Anda di halaman 1dari 8

MODUL PERKULIAHAN

MESIN KONVERSI ENERGI

PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNOLOGI OTOMOTIF


STKIP PGRI TULUNGAGUNG
TAHUN 2019
CHAPTER I
DASAR MESIN KONVERSI ENERGI

DESKRIPSI
Pada bab ini mahasiswa mempelajari konsep dasar mesin konversi energi. Konsep dasar ini
meliputi:
1) Energi potensial, Energi Kinetik, Energi Panas, Energi Listrik
2) Gas ideal
3) Hukum Boyle
4) Hukum Termodinamika I dan II
5) Siklus Carnot

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN


Mahasiswa mampu menjelaskan dasar-dasar mesin konversi energi

INDIKATOR
Mahasiswa mampu:
1) Menjelaskan energi potensial, energi panas, entalpi, energi kinetik, dan internal
energi dengan baik dan benar
2) Menjelaskan konsep Gas ideal dengan benar
3) Mendeskripsikan Hukum Boyle dengan sistematis
4) Menjelaskan Hukum Termodinamika I dan II secara tepat
5) Menjelaskan Siklus Carnot dengan benar

Pertemuan Ke : 1
Alokasi waktu : 2 x 50 menit
: 1. Diskusi kelas
Model Pembelajaran 2. Presentasi
3. Penugasan mandiri

A. ENERGI POTENSIAL, ENERGI KINETIK, ENERGI PANAS


ENERGI POTENSIAL
Energi potensial dapat didefinisikan sebagai energi energi yang dapat
mempengaruhi disebabkan posisi ketinggian benda yang cenderung menuju tak terhingga
dengan arah dari gaya yang ada dari energi potensial. Satuan SI sebagai pengatur usaha
serta energi ialah Joule (simbol J).
Energi potensial dapat dirumuskan sebagai berikut:
EP=mgh
Dimana:
m : Massa benda, satuan Kg
g : Percepatan gravitasi, satuan m/s2
h : Ketinggian, satuan m

Gambar 1.1 Energi Potensial Benda

Selain berdasarkan benda dengan posisi di ketinggian, terdapat pula Energi


Potensial Pegas. Energi ini dapat didefinisikan sebagai energi yang dikandung di dalam
pegas tersebut.

Gambar 1.2 Energi yang dimiliki oleh pegas

Energi potensial pegas, dapat dirumuskan sebagai berikut:

1
EP= F ∆ X
2

Dimana:
F=k ∆ X

ENERGI KINETIK
Jika kita mengidentifikasi energi potensial berada pada benda yang cenderung diam, maka
apabila benda tersebut bergerak, maka akan memiliki energi, yaitu energi kinetik. Besarnya
energi kinetik, bergantung pada seberapa besar massa benda tersebut, dan kecepatannya.

Gambar 1.3 Benda bergerak memiliki energi kinetik

Besar energi kinetik dapat dirumuskan sebagai berikut:


1
EK = m v 2
2

Dimana:
m : Massa benda, satuan Kg
v : Kecepatan, satuan m/s

Pada beberapa kasus, energi kinetik ini bisa ditangkap. Energi kinetik ini dapat dikonversi
oleh suatu perangkat namanya KERS (Kinetic Energy Recovery System). Energi kinetik
yang dihasilkan dapat dikonversi dalam bentuk energi yang lain, misalnya dikonversi
menjadi energi listrik.
Gambar 1.4 Perangkat KERS

Gambar 1.5 Skema Kerja KERS pada Mobil F1

ENERGI PANAS
Energi termal ialah energi yang memiliki kaitan dengan gerak acak atom dan molekul,
dinamai termal karena energi ini dapat diukur melalui suhu (termal). Atom akan
bertumbukan secara acak dan akan menaikan termperatur.hal ini yang menjadi tolok ukur
pada energi termal.Volume dan tekanan pada atom juga berpengaruh karena volume dan
tekanan berbanding lurus dengan temperatur selaras dengan rumus persamaan gas ideal
yang dirumuskan dengan:

P V =n R T

Dalam kehidupan sehari-hari, pemanfaatan energi termal (panas) sebagai contoh untuk
pembangkit listrik tenaga panas bumi. Prinsip kerjanya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 1.6 Konversi Energi Panas menjadi Energi Listrik

Pada motor bakar, energi panas dikonversikan menjadi energi mekanis. Energi panas ini
berasal dari bahan bakar yang digunakan, yang dikompresi dan terbakar, mendorong piston
sehingga menggerakkan roda penggerak untuk diteruskan ke transmisi.

Gambar 1.7 Mesin Pembakaran Dalam

ENERGI LISTRIK
Energi listrik dapat dikatakan sebagai energi yang dihasilkan dari pergerakan elektron,
dimana aliran elektron ini melalui media yang dapat mengalirkannya (konduktor). Energi
listrik dapat disimpan dalam suatu media, yang disebut dengan kapasitor. Energi listrik dapat
dikonversikan menjadi berbagai macam bentuk energi lain. Misalnya menjadi energi gerak
pada motor listrik, energi panas pada heater.

B. GAS IDEAL
Gas ideal adalah gas teoretis yang terdiri dari partikel-partikel titik yang bergerak
secara acak dan tidak saling berinteraksi. Konsep gas ideal sangat berguna karena
memenuhi hukum gas ideal, sebuah persamaan keadaan yang disederhanakan, sehingga
dapat dianalisis dengan mekanika statistika.
Pada kondisi normal seperti temperatur dan tekanan standar, kebanyakan gas nyata
berperilaku seperti gas ideal. Banyak gas seperti nitrogen, oksigen, hidrogen, gas mulia dan
karbon dioksida dapat diperlakukan seperti gas ideal dengan perbedaan yang masih dapat
ditolerir[1]. Secara umum, gas berperilaku seperti gas ideal pada temperatur tinggi dan
tekanan rendah karena kerja yang melawan gaya intermolekuler menjadi jauh lebih kecil bila
dibandingkan dengan energi kinetik partikel, dan ukuran molekul juga menjadi jauh lebih
kecil bila dibandingkan dengan ruangan kosong antar molekul.
Model gas ideal tak dapat dipakai pada suhu rendah atau tekanan tinggi, karena
gaya intermolekuler dan ukuran molekuler menjadi penting. Model gas ideal juga tak dapat
dipakai pada gas-gas berat seperti refrigeran atau gas dengan gaya intermolekuler kuat,
seperti uap air. Pada beberapa titik ketika suhu rendah dan tekanan tinggi, gas nyata akan
menjalani fase transisi menjadi liquid atau solid. Model gas ideal tidak dapat menjelaskan
atau memperbolehkan fase transisi. Hal ini dapat dijelaskan dengan persamaan keadaan
yang lebih kompleks.
Persyaratan gas ideal antara lain:
1. Molekul gas ideal bergerak acak ke semua arah
2. Molekul gas ideal tersebar ke seluruha bagian ruang
3. Jarak antar molekul lebih besar daripada ukuran molekulnya
4. Molekul gas merupakan molekul identik.
5. Tidak ada gaya interaksi antar molekul, kecuali molekul tersebut bertabrakan
dengan molekul lain, atau dengan dinding.
6. Semua tumbukan yang terjadi baik antarmolekul maupun antara molekul dengan
dinding merupakan tumbukan lenting sempurna dan terjadi pada waktu yang
sangat singkat (molekul dapat dipandang seperti bola keras yang licin)
7. Hukum Newton tentang gerak berlaku pada gas ideal

C. HUKUM BOYLE
Hukum Boyle menjelaskan konsep kompresi gas. Hukum Boyle mendeskripsikan bahwa apa
bila dalam ruangan tertutup, suhu gas akan berbanding terbalik dengan volume gas, dengan
catatan suhu berada pada kondisi tetap (konstan). Kondisi ini disebut dengan isotermis.
Dapat digambarkan sebagai berikut:
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa:

P1 V 1=P2 V 2

Keterangan:
P1 = tekanan gas mula-mula (atm.cm Hg, N/m2, Pa)
P2 = tekanan gas akhir (atm, cm Hg, N/m2, Pa)
V1 = volum gas mula-mula (m3, cm3)
V2 = volum gas akhir (m3, cm3)

D. HUKUM TERMODINAMIKA
E. SIKLUS CARNOT

Anda mungkin juga menyukai