Anda di halaman 1dari 3

1 Kasus PT Sawit Raya

2 Profl Usaha

3 PT Sawit Raya (PTSR) merupakan perusahaan lokal produsen minyak mentah sawit (crude palm oil/CPO)
4 yang berkantor di Kalimantan Barat. PTSR memiliki satu pabrik di Kalimantan Barat yang mampu
5 mengolah buah kelapa sawit menjadi CPO. Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi CPO maksimal
6 600.000 ton/tahun. Walau mampu memproduksi CPO sampai 600.000 ton/tahun, namun PTSR
7 menetapkan target optimal produksi CPO tahunan adalah 500.00 ton/tahun. Jika target produksi
8 dibawah 500.000 ton/tahun, maka operasi pabrik menjadi tidak efisien dan akan meningkatkan beban
9 operasi akibat pabrik beroperasi di bawah kapasitas optimal.

10 PTSR tidak memiliki kebun kelapa sawit sehingga untuk memperoleh buah kelapa sawit PTSR
11 membelinya dari Koperasi Selalu Jaya, yang merupakan koperasi dengan anggota petani kelapa sawit.
12 Kelapa sawit yang diperoleh dari Koperasi Selalu Jaya akan diolah oleh PTSR menjadi CPO di pabriknya
13 Kalimantan Barat. Produksi CPO PTSR selanjutnya dijual ke pembeli di kawasan Eropa, India dan
14 Amerika.

15 Harga CPO dunia selalu bergejolak dan sulit diprediksi karena banyak faktor yang memengaruhi faktor
16 permintaan atas CPO. Saat ini harga pasar CPO global berada pada tingkat 9.950 dollar/ton

17 Pasokan Kelapa Sawit PTSR

18 Dua tahun lalu PTSR berusaha membeli 900 hektar hutan industri di Kalimantan Selatan guna dikonversi
19 menjadi kebun kelapa sawit. Namun, usaha tersebut tidak terlaksana karena adanya moratorium
20 (penghentian) dari pemerintah yang melarang konversi hutan menjadi kebun kelapa sawit di seluruh
21 wilayah Indonesia. Moratorium tersebut akan berarkhir pada 2028 sehingga dalam jangka pendek PTSR
22 diperkirakan tidak memiliki kebun kepala sawit. Kondisi ini membuat PTSR sangat tergantung pada
23 pasokan kelapa sawit dari Koperasi Selalu Jaya.

24 Koperasi Selalu Jaya merupakan satu-satunya koperasi di Kalimantan yang memasok kelapa sawit ke
25 seluruh pabrik pengolahan CPO di seluruh wilayah Kalimantan. Selama 20 tahun Koperasi Selalu Jaya
26 menjadi pemasok tunggal kelapa sawit bagi PTSR tanpa ada kendala.

27 Pembelian kelapa sawit PTSR dari Koperasi Selalu Jaya dilakukan berdasarkan transaksi yang sifatnya
28 non komitmen, dimana setiap awal bulan PTSR akan menginformasikan kebutuhan kelapa sawit PTSR
29 berdasarkan purchase order (surat pesanan).

30 PTSR telah menyusun anggaran kebutuhan kelapa sawit yang akan dibeli dari Koperasi Selalu Jaya untuk
31 lima tahun ke depan. Dalam anggaran tersebut, PTSR menetapkan kebutuhan kelapa sawit sebesar
32 720.000 ton/tahun. Jumlah kebutuhan tersebut diperkirakan dapat dengan mudah dipasok oleh
33 Koperasi Selalu Jaya karena Koperasi Selalu Jaya setiap tahun mampu mengumpulkan 8 juta ton kelapa
34 sawit dari petani kelapa sawit seluruh wilayah Kalimantan.

35 Namun, saat ini telah dilakukan pembangunan 14 pabrik baru pengolahan kelapa sawit di Kalimantan.
36 Jika keempat belas pabrik tersebut mulai beroperasi dalam dua tahun mendatang, maka kondisi ini akan
37 berdampak pada persaingan untuk memperoleh kelapa sawit dari Koperasi Selalu Jaya.
38 Harga kelapa sawit yang ditetapkan oleh Koperasi Selalu Jaya akan berubah setiap bulan tergantung
39 pada harga pupuk untuk pohon kelapa sawit. PTSR membayar harga kelapa sawit kepada Koperasi
40 menggunakan dollar Amerika.

41 Penjualan CPO PTSR

42 Setelah memperoleh kelapa sawit dari Koperasi Selalu Jaya, PTSR mengolah kelapa sawit tersebut
43 menjadi CPO di pabriknya Kalimantan Barat. Selanjutnya, CPO tersebut dijual ke tiga pembeli PTSR di
44 negara yang berbeda yaitu Bioeur di Jerman, Indioil di india dan USoil di Amerika.

45 Kontrak jual beli CPO antara PTSR dan Bioeur merupakan kontrak jangka panjang yang akan berakhir
46 2050. Dalam kontrak tersebut PTSR harus memasok CPO sebesar 200.000 ton/tahun, dimana harga CPO
47 yang dibayarkan oleh Bioeur akan mengacu pada harga pasar CPO global dalam dollar.

48 Kontrak jual beli CPO antara PTSR dan Indioil merupakan kontrak jangka menengah (4 tahunan) yang
49 akan berakhir 2022. Dalam kontrak tersebut PTSR harus memasok CPO sebesar 240.000 ton/tahun,
50 dimana harga CPO yang dibayarkan oleh Indioil disepakati secara tetap (fixed price) pada harga 10.000
51 dollar/ton selama masa kontrak.

52 Sedangkan jual beli CPO antara PTSR dan USoil merupakan transaksi non komitmen, dimana penjualan
53 PTSR ke USoil tergantung dari jumlah produksi tahunan. Jika produksi tahunan CPO PTSR sesuai target,
54 yaitu 500.000 ton/tahun, maka terdapat sisa produksi tahunan CPO sekitar 60.000 ton yang akan
55 ditawarkan kepada USoil. Harga yang dibayarkan oleh USoil kepada PTSR akan mengacu pada harga
56 pasar CPO global dalam dollar.

57 Pada awal tahun 2021, PTSR memperkirakan dengan tingkat keyakinan tinggi bahwa selama 5 tahun ke
58 depan target produksi CPO tahunan sebesar 500.000 ton/tahun dapat tercapai sehingga akan terdapat
59 sisa CPO sebesar 60.000 ton yang dapat dijual kepada USoil.

60 Isu Penjualan

61 Sejak 4 hari yang lalu telah terjadi kampanye hitam di Amerika atas CPO dari Indonesia. Kampanye
62 tersebut dilatarbelakangi oleh laporan World Wide Fund (WWF) yang menggambarkan praktek
63 pengelolaan kebun kepala sawit di Kalimantan dan Sumatera. Dalam laporan tersebut WWF
64 menunjukkan bukti mengenai pengelolaan kebun kelapa sawit Indonesia yang telah mengancam
65 keragaman hayati. Beberapa hewan langka, seperti Orang Utan dan Badak Putih, yang ada di Sumatera
66 dan Kalimantan jumlahnya menurun drastis akibat praktek pengelolaan kebun kelapa sawit yang tidak
67 berkelanjutan.

68 Laporan WWF tersebut memicu protes keras dari beragam lembaga non pemerintah―seperti Green
69 Peace dan Save the Earth―kepada pemerintah Indonesia. Laporan tersebut juga memicu pemerintah
70 Amerika untuk meninjau kebijakan larangan impor CPO dari Indonesia.

71 Saat ini sangat sulit untuk memprediksi kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah Amerika terkait
72 kebijakan larangan impor CPO dari Indonesia. Namun, jika dalam waktu dekat pemerintah Amerika
73 menerapkan kebijakan larangan impor CPO dari Indonesia, maka kondisi ini akan berdampak pada PTSR
74 karena penjualan CPO ke USoil akan terhambat.

75 Isu Persediaan
76 Persediaan PTSR selama ini rata-rata berada tingkat 100 ton CPO yang tersimpan di gudang. Jumlah
77 tersebut sangat tidak material dibandingkan dengan jumlah produksi tahunan CPO PTSR mencapai
78 500.000/ton CPO.

79 Kampanye hitam atas produk Indonesia dan kemungkinan kebijakan pemerintah Amerika untuk
80 melarang impor produk CPO Indonesia akan menghambat penjualan CPO ke USoil. Hambatan tersebut
81 diperkirakan akan meningkatkan kuantitas persediaan CPO PTSR secara material dari 100 ton menjadi
82 puluhan ribu ton.

83 Guna mencegah terjadinya peningkatan persediaan, PTSR sedang berusaha agar penjualannya ke
84 Amerika dapat dialihkan ke pembeli di Mexico. Namun, usaha untuk memasuki pasar Mexico
85 diperkirakan sulit karena produsen Malaysia telah memasok kebutuhan CPO Mexico.

86 Isu LIndung Nilai

87 Lindung nilai merupakan masalah yang sensitif bagi tim manajemen PTSR akibat realisasi kerugian dari
88 lindung nilai pada 2019 senilai 600.000 dollar Amerika. Kerugian saat itu terjadi akibat lindung nilai atas
89 nilai wajar (fair value hedge), dimana PTSR melakukan lindung nilai untuk mengantisipasi penurunan
90 harga pasar CPO. Kekhawatiran tim manajemen PTSR saat itu adalah harga jual CPO diperkirakan turun
91 sampai mencapai 7.300 dollar/ton sehingga dkhawatirkan nilai penjualan PTSR dengan anggaran 9.900
92 dollar/ton tidak tercapai.

93 Namun, saat lindung nilai telah dilakukan ternyata harga CPO pada 2019 naik menjadi 11.200 dollar/ton.
94 Kesalahan dalam memprediksi harga CPO yang dilakukan oleh tim manajemen menyebabkan PTSR
95 mengalami kerugian dari pelaksanaan lindung nilai.

96 Walau mengalami kerugian dari lindung nilai sebesar 600.000 dollar, namun auditor meyimpulkan
97 bahwa lindung nilai yang dilakukan oleh PTSR efektif berdasarkan ketentuan PSAK 71. Penilaian efektif
98 dari pelaksanaan lindung nilai membuat nilai realisasi penjualan 2019 sesuai dengan nilai anggaran
99 penjualan 2019.

100 Kerugian dari lindung nilai pada 2019 telah membuat tim manajemen trauma untuk melakukan lindung
101 nilai karena pemilik perusahaan menyalahkan manajemen atas munculnya kerugian sebesar 600.000
102 dollar. Kondisi ini membuat tim manajemen memutuskan untuk tidak melakukan lagi lindung nilai atas
103 harga CPO.

Anda mungkin juga menyukai