Anda di halaman 1dari 10

Nama Dosen : Ayutyas Sayekti S.

E,M Mata Kuliah : Pengantar Agribisnis

Kelas : MAB C1 P2 Hari/Tanggal : Sabtu, 04 September 2021

SUBSISTEM AGRIBISNIS ON FARM


PERIKANAN UDANG GALAH

KELOMPOK 2
OLEH :
Anggraini Susanti (J0310211021)
Deni Rahman (J0310211193)
Dwicahyo Waskito Nugroho (J0310211282)
Hamdah Istifha Dinia (J0310211373)
Mahayu Mawar Kalista (J0310211277)
Marissa Zevania Simbolon (J0310211153)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya
peningkatan nilai tambah kekayaan sumber daya alam hayati, yang dulu lebih
berorientasi kepada bentuk pertanian primer atau usaha tani dengan fokus
produksi, namun sekarang telah mengalami perubahan paradigma ke suatu sektor
ekonomi modern dan besar. Agribisnis terdiri dari lima subsistem yang
merupakan suatu kesatuan mata rantai yang saling bekerja sama dan mendukung
serta saling mempengaruhi satu sama lain. Kelima subsistem tersebut antara lain
subsistem pengadaan sarana produksi pertanian (subsistem I), subsistem budidaya
atau produksi usaha tani (subsistem II), subsistem pengolahan dan industri hasil
pertanian (subsistem Ill), subsistem hasil pemasaran hasil pertanian dan
pengolahannya (subsistem IV) dan subsistem kelembagaan penunjang kegiatan
agribisnis (subsistem V).
Subsistem pertanian primer (on-farm agribusiness), yaitu kegiatan budidaya
yang menghasilkan komoditi pertanian primer (usahatani tanaman pangan,
usahatani hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan, usaha perkebunan, usaha
peternakan, usaha perikanan, dan usaha kehutanan).
Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia pada
umumnya adalah untuk meningkatkan produksi perikanan. Peningkatan produksi
ini diharapkan akan membawa dampak positif terhadap peningkatan pendapatan
petani perikanan, peningkatan kesejahteraan petani perikanan, perbaikan keadaan
lingkungan dan peningkatan kesempatan berusaha. Selain itu, agar dapat
memenuhi standar kecukupan gizi bagi masyarakat dari hasil perikanan tersebut.

Latar Belakang Masalah


Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) adalah salah satu komoditas
perikanan budidaya air tawar yang memiliki ciri khas kepala yang berbentuk
kerucut, resentrum melebar pada bagian ujungnya serta berbentuk memanjang dan
melengkung keatas. Harga udang galah pada tahun 2018 dapat mencapai Rp.
120.000 per kilogram, hal ini sebanding dengan kandungan zat besi, zinc dan
vitamin B12. Walaupun udang galah memiliki harga yang relatif mahal akan
tetapi permintaan udang galah semakin meningkat setiap tahunnya. Permintaan
udang galah di Indonesia baru terpenuhi 40% saja dari seluruh permintaan yang
ada (Tambunan, 2009). Hal ini dikarenakan masih rendahnya tingkat
kelangsungan hidup benih saat ditransportasikan ke daerah produksi pembesaran.
Produksi pembenihan udang galah saat ini hanya terkonsentrasi di pesisir pulau
Jawa, sedangkan pembesarannya di pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa
Tenggara Barat hingga Papua. Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) adalah
udang air tawar terbesar yang banyak terdapat dibelahan bumi bagian Selatan,
terutama di Asia Tenggara.
Udang galah merupakan komoditas penting perikanan yang sudah lama
dikembangkan di Indonesia. Udang galah tersebar luas di Sumatera, Kalimantan,
Jawa, dan Papua. Namun budidaya udang galah sering menemui kendala, baik
dari tingkat kelulusan hidup yang rendah maupun tingkat pertumbuhan yang
lambat. Udang galah hanya tumbuh sekitar 2,34-2,78 %/hari pada fase juvenil (Ali

1
dan Waluyo, 2015). Proses pertumbuhan pada udang ditandai dengan pergantian
kulit atau molting. Proses molting pada udang galah dimulai sejak fase pertama
zoea sampai dengan dewasa dengan frekuensi molting yang lebih cepat pada fase
awal dan lambat saat memasuki dewasa. Kemampuan molting udang dipengaruhi
oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eskternal adalah faktor yang
berasal dari luar tubuh meliputi nutrisi, lingkungan, serta photoperiod sedangkan
faktor internal adalah faktor yang mengatur kondisi dalam tubuh berupa hormon
ekdisteron.

Tujuan makalah :
1. Menambah wawasan tentang cara Budidaya Udang Galah
2. Mengetahui kondisi Subsistem on farm pada budidaya Udang Galah
3. Memahami kendala dalam Budidaya Udang Galah dalam Subsistem on
farm beserta upaya yang dilakukan
4. Mendapatkan pengetahuan subsistem on farm

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Subsistem On Faram Pada Budidaya Udang Galah


Pemeliharaan udang galah meliputi banyak faktor seperti persiapan lahan
budidaya, pakan,temperatur dan kondisi air, sistem alas kolam yang menggunakan
teknologi geomembrane. Untuk mengontrol temperatur dan kondisi air dilakukan
dengan menggunakan alat Salinity  Refraktometer,  Ph  meter, dan Aerator. Benih
udang galah sangat sensitif dengan kondisi air, kondisi air yang baik memiliki Ph
antara 7 - 8,5 yaitu memiliki tingkat netral sedangkan Suhu yang dibutuhkan oleh
udang galah untuk tumbuh dengan baik adalah 19 hingga 30 derajat celsius. Ciri-
ciri benih udang galah yang baik yaitu tingkat ketahanan yang tinggi terhadap
indensi penyakit, tidak cacat atau necrois, dan lincah atau aktif berenang apabila
dipindahkan ke wadah yang lain. Benih udang galah yang terawat dengan baik
akan menghasilkan kualitas yang baik.
Kondisi air yang tidak kotor juga sangat mempengaruhi pertumbuhan udang
galah, Kondisi air yang kotor akan membuat kualitas udang galah menurun.
Geomembrane dapat mengatasi masalah ini. Geomembrane adalah lapisan plastik
yang ditempatkan didasar tambak atau kolam. Keuntungan menggunakan
geomembrane salah satunya yaitu Geomembran dapat mempertahankan kualitas
air, dikarenakan geomembrane dapat menahan tanah dasar tambak untuk masuk
dan mencemari air, sehingga pencemaran air dapat terhindar dengan baik.Penyakit
ekor  putih  (White   Tail   Disease/  WTD)  dan  penyakit  otot  putih  (White
Muscle  Disease/  WMD)  yang  menyerang  udang  galah  disebabkan  oleh  virus
RNA  Macrobrachium  Rosenbergii  Nodavirus  yang  dikenal  sebagai  MrNV.
Udang  Galah  yang  telah  terjangkit  penyakit  ini  akan  mengakibatkan  tubuh
menjadi  berwarna  seperti  putih  susu. MrNV dapat menyerang pada fase
pertumbuhan stadia larva, postlarva, juvenil, calon induk, yang berujung dengan
kematian. Penyakit ini dikibatkan oleh kualitas air yang buruk.
Persiapan lahan untuk udang galah dilakukan dengan menggunakan lahan yang
luas dikarenakan udang galah ini memiliki habitat yang hidup di dasar kolam
dengan ukuran yang luas. Udang galah membutuhkan lebar kolam atau tambak
minimal 8 hingga 10 kaki atau sekitar 2,5 hingga 3 meter, mengingat ukurannya
yang cukup besar sehingga membutuhkan ruang yang nyaman untuk melancarkan
kehidupannya. Udang galah itu sendiri memiliki sifat teritorial dan kanibal , Luas
kolam budidaya yang terbatas menyebabkan sesama udang bersaing keras
memperebutkan wilayah teritorialnya. Untuk menyusuaikan terbatasnya lahan
maka bisa menggunakan teknologi apartemen udang galah. Apartemen Udang
Galah adalah bangunan dari bahan bamboo yang dibelah dan dirakit menyerupai
kerangka biliki/kamar seperti sebuah apartemen dan di tempatkan di dalam air.
Keuntungan dalam sistem apartemen udang galah ini antara lain tempat
bertengger dan berlindungnya udang-udang kecil, Dalam satu perangkat
apartemen, terdapat sekat atau bilik yang merupakan tempat tinggal tambahan
yang nyaman bagi udang. Akibatnya, terjadi peningkatan ruang yang bisa
ditempati udang. Selain itu, apartemen juga berfungsi sebagai tempat berlindung
saat udang berganti kulit (moulting). Dengan dua keuntungan tersebut, padat teba
bisa ditingkatkan dan kanibalisme dapat ditekan.

3
2.2 Pakan Udang galah
Waktu untuk pemberian pakan udang galah air tawar yang terbaik adalah pada
malam hari. Ini dikarenakan udang memiliki sifat nokturnal dan mencari makan
pada malam hari.
 Pakan Buatan
Syarat dalam pakan buatan untuk udang galah salah satunya mengandung Protein
antara 30%-55%, adanya kandungan lipid sebagai sumber energi dalam
penyerapan kalsium dan vitamin dalam pakan. Adanya kandungan karbohidrat
sebagai cadangan makan dan pembentukan zat kitin (pembentuk kulit udang).
Kandungan mineral dalam pembentukkan jaringan, metabolisme dan pigmentasi
warna udang. Serta adanya vitamin yang mempercepat pertumbuhan dan
memperkuat imunitas.
Berikan pakan buatan ini 2-3 kali sehari, tergantung kebutuhan dan umurnya. Jika
dikolam sudah terdapat banyak pakan alami, maka pemberian pakan buatan bisa
dikurangi menjadi 2 kali sehari saja.
 Pakan Tambahan
Pakan tambahan perlu diberikan untuk menghemat biaya pembelian pellet. Dulur
bisa memberikan pakan tambahan dengan berbagai macam jenis, sesuai dengan
ketersediaan di lingkungan dulur. Beberapa jenis pakan udang galah air tawar
tambahan yang baik untuk diberikan adalah kelapa, singkong, bekicot/siput, ikan
kecil dan lainnya. Tentu saja, berikan pakan tambahan ini setelah bersih dan
dicincang halus, utamanya jika udang galah masih kecil.
Dulur bisa memberikan pakan tambahan setiap hari sebanyak 1-2 kali sehari,
bergantung dengan kemudahan dalam mendapatkannya.
 Pakan alami
Beberapa jenis pakan alami yang biasa tumbuh di kolam udang galah adalah
zooplankton, mikroorganisme air, phytoplankton, dan lainnya. Tentu saja, pakan
alami sangat baik untuk menunjang pertumbuhan bibit udang air tawar, khusunya
udang galah. Sehingga masa pembesaran udang galah bisa semakin cepat dan
cepat panen.

2.3 Pengontrolan Kondisi Air


Kualitas air merupakan faktor penting selama pembenihan berlangsung.
Baik buruknya kualitas air akan sangat menentukan hasil yang akan dicapai. Air
yang digunakan harus memenuhi kriteria fisik, kimia, dan biologi.
Beberapa parameter kualitas air yang perlu dipantau antara lain oksigen terlarut
(DO), salinitas, derajat keasaman (pH), dan suhu.
1) Oksigen terlarut
Kandungan oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) di dalam air merupakan sumber
respirasi bagi larva, oleh karenanya harus selalu tersedia di dalam media.
Keperluan organisme terhadap oksigen terlarut relatif bervariasi tergantung pada
jenis, stadium dan aktifitasnya. Kisaran oksigen terlarut 5 ppm atau lebih
merupakan kadar yang cukup baik untuk pertumbuhan larva udang galah.
2) Salinitas
Salinitas atau kadar garam yang terkandung dalam air merupakan salah satu
parameter yang perlu diperhatikan dalam pembenihan. Udang galah memiliki

4
toleransi salinitas berkisar 0-15 ppt. Pada fase larva udang galah mampu tumbuh
dengan baik pada salinitas 10-15 ppt. Untuk kebutuhan kadar garam media
pemeliharaan larva, dapat berasal dari air laut dan dari garam dapur, atau
campuran dari keduanya. Informasi terakhir adalah bahwa kombinasi air laut
dengan garam dapat meningkatkan laju pertumbuhan larva udang galah.
3) Derajat keasaman (pH)
Nilai derajat keasaman (pH) sangat terkait erat dengan ketersediaann CaCO3
dalam media budidaya. Selain sebagai penyangga atau faktor pendukung
kestabilan pH, senyawa tersebut merupakan faktor yang penting pada proses
pergantian kulit (moulting). pH media pemeliharaan larva udang galah sebaiknya
berkisar antara 7 – 8,5. Untuk mengukur pH dapat digunakan pH meter atau
kertas lakmus. Adanya pergantian air secara rutin menunjang ketrersediaan unsur
tersebut.
4) Suhu
Suhu media perlu dipantau, karena memberi pengaruh cukup besar bagi
kelangsungan hidup, pertumbuhan larva, serta konversi pakan. Suhu optimal
untuk kehidupan larva udang galah adalah 28 – 30 ºC. Suhu apat diukur dengan
menggunakan termometer alkohol/ air raksa, dll.

2.4 Panen
Biasanya masa panen udang galah dilakukan setelah proses pembesaran
selama 3-4 bulan. Saat panen terdapat dua cara panen yaitu panen sebagian dan
panen total. Panen sebagai merupakan cara panen yang dilakukan sedikit demi
sedikit, sedangkan panen total berarti udang ditangkap secara keseluruhan baik
besar maupun kecil.
Baik pada panen sedikit demi sedikit maupun pada panen total udang galah harus
ditangkap dalam keadaan hidup dan segar bugar.
Untuk penangkapan sedikit demi sedikit, biasanya menggunakan alat tangkap
jaring insang. Jaring tersebut di rentangkan selebar kolam, kemudian ditarik dari
satu sisi kolam ke sisi lainnya. Ukuran mata jaring sesuai dengan ukuran udang
yang sudah besar.
Untuk penangkapan total, dilakukan dengan pengesatan kolam. Malam menjelang
hari penangkapan, air kolam di keluarkan perlahan – lahan. Selanjutnya
penangkapan dimulai pada pukul 5 pagi. Alat yang di pakai dapat berupa seser,
serok, pecak, maupun tangan kosong.
Hasil tangkapan di tampung di dalam keranjang atau ember yang di beri tutup.
Selama penangkapan berlangsung harus ada aliran air yang masuk ke dalam
kolam. Hal ini berguna untuk mencegah udang galah mati kekurangan zat asam
untuk bernafas.

2.5 Kendala
1. Penyakit Udang Galah
Dalam pemeliharaan udang galah, pembudidaya biasanya bakal
berhadapan dengan kendala penyakit ekor putih (White Tail Disease/
WTD) dan penyakit otot putih (White Muscle Disease/ WMD) yang umum
menyerang udang ini. Penyakit WTD dan WMD yang menyerang udang

5
galah disebabkan oleh virus RNA Macrobrachium Rosenbergii Nodavirus
yang dikenal sebagai MrNV. Apabila udang galah terjangkit MrNV akan
mengakibatkan tubuh dan ekor udang tampak berwarna putih susu. MrNV
dapat menyerang pada fase pertumbuhan stadia larva, postlarva, juvenil,
calon induk, yang berujung dengan kematian. Penyakit WTD dan WMD
pada udang galah sering menyerang pada fase larva berumur 8 hingga 20
hari. Udang juga dapat terjangkit penyakit pada fase juvenil.
2. Pemberian Pakan
Pemberian pakan yang kurang tepat, masih menjadi kendala dalam
budidaya Udang Galah. Namun, peternak udang galah harus dapat
memenuhi kandungan yang dibutuhkan oleh udang galah, yakni Protein,
Karbohidrat, Mineral, dan Vitamin Hal inilah yang menjadikan bagi setiap
petambak udang vaname pemula harus mengetahui presentasi kebutuhan
berdasarkan umur udang galah.
3. Lingkungan
Terjadinya penurunan daya dukung ekologi bagi pertumbuhan udang
pada usaha intensif yang biasanya berskala luas. Hal ini terjadi karena :
akumulasi pencemaran dari sisa makanan, kotoran udang, dan residu obat
pemberantas hama.

2.6 Upaya
1. Penyakit Udang Galah
Upaya pencegahan dini penyakit WTD dan WMD dengan cara
mengontrol kualitas air (salinitas, suhu, pH). Padat tebar yang terlalu
tinggi dapat juga sebabkan wabah penyakit. Air di lokasi pemeliharaan
disterilkan, peralatan tambak juga harus steril, asupan nutrisi udang harus
tepat. Dan dalam proses pemeliharaan udang galah diperlukan metode
biosekuriti. Biosekuriti merupakan metode terbaik, efektif dan efisien
dalam rangka pencegahan penyakit, disamping pengebalan dan upaya
pembugaran perikanan. Program biosekuriti ini dibuat adalah upaya untuk
menghalangi agar penyakit atau agen penyakit tidak masuk ke perikanan
dan menyebabkan penyakit pada udang galah maupun sebaliknya.

2. Pemberian Pakan
 Penentuan jumlah pemberian pakan sesuai umur udang galah
Umur udang galah menjadi salah satu faktor yang diperlukan dalam
budidaya udang galah. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan umur
udang galah.
 Frekuensi pemberian pakan udang galah
Udang galah dapat mencerna pakan selama 3-4 jam. Oleh karena itu, Anda
disarankan untuk memberikan pakan sesuai dengan waktu biologisnya.
a) Pada udang vaname kecil, disarankan untuk memberikan pakan
dalam frekuensi 2-3 kali/hari. Ini dikarenakan udang kecil
masih memakan pakan alami udang vaname seperti
fitoplankton dan zooplankton yang ada dikolam.
b) Sedangkan pada udang vaname besar, frekuensi pemberian
pakan vaname harus lebih sering. Berikan pakan pelet udang
vaname sesuai dosis dengan frekuensi 4-6 kali/hari.

6
 Penerapan pemuasaan udang galah
Bukan hanya penting untuk sistem metabolisme manusia, puasa juga
penting untuk sistem metabolisme udang vaname.

3. Lingkungan

Kebanyakan masyarakat akan keberatan dengan masalah limbah perikanan


udang galah dengan caranya mengatasi limbah yang baik dan yakinkan
kepada mereka bahwa kita bisa mengelola limbah tersebut degan baik
dengan cara menjadikan kotoran udang menjadi pupuk organik.

Analisis
Berdasarkan pembahasan yang sudah dibahas dalam hal kondisi subsistem on
farm budidaya udang galah sehingga kita dapat mengetahui tentang pakan udang
galah, pengontrolan kondisi air, hingga ke tahap pemanenan. Dan kita dapat
mengetahui apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam budidaya udang galah
serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dari kendala-kendala
tersebut.

7
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Dari makalah tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat tiga jenis
sistem agribisnis on farm dan juga kondisi perikanan Udang Galah di dalam
subsistem on farm tersebut. Selain itu, budidaya udang galah, dalam subsistem
on farm ini juga memiliki kendala-kendala dalam mengelolanya dimana
kendala tersebut dapat diatasi dengan upaya-upaya yang dianggap dapat
menyelesaikan kendala tersebut.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mo, yos. 2017. “Upaya Dini Cegah Penyakit Udang Galah”,


https://www.isw.co.id/post/2017/02/04/upaya-pencegahan-penyakit-udang-galah,
diakses pada 03 September 2021 pukul 15.00.
Zaelani, Akbar. 2018. “Budidaya Udang Galah”,
http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2018/10/budidaya-udang-
galah.html, diakses pada 03 September 2021 pukul 16.00.
Siregar, Maulina. 2016. “Mempersiapkan Tambak dan Manajemen pakan udang
galah”, https://www.isw.co.id/post/2016/10/19/mempersiapkan-tambak-dan-
manajemen-pakan-udang-galah, diakses pada 03 September 2021 pukul 20.00.
Sasongko, Tri Juni. 2021. ” Cara Budidaya Udang Galah Untuk Pemula, Mudah
Dan Menguntungkan”, https://gdm.id/budidaya-udang-galah/, diakses pada 03
September 2021 pukul 22.00.

Anda mungkin juga menyukai