Anda di halaman 1dari 8

THE WAY OF THINKING WHICH SPREADING

TO THE WHOLE ALTERNATION

Paper Halaqoh
Disajikan pada tanggal 28 Agustus 2021

Pengasuh:
Prof. Dr. Kyai H. Achmad Mudlor, SH.

Disusun Oleh:
Mafiq Aufa Hilmi
Mahasiswa Semester III
Program Studi Bioteknologi
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya

Halaqoh Ilmiah
LEMBAGA TINGGI PESANTREN LUHUR MALANG
Agustus 2021
A. Pendahuluan

Manusia lahir di dunia tanpa membawa pengetahuan apapun, namun Tuhan telah
menyiapkan bekal alat yang luar biasa berupa akal pikiran. Adanya akal manusia telah bisa
melihat potensi-potensi yang terdapat di alam dan di sekitar lingkungan dimana dia hidup.
Ketika manusia sudah tahu bahwa di alam realitas itu banyak potensi-potensi yang bisa
dikembangkan, maka manusia dengan menggunakan akal sehatnya mencoba merefleksikan
realitas dan memberikan penjelasan-penjelasan yang sesuai dengan hukum-hukum berpikir
untuk melahirkan ilmu pengetahuan. Dalam menjalani kehidupan di dunia, manusia pasti
akan selalu berhadapan dengan masalah-masalah mulai dari masalah yang sederhana hingga
masalah kompleks yang melibatkan banyak hal. Masalah tersebut muncul karena interaksi
dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan alam semesta yang pada hakekatnya
tidak bisa dihindari dan akan tetap selalu ada hingga kematianya. Untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut, Tuhan telah membekali manusia dengan akal budi atau pikiran serta
hati nurani yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainya. Dalam upaya
menggunakan pikiranya setiap manusia pasti memiliki pola pikir yang bertaut dengan latar
belakang kehidupanya masing-masing. Perbedaan latar belakang, letak geografis, kebiasaan,
sumberdaya alam, serta budaya di berbagai belahan dunia sangat memengaruhi pola pikir
manusia. Setiap manusia memiliki pola pikir dan kekuatan berfikir yang bervariasi.

Kekuatan berpikir dengan menggunakan rasio atau perbandingan yang dapat diterima
oleh akal menjadi bagian yang sangat penting untuk menunjukan eksistensi diri seorang
manusia. Hal besar yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya yaitu diberikan
kemampuan berpikir menggunakan akal dan rasio, sehingga dengan kemampuan ini
manusia bisa survive dan melangsungkan kehidupannnya kearah yang lebih baik dari masa
ke masa. Hal inilah yang membedakan manusia dengan binatang, yang sama-sama mereka
diberikan otak untuk berpikir, namun kemampuanya tersebut tidak berkembang sehingga
tidak ada perubahan kearah yang lebih baik dan major. Kondisi seperti ini pulalah yang
sebagaimana dikemukakan oleh Descrates yang dikutip dan ditulis oleh banyak penulis
buku filsafat yaitu “I Think Therefore I Think” atau bias juga ditulis dengan kata “Cogito
Ergu Sum” yang diartikan “aku berpikir maka aku ada” (Muliono 2019:1)
B. Pembahasan
1. Pengertian Cara Berpikir
Berpikir adalah memanipulasi data, fakta dan informasi menggunakan akal untuk
membuat keputusan berperilaku. Berpikir merupakan aktivitas utama yang membedakan
manusia dengan tumbuhan dan binatang. Berpikir berasal dari kata ”pikir” yang dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti akal budi, ingatan, angan-angan. Berpikir adalah
berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang (Bochenski, 1983). “Berfikir”
artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu,
menimbang-nimbang dalam ingatan melalui pengalaman, pengetahuan dan perbandingan
hal-hal yang telah diperoleh dan mengaitkanya satu dengan yang lain. Perbedaan derajat
antara manusia ditentukan oleh dua hal, yang pertama akhlaknya dan yang kedua adalah
cara berpikirnya. Tuhan menggambarkan perbedaan orang yang menggunakan akalnya
dan tidak ibarat orang yang dapat melihat dan orang yang buta. Hal ini terdapat dalam
surat Ar-Ra’d ayat 19 :

ُّ ‫ْك ِم ْن َّرب َِّك ْال َح‬


‫ق َك َم ْن هُ َو اَ ْعمٰ ىۗ اِنَّ َما يَتَ َذ َّك ُر اُولُوا‬ َ ‫اَفَ َم ْن يَّ ْعلَ ُم اَنَّ َمآ اُ ْن ِز َل اِلَي‬
ِ ۙ ‫ااْل َ ْلبَا‬
‫ب‬
Artinya: Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan Tuhan
kepadamu adalah kebenaran, sama dengan orang yang buta? Hanya orang berakal saja
yang dapat mengambil pelajaran.

Berpikir merupakan jalan memasuki cakrawala pengetahuan melalui pintu


pertanyaan dan rasa janggal. Dalam mengarungi cakrawala pengetahuan tersebut, setiap
orang memiliki jalan yang berbeda yang disebut jalan pemikiran. Setiap orang memiliki
jalan pikiran yang berbeda yang dipengaruhi oleh pengalaman hidup, apa yang mereka
lihat, dengar serta rasakan. Jalan berpikir yang berbeda dari setiap manusia disebut
dengan cara berpikir. Cara berpikir merupakan kemampuan manusia dalam
menggunakan pikiranya untuk menyelasaikan suatu permasalahan. Selain memiliki cara
berfikir yang variatif, manusia satu dengan yang lain juga memiliki kekuatan berpikir
yang tidak sama.

Cara berpikir umumnya dibedakan menjadi tiga yaitu:


a. Berpikir deduktif
Berpikir deduktif adaiah proses berpikir yang rnenerapkan kenyataan-kenyataan
yang berlaku umum kepada hal-hai yang bersifat khusus. Kesimpulan yang
dihasilkan dalam berpikir deduktif dimulai dari hal-hal umum menuju hal-hal
khusus.
b. Berpikir induktif
Berpikir induktif justru sebaliknya, dimulai dari hal-hal khusus kemudian ditarik
kesimpulan secara umum.
c. Berpikir evaluatif.
Berpikir evaluatif adalah dengan menilai baik-buruknya atau tepat-tidaknya suatu
gagasan. Dalam berpikir evaluatif, seseorang tidak menambah atau mengurangi
gagasan, tetapi menilainya berdasarkan kriteria tertentu.

Selain itu berpikir juga dapat digolongkan ke dalam dua jenis yaitu :

Pertama, Berpikir Asosiatif, yaitu suatu ide merangsang timbulnya ide-ide lain.
Dalam proses ini dinyatakan bahwa dalam alam kejiwaan yang penting ialah terjadinya,
tersimpannya, dan bekerjanya tanggapan-tanggapan. Daya jiwa yang lebih tinggi, seperti
perasaan, kemauan, keinginan, dan berpikir semua berasal atau terjadi karena bekerjanya
tanggapan-tanggapan. Keaktifan manusia itu sndiri diabaikannya. Jalan pikiran dalam
proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya. Jadi, ide-ide itu
timbul atau terasosiasi (terkaitkan) dengan ide sebelumnya secara spontan. Jenis berpikir
ini disebut juga jenis berpikir divergen (menyebar) atau kreatif, umumnya pada para
pencipta, penemu, penggagas dan sebagainya dalam bidang ilmu, seni, pemasaran.
Berpikir divergen juga berati berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan diperoleh
jawaban-jawaban unik yang berbeda-beda tetapi benar. Istilah- istilah yang sama denagn
berpikir divergen adalah berpikir kreatif (creative thinking), berpikir imajiner
(imaginative thinking), dan berpikir asli (original thinking). Istiah-istilah lain yang sama
pengertiannya dengan berpikir logis (logical thinking), berpikir kritis (critical thinking)
dan reasoning (Putrianingsih, 2020).

Cara berpikir manusia umumnya dibedakan menjadi cara berpikir linear, lateral
atau menyamping dan menyeluruh. Cara berpikir linear merupakan cara berpikir
langsung, cara berpikir linear merupakan cara berpikir yang menghasilkan keputusan
pendek yang didasari oleh pengetahuan dan pengalaman. Berpikir linear umumnya
merujuk pada satu pola baku dalam pemecahan masalah. Sementara itu, cara berpikir
lateral merupakan cara berpikir yang berusaha mencari alternatif lain dalam
penyelesaian suatu masalah. Cara berpikir seperti ini umumnya menghasilkan ide-ide
yang out of the box.

2. The Way of Thinking Which Spreading To The Whole Alternation


Dalam menyelesaikan suatu permasalahan, kebanyakan manusia memiliki cara
berpikir yang linear yang pada dasarnya didasari oleh fenomena sebab akibat yang
terjadi dalam hampir segala hal. Cara berpikir linear merupakan sistem berpikir pendek
yang umumnya didasari oleh pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilliki tanpa
memikirkan seluruh kemungkinan lain yang ada dan mungkin bisa diterapkan. The Way
of Thinking Which Spreading To The Whole Alternation atau cara berpikir yang
menyebar ke seluruh kemungkinan merupakan sistem berpikir yang telah mencapai
taraf yang tinggi. Cara berpikir yang mempertimbangkan setiap kemungkinan yang ada
berbanding lurus dengan tingkat ketelitian terhadap objek yang dipikirkan. Semakin kita
memikirkan dengan teliti dan terus mencari celah terhadap objek yang kita pikirkan,
semakin kita akan menemukan kemungkinan-kemungkinan baru atau alternatif dalam
menjawab setiap pertanyaan maupun permasalahan yang ada. Cara berpikir seperti itu
juga merepresentasikan kreatifitas individu dalam menautkan objek permasalahan
dengan hal lain yang bisa menjadi kemungkinan baru serta bisa menjadi missing piece
yang bisa mengisi celah pertanyaan atau permasalahan. Cara berpikir semacam ini
disebut dengan cara berpikir menyeluruh atau cara berpikir kreatif.
Cara berpikir yang menyebar kepada setiap kemungkinan yang ada yaitu cara
berpikir secara mendalam terhadap suatu masalah untuk menemukan kemungkinan-
kemungkinan baru sebagai upaya pemecahan masalah (Anita, 2018). Cara berpikir
seperti ini merupakan gabungan dari cara berfikir divergen dan konvergen. Proses
berpikir untuk menghadapi suatu persoalan atau tugas membutuhkan kedua tipe berpikir
(divergen-konvergen). Fungsi divergen diperlukan untuk dapat menghasilkan
kemungkinan jawaban yang sebanyak-banyaknya sehingga perlu menerobos ke
berbagai dimensi dan lintas sektoral, sementara pemikiran konvergen diperlukan untuk
memberikan penilaian secara kritis analitis terhadap hasil pemikiran divergen sehingga
dicapai kebenaran.
C. Kesimpulan
Berpikir merupakan salah satu bentuk mensyukuri akal yang telah diberikan oleh
Tuhan. Manusia dengan akalnya berusaha mencari kebenaran-kebenaran berdasarkan
kenyataan-kenyataan yang didapatnya. Akal manusia mampu melahirkan banyak ilmu
pengetahuan, mampu mengatur dan membimbing dirinya dan lingkungannya,
kebahagiaan dan kebuTuhan material yang diperoleh manusia hanya berdasarkan
kreatifitas kerja akalnya yang cukup berpotensi, bahkan pada tingkat-tingkat tertentu akal
manusia memberi keyakinan tentang hal-hal yang berada di luar jangkauan rasio.
Berpikir menyeluruh terhadap setiap kemungkinan yang ada merupakan cara
berpikir yang sangat penting. Semakin kompleks ruang berfikir maka semakin banyak
potensi kemungkinan-kemungkinan baru yang di dapatkan. Berpikir kreatif berarti
mencari celah baru dalam penyelesaian masalah dengan mengelaborasikan pengetahuan,
pengalaman dan rasio.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Maulidya. 2018. Berpikir dan Problem Solving. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Arab. Vol 4 : 1
Ismail, Muhammad. 2014. Konsep Berpikir Dalam Al-Qur’an Dan Implikasinya Terhadap
Pendidikan Akhlak. TA’DIB. Vol. XIX, No. 02
Sri Putrianingsih. 2020. Pengenalan Pola Berfikir Untuk Anak Sejak Dini. Inovatif. Volume 6 : 1
Wowo Sunaryo Kuswana. 2011. Taksonomi Berpikir. Repository. UIN Sultan Syarif Kasim
Riau. http://repository.uin-suska.ac.id/12212/7/7.%20BAB%20II_201842PK.pdf.
Diakses pada tanggal 27 Agustus 2021.

Anda mungkin juga menyukai