Anda di halaman 1dari 15

FISIKA ZAT PADAT

SIFAT TERMAL

KELOMPOK : 1

NAMA: NURUL FADILLAH SARI (18033103)


RANIA ATARA ISRA (18033105)
SANJUNG PRADANA CHAKAMPAI (18033109)
SILVY ENJELINA (18033111)
UKHLUFI KHAIRI (18033114)

DOSEN : Dr. Riri Jonuarti, S.Pd., M.Si

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Page 1
2021

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.
Dalam makalah ini kami membahas “SIFAT TERMAL ZAT PADAT”, suatu materi
perkuliahan dalam kuliah zat padat.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah zat padat di program Pendidikan
Fisika pada Universitas Negeri Padang. Selanjutnya penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah memberikan
bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam


penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang , 27 Oktober 2021

Penyusun

Page 2
DAFTAR ISI

Halaman Judul 1

Kata Pengantar 2

Daftar isi 3

BAB I: Pendahuluan

Latar belakang 4

Rumusan masalah 4

Tujuan 4

BAB II: Pembahasan

A. Kapasitas Panas Molar 6

B. Konduktivitas Termal 12

C. Kelebihan dan Kelemahan Model Panas Jenis Zat Padat 18

BAB III: Penutup

Kesimpulan 21

REFERENSI
..........................................................................................................................21

Page 3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejumlah energi bisa ditambahkan ke dalam material melalui pemanasan, medan


listrik , medan magnet, bahkan gelombang cahaya seperti pada peristiwa photo listrik
yang telah kita kenal. Tanggapan npadatan terhadap macam – macam tambahan
energi tersebut tentulah berbeda. Pada penambahan energi melalui pemanasan
misalnya, tanggapan padatan termanifestasikan mulai dari kenaikan temperatur
sampai pada emisi thermal tergantung dari besar energi yang masuk. Pada peristiwa
photolistrik tanggapan tersebut termanifestasikan sebagai emisi elektron dari
permukaan metal tergantung dari frekuensi cahaya yang kita berikan, yang tidak lain
adalah besar energi yang sampai ke permukaan metal.

Dalam mempelajari sifat non listrik material, kita akan mulai dengan sifat thermal,
yaitu tanggapan material terhadap penambahan energi secara thermal ( pemanasan ).
Dalam padatan, terdapat dua kemungkinan penyimpanan energi thermal : yang
pertama adalah penyimpanan dalam bentuk vibrasi atom / ion disekitar posisi
keseimbangannya, dan yang kedua berupa energi kinetik yang dikandung oleh
elektron – bebas. Ditinjau secara makroskopis, jika suatu padatan menyerap panas
maka energi internal yang ada dalam padatan meningkat yang diindikasikan oleh
kenaikan temperaturnya. Jadi perubahan energi pada atom – atom dan elektron
bebas menentukan sifat – sifat thermal padatan. Sifat – sifat thermal yang akan kita
bahas adalah kapasitas panas, panas spesifik yang terdiri dari panas jenis zat model
Klasik, model Einstein, model Debye.

B. Rumusan Masalah

1. A pakah yang dimaksud dengan panas jenis zat padat menurut model klasik?
2. Apakah yang dimaksud dengan panas jenis zat menurut model Einstein?
3. Apakah yang dimaksud dengan Panas jenis Zat menurut model Debye ?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari masing – masing model teori panas

Page 4
jenis zat?

C. Tujuan
1. Menjelaskan panas jenis zat padat menurut model klasik
2. Menjelaskan panas jenis zat menurut model Einstein
3. Menjelaskan panas jenis zat menurut model Debye
4. Menyebutkan kelebihan dan kekurangan dari masing – masing model teori
panas jenis zat.

Page 5
BAB II

PEMBAHASAN

A. KAPASITAS PANAS MOLAR

Kapasitas panas (heat capacity) adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
meningkatkan temperatur padatan sebesar satu derajat K. Konsep mengenai
kapasitas panas dinyatakan dengan dua cara, yaitu:
Kapasitas panas pada volume konstan (Cv), dengan relasi

Cv =
dE
|
dT v
(1.1)

dengan E adalah energi internal padatan yaitu total energi yang ada dalam padatan
baik dalam bentuk vibrasi atom maupun energi kinetik elektron bebas.
Kapasitas panas pada tekanan konstan (Cp), dengan relasi

Cp =
dH
|
dT p
(1.2)

dengan H adalah enthalpi. Pengertian enthalpi dimunculkan dalam termodinamika


karena sesungguhnya adalah amat sulit menambahkan energi pada padatan
(meningkatkan kandungan energi internal) saja dengan mempertahankan tekanan
konstan.
Jika kita memasukkan energi panas ke sepotong logam, sesungguhnya energi yang
kita masukkan tidak hanya meningkatkan energi internal melainkan juga untuk
melakukan kerja pada waktu pemuaian terjadi.
Pemuaian adalah perubahan volume, dan pada waktu volume berubah dibutuhkan
energi sebesar perubahan volume kali tekanan udara luar dan energi yang diperlukan
ini diambil dari energi yang kita masukkan. Oleh karena itu didefinisikan entalpi guna
mempermudah analisis, yaitu dengan P adalah tekanan dan V adalah volume.

H =E +PV (1.3)

Page 6
1. Teori Klasik

 Menurut hukum Dulong-Petit (1920), panas spesifik padatan unsur adalah


hampir sama untuk semua unsur, yaitu sekitar 6 cal/mole K.
 Boltzmann, setengah abad kemudian, menunjukkan bahwa angka yang
dihasilkan oleh Dulong-Petit dapat ditelusuri melalui pandangan bahwa energi
dalam padatan tersimpan dalam atom-atomnya yang bervibrasi.
 Energi atom-atom ini diturunkan dari teori kinetik gas.
 Molekul gas ideal memiliki tiga derajat kebebasan dengan energi kinetik rata-
rata per derajat kebebasan adalah 1/2 kBT, sehingga energi kinetik rata-rata
dalam tiga dimensi adalah 2/3 kBT
 Energi per mole adalah

3 3 (1.4)
Ek/mole = NkBT = RT, N bilangan Avogadro
2 2

yang merupakan energi internal gas ideal.

Dalam padatan, atom-atom saling terikat sehingga selain energi kinetik terdapat pula
energi potensial sehingga energi rata-rata per derajat kebebasan bukan ½ kBT
melainkan kBT. Energi per mole padatan menjadi

Ek/mole padat =3RT cal/mole (1.5)

Panas spesifik pada volume konstan:

Cv =
dE
|
dT v
=3R =5,96 cal/mole0K
(1.6)

 Angka inilah yang diperoleh oleh Dulong-Petit. Pada umumnya hukum Dulong-
Petit cukup teliti untuk temperatur di atas temperatur kamar.
 Namun beberapa unsur memiliki panas spesifik pada temperatur kamar yang
lebih rendah dari angka Dulong-Petit, misalnya B, Be, C, Si.
 Pada temperatur yang sangat rendah panas spesifik semua unsur menuju nol.

2. Teori Einstein

Page 7
 Einstein memecahkan masalah panas spesifik dengan menerapkan teori
kuantum. Ia menganggap padatan terdiri dari N atom, yang masing-masing bervibrasi
(osilator) secara bebas pada arah tiga dimensi, dengan frekuensi fE.
 Mengikuti hipotesa Planck tentang terkuantinisasinya energi, energi tiap
osilator adalah

En =nhfE (1.7)

dengan n adalah bilangan kuantum, n = 0, 1, 2,.... Jika jumlah osilator tiap status
energi adalah En dan E0 adalah jumlah asilator pada status 0, maka sesuai dengan
fungsi Boltzmann

-(En/kBT)
Nn =N0e (1.8)

Energi rata-rata osilator adalah

NnEn (1.9)
E = hfE
E =N = ∑∑N
n
n
e(hf /k T) -1
E B

dengan N atom yang masing-masing merupakan osilator bebas yang berosilasi tiga
dimensi, kita dapatkan total energi internal

3NhfE (1.10)
E =3N E =e(hf /k T) -1
E B

|
hfE 2 e(hf /k T) (1.11)
( )
dE E B

Cv = =3NkB
dT v kBT (e(hf /k T) -1)2 E B

Frekuensi fE , yang kemudian disebut frekuensi Einstein, ditentukan dengan cara


mencocokkan kurva dengan data-data eksperimental. Hasil yang diperoleh adalah
bahwa pada temperatur rendah kurva Einstein menuju nol jauh lebih cepat dari data
eksperimen.

3. Teori Debye

 Penyimpangan ini menurut Debye disebabkan oleh asumsi yang diambil


Einstein bahwa atom-atom bervibrasi secara bebas dengan frekuensi sama, fE.

Page 8
 Analisis yang perlu dilakukan adalah menentukan spektrum frekuensi g(f)
dimana g(f)df didefinisikan sebagai jumlah frekuensi yang diizinkan yang
terletak antara f dan (f + df) (yang berarti jumlah osilator yang memiliki
frekuensi antara f dan f + df ).
 Debye melakukan penyederhanaan perhitungan dengan menganggap padatan
sebagai medium merata yang bervibrasi dan mengambil hipotesa spektrum
gelombang berdiri sepanjang kristal sebagai pendekatan pada vibrasi atom.

4πf2 (1.12)
g(f) =
cs3

dengan cs kecepatan rambat suara dalam padatan.


 Debye juga memberi postulat frekuensi osilasi maksimum ( fD) , karena jumlah
keseluruhan frekuensi yang diizinkan tidak akan melebihi 3N (N adalah jumlah
atom yang bervibrasi tiga dimensi).
 Panjang gelombang minimum adalah λD = cs / fD tidak lebih kecil dari jarak
antar atom dalam kristal. Dengan mengintegrasi g(f)df kali energi rata-rata, ia
memperoleh energi internal untuk satu mole volume kristal

fD
(1.13)
9N hf
E = ∫
fD3 e(hf /k T) -1
E B
f df 2

Jika didefinisikan h fD / kT ≡ θD /T , dimana θD adalah apa yang disebut temperatur


Debye, maka panas spesifik menurut Debye adalah

θD/T

| [( ) ∫ ]
dE T 3
exx4dx
Cv = =9NkB
dT v θD (ex -1)2
0

Cv =3NkBD(θD/T) (1.14)

dengan D(θD/T) adalah fungsi Debye yang didefinisikan sebagai

θD/T
(1.15)

[( ) ∫ ]
T 3
exx4dx
D(θD/T) =3 ×
θD (ex -1)2
0

Walaupun fungsi Debye tidak dapat diintegrasi secara analitis, namun dapat dicari

Page 9
nilai-nilai limitnya.

D(θD/T)→1 jika T→ ∞ (1.16)

4π2 T 3
(1.17)
D(θD/T)→ ( )
5 θD
jika T ≪θD

Dengan nilai-nilai limit ini, pada temperatur tinggi cv mendekati nilai yang diperoleh
Einstein.

cv =3NkB =3R (1.18)

sedangkan pada temperatur rendah

4π2 T 3
T 3
(1.19)
cv =3NkB ( )
5 θD ( )
=464,5
θD

 Phonon dalam analisisnya, Debye memandang padatan sebagai kumpulan


phonon karena perambatan suara dalam padatan merupakan gejala
gelombang elastis.
 Spektrum frekuensi Debye yang dinyatakan pada persamaan (1.12) sering
disebut spektrum phonon.
 Phonon adalah kuantum energi elastik analog dengan photon yang merupakan
kuantum energi elektromagnetik.
 Kontribusi Elektron. Hanya elektron di sekitar energi Fermi yang terpengaruh
oleh kenaikan temperatur dan elektron-elektron inilah yang bisa berkontribusi
pada panas spesifik.
 Pada temperatur tinggi, elektron menerima energi thermal sekitar kBT dan
berpindah pada tingkat energi yang lebih tinggi jika tingkat energi yang lebih
tinggi kosong. Energi elektron pada tingkat Fermi, EF, rata-rata mengalami
kenaikan
 Energi menjadi (EF + kBT) yang kemungkinan besar akan berhenti pada posisi
tingkat energi yang lebih rendah dari itu.

Page
10
Gambar 1.1. Distribusi pengisian tingkat energi pada T > 0 K
 EF pada kebanyakan metal adalah sekitar 5 eV; sedangkan pada temperatur
kamar kBT adalah sekitar 0,025 eV.
 Jadi pada temperatur kamar kurang dari 1% elektron valensi yang dapat
berkontribusi pada panas spesifik.
 Jika diasumsikan ada sejumlah N(kBT/EF) elektron yang masing-masing
berkontribusi menyerap energi sebesar kBT/2, maka kontribusi elektron dalam
panas spesifiik adalah

3NkB
(E )
(1.20)
cv elektron ≅ T
F

dengan N adalah jumlah elektron per mole. Jadi kontribusi elektron sangat
kecil dan naik secara linier dengan naiknya temperatur.
 Panas spesifik total adalah

cv total =cv ion +cv elektron (1.21)

untuk temperatur rendah, dapat dituliskan

cv (1.22)
cv =AT3 +γ'T atau =γ' +AT2
T

2
Jika cv/T di plot terhadap T akan diperoleh kurva garis lurus yang akan memberikan
nilai γ′ dan A.

Page
11
Gambar 1.2. Kurva cv/T terhadap T2.

 Panas Spesifik Pada Tekanan Konstan, cp. Hubungan antara cp dan cv diberikan
dalam termodinamika

αv2 (1.23)
cp -cv =TV
β

V adalah volume molar, αv dan β berturut-turut adalah koefisien muai volume dan
kompresibilitas yang ditentukan secara eksperimental.

1 dv
αv ≡
( )
v dT p
(1.24)

1 dv
( )
(1.25)
β ≡
v dp T

Faktor-Faktor Lain Yang Turut Berperan:


a. Memasukkan energi panas ke padatan tidak hanya menaikkan energi vibrasi atom
maupun elektron.
b. Pada padatan tertentu terjadi proses-proses lain yang juga memerlukan energi
dan proses-proses ini akan berkontribusi pada kapasitas panas.
c. Proses-proses seperti perubahan susunan molekul dalam alloy, pengacakan spin
elektron dalam material magnetik, perubahan distribusi elektron dalam material
superkonduktor, akan meningkatkan panas spesifik material yang bersangkutan.
d. Proses-proses ini akan membuat kurva panas spesifik terhadap temperatur tidak
monoton; di atas temperatur di mana prosesproses ini telah tuntas, panas
spesifik kembali pada nilai normalnya.

Page
12
B. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MODEL PANAS JENIS ZAT PADAT
a. MODEL KLASIK
 Kelebihan
Model klasik dapat menunjukkan panas jenis pada suhu kamar dan suhu yang lebih
besar adalah
 Kekurangan

Kita mengetahui bahwa logam mengandung banyak elektron bebas yang bergerak
dan ini berarti bahwa elektron bebas juga mempunyai tenaga kinetis. Oleh sebab itu
tenaga kinetis bertambah dan sebagai akibatnya panas-jenis menurut teori kinetis
harus bertambah pula. Tetapi dalam kenyataannya pergerakan elektron ini praktis
tidak berpengaruh apa-apa. Dalam hal ini teori klasik tidak dapat memberikan
keterangan sehingga teori klasik, dalam hal ini, juga tidak memuaskan.

Model klasik tidak dapat menjelaskan ( Dulong dan Petit ) panas jenis untuk unsur –
unsur ringan seprti Boron, Berilium, Carbon, Silikon.

b. MODEL EINSTEIN
 Kelebihan
Model Einstein dapat menjelaskan panas jenis dimana atom-atom dianggap sebagai
osilator-osilator bebas yang bergetar tanpa terpengaruh oleh osilator lain di sekitarnya
 Kekurangan

Jika pada suhu rendah sebanding dengan dan jelas ini tidak cocok dengan hasil
eksperimen, dimana sebanding dengan . Sehingga model ini gagal menjelaskan
pada suhu rendah.

Dalam model Einstein, atom-atom dianggap bergetar secara terisolasi dari atom
disekitarnya. Anggapan ini jelas tidak dapat diterapkan, karena gerakan atom akan
saling berinteraksi dengan atom-atom lainnya.

Page
13
c. MODEL DEBYE
 Kelebihan
Perhitungan lebih sederhana dengan menganggap padatan sebagai medium merata
yang bervibrasi dan mengambil pendekatan pada vibrasi atom sebagai spectrum-
gelombang-berdiri sepanjang kristal.
 Kekurangan
Fungsi Debye tidak dapat diintegrasi secara analitis

Page
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pemaparan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa teori panas jenis terdiri dari
3 yaitu model klasik, model einstein, dan model debye. Model teori klasik. Menurut
fisika klasik, getaran atom-atom zat padat dapat dipandang sebagai osilator harmonik.
Satu getaran atom identik dengan sebuah osilator harmonik. Model einstein dalam
model ini, atom-atom dianggap sebagai osilator- osilator bebas yang bergetar tanpa
terpengaruh oleh osilator lain di sekitarnya. Model Debye menjelaskan bahwa atom –
atom dianggap sebagai osilator harmonis yang tak bebas.

REFERENSI:
Darmawan, Loeksmanto, W, danLiong, T.H. 1987. Fisika Zat Padat. Jakarta : Karunika

Page
15

Anda mungkin juga menyukai