Anda di halaman 1dari 32

PERAN INVESTASI DI KABUPATEN SORONG DALAM PERTUMBUHAN

EKONOMI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR


(STUDY KASUS PADA KABUPATEN SORONG)

DISUSUN OLEH :
1. Loriza Cornelia NIM B.231.18.0331
2. Ifa Tofiana NIM B.231.18.0332
3. Yulia Putri Kusumaningrum NIM B.231.18.0335
4. Frida Aprilia Norcahyani NIM B.231.18.0336
5. Rendi Setiawan NIM B.231.18.0338
6. Hidayat Tri Rochmadi NIM B.241.20.0037

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
JANUARI 2021

i
i
PERSETUJUAN LAPORAN KKL
Nama penyusun :
7. Loriza Cornelia NIM B.231.18.0331
8. Ifa Tofiana NIM B.231.18.0332
9. Yulia Putri Kusumaningrum NIM B.231.18.0335
10. Frida Aprilia Norcahyani NIM B.231.18.0336
11. Rendi Setiawan NIM B.231.18.0338
12. Hidayat Tri Rochmadi NIM B.241.20.0037

Fakultas / Juarusan : Ekonomi / S1 Akuntansi


Judul Laporan :
PERAN INVESTASI DI KABUPATEN SORONG DALAM PERTUMBUHAN
EKONOMI DI INDONESIA BAGIAN TIMUR

Dosen pembimbing : Febrina Nafasati P, SE, M.Si

Semarang... Mei 2021


Dosen Pembimbing

(Febrina Nafasati P, SE, M.Si)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada Penulis, sehingga Penulis dapat
menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini, yang berjudul “PERAN
INVESTASI DI KABUPATEN SORONG DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI
DI INDONESIA BAGIAN TIMUR“
Yang merupakan salah satu tugas terstruktur mata kuliah KKL tanpa
halangan suatu apapun.
Dalam menyelesaikan laporan ini, Penulis telah banyak mendapat bantuan dan
masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Yohanes Suhardjo SE. M.Si,Ak,CA Selaku ketua jurusan ekonomi
Universitas Semarang.
2. Ibu Febrina Nafasati P, SE, M.Si.selaku Dosen Pembimbing mata kuliah
KKL.
3. Pihak-pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah
turut membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembimbing dan pembaca sangat
penulis harapkan dan akan Penulis terima dengan senang hati.

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...................................................................................................3

BAB I.............................................................................................................................5

1.1 Latar Belakang................................................................................................5

1.2 Landasan Hukum............................................................................................5

BAB II...........................................................................................................................8

2.1. Visi KEK Sorong............................................................................................8

2.2 Misi KEK Sorong...........................................................................................8

2.3. Tujuan.............................................................................................................9

BAB III........................................................................................................................11

3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sorong.........................11

3.2 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sorong....................................................12

3.3 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Sorong...........................................13

3.4 Kawasan Strategis Kabupaten Sorong..........................................................19

3.7 Potensi Unggulan KEK Sorong....................................................................23

3.8. Profil Keuangan Kabupaten Sorong.............................................................25

BAB IV........................................................................................................................31

KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................31

4.1 Kesimpulan........................................................................................................31

4.2 SARAN..............................................................................................................31

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


KEK Sorong ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun
2016 sebagai Kawasan Ekonomi Khusus pertama di tanah Papua. Penetapan
KEK Sorong diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di
timur Indonesia yang turut sejalan dengan salah satu prinsip Nawacita, yakni
membangun Indonesia dari pinggiran. Berlokasi di Distrik Mayamuk, KEK
Sorong dibangun di atas lahan seluas 523,7 Ha dan secara strategis berada pada
jalur lintasan perdagangan internasional Asia Pasifik dan Australia.

KEK Sorong yang terletak di Selat Sele memberikan keunggulan


geoekonomi yaitu potensi di sektor perikanan dan perhubungan laut. Lokasi
tersebut juga sangat strategis untuk pengembangan industri logistik, agro
industri serta pertambangan. Berdasarkan potensi yang dimiliki, KEK Sorong
dikembangkan dengan basis kegiatan industri galangan kapal, agro industri,
industri pertambangan dan logistik. KEK Sorong diproyeksikan menarik
investasi sebesar Rp.32,2T dan diproyeksikan dapat menyerap tenaga kerja
sebanyak 15.024 tenaga kerja hingga tahun 2025.

1.2 Landasan Hukum


a. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 147, Tambahan
Lembaran Negara Indonesia Nomor 5066).

i
c. Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disebut KEK adalah
kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.
2. Dewan Nasional adalah dewan yang dibentuk di tingkat nasional untuk
menyelenggarakan KEK.
3. Dewan Kawasan adalah dewan yang dibentuk di tingkat provinsi untuk
membantu Dewan Nasional dalam penyelenggaraan KEK.
4. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
5. Pemerintah provinsi adalah gubernur dan perangkat daerah sebagai
unsur pemerintahan daerah provinsi.
6. Pemerintah kabupaten/kota adalah bupati/walikota dan perangkat
daerah sebagai unsur pemerintahan daerah kabupaten/kota.
7. Administrator adalah bagian dari Dewan Kawasan yang dibentuk
untuk setiap KEK guna membantu Dewan Kawasan dalam
penyelenggaraan KEK.
8. Badan Usaha adalah perusahaan berbadan hukum yang berupa Badan
Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, koperasi, swasta, dan
usaha patungan untuk menyelenggarakan kegiatan usaha KEK.
9. Pelaku Usaha adalah perusahaan yang berbentuk badan hukum, tidak
berbadan hukum atau usaha orang perseorangan yang melakukan
kegiatan usaha di KEK.
10. Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disebut PTSP adalah
kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan, fasilitas, dan kemudahan
yang mendapat pendelegasian wewenang dari lembaga atau instansi
yang memiliki kewenangan perizinan, fasilitas, dan kemudahan yang

i
proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan
tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.
11. Pendelegasian Wewenang adalah penyerahan tugas, hak, kewajiban,
dan pertanggungjawaban perizinan, fasilitas, dan kemudahan,
termasuk penandatanganannya atas nama pemberi wewenang, oleh
menteri/kepala lembaga pemerintah non kementerian, gubernur atau
bupati/walikota kepada Administrator yang ditetapkan dengan uraian
yang jelas, sesuai peraturan perundang-undangan.

i
BAB II
VISI DAN MISI

2.1. Visi KEK Sorong


Visi adalah kondisi yang dicit-cita untuk diwujudkan. Selain itu visi
merupakan keinginan yang disepakati oleh seluruh pemangku kepentingan
berdasarkan kondisi, potensi dan hasil kesepakatan stakehoders. Visi
mengandung rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode peracanaan. Dengan melihat peluang dan tantangan yang ada selama
kurun waktu lima tahun ke depan serta peraturan perundangan-undangan yang
berlaku, maka visi dari KEK Sorong adalah :
“Kabupaten Sorong maju bersama, rakyat cerdas, sehat dan sejahtera”

2.2 Misi KEK Sorong


Misi adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk mencapai visi
tersebut. Selain itu, juga misi merupakan deskripsi atau tujuan mengapa
perusahaan, organisasi atau instansi tersebut berada di tengah-tengah
masyarakat. Misi dari KEK Sorong antara lain :
1. Menyusun rencana induk nasional kawasan ekonomi khusus (KEK)
2. Memberikan rekomendasi pembentukan KEK
3. Melakukan pengkajian atasan usulan suatu wilayah untuk dijadikan KEK
4. Membangun inflastruktur dasar dan infrastruktur ekonomi pedesaan dan
perkotaan
5. Mengembangkan SDM yang cerdas dan sehat yang memiliki daya saing
tinggi
6. Mengembangkan ekonomi kerakyatan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat
7. Menyediakan pangan yang cukup bagi masyarakat secara berkelanjutan

i
8. Mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, transparan,
professional, dan akuntabel berorientasi pelayanan publik yang prima

2.3. Tujuan
Tujuannya berdiri KEK sorong sebagai berikut :
1. Mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat
strategis bagi pengembangan ekonomi nasional
2. Menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah dalam kesatuan ekonomi
nasional
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan perekonomian
daerah
4. Menggali dan mengembangkan potensi-potensi perekonomian kek sorong
dan penciptaan lapangan kerja
5. Meningkat kesejahteraan masyarakat melalui KEK Sorong

2.4 Sasaran
1. Meningkatkan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki
keunggulan geoekonomi dan geostrategis
2. Optimalisasi kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain
yang memiliki nilai ekonomi tinggi
3. Mempercepat perkembangan darah melalui pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi baru untuk keseimbangan pembangunan anatar
wilayah
4. Mewujudkan model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan
ekonomi, antara lain industri. Pariwisata dan perdagangan sehingga dapat
menciptakan lapangan pekerjaan

2.5 Strategi untuk memajukan Bisnis


1. Selalu menjaga kualitas
2. Memberikan sarana dan prasarana yang mendukung untuk kek Sorong

i
3. Menggiatkan pendidikan vokasi serta pelatihan perkoperasian agar
masyarakat pesisir mempunyai keahlian
4. Pengelolaan bisnis untuk meningkatkan kegiatan investasi
5. Sistem pencatatan sesuai standar akuntansi yang berlaku

i
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sorong


Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota. Adapun arahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten/Kota yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPIJM
Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :
a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut
kepentingan :
i. Pertahanan keamanan
ii. Ekonomi
iii. Lingkungan hidup
iv. Sosial budaya
v. Pendayagunaan sumber daya alam atau teknologi tinggi
b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup :
i. Arahan pengembangan pola ruang:
1. Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
2. Arahan pengembangan pola ruangterkait bidang Cipta Karya
seperti pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti
pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah,
persampahan, drainase, Ruang Terbuka Hijau (RTH), Rusunawa,
maupun Agropolitan.
c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya
yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi

i
untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan
jaringan prasarana.
d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur
ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

3.2 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sorong


Dalam konteks penataan ruang wilayah Kabupaten Sorong, Perkotaan
Aimas dalam sistem pusat-pusat pelayanan ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan
Lokal (PKL), artinya pelayanan kegiatan Perkotaan Aimas hanya melayani
Wilayah Kabupaten Sorong, sedangkan distrik-distrik lainnya hanya berfungsi
sebagai Pusat Pelayanan Tingkat Distrik (PTD). Lihat tabel 3-1

Tabel 3-1
Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan (Sistem Kota-kota) Kabupaten Sorong
Tahun 2010-2030

No Distrik Pusat Fungsi


.
1 Aimas Aimas PKL
2 Mayamuk Jeflio PTD
3 Salawati Katimin PTD
4 Seget Seget PTD
5 Salawati Selatan Sailolof PTD
6 Segun Segun PTD
7 Klamono Klamono PTD
8 Sayosa Sayosa PTD
9 Beraur Wanurian PTD
10 Makbon Makbon PTD
11 Moraid Mega PTD
12 Klabot Klabot PTD
Sumber : RTRW Kabupaten Sorong Tahun 2010-2030

i
3.3 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Sorong
Rencana Pola Ruang wilayah Kabupaten Sorong secara garis besar terdiri
dari rencana Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya.
1. Kawasan Lindung
Kawasan Lindung yang ada di Kabupaten Sorong meliputi kawasan
lindung daratan dan kawasan lindung laut. Kawasan lindung daratan
(pulau utama dan pulau-pulau kecil) terdiri atas: Cagar Alam, Taman
Wisata Alam, Hutan Lindung, Sempadan Pantai, dan Sempadan Sungai.
Sementara kawasan lindung di laut adalah Cagar Alam Laut.

a. Cagar Alam (CA):


Kawasan lindung Cagar Alam di Kabupaten Sorong terdapat di Distrik
Salawati Selatan dan Salawati, selain terdapat juga di Distrik Moraid.
Kawasan lindung di pulau-pulau kecil, di luar fungsi kawasan
budidaya direkomendasikan untuk ditetapkan sebagai Cagar Alam
(pulau-pulau kecil).
b. Taman Wisata Alam (TWA):
Taman Wisata Alam (TWA) terdapat di Distrik Klamono, yaitu TWA
Klamono.
c. Hutan Lindung (HL):
Hutan Lindung (HL) terdapat di bagian timur wilayah, yaitu di Distrik
Makbon, Moraid, Sayosa, dan Beraur.
d. Sempadan Pantai:
Sempadan pantai pada dasarnya tersebar di seluruh pantai yang perlu
ditetapkan dalam rencana yang lebih terinci pada kawasan-kawasan
yang ada pantai di dalamnya. Rencana tersebut secara khusus
ditetapkan di Distrik Segun dan Seget, sehubungan dengan adanya
rencana pengembangan perkebunan besar di wilayah tersebut.
e. Sempadan Sungai:

i
Kawasan lindung untuk sempadan sungai di wilayah Kabupaten
Sorong, ditetapkan sebagai kawasan lindung setempat. Sungai tersebut
hampir tersebar di semua distrik , sungai terbesar terdapat di Distrik
Beraur dan Segun.
f. Cagar Alam Laut (CAL):
Cagar Alam Laut (CAL) terdapat di Distrik Moraid, yaitu merupakan
bagian dari Cagar Alam Laut Pantai Sausapor. Cagar Alam Laut ini
berhadapan langsung dengan Cagar Alam di daratan.

Tabel 3-2
Rencana Kawasan Lindung di Kabupaten Sorong
No Distrik Kawasan Lindung Daratan Jumlah
. (Ha)
Cagar Taman Hutan Sempada Sempada
Alam Wisata Lindung n Pantai n Sungai
(CA) Alam (HL)
(TWA)
1. Aimas 785,57 - - - 247.48 1.033,05
2. Mayamu 412,80 - - - 60,58 473,38
k
3. Salawati 1.962,07 - - - 122,77 2.084,84
4. Klamon - 1.784,6 - - 850,52 2.635,16
o 4
5. Segun 88,98 - - 1.089,97 12.300,5 13.479,46
2
6. Seget 459,27 - - 1.744,07 295,45 2.498,79
7. Salawati 9.046,03 - - - 1.822,67 10.868.69
Sel.
8. Beraur + 1.833,86 - 8.089,89 - 13.280.3 23.204,12
(Klbot) 7
9. Sayosa - -14.180.9 - 1.062,77 15.243,67
0
10. Makbon 704,51 - 7.032.73 - 1.116,05 8.853,28
11. Moraid 6.615,76 - 31.735.3 - 494,71 38.845.82
3
Jumlah 24.908,8 1.784,6 61.038.8 2.384.04 31.653,8 119.220,2
(Ha) 7 4 5 8 8
Sumber : RTRW Kabupaten Sorong Tahun 2010 – 2030

i
Catatan : Untuk Kawasan Lindung Laut hanya terdapat Cagar Alam (di Distrik
Moraid seluas 11.527,01 Ha)

2. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya di Kabupaten Sorong meliputi kawasan budidaya daratan
dan kawasan budidaya di pulau-pulau kecil, meliputi :
a. Hutan Produksi Terbatas (HPT):
Hutan Produksi Terbatas (HPT) terdapat di bagian timur wilayah yang
berhamparan dengan kompleks pegunungan, yaitu di Distrik Sayosa,
Makbon, dan Moraid.
b. Hutan Produksi Tetap/Biasa (HPB):
Hutan Produksi Tetap (HPT) terdapat di beberapa distrik, dari yang terluas
berturut-turut: Distrik Sayosa, Makbon, Salawati Selatan, Beraur, Klamono
dan Aimas.
c. Hutan Produksi Konversi (HPK):
Hutan Produksi Konversi (HPK) merupakan sisa dari HPK yang ada yang
sebagian dikonversikan menjadi kawasan budidaya lainnya. HPK terdapat di
sebagian besar distrik, dari yang terluas berturut-turut: Distrik Beraur,
Moraid, Segun, Salawati Selatan, Makbon, dan Seget.

d. Perkebunan Besar:
Pengembangan perkebunan besar merupakan konversi dari Hutan Produksi
Konversi (HPK), selaras dengan adanya permohonan izin. Perkebunan besar
tersebut terdapat di Distrik Segun, Salawati, Seget, Klamono, dan Mayamuk.
Perkebunan tersebut terdiri dari;
1) Perkebunan Rakyat:
Perkebunan rakyat merupakan hasil konversi dari Hutan Produksi
Konversi (HPK), direncanakan sebagai perkebunan rakyat yang berdiri
sendiri ataupun menjadi plasma dari perkebunan besar. Perkebunan
rakyat ini tersebar di distrik Segun, Salawati Selatan, dan Beraur.

i
2) Komplek Pertanian:
Sehubungan dengan karakter umum pengembangan wilayah yang
mencirikan resource frontier region, maka sebagai inisiator atau yang
mengawali pengembangan pertanian adalah komplek pertanian rakyat.
Kawasan ini juga konversi dari Hutan Produksi Konversi yang ada. Pada
pengembangan selanjutnya, dapat berkembang menjadi pertanian lahan
kering, lahan basah, perkebunan rakyat, disertai dengan pengembangan
permukiman perdesaan yang mendukung pertanian tersebut. Komplek
pertanian rakyat ini tersebar di distrik Beraur, Klamono, Sayosa, Aimas,
Mayamuk, Salawati, dan Makbon.
e. Permukiman:
Permukiman yang dimaksudkan di sini adalah permukiman perdesaan yang
kemudian pada beberapa tempat dapat saja bergeser berangsur- angsur
menjadi semi-perkotaan sehubungan dengan fungsinya misalnya sebagai
ibukota distrik atau PTD. Permukiman ini merupakan perkembangan lanjut
dari permukiman perdesaan yang ada dan tersebar di semua distrik.
f. Permukiman Perkotaan Aimas:
Permukiman perkotaan Aimas dikembangkan sebagai pusat utama kawasan
permukiman di Kabupaten Sorong dengan fungsi sebagai PKL (Pusat
Kegiatan Lokal) dan sekaligus sebagai pendukung dan ”mitra” dari Kota
Sorong sebagai PKN (Pusat Kegiatan Nasional). Kawasan permukiman
perkotaan Aimas terletak di Distrik Aimas (sebagian besar) dan di Mayamuk
(sebagian kecil).
g. Kawasan Industri dan Pelabuhan Terpadu (KIPT):
Sejalan dengan rencana dan gagasan pengembangan Kawasan Industri dan
Pelabuhan Terpadu (KIPT) di Kabupaten Sorong, yaitu pada pesisir yang
menghadap ke Selat Sele. KIPT ini akan merupakan pendukung utama bagi
keberadaan PKN Sorong dan PKL Aimas. KIPT terletak di distrik Aimas,
Mayamuk, Salawati, dan Seget.
h. Koarmatim TNI AL:

i
Kawasan pengembangan Komando Armada Timur TNI AL akan menjadi
pangkalan/markas militer (TNI AL). Kawasan ini terletak di Distrik
Mayamuk.

Tabel 3-3
Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Kabupaten Sorong Tahun 2010-2030
N Dis KAWASAN BUDIDAYA TOTAL (Ha)
o. trik Hut Hut Hut Per Per Ko Per En Per Ko Ko Tot
an an an keb keb mpl muk cla m. mp arm al
Pro Pro Pro una una ek ima ve Per lek ati Lua
duk duk duk n n Pert n Pe ko- IP m s
si si si Bes Rak ani rm taa T TN
Ter Tet Ko ar yat an .& n I
bat ap nve Pe Ai AL
as (HP rsi rt. ma
(HP B) (HP s
T) K)
1 Ai - 635 - 125 - 9.2 530, - 13. 1.6 - 25.
ma ,69 ,75 68, 39 49 15, 671
s 69 4,8 91 ,23
0
2 Ma - - 252 400 - 7.3 1.08 - 22 4.3 439 14.
ya ,96 ,78 00, 2,06 1,8 64, ,15 061
mu 06 3 25 ,09
k
3 Sal - - 492 22. - 5.5 1.72 - - 15. - 45.
aw ,96 176 77, 3,90 73 701
ati ,98 72 0,1 ,72
6
4 Kla - - - 23. - 17. 236, - - - - 40.
mo 207 209 96 654
no ,39 ,79 ,14
5 Se - - 28. 51. 10. - 427, - - - - 91.
gu 481 878 818 53 605
n ,97 ,17 ,09 ,76
6 Se - - 10. 12. - - 734, - - 11. - 34.
get 080 146 41 49 456
,25 ,87 5,2 ,78
5
7 Sal - 29. 20. - 14. - 470, - - - - 65.
aw 609 950 292 17 322

i
ati ,19 ,20 ,77 ,33
Sel
ata
n
8 Ber - 10. 46. 1.4 7.6 47. 516, - - - - 114
aur 561 165 29, 72, 699 32 .04
+ ,65 ,34 83 02 ,93 5,0
(Kl 8
abo
t)
9 Sa 63. 57. - 14. - 19. 378, - - - - 155
yos 188 890 497 400 73 .35
a ,98 ,38 ,79 ,72 6,6
0
10 Ma 28. 30. 20. 2.1 - 442 313, - - - - 81.
kb 256 090 578 70, ,07 79 852
on ,79 ,28 ,77 66 ,36
11 Mo 14. - 18. 24. - - 161, 25 - - - 57.
rai 224 165 956 99 3, 762
d ,37 ,53 ,58 90 ,37
Ju 105 128 145 152 32. 106 6.57 25 13. 33. 439 726
m .67 .78 .16 .99 782 .89 6,25 3, 71 20 ,15 .48
la 0,1 7,1 7,9 0,7 ,87 8,9 90 6,6 5,5 9,4
h 4 9 7 9 9 2 6 4
Sumber: RTRW Kabupaten Sorong Tahun 2010 – 2030

3.4 Kawasan Strategis Kabupaten Sorong


Kawasan strategis Kabupaten Sorong ditetapkan berdasarkan RTRWP
Papua Barat, dimana kawasan strategis yang ada di Kabupaten Sorong, adalah
kawasan strategis ekonomi, yang meliputi Kawasan Sorong dan sekitarnya
(merupakan perpaduan antara Kota Sorong dengan bagian wilayah Kabupaten
Sorong).
Sehubungan dengan penetapan tersebut, maka dalam RTRW Kabupaten Sorong
menindaklanjuti penetapan kawasan strategis ekonomi, yang sekaligus sebagai
pengembangan pusat-pusat ekonomi dan pelayanan utama di Kabupaten
Sorong, yaitu kawasan strategis:
a. Kawasan Perkotaan Aimas

i
b. Kawasan Pengembangan Industri dan Pelabuhan Terpadu; yang akan
mendukung kawasan strategis Provinsi Papua Barat yang ditetapkan
sebagai Kawasan Sorong dan sekitarnya;

3.5 Posisi Kabupaten Sorong


Sorong adalah kota yang terletak di ujung Barat Propinsi Papua Barat
yang mengandalkan transportasi air sebagai salah satu sarana transportasi, yang
menghubungkan kota Sorong dengan kabupaten lain yang ada di Papua maupun
luar Propinsi papua. Kota Sorong terletak pada koordinat 1310 dan 0054‘ LS,
dengan ketinggian 3 meter dari permukaan laut dan suhu udara minimum
±23,10 C, suhu udara maksimum ±33,70 c, curah hujan tercatat 2.991 mm,
curah hujan cukup merata disepanjang tahun. Luas wilayah kota Sorong 1.105
km2 yang terdiri dari 6 distrik dan 32 kelurahan, dengan batas wilayah sebagai
berikut:
Sebelah barat : Berbatasan dengan Selat Dampir kabupaten Raja Ampat
Sebelah utara : Barbatasan dengan Distrik Makbon kabupaten Sorong dan
Selat Sagawin Kabupaten Raja Ampat
Sebelah timur : Berbatasan dengan Distrik Makbon kota Sorong
Sebelah selatan : Berbatasan dengan Distrik Aimas dan Distrik Salawati kota
Sorong

Kondisi topografi kota Sorong sangat bervariasi terdiri dari pegunungan, lereng,
bukit-bukit dan sebagian adalah daratan rendah, sebelah timur dikelilingi oleh
hutan yang lebat.

i
Gambar Kab. Sorong

Kondisi demografis kota Sorong, sesuai dengan data dari Badan Pusat
Statistik Kota Sorong jumlah penduduk kota Sorong sebanyak 190.341 jiwa
yang terdiri dari laki-laki 99.895 dan perempuan 90.446 jiwa, penduduk kota
Sorong bersifat heterogen.

3.6. Potensi Kabupaten Sorong


Letak kota Sorong sangatlah strategis karena merupakan pintu keluar
masuk propinsi Papua dan Papua Barat kota persinggahan. Kota Sorong juga
merupakan kota industri perdagangan dan jasa, karena kota Sorong di kelilingi
oleh kabupaten-kebupaten yang mempunyai sumber daya Alam yang sangat
berpotensi, sehingga membuka peluang bagi investor dalam maupun luar negri
untuk menanamkan modalnya. Memperhatikan potensi wilayah dan

i
ketersediaan SDM yang cukup memadai, kota Sorong merupakan salah satu
daerah yang mempunyai eksebilitas dan konektivitas yang tinggi, karena dapat
dijangkau melalui berbagai sarana transportasi baik melalui Udara, Laut, dan
Darat. Jumlah pelabuhan yang ada di kota Sorong sebanyak 4 (empat)
pelabuhan, yang menghubungkan kota Sorong dengan daerah lain diantaranya
Pelabuhan umum, pelabuhan Lokal/Pelabuahn Rakyat, Pelabuahan kelautan
dan perikanan dan Pelabuhan layanan khusus. Pelabuhan umum Sorong di
kelola oleh PT.PELINDO IV (Pelabuhan Indonesia) adalah Badan Usaha Milik
Negara yang berada di bawah pengelolaan Departemen Perhubungan.

PT. Pelabuhan Indonesia adalah salah satu dari 17 BUMN di lingkungan


Departemen perhubungan yang diberi wewenang oleh pemerintah selaku
penyelenggara pelayanan dan pengusahaan jasa pelabuhan umum yang
diusahakan.―Pelabuhan diusahakan‖ yaitu pelabuhan yang sengaja
diselenggarakan oleh pemerintah untuk memberikan fasilitas-fasilitas yang
diperlukan oleh kapal yang memasuki pelabuhan, untuk melakukan kegiatan
bongkar muat dan kegiatan lainnya. Pelabuhan semacam ini tentu saja harus
dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang untuk pemakaian oleh kapal dan
muatannya dikenakan pembayaran-pembayaran tertentu. Klasifikasi pelabuhan
dalam wilayah Pelabuhan Indonesia di bedakan mulai dari pelabuhan utama dan
pelabuhan kelas I sampai Pelabuhan Kelas IV, dalam statusnya Pelabuhan
Sorong adalah pelabuhan kelas I. Jumlah keluar masuk kapal ke Pelabuhan
pada saat kedatangan kapal dari daerah Papua bertujuan ke luar Papua, dan
kapal dari luar Papua masuk ke pulau Papua sangat tinggi, sehingga
menyebabkan tingginya arus mobilisasi di Pelabuhan meningkat. Untuk itu
perlu disediakan fasilitas parkir yang memadai, guna menunjang arus mobilisasi
di Pelabuhan Sorong dan juga agar tidak mengganggu kenerja jalan disekitar
Pelabuhan. Dengan melihat keadaan seperti ini maka perlu diadakan
peningkatan fasilitas parkir dan dibuat suatu standar, berapa kapasitas parkir

i
yang harus disediakan oleh pihak Pelabuhan guna menunjang kemajuan tingkat
pelayanan Pelabuhan Sorong.

Gambar Potensi Investasi Migas

3.7 Potensi Unggulan KEK Sorong


KEK Sorong memberikan keunggulan geoekonomi yaitu potensi sektor
perikanan dan perhubungan laut. Lokasi tersebut juga sangat strategis untuk
pengembangan industri logistik, agro industri serta pertambangan. Berdasarkan
potensinya KEK Sorong akan berkembang dengan basis kegiatan usaha
galangan kapal, Agro Industri, Industri pertambangan dan logistik. Pemerintah
memproyeksikan menarik investasi sebesar Rp. 32,2 T dan dapat menyerap
tenaga kerja sebanyak 15.024 tenaga kerja hingga 2025.

i
Pemerintah Kota Sorong, mulai mendata potensi sumber daya alam yang
cocok untuk dikembangkan sehingga mampu untuk meingkatkan pendapatan
daerah. Kepala Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Kota Sorong,
Zainab Jelfoom mengatakn ada 3 potensi yang dapat meningkatkan pendapatan
daerah. 3 Potensi SDA yaitu adalah Pariwisata, Perikanan dan Galian C.
Komoditi unggulan Sorong yaitu sektor pertanian, Perkebunan dan jasa.
Sub sektor perkebunan Komoditi yang unggul adalah Kakao, kelapa dan
cengkeh. Sedangkan Sub Sektor Pariwisata yaitu wisata alam, wisata adat dan
budaya.
Potensi Sumber Daya Alam
1. Pertanian
A. Tanaman Pangan
 Jagung 43 ha
 Ubi Kayu 51 ha
 Ubi Jalar 19 ha
 Kacang Kedelai 5 ha
 Keladi 68 ha
B. Hortikultura
 Sayuran (Bayam, Kangkung, Kacang Panjang, Cabai Merah & Cabai Rawit)
 Buah-buahan (Pisang, Nanas, Alpukat, Mangga, Rambutan, Duku, Jambu
Air, Jambu Biji, Durian, Pepaya, Salak dan Nangka).
2. Peternakan
A. Sapi Potong
B. Kambing
C. Babi
D. Ayam Pedaging
E. itik
F. entok
3. Kehutanan

i
Luas kawasan hutan Sorong 11.864 ha (Hutan produksi terbatas: 5262 ha;
Hutan Lindung 6602 ha)
4. Kelautan & Perikanan
A. Produksi Perikanan Rakyat sebanyak 17.703 (hasil laut)
B. Perikanan darat 60 ton (Lele & Nila)
C. Ikan asap 188,70 ton (Tongkol, Cakalang, Tuna)

3.8. Profil Keuangan Kabupaten Sorong

Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nornor 29 Tahun 2002


tentang Penyusunan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan
Daerah serta Tata Cara Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan APPD,
maka pada Tahun 2005 ini Kabupaten Sorong Selatan mulai menerapkan
Sistem Penganggaran APBD Berbasis Kinerja, dimana pelaksanaan
program tidak lagi berdasarkan Pendekatan Sektoral yang lebih banyak
bersifat Sentralistik, namun lebih diarahkan kepada Bidang Kewenangan
yang bersifat Bottom Up Planning sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi
masing-masing Instansi Pengguna Anggaran.
Keunggulan Sistem Anggaran Berbasis Kinerja mi dibandingkan dengan
Sistem Anggaran yang lalu adalah bahwa pemanfaatan keuangan oleh
Pengguna Anggaran lebih terencana, efektif, efisien, transparan serta
akuntabel. Hal ini guna meminimalisir terjadinya penyimpangan penggunaan
anggaran di luar ketentuan yang telah ditetapkan.

Sejalan dengan hal tersebut, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Sorong


Selatan khususnya Eksekutif berusaha membenahi sistem penganggaran
yang selama ini telah digunakan, baik berupa penyediaan perangkat keras
dan perangkat lunak maupun peningkatan kualitas sumberdaya aparatur di

i
bidang manajemen anggaran.

Selanjutnya guna mengoptimalkan pelaksanaan APBD, maka ditempuh


kebijakan pelaksanaan anggaran sebagai berikut:

a. Pendapatan diarahkan pada pengelolaan dan penerimaan yang optimal


sesuai potensi claerah berdasarkan kewenangan yang ada. Sumber-sumber
pendapatan meliputi : Sisa lebih perhitungan Tahun anggaran, Bagian
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Bagian Lain-lain
Penerimaan yang Sah. Untuk itu

Pemerintah selalu mengevaluasi dan mencermati sumber-sumber


penerimaan daerah yang berasal dari PAD, Dana Perimbangan, Bantuan
Pemerintah Pusat dan Propinsi, Dana Otonomi Khusus, Dana APBN dan
Dana Bantuan Luar Negeri yang akan diarahkan untuk melaksanakan
kegiatan belanja daerah.

b. Belanja Daerah untuk membiayai berbagai kegiatan yang terdiri dari


Belanja Aparatur, Belanja Publik, Belanja Tidak Tersangka, dan
pengeluaran lain yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan
kewenangan pemerintah daerah.

c. Belanja Tidak Langsung (Aparatur) diarahkan untuk membiayai


kegiatan berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) masing-
masing Unit Kerja Pengguna Anggaran dan Peningkatan Kesejahteraan
Pegawai yang dilakukan secarah terarah, terukur dan efisien.

d. Belanja Langsung (Modal dan Publik) diarahkan untuk kegiatan


Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi
Kerakyatan, Pembangunan Infrastruktur serta kegiatan lainnya sesuai
kemampuan daerah.

i
Pembiayaan Daerah yang meliputi transaksi keuangan untuk keperluan
penrimaan dan pengeluaran daerah.

Oleh sebab itu untuk mengatasi permasalahan dan perubahan paradigma


pemerintahan maka arahan pembiayaan, balk yang digunakan untuk kegiatan
belanja modal/ pembangunan, belanja administrasi umum dan belanja operasi
dan pemeliharaan selama pelaksanaan tugas tersebut (2006 - 2010) menganut
prinsip-prinsip:
1. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran.

2. Disiplin Anggaran

3. Keadilan Anggaran

4. Efisiensi dan Efektifitas Anggaran.

Dengan kebijakan makro pengelolaan anggaran yang diarahkan untuk:

Meningkatkan pendapatan pajak dan restribusi tanpa menambah beban


masyarakat, tetapi melalui penyederhanaan pungutan, efisiensi biaya
administrasi memperkecil jumlah tunggakan dan menegakkan sanksi
hukum bagi para penghindar pajak.
1. Meningkatkan efisiensi, efektifitas dan penghematan dibidang belanja
daerah sesuai dengan prioritas.
2. Memprioritaskan anggaran untuk membiayai kegiatan/proyek yang
herorientasi pada upaya melayani masyarakat secara langsung.

Memperhatikan hal di atas dan keadaan di Kabupaten Sorong Selatan yang


mengalami hal yang sama seperti kabupaten lain di Provinsi Papua Barat,
terlihat bahwa sumber penerimaan Kabupaten Sorong Selatan masih
didominasi oleh dana perimbangan pusat, yang diikuti oleh penerimaan lain
yang sah.

i
Permasalahan dan Analisa Keuangan

Kondisi Keuangan Pemerintahan Kabupaten Sorong

Bebarapa permasalahan yang sering terjadi terkait dengan sumber-sumber


penerimaan adalah sebagai berikut :
1. Belum terealisasinya peraturan daerah yang menetapkan maupun
menyusun konsep peraturan daerah yang mengarah kepada penataan
keuangan dan potensi untuk kontribusi bagi penerimaan daerah (PAD)
sesuai bidang kewenangnan.
2. Perlu menyusun strategi sesuai sektor agar dapat sinergi dengan
Pemerintah Atas (Pusat dan Provinsi) guna mendapat kontribusi
pembiayaan yang optimal (bagi hasil, perimbangan, dana tugas
pembantuan, dekonsentrasi maupun Bantuan Luar Negeri).
3. Belum optimalnya/upaya pihak swasta/investor untuk mendukung
pembangunan di segala bidang.
4. Perlu dilaksanakannya APBD secara transparan, efisien, efektif dan
akuntabel.
Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman
modal atauperusahaan untuk membeli barang-barang produksi, untuk
menambah kemampuan memproduksibarang dan jasa yang tersedia dalam
perekonomian yang berasal dari investasi dalam negeri maupuninestasi
asing.Secara umum terdapat dua jenis investasi, yaitu :
1.Investasi yang terdorong (Induced Invesment)Investasi yang terdorong
(induced Invesment),yakni investasi yang idak diadakan akibat
adanyapenambahan perminntaan, pertambahan permintaan yang di akibatkan
pertambahan pendapatan.Jelasnya apabila pendapatan bertambah, maka
tambahan permintaan akan di gunakan untukkonsumsi, sedang pertambahan
konsumsi pada dasarnya adalah tambahan permintaan. Sudah pastiapabila ada
tambahan permintaan, maka akan mendorong berdirinya pabrik baru atau

i
memperluaspabrik lama untuk dapat memenuhi tambahan permintaan
tersebut.
2.Investasi otonom (Outonomous Invesment)Investasi otonom
(OutonomouInvesment), yaitu investasi yang di laksanakan atau diadakan
secarabebas, artinya investasi yang di adakan bukan karena pertambahan
permintaan efektif, tetapi justru untuk menciptakan atau menaikkan
permintaan efektif.Besarnya investasi otonom tidak tergantungkepada besar
kecilnya pendapatan nasional atau daerah.Investasi otonom berarti
pembentukanmodal yang tidak di pengaruhi oleh pendapatan naasional.
Dengan kata lain, tinggi rendahnyapendapatan nasional tidak menentukan
jumlah investasi yang di lakukan oleh perusahaan-perusahaan.(Sukirno,op.cit
2004: 108)Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)Salah satu cara untuk
melihat kemajuan perekonomian suatu daerah adalah denganmencermati nilai
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).PDRB merupakan nilai dari
seluruhbarang dan jasa yang diproduksi dalam jangka waktu tertentu biasanya
dalam waktu satu tahun disuatuwilayah tertentu tanpa membedakan
kapemilikan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam prosesproduksi
tersebutPDBR diperoleh dari produksi seluruh sketor perekonomian regional
yang dijabarkan dalam 9(Sembilan) sektor dan terakumulasi dalam 3 (tiga)
kelompok menurut jenisnya, yaitu :1.Kelompok primer, adalah sektor yang
langsung menghasilkan barang jadi (finalproduct).Terdiri dari sektor pertanian
dan sektor pertambangan dan penggalian2.Kelompok sekunder, adalah sektor
yang dalam menghasilkan barang harus melaluiproses pengolahan terlebih
dahulu. Terdiri dari sektor industry pengolahan, sektorlistrik, gas dan air
bersih, dan sektor bangunan.3.Selanjutnya sektor tersier, adalah sektor yang
bergerak dibidang pelayanan (jasa)yang terdiri dari sektor perdagangan, hotel,
dan restoran, sektor angkutan dankomunikasi, dan sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. (Malikkhan dalam Amir
Hamid : 1639).Tenaga kerja (man power)Tenaga kerja merupakan salah satu
indikator untuk melihat perkembangan dan kondisiekonomi suatu daerah.

i
Menurut Todaro (2000 : 56) pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhanAngkatan Kerja (AK) secara tradisional dianggap sebagai salah
satu faktor positif yang memacupertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja
yang lebih besar berarti akan menambah tingkatproduksi.Suku BungaSuku
Bunga Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran
bungatahunandari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman
yang diperoleh dari jumlah bungayang diterima tiap tahun dibagidengan
jumlah pinjaman. Pengertian suku bunga menurutSunariyah (2004:80) adalah
harga dari pinjaman.Suku bunga dinyatakan sebagai persentaseuang pokok
per unit waktu.Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya
yangdigunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur. Adapun
fungsi suku bungamenurut Sunariyah (2004:81) adalah :a.Sebagai daya tarik
bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untukdiinvestasikan.b.Suku
bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam
rangkamengendalikanpenawaran dan permintaan uang yang beredar dalam
suatu perekonomian. Misalnya,pemerintah mendukung pertumbuhan suatu
sektor industri tertentu apabilaperusahaan-perusahaan dari industri tersebut
akan meminjam dana. Maka pemerintahmemberi tingkat bunga yang lebih
rendah dibandingkan sektor lain.c.Pemerintah dapat memanfaatkan suku
bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar.Ini berarti, pemerintah dapat
mengatur sirkulasi uang dalamsuatu perekonomian.Suku bunga itu sendiri
ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran tabungan danpermintaan
investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan adalah selisihantara
pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai
pendorongutama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan
ditentukan olehtinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga,
akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya.
Tinggi rendahnya penawaran danainvestasi ditentukan oleh tinggi rendahnya
suku bunga tabungan masyarakat.

i
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat di tarik


kesimpulan sebagai berikut :
Pengujian dengan analisis regresi berganda melalui tiga variabel bebas
yakni tenaga kerja , PDRB, singkat suku bungga tidak dapat di lakukan uji
analisis regresi berganda karena terjadinya gejala multikolinieritas dalam
model, sehingga dengan perbaikan model maka pada akhirnya menyisakan
variabel pertumbuhan ekonomi dan investasi sebagai variabel independen yang
bebas dari multikolineritas.
Bahwa variabel PDRB memiliki pengaruh terhadap investasi kabupaten
kota sorong dan secara bersama – sama atau simultan PDRB memiliki pengaruh
terhadap insesatasi

4.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa tingkat investasi


mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yang sungfikan dan
kiranya kepada pemerintah kabupaten sorong dapat memanfaatkan setiap

i
potensi – potensi yang ada di kabupaten sorong , agar jurnal berkala ilmiah
efisiensi.

Anda mungkin juga menyukai