Anda di halaman 1dari 13

Makalah Aqidah Akhlak

Fenomena Tathayyur dan Tamimah


di Lingkungan Masyarakat

Dosen Pengampu : Dr.Sarwo Edy S.Ag.,Mm

Disusun oleh :
Kelompok 18
1. Ayu Tanti Hidayati
2. Maylisa

Sy.19.D1

Program Studi Ekonomi Syariah


Sekolah Tinggi Agama Islam Pelita Bangsa
Tahun Ajaran 2019-2020
KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrohim assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan
kepada penulis khususnya dan umumnya kepada kita semua, karena berkat rahmat
dan hidayah-NYA penulis dapat menyelesaikan makalah ini, shalawat serta salam
semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad
SAW.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen
Pengampu yang telah membimbing didalam penyusunan makalah yang berjudul
“Fenomena Tathayyur dan Tamimah di Lingkungan Masyarakat”.

Materi ini bersumber dari proses wawancara dengan beberapa narasumber


disekitar lingkungan kampus juga berasal dari sumber bacaan yang insyaallah
tersusun dengan sistematis dan ringkas, sehingga mudah untuk dipahami dan
dimengerti.

Penulis menyadari sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentunya


makalah ini memiliki kesalahan dan kekurangan. Dengan demikian saran dan
kritik yang membangun penulis harapkan demi perbaikan dan kebaikan makalah
ini untuk kedepananya. Semoga materi yang terkait didalamnya dapat bermanfaat
untuk kita semua. Aamiin ya rabbal’alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bekasi, 03 Januari 2020

ii | A q i d a h A k h l a k
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan ...................................................................................................... 4

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Tathayyur ............................................................................. 5
B. Pengertian Tamimah ............................................................................... 7
C. Hasil wawancara dengan Narasumber .................................................... 9

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................. 13

iii | A q i d a h A k h l a k
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap perilaku yang dinisbahkan kepada masa jahiliah adalah tercela,


demikian disebutkan oleh asy-Syaikh Shalih al-Fauzan dan lainnya. Namun,
sangat disayangkan masih banyak kaum muslimin yang memiliki keyakinan
seperti orang-orang di masa jahiliah. Di antara sekian perilaku jahiliah yang
banyak kaum muslimin terjatuh ke dalamnya adalah Tathayyur dan Tamimah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Tathayyur?
2. Apa itu Tamimah?
3. Bagaimana pendapat Masyarakat tentang fenomena Tathayyur dan
Tamimah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejauh mana masyarakat paham tentang Tathayyur dan
Tamimah
2. Untuk menetahui bagaimana pendapat masyarakat mengenai Fenomena
Tathayyur dan Tamimah
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Aqidah Akhlaq

4|Aqidah Akhlak
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tathayyur

Tathayyur adalah beranggapan sial dengan yang dilihat, didengar, atau


lainnya; disebut juga tathayyur. Tathayyur merupakan perbuatan orang
musyirikin jahiliah, perbuatan orang-orang yang mengingkari para rasul Allah
Subhanahu wata’ala.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

‫طي َُّروا‬ َّ ‫س ِيئَةٌ َي‬ َ ‫ص ْب ُه ْم‬ ٰ ‫سنَةُ قَالُوا لَن‬


ِ ُ ‫َاها ِذ ِه ۚ َوا ِْن ت‬ َ ‫فَ ِاذَا َجآ َءتْ ُه ُم ْال َح‬
‫طآ ِئ ُر ُه ْم ِع ْندَ هللاِ َو ٰل ِك َّن ا َ ْكث َ ُر ُه ْم‬ َ َ ‫ِب ُم ْوسٰ ى َو َم ْن َم َعهُ ۗ ا َ ََل اِنَّما‬
‫ََل َي ْعلَ ُم ْونَ ۝‬
“Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka
berkata, “Itu adalah karena (usaha) kami.” Dan jika mereka ditimpa
kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-
orang yang bersamanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah
ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (al-
A’raf: 131)

Makna ayat di atas, ketika Fir’aun dan pengikutnya mendapatkan


kebaikan berupa kesuburan, kelapangan, dan kesehatan mereka berkata,
“Kami memang pantas dan berhak mendapatkannya.” Namun, ketika
mendapatkan musibah berupa bencana atau kemarau, mereka pun bertathayyur
dengan Musa dan pengikutnya. Mereka berkata, “Ini adalah karena kesialan
Musa dan pengikutnya, kita tertimpa kesialan mereka.”

Maka Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Ketahuilah, sesungguhnya


kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah.”Yakni, datangnya kesialan
datang dari Allah Subhanahu wata’ala karena sebab kekufuran mereka dan
perbuatan mereka mendustakan ayat-ayat Allah Subhanahu wata’ala dan para
rasul-Nya.

Tathayyur adalah simbol musyrikin dan perilaku jahiliah. Allah


Subhanahu wata’ala berfirman,

َ َ ‫قَالُ ْوآ اِنَّا ت‬


َّ ‫طي َّْرنَا ِب ُك ْم ۚ َلئِ ْن َل ْم ت َ ْنت َ ُهوا َلن َْر ُج َمنَّ ُك ْم َولَيَ َم‬
‫سنَّ ُك ْم ِمنَّا‬
َ ‫اب ا َ ِل ْي ٌم۝ قَالُ ْوا‬
‫طآئِ ُر ُك ْم َم َع ُك ْم ۗ اَئِ ْنذُ ِك ْرت ُ ْم ۗ بَ ْل ا َ ْنت ُ ْم قَ ْو ٌم ُم ْس ِرفُ ْونَ ۝‬ ٌ َ‫َعذ‬

5|Aqidah Akhlak
“Mereka menjawab,“Sesungguhnya kami bernasib malang karena
kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami
akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari
kami.” Utusan-utusan itu berkata, “Kemalangan kamu adalah karena kamu
sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)?
Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas.” (Yasin: 18-19)

Makna ayat di atas, bagian kalian dan apa yang menimpa kalian berupa
kejelekan adalah karena sebab perbuatan dan kekufuran kalian serta karena
kalian menyelisihi para pemberi nasihat. Bukan karena kami ataupun sebab
kami, melainkan semata karena perbuatan kalian yang zalim dan melampaui
batas. Kesialan orang zalim ada pada dirinya sendiri. Kejelekan yang
menimpanya adalah dia sendiri yang menyebabkannya dan tentunya terjadi
dengan takdir Allah Subhanahu wata’ala.

Asy-Syaikh Abdurahman bin Hasan berkata, “… Tiyarah (tathayyur)


adalah syirik karena terkandung perbuatan menggantungkan hati kepada selain
Allah Subhanahu wata’ala.” (Fathul Majid)

Dalil Haramnya Tathayyur

Banyak dalil yang menunjukkan haramnya tathayyur, bahkan tathayyur


adalah satu macam kesyirikan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
berkata,

‫ ثالَثًا‬،‫الطيَ َرة ُ ِش ْر ٌك‬


ِ ،‫الطيَ َرة ُ ِش ْر ٌك‬
ِ
“Tiyarah adalah syirik, tiyarah adalah syirik (beliau ucapkan tiga kali) ….”
(HR. Abu Dawud no. 3910, dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh Albani)

Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah juga berkata, “Tathayyur


menjadi syirik besar jika seorang yang bertathayyur meyakini perkara yang
dia jadikan sarana tathayyur bisa berbuat dan melakukan kejelekan dengan
sendirinya. Jika dia meyakini sebagainya sebab saja, hukumnya adalah syirik
kecil.”

Pengharaman tathayyur didasarkan pada beberapa hal:

1.Dalam tathayyur terkandung sikap bergantung kepada selain Allah


Subhanahu wa Ta’ala

2.Tathayyur melahirkan perasaan takut, tidak aman dari banyak hal dalam diri
seseorang, sesuatu yang pada gilirannya menyebabkan kegoncangan jiwa
yang dapat mempengaruhi proses kerjanya sebagai khalifah di muka bumi.

6|Aqidah Akhlak
3.Tathayyur membuka jalan penyebaran khurafat dalam masyarakat dengan
jalan memberikan kemampuan mendatangkan manfaat dan mudharat atau
mempengaruhi jalan hidup manusia kepada berbagai jenis makhluk yang
sebenarnya tidak mereka miliki. Pada gilirannya, itu akan mengantar kepada
perbuatan syirik besar.

B. Pengertian Tamimah

Kata tamaa-im adalah bentuk jamak dari tamimah, yaitu sesuatu jimat
yang dikalungkan di leher atau bagian dari tubuh seseorang yang bertujuan
mendatangkan manfaat atau menolak mudharat, baik kandungan jimat itu
adalah Al-Qur-an, atau benang atau kulit atau kerikil dan semacamnya.
Orang-orang Arab biasa menggunakan jimat bagi anak-anak mereka sebagai
perlindungan dari sihir atau guna-guna dan semacamnya.

Jimat terbagi menjadi dua macam:

1. Yang tidak bersumber dari Al-Qur-an


Inilah yang dilarang oleh syari’at Islam. Jika ia percaya bahwa
jimat itu adalah subjek atau faktor yang berpengaruh, maka ia dinyatakan
musyrik dengan tingkat syirik besar. Tetapi jika ia percaya bahwa jimat
hanya menyertai datangnya manfaat atau mudharat, maka ia dinyatakan
telah melakukan syirik kecil. Hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam Shahiihul Bukhari dari Sahabat Abu Basyir al-Anshari
bahwa beliau pernah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam satu perjalanan, lalu ia berkata:

ُ ‫سلَّ َم َر‬
ِ‫ َلَ ت َ ْبََيَ َّن ف‬:ً‫س ْوَل‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ ُ ‫س َل َر‬ َ ‫فَأ َ ْر‬
‫ت‬ْ َ‫ ِإَلَّ قُ ِطع‬-ٌ ‫أ َ ْو ِقالَدَة‬- ‫ َرقَ َب ِة َب ِعي ٍْر ِقالَدَة ٌ ِم ْن َوت َ ٍر‬.

“Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus


seseorang, kemudian beliau bersabda: ‘Jangan sisakan satu kalung pun
yang digantung di leher unta melainkan kalungnya harus dipotong.’”

7|Aqidah Akhlak
Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Aku telah
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫الرقَى َوالت َّ َمائِ َم َوالتِ َولَةَ ِش ْر ٌك‬


ُّ ‫ ِإ َّن‬.
“Sesungguhnya jampi, jimat dan tiwalah adalah syirik.”

Tiwalah adalah sesuatu yang digunakan oleh wanita untuk


merebut cinta suaminya (pelet) dan ini dianggap sebagai sihir.

Jimat diharamkan oleh syari’at Islam karena ia mengandung


makna keterkaitan hati dan tawakkal kepada selain Allah, dan membuka
pintu bagi masuknya keperacayaan-kepercayaan yang rusak tentang
berbagai hal yang ada pada akhirnya menghantarkan kepada syirik besar.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َم ْن َعلَّقَ ت َ ِم ْي َمةً فَََ ْد أ َ ْش َر َك‬.


“Barangsiapa menggantungkan jimat, maka ia telah melakukan
syirik.”

2. Yang bersumber dari Al-Qur-an

Dalam hal ini, ulama berbeda pendapat, yaitu ada sebagian yang
membolehkan dan ada yang mengharamkannya.

Pendapat yang kuat adalah pendapat yang kedua, yaitu yang


mengharamkannya. Karena dalil yang mengharamkan jimat
menyatakannya sebagai perbuatan syirik dan tidak membedakan apakah
jimat berasal dari Al-Qur-an atau bukan dari Al-Qur-an.

Dengan membolehkan jimat dari ayat Al-Qur-an, sebenarnya kita


telah membuka peluang menyebarnya jimat dari jenis pertama yang
jelas-jelas haram.

Maka, sarana yang dapat mengantar kepada perbuatan haram


mempunyai hukum haram yang sama dengan perbuatan haram itu
sendiri. Ia juga menyebabkan tergantungnya hati kepadanya, sehingga
pelaku-nya akan ditinggalkan oleh Allah dan diserahkan kepada jimat
tersebut untuk menyelesaikan masalahnya.

8|Aqidah Akhlak
Selain itu, pemakaian jimat dari Al-Qur-an juga mengandung
unsur penghinaan terhadap Al-Qur-an, khususnya di waktu tidur dan
ketika sedang buang hajat atau sedang berkeringat dan semacamnya. Hal
semacam itu tentu saja bertentangan dengan kesucian dan kesakralan Al-
Qur-an. Selain itu juga, jimat ini dapat pula dimanfaatkan oleh para
pembuatnya untuk menyebarkan kemusyrikan dengan alasan jimat yang
dibuatnya dari Al-Qur-an.

C. Hasil wawancara dengan Narasumber

Setelah diadakan wawancara dengan 4 narasumber disekitar


lingkungan Kampus maka didapatkan hasil sebagai berikut :

Narasumber :

1. Fahrul Hasim (Mahasiswa Prodi Managemen)


2. Putri (Mahasiswi Prodi Managemen)
3. Abdul Rosid (Pedagang Bakso Tusuk)
4. Septian Mukhlis (Dosen mata kuliah dasar IPS dan PKN Prodi PGSD)

Pertanyaan yang diajukan :


a) Apa itu Tathayyur?
b) Bagaimana dengan orang yang beranggapan sial dengan hari tertentu?
c) Bagaimana dengan larangan menikah di bulan tertentu?
d) Percaya atau tidak jika ada Burung Gagak lewat pertanda akan ada yang
meninggal?
e) Pernah tidak ketika ada makanan yang jatuh secara spontan berucap “Ada
yang mau itu”?
f) Apa itu Tamimah?
g) Bagaimana dengan jimat yang digantungkan pada anak?
h) Bagaimana dengan jimat penglaris dagangan?
i) Bagaimana cara mengatasi Fenomena Tahayyur dan Tamimah?

9|Aqidah Akhlak
Jawaban dari Narasumber

1. Fahrul Hasim (Mahasiswa Prodi Managemen)


a) Tidak tahu
b) Di daerah tempat tinggal narasumber hari yang dianggap sial tersebut
akan ditandai, kemudian pada hari itu pedagang akan membuat
makanan untuk dibagikan ke anak Yatim Piatu dengan maksud
menolak bala.
c) Menurut narasumber semua bulan itu baik, dan tidak ada hari yang
tidak baik.
d) Menurut narasumber itu hanya mitos, dan sesuatu itu tergantung
dengan pemikiran kita.
Ada suatu cerita tentang Kakek dan Nenek, Kakek tersebut dalam
keadaan buat. Ketika sedang sakit, Kakek tersebut meminta obat dan
Nenek itu bukan memberikan obat melainkan kancing. Tapi karena
Kakek tersebut berpikiran bahwa itu obat , Kakek itu akhirnya sembuh.
Maka sesuatu hal itu dapat terjadi tergantung pemikiran kita, karena
ucapan adalah do’a
e) Narasumber sering melakukan hal seperti itu, tetapi ucapan tersebut
hanya bercanda saja, mungkin makanan itu memang tidak segaja jatuh
f) Tidak tahu
g) Hal tersebut termasuk musyrik karena kekuatan itu hanya milik Allah
h) Narasumber pernah mendengar hal tersebut, disuatu tempat yang
memasang jima penglaris, biasa nya makanan akan terasa enak jika
dimakan ditempat, namun jika makanan tersebut dibawa pulang akan
terasa berbeda. Jika sebelum makan kita berdoa biasa nya makanan itu
malah terasa tidak enak.
i) Diri sendiri jangan sampai melakukan hal tersebut, dan pada orang lain
kita berkewajiban mengingatkan tetapi jangan sampai menghakimi
karena setiap orang memiliki hak masing-masing.

2. Putri (Mahasiswi Prodi Managemen)


a) Tahu, tetapi tidak percaya
b) Tidak pernah mendengar hal tersebut
c) Tidak percaya, dan menurut narasumber kapan saja diperbolehkan
untuk menikah
d) Sewaktu masih kecil narasumber percaya pada perkataan orang tua nya
tentang hal tersebut, tetapi setelah kuliah narasumber menjadi lebih
berfikir kritis
e) Dulu narasumber sering melakukan hal seperti itu, tetapi sekarang
sudah tidak
f) Tidak tahu

10 | A q i d a h A k h l a k
g) Untuk jimat kalung tidak ada, tapi ada benda seperti beras dalam botol
atau pisau kecil yang disimpan didekat Bayi yang baru lahir. Dalam
hal ini narasumber sendiri merasa aneh pada kegiatan tersebut.
h) –
i) Kepercayaan nenek moyang seperti itu sulit unuk dijelaskan dan
diberikan pengertian bahwa hal tersebut sebenarnya tidak masuk akal,
Narasumber sendiri merasa masih harus terus belajar.

3. Abdul Rosid (Pedagang Bakso Tusuk)


a) Tidak tahu
b) Ada orang yang mempercayai hal tersebut dan ada yang tidak, jika
orang yang tidak percaya maka tidak akan terpengaruh. Namun untuk
orang yang percaya maka akan banyak larangan. Narasumber sendiri
tidak mempercayai hal tersebut dan lebih berpasrah kepada yang kuasa
c) Jodoh itu yang mengatur adalah yang Maha kuasa, dan hari itu semua
nya baik
d) Menurut perkataan orangtua dahulu hal tersebut memang benar
merupakan cirri-ciri nya, tetapi ada yang benar terjadi dan ada yang
tidak.
e) –
f) Tidak tahu
g) Hal seperti itu termasuk kedalam qodam atau penjagaan, meskipun
manusia tetap berpasrah pada yang maha kuasa.
h) –
i) -

4. Septian Mukhlis (Dosen mata kuliah dasar IPS dan PKN Prodi PGSD)
a) Tidak Tahu
b) Sebagai seorang Muslim itu adalah hal yang tidak baik, karena
seorang muslim punya agama dan Tuhan, maka harus percaya bahwa
tidak ada hari yang tidak baik.
c) Sama sekali tidak percaya
d) Didaerah tempat tinggal narasumber masih banyak yang menganut
kepercayaan tersebut, tapi narasumber sendiri tidak mempercayai hal
tersebut.
e) Tidak pernah, Menurut narasumber kepercayaan seperti itu biasanya
berasal dari daerah, dan sebagai orang yang berpendidikan maka tidak
percaya pada hal tersebut, dan hal seperti itu memang jangan disugesti
nanti malah terjadi.
f) Tidak tahu
g) Didaerah Narasumber masih banyak yang melakukan hal itu

11 | A q i d a h A k h l a k
h) Pernah mendengar hal seperti itu tetapi tidak tahu wujud dari jimat
tersebut. Pernah makan ditempat yang katanya memakai jimat
penglaris tetapi tidak merasakan sesuatu yang aneh.
i) Yang paling penting adalah diri sendiri dan keluarga terdekat, untuk
dilingkungan masyarakat jangan terlalu diskriminasi nantinya malah
kita yang dikucilkan. Yang terpenting adalah mengingatkan pada
keluarga terdekat bahwa kepercayaan tersebut tidak ada dalam
Alquran.

12 | A q i d a h A k h l a k
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari kegiatan wawancara yang telah dilaksanakan, dapat diambil


kesimpulan bahwa hampir semua narasumber tidak mengetahui istilah
Tathayyur dan Tamimah, tapi setelah di berikan penjelasan mengenai
pengertian nya, tenyata banyak fenomena Tathayyur dan Tamimah yang
terjadi disekitar masyarakat.

Tradisi Tathayyur dan Tamimah ini banyak yang terjadi turun temurun
dan mudah sekali menyebar di lingkungan masyarakat. Sebagai masyarakat
yang hidup di zaman modern hendak nya kita dapat berfikir kritis dalam
menanggapi segala sesuatu, jangan mudah mengikuti dan diharapkan kita
mencari sumber terpercaya yaitu Al-Quran, Hadist, dan meminta pendapat
ulama terlebih dahulu agar kita tidak tersesat.

13 | A q i d a h A k h l a k

Anda mungkin juga menyukai