
angan saja. Jurnal yang ditulis oleh topan membahas mengenai konsep pendidikan pragmatis
yang dapat dijadikan sebagai solusi melawan kebutuhan dalam dunia pendidikan yang hanya
berkutat pada hal-hal konseptual saja. Pendidikan pragmatis memfokuskan pada solusi
praktis dan kongkret terhadap pemasalahan yang ada dan langsung dirasakan menfaatnya.
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan analisis filosofis, tulisan ini berupaya menekankan
aspek teoritis dan praktis dalam pendidikan di indonesia. Dalam kaitan dengan dunia
pendidikan di indonesia, pragmatisme menghendaki pembeagian yang tetap terhadap
persoalan yang bersifat teoritis dan praktis. Pengembangan terhadap yang teoritis akan
memberikan bekal yang bersifat etik dan normatif, sedangkan yang praktis dapat
mempersiapkan tenaga profesional sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Perubahan
paradigma penyelenggaraan pendidikan sangat diperlukan guna mengimbangi perkembangan
zaman yang semakin pesat.
Jurnal ini ditulis dengan baik dan sistematis, dengan data yang relevan oleh Topan
sebagai peneliti. berdasarkan hasil penelitianya, diharapkan pendidikan di indonesia bisa
direncanakan dan dilaksanakan dengan benar dan sebaik mengkin dengan melibatkan semua
komponen dan seluruh warga masyarakat. Jurnal ini bisa dijadikan rujukan maupun
pertimbangan bagi peneliti lain. Adapun kekurangan yang terdapat di dalam jurnal ini,
peneliti tidak menunjukkan tujuan secara spesifik di dalam latar belakang yang di jelaskan.
Menurut penulis sebaiknya peneliti menuliskan tujuan penelitian secara jelas.

9. Sayono, J. (2013). Pembelajaran Sejarah Di Sekolah: Dari Pragmatis Ke Idealis. Jurnal

8
Sejarah Dan Budaya, 7(1), 9–17. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php

Masalah klasik yang selalu timbul saat guru mata pelajaran sejarah mengajar di depan
kelas adalah, siswa selalu merasa bosan, kurang menarik dan menghafal. Hal ini sudah terjadi
dari dulu hingga sekarang, dimana image ini melekat kuat dikalangan siswa. Saryono dalam
penelitiannya yang berjudul pemebalajaran sejarah di sekolah dari pragmatis ke idealis,
dengan tujuan penelitian ingin memberikan atau menawarkan konsep solusi untuk membantu
guru dan siswa agar dapat melaksanakan pembelajaran ke arah yang lebih baik. Pembelajaran
sejarah di sekolah berbeda untuk tingkat SD dan SMP mata pelajaran sejarah masuk pada
mata pelajaran IPS, untuk SMA berdiri sendiri untuk mata pelajaran dan untuk SMK
bergabung dengan mata pelajaran PKN. Mata pelajaran sejarah memiliki peran dalam
membentuk karakter bangsa dan sikap kebangsaan dan cinta tanah air, namun pembelajaran
sejarah yang terjadi dewasa ini lebih berorientasi pada penguasaan pengetahuan sebagaimana
tuntutan SK dan KD. Jadi image mata pelajaran yang buruk harus segera dirubah. Sayono
juga mengatakan 30 tahun yang lalu saat ia kuliah, banyak skripsi dan tesis tentang
pendidikan sejarah ditulis oleh mahasiswa dengan latar belakang image tersebut. Melalui
pengembangan pembelajaran yang ideal, pihak-pihak terkait terutama guru sebagai
penanggung jawab proses pembelajaran di kelas harus merubah sikap prgmatis menjadi
idealis. Berubah dari sekedar menyelesaikan materi dan siswa mendapat nilai di atas KKM,
menjadi tujuan yang sangat mulia yakni membentuk watak dan kepribadian siswa. Guru pun
harus mengubah skap pasif menjadi guru yang mampu menginspirasi siswa-siswanya melalui
mata pelajaran sejarah.
Jurnal ini ditulis dengan baik dan sistematis, berdasarkan data yang relevan dimana
penelitian ini berdasarkan pengalamannya sendiri terlibat dalam kegiatan pendapingan
pengembangan pembelajaran IPS dan Sejarah pada sekolah unggulan, sehingga jurnal ini bisa
menjadi acuan bagi guru sejarah untuk melakukan perbaikan dalam metode pembelajaran
yang digunakan di dalam kelas. Berdasarkan dari hasil penelitian yang dipaparkan peneliti
dalam jurnalnya, semua hal itu sesuia dengan realita yang terjadi pada zaman ini, dimana
pembelajaran sejarah masih menjadi pembelajaran yang membosankan bagi kebanyakan
peserta didik. Dari jurnal ini penulis merekomendasikan pada para guru maupun peneliti
untuk dapat dijadikan referensi maupun sebagai acuan kedepanya.

10. Hadi, S & Mujiburrahman. (2018). Pengaruh Media Realisme Dalam Pesan Visual Terhadap

9
Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Teknologi Pendidikan. 3(2),71-81

Penggunaan media yang tepat akan memberikan manfaat yang baik dalam
pembelajaran, namun sebaliknya jika pemilihan media pembelajaran tidak tepat, maka tidak
akan memberikan hasil yang baik dalam pembelajaran. Hadi dan Mujiburrahman dalam
penelitianya membahas pengaruh media realisme dalam pesan visual terhadap motivasi
belajar siswa dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh media realisme dalam pesan visual
terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas VIII SMP Negeri 10
Praya Barat Kabupaten Lombok Tenggah Tahun ajaran 2017/2018. Penulis berpendapat
bahwa, berdasarkan hasil observasi awal pelaksanaan pembelajaran khususnya guru mata
pelajaran sejarah masih menggunakan metode ceramah, tanya-jawab dan pemberian tugas
pada siswa, artinya guru belum mencoba menerapkan media pembelajaran, sebagai alat bantu
pembelajaran, sehingga siswa kurang berpartisipasi aktif atau kurang termotivasi dalam
belajarnya. Penggunaan media dalam pembelajaran adalah usaha guru untuk
mengembangkan dan memperbaiki sistem pendidikan (Intruksional) yang efektif sehingga
bahan pendidikan (Intruksional) yang diprogramkan oleh guru dapat diserap peserta didik
secara maksimal. Arti realisme menggambarkan hal-hal yang lebih nyata, dan berdasarkan
kesimpulan peneliti realisme merupakan media visual yaitu, media yang hanya dapat dilihat
menggunakan indra pengelihatan dan gambaran yang memiliki prinsip realis yang digunakan
guru sebagai alat perantara dalam menyampaikan informasi kepada siswa terhadap materi
yang diajarkan dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini mengunakan rancangan
eksperimen dengan pola one group design. Metode pengumpulan data menggunakan metode
angket sebagai metode pokok, sedangkan metode dokumentasi dan observasi sebagai metode
pelengkap dengan metode analisis statistik dengan rumus Chi-Square. Dengan hasil
penelitian (𝑥2 10.397> 𝑥2-tabel 9,488) dengan taraf signifikansi 5% dan df=(b -1)(k-1)=(21)
(5-1)= 4 diperoleh Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan terdapat pengaruh media
realisme dalam pesan visual terhadap motivasi belajar siswa.

Jurnal ini ditulis dengan baik dan sistematis, serta relevan dengan hasil penelitian.
Terlebih di dalam pembahasanya dipaparkan dengan jelas sehingga mudah dipahami oleh
para pembaca. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti sengaja memilih media realisme dalam
pesan visual sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran dikarenakan, media realisme
dalam pesan visual memiliki keunggulan yang termasuk bisa membuat proses pembelajaran
semakin efektif. Dengan ini peneliti dapat merekomendasikan jurnal ini kepada para guru

10
untuk dijadikan referensi atau dijadikan sebagai acuan bagi penelitian lajutan.

11
1

Anda mungkin juga menyukai