Askep Cad-59189505
Askep Cad-59189505
BAB I
Pendahuluan……………………………………………………………….
BAB II
2.1 Definisi……………………………………………………………...
2.2 Etiologi………………………………………………………………...
2.3 Patofisiologi………………………………………………………….
2.5 komplikasi……………………………………………….
2.7 Penatalaksanaan………………………………………………………
2.8 Diagnosa
Keperawatan.........................................................................................
1
BAB III
3.1 Pengkajian………………………………………………………………...
3.4 Intervensi......................................................................................................
3.5
Implementasi.......................................................................................................
3.6 Evaluasi...............................................................................................................
BAB IV
PEMBAHASAN...........................................................................................
BAB V
PENUTUP.......................................................................................................
Daftar Pustaka
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
penyakit di rumah sakit se-Jakarta tahun 2005, penyakit jantung dan pembuluh
darah menempati urutan ketiga. Kejadian kasus penyakit jantung koroner
mengalami peningkatan di Jakarta. Berdasarkan data rumah sakit se-Jakarta Timur
pada tahun 2007 sebanyak 24,92%, tahun 2008 sebanyak 26.85%. (Vany Yany,
2010).
4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulis memilih judul tersebut adalah penulis mendapatkan
pengalaman nyata dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien
dengan CORONARY ARTERY DISEASE
2. Tujuan Khusus
Setelah menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan CORONARY
ARTERY DISEASE maka penulis diharapkan mampu :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
CORONARY ARTERY DISEASE
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien
dengan CORONARY ARTERY DISEASE
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan CORONARY ARTERY DISEASE
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan CORONARY ARTERY DISEASE
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan CORONARY
ARTERY DISEASE
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta
solusi/ alternatif pemecahan masalah.
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan CORONARY ARTERY DISEASE
C. Ruang Lingkup
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
6
penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus
yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.
7
(angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct)
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993.
B. ETIOLOGI
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian
paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya
bukan merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik,
faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah :
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit
jantung koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita
serangan jantung ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
2. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat
operasi (bagi wanita).
8
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari
profil kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang
"buruk" dalam segi diet keluarga.
4. Diabetes.
5. Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit
jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding
(endotel) pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak
yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah.
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung
terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan
terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab
penyakit arteri/jantung koroner.
7. Kegemukan (obesitas).
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang
rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena
pneyakit jantung koroner.
9. Stress.
9
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi
yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.
C. PATOFISIOLOGI
10
11
D. MANIFESTASI KLINIS
2. Sesak napas
3. Berdebar-debar
5. Pusing
6. Mual
E. KOMPLIKASI
1. Aritmia
12
grafik aktivitas listrik sel. Misalnya perangsangan simpatis akan
meningkatkan kecepatan denyut jantung.
3. Syok kardikardiogenik
5. Ventrikuler Aneurisma
13
6. Perikarditis
7. Emboli Paru
3. Hb, Ht
4. Elektrokardiogram (EKG)
14
rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita
sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah
berlanjut pada payah jantung.
6. Pemeriksaan laboratorium
7. Treadmill
Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun
dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah
merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa
gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal
ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada
keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat
gambaran EKG tampak normal.
8. Kateterisasi Jantung
15
factor resiko. Atau mungkin memerlukan intervensi yang dikenal
dengan balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah ditiup atau
balonisasi. Saat ini disamping dibalon dapat pula dipasang stent,
semacam penyangga seperti cincin atau gorng-gorong yang berguna
untuk mencegah kembalinya penyempitan. Bila tidak mungkin dengan
obat-obatan, dibalon dengan atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan
melakukan bedah pintas koroner.
G. PENATALAKSANAAN
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung.
Yang paling umum diantaranya:
16
4. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril,
Perindopril) and Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan,
Valsartan).
Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang
menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik
selangkang atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung
yang menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka
penyempitan.Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan
untuk membantu menahan arteri terbuka. Cincin baik polos (logam
sederhana) atau memiliki selubung obat (berlapis obat). Metode ini
seringkali menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan jantung akut.
Untuk penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat
meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien
dengan penyakit pembuluh darah single atau double mendapat
keuntungan dari metode ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple,
atau keadaan fungsi jantung buruk, prosedur bedah dikenal dengan
Bedah Bypass Arteri Jantung sering merupakan alternatif yang baik
atau pilihan pengobatan yang lebih baik.
7. Operasi.
17
a. Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG).
b. Revaskularisasi Transmiokardia
Diagnosa Keperawatan
18
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema,
penurunan perfusi jaringan.
Intervensi Keperawatan
Intervensi
19
5. Pantau keluaran urine, catat penurunan keluaran, dan kepekatan atau
konsentrasi urine.
Rasional : Dengan menurunnya CO mempengaruhi suplai darah ke
ginjal yang juga mempengaruhi pengeluaran hormone aldosteron yang
berfungsi pada proses pengeluaran urine.
6. Kaji perubahan pada sensori contoh: letargi, bingung, disorientasi,
cemas dan depresi.
Rasional : Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder
terhadap penurunan curah jantung.
7. Berikan istirahat semi recumbent (semi-fowler) pada tempat tidur.
Rasional : Memperbaiki insufisiensi kontraksi jantung dan
menurunkan kebutuhan oksigen dan penurunan venous return.
8. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, oksigen, obat jantung, obat
diuretic dan cairan.
Rasional : Membantu dalam proses kimia dalam tubuh.
Intervensi
20
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena
efek obat (vasodilatasi), perpindahan cairan atau pengaruh fungsi
jantung.
2. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi,
disritmia, dispnea, berkeringat, pucat
Rasional : Penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk
meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan
peningkatan segera frekuensi jantung.
3. Kaji penyebab kelemahan contoh pengobatan, nyeri, obat.
Rasional : Kelemahan adalah efek samping beberapa obat (beta bloker,
traquilizer, sedative), nyeri dan program penuh stress juga memerlukan
energi dan menyebabkan kelemahan.
4. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung
daripada kelebihan aktivitas.
5. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, selingi
periode aktivitas dengan istirahat
Rasional : Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa
mempengaruhi stress miokard.
21
Intervensi
1. Pantau keluaran urin, catat jumlah dan warna saat hari dimana diuresis
terjadi
Rasional : Keluaran urin mungkin sedikit dan pekat (khususnya selama
sehari) karena penurunan perfusi ginjal
2. Hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan
tiba-tiba atau berlebih (hipovolemia) meskipun edema atau asites
masih ada
3. Berikan posisi kaki lebih tinggi dari kepala.
Rasional : Pembentukan edema, sirkulasi melambat, gangguan
pemasukan nutrisidan imobilisasi dan tirah baring yang lama
4. Auskultasi bunyi napas, catat penurunan dan atau bunyi napas
tambahan contoh krekels, mengi atau batuk.
5. Kelebihan cairan sering menimbulkan kongersti paru.
Rasional : Gejala edema paru dapat menunjukkan gagal jantung kiri
akut.
6. Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi kecil dan sering.
Rasional : Penurunan motilitas gaster dapat berefek merugikan pada
digestif.
7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi diuetik, cairan dan
elektrolit.
Rasional : Diuretic meningkatkan laju aliran urin dan dapat
menghambat reabsorbsi.
8. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : Perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang
memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.
Pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi b.d Perubahan membrane kapiler-
alveolus, contoh pengumpulan atau perpindahan cairan ke dalam area
interstitial ataualveoli.
Intervensi:
22
1. Auskultasi bunyi napas, catat krekels.
Rasional : Menyatakan adanya kongesti paru atau pengumpulan secret
2. Anjurkan klien untuk batuk efektif, napas dalam
Rasional : Membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran oksigen
3. Dorong perubahan posisi
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
4. Pertahankan tirah baring 20-300 posisi semi fowler.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan dan
meningkatkan inspaksi paru maksimal
5. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi o2 dan laksanakan sesuai
indikasi.
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar yang dapat
memperbaiki atau menurunkan hipoksia jaringan.
6. Laksanakan program dokter dalam pemberian obat seperti diuretic dan
bronkodilator.
Rasional : Menurunkan kongestif alveolar, meningkatkan pertukaran
gas, meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan napas dan
mengeluarkan efek diuretic ringan untuk menurunkan kongestif paru.
Intervensi
1. Lihat kulit catat penonjolan tulang. Lihat adanya edema, area
sirkulasinya terganggua atau pigmentasi atau kegemukan.
Rasional : Kerana gangguan sirkulasi perifer kulit beresiko imobilisasi
fisik dan gangguan status nutrisi.
2. Pijat area kemerahan
Rasional : Meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia
jaringan.
3. Sering rubah posisi di tempat tidur atau kursi. Bantu lakukan latihan
rentang gerak pasif/aktif.
23
Rasional : Memperbaiki sirkulasi atau menurunkan waktu satu area
yang mengganggu aliran darah.
4. Sering berikan perawatan kulit, meminimalkan kelembaban
Rasional : Kulit terlalu kering dan lembab dapat merusak kulit dan
mempercepat kerusakan.
5. Periksa sepatu atau sandal yang kesempitan, ubah sesuai kebutuhan
Rasional : Sepatu terlalu sempit dapat menyebabkan edema dependen.,
meningkatkan resiko tertekan dan kerusakan kulit pada kaki.
6. Hindarai obat intramuscular.
Rasional : Edema interstitial dan gangguan sirkulasi memperlambat
absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit atau terjadinya
infeksi.
24
BAB III
DATA KLIEN
25
C. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
1. HEALTH PROMOTION
a. Kesehatan Umum:
- Keluhan utama : Sesak nafas 1 hari SMRS
- Alasan masuk rumah sakit : Klien mengeluh sesak nafas 1 hari sebelum
masuk rumah sakit , klien mengeluh sesak bertambah berat apabila
beraktivitas dan berkurang apabila diistirahatkan, sesak dirasakan seperti
tercekik, sesak dirasakan pada daerah dada tidak menyebar ke abdomen,
sesak dirasakan secara terus menerus.
T ekanan darah : 125/85 mmHg
Nadi : 108 x/menit
Suhu : 36 °C
Respirasi : 29 x/menit
saturasi : 98
MAP : 95
b. Riwayat Masa Lalu (penyakit, kecelakaan,dll):
Klien pernah mempunyai riwayat penyakit Hipertensi
c. Riwayat Keluarga
Keluarga klien tidak ada yang pernah memiliki riwayat penyakit seperti
klien
d. Riwayat Pengobatan
klien hanya mengkonsumsi obat warung
e. Kemampuan mengontrol kesehatan:
- Yang dilakukan bila sakit :
klien beli obat warung
- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olah raga, dll)
klien seorang perokok sehari bisa menghabiskan 6 bungkus rokok dan
peminum kopi.
f. Faktor sosial ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll):
keluarga mengatakan Tn. A sekarang tidak bekerja.
26
g. Pengobatan sekarang:
No Nama obat Dosis
1. mp 2x125 mg
2. combiven 1
4. Profofol 3 cc
5. cetriaxone 1x2 g
6. Aminofluid 30 cc
7. Omz 1x300
8. Ramipril 5 mg
9. Amiodipin 1x1 10 mg
11. RL 500 ml
Phntidin 25 mg
2. NUTRITION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA:
1) BB biasanya: 60 kg dan BB sekarang: 57 kg
2) TB : 161cm
3) Lingkar perut : 66 cm
4) Lingkar kepala : 47 cm
5) Lingkar dada : 72 cm
6) Lingkar lengan atas : 23 cm
7) Lingkar perut : 66 cm
8) IMT : BB : (TB)2 = 57 : (161)2 = 57 : 25.921 =
b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abormal:
27
d. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan selama di
rumah sakit:
Nafsu makan baik, jenis makanan yaitu diberikan susu entramix 3x sehari
e. E (Energy) meliputi kemampuan klien dalam beraktifitas selama di rumah sakit:
saat di lakukan pengkajian klien dalam keadaan tidak sadat
(DPO)
f. F (Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi: (kemampuan menelan,
mengunyah,dll)
tidak ada masalah saat menelan
g. Pola asupan cairan
Asupan cairan klien melalui infus serta obat 24 jam dan makan melalui NGT
h. Cairan masuk
Cairan infus ( RL, serta obat obatan injeksi)
Air putih
Metabolisme
i. Cairan keluar
Urin
Feses
Iwl
j. Penilaian Status Cairan (balance cairan)
Terlampir pada catatan perkembangan
k. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut datar, dan simetris antara kiri dan kanan tidak
ada distensi kandung kemih, tidak ada lesi dan asites tidak ada.
Auskultasi : Bising Usus 10 x/menit
Palpasi : Tidak ada pembesaran hati dan tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Suara timpani
3. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (frekuensi, jumlah, ketidak nyamanan)
klien terpasang kateter Jumlah urine
2) Riwayat kelainan kandung kemih
Tidak ada riwayat kelainan kandung kemih
28
3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau)
Jumlah urin cc, warna kuning
4) Distensi kandung kemih/retensi urine
Tidak terjadi distensi kandung kemih
b. Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi
BAB ± 1 / hari dan klien memakai pampers
2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi
Klien tidak mengalami konstipasi
c. Sistem Integument
1) Kulit (integritas kulit/ hidrasi/ turgor / warna/ suhu)
Tidak ada integritasi kulit
Tugor kulit : lembab
Warna kulit : sawo matang
Suhu kulit : 36,1̊c
4. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : klien dalam keadaan DPO
2) Insomnia : tidak insomnia
3) Pertolongan untuk merangsang tidur: tidak ada
b. Aktivitas
1) Pekerjaan : WIRASWASTA
2) Kebiasaan olah raga : klien jarang berolahraga
3) ADL
a) Makan : susu 3x1 melalui NGT
b) Toileting : klien mengunakan pampers
c) Kebersihan : waslap (1x sehari)
d) Berpakaian : 1x sehari
4) Bantuan ADL : perawat
5) Kekuatan otot : 5 5
5 5
6) ROM :
7) Resiko untuk cidera : tidak terjadi resiko cidera
c. Cardio respons
1) Penyakit jantung : klien mengatakan tidak memiliki penyakit
jantung
2) Edema esktremitas : tidak ada edema extremitas atas maupun
bawah
3) Tekanan darah dan nadi
a) Berbaring : 120/70mmHg
b) Duduk : 115/67mmHg
29
4) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : simetris kiri dan kanan, bentuk dada normal
chest, tidak tampak ictus cordis.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada oedem, teraba
denyut jantung kuat
c) Perkusi : dullnes
d) Auskultasi : S1-S2 lub-dub lub-dub tidak terdengar suara s3
dan s4
d. Pulmonary respon
1) Penyakit sistem nafas : kluarga klien mengatkan tidak punya riwayat
penyakit pernafasan
2) Penggunaan O2 : 60 % melalui ventilator
3) Kemampuan bernafas : menggunakan ventilator ( PSIMV+)
4) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll): sesak, suara
nafas Ronchi terkadang Whezing
5)
6) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi : simestri kiri-kana, bentuk dada normal,
penggunaan otot bantu pernafasan
b) Palpasi : terdapat bunyi krekes di sekitaran paru kiri,ada
nyeri tekan di dada kiri dan tidak ada oedem
c) Perkusi : bunyi paru resonan
d) Auskultasi : ronchi terdengar suara tambahan whezzing
5. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : sekolah dasar
2) Kurang pengetahuan : klien mengetahui tapi tidak mau untuk
berobat ke rumah sakit
3) Pengetahuan tentang penyakit: klien dan keluarga tidak mengetahui
tentang penyakitnya akan tetapi pernah mendengar tentang penyakit
tersebut
b. Sensasi/persepsi
1) Riwayat penyakit jantung : klien mengatakan tidak mempunyai
penyakit jantung
2) Sakit kepala : klien mengataka jarang mengalami
sakit kepala
3) Penggunaan alat bantu : kluarga klien mengatakan tidak menggunaka
alat bantu
4) Penginderaan :
Penglihatan : normal
Penciuman : normal
Pengdengaran : normal
Perabaan : normal
Pengecapan : normal
c. Communication
30
1) Bahasa yang digunakan : klien menggunakan bahasa sunda dan
indonesia
2) Kesulitan berkomunikasi : kluaga mengatakan klien tidak
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi pada saat belum sakit
6. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : klien dalam keadaan tidak sadar
2) Perasaan putus asa/kehilangan: tidak terkaji
3) Keinginan untuk mencederai : -
4) Adanya luka/cacat : tidak ada
7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : kawin
2) Orang terdekat : tidak terkaji
3) Perubahan konflik/peran : tidak terkaji
4) Perubahan gaya hidup : tidak terkaji
5) Interaksi dengan orang lain : kluarga klien mengatakan interaksi
dengan orang lain baik
8. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas: klien dalam keadaan tidak sadar
2) Kemampan untuk mengatasi : tidak terkaji
3) Perilaku yang menampakkan cemas :
9. LIFE PRINCIPLES
a. Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : kluarga klien mengatakan
selalu mengikut talim di mesjid dekat rumah
2) Kemampuan untuk berpartisipasi :
3) Kemampuan memecahkan masalah : kluarga klien mengatakan
memecahkan masalah dengan bermusyawarah dengan keluarga atau
istrinya
10. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : kluarga klien mengatakan tidak
punya riwayat alergi
b. Penyakit autoimune : tidak ada
c. Tanda infeksi : tidak ada
d. Gangguan thermoregulasi : tidak ada
11. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) :
2) Quality (bagaimana kualitasnya):
3) Regio (dimana letaknya) :
4) Scala (berapa skalanya) :
31
5) Time (waktu) :
b. Rasa tidak nyaman lainnya :
12. GROWTH/DEVELOPMENT
Pertumbuhan dan perkembangan : sesuai usia
C. CATATAN PERKEMBANGAN
Input:
Output
- Urin : 800 ml
- Feses :
- IWL :
- Cairan NGT : cc
- Total : 800cc
= 1703 cc - 800 cc
32
= +903 cc
DATA LABORATORIUM
33
ANALISA DATA
34
Flaque rebrosa
↓
Lesi komplikata
↓
Aterosklerosis
↓
Penyempitan/obtruksi arteri
koroner
↓
Penurunan suplai darah ke
miokard
↓
Ketidak seimbangan kebutuhan
dengan suplai oksigen
↓
Iskemia
↓
3 Penurunan kontraksilitas Intoleransi
↓ aktivitas
Ds : Penurunan curah jantung
- Klien mengeluh
sesak bila
bangun dari
tidur Iskemia
Do : ↓
- Klien bedres Penurunan kontraksilitas
↓
Penurunan curah jantung
↓
Suplai darah ke jaringan tidak
adekuat
↓
Kelemahan fisik
↓
Intoleransi aktivitas
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d iskemia jaringan jantung atau sumbatan
pada arteri
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraksilitas
3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan curah jantung
35
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn M
No.Medrec :362801
36
diharapkan 6. Palpasi nadi perifer menurunnya kerja
penurunan curah 7. Anjurkan posisi semi pompa S3 sebagai aliran
jantung teratasi recumbent (semi ke dalam serambi yaitu
dengan kriteria fowler) distensi, S4
hasil: 8. Kolaborasi pemberian menunjukkan
1. frekuensi terapi oksigen, obat inkompensasi atau
jantung diuretic, dan cairan. stenosis katup
meningkat 3. Untuk mengetahui fungsi
2. tidak terjadi pompa jantung yang
distensi sangat di[engaruhi oleh
3. akral hangat CO dan pengisian
jantung
4. Memperbaiki insufisiensi
kontraksi jantung dan
menurunkan kebutuhan
oksigen dan penurunan
venous return
5. Membantu proses
kimiawi dalam tubuh
3 Setelah 2. Catat frekuensi 1. Kecenderungan
dilakukan jantung, irama , menentukan respons
tindakan dan perubahan terhadap aktivitas dan
keperawatan tekanan darah dapat mengindikasikan
selama 3x24 jam sebelum/sesudah penurunan oksigen
diharapkan klien melakukan 2. Memenuhi kebutuhan
dapat melakukan aktivitas sesuai dasar klien akan
aktifitas mandiri indikasi. kenyamanan dan
sebagian dengan 3. Bantu aktivitas keindahan
kriteria hasil: pada dasar nyeri / 3. Menurunkan kerja
1. Klien dapat respon jantung dan menurunkan
melakukan hemodinamik resiko komplikasi
ADL secara 4. Batasi 4. Periode kunjungan yang
mandiri pengunjung tenang bersifat
5. Batasi teurapeutik
pengunjung 5. Meningkatkan toleransi
6. Motivasi klien aktivitas secara
untuk melakukan bertahap.
aktivitas motoric:
duduk, mika, miki
Nama : Tn M
No.Medrec : 362801
37
Usia :74 tahun
Dx Medis : CAD
38
10.00 *hasil: nadi teraba tampak
kuat gelisah
Anjurkan posisi semi A: masalah
recumbent (semi belum
fowler) teratasi
*Hasil: klien tampak P: Lanjutkan
gelisah intervensi
Kolaborasi pemberian
terapi oksigen, obat
diuretic, dan cairan
*Hasil: klien terpasang
IVFD
3 10.30 Catat frekuensi Jam. 13.00
jantung, irama , dan S:
perubahan tekanan -
darah O:
11.00 sebelum/sesudah ADL klien
melakukan aktivitas semuanya
11.30 sesuai indikasi. dibantu
*Hasil: 115/67 oleh
Anjurkan keluarga perawat
untuk membatasi dan
pengunjung keluarga
*Hasil: keluarga klien A: masalah
mengikuti belum
Motivasi klien untuk teratasi
melakukan aktivitas P: lanjutkan
motoric: duduk, mika, intervensi
miki
*Hasil: klien tampak
gelisah
Kamis 1 07.00 mencatat karakteristik Jam 12.00
10-5-2018 nyeri, lokasi, S:
intensitas, lamanya Klien masih
08.00 dan penyebarannya mengeluh
*Hasil: klien nyeri
mengatakan nyeri di berada di
bagian dada sebelah skala 5
kiri, nyeri dirasakan O:
terus menerus, dan Klien
menyebar hingga ke tampak
08.30 lengan kiri gelisah
mengAjarkan teknik Tanda vital:
distraksi relaksasi TD: 117/85
*Hasil: Klien tidak N: 90 RR: 18
39
08.45 dapat SPO2: 99%
mendemonstrasikan A: masalah
09.00 teknik relaksasi belum
mengontrol teratasi
lingkungan yang dapat P:
mempengaruhi Lanjutkan
respon Intervensi
ketidaknyamanan
(suhu, ruangan,
cahaya, suara)
*Hasil: klien tampak
gelisah
Kolaborasi pemberian
analgetik
*Hasil: klien tampak
gelisah
memantau perubahan
EKG
*Hasil: Sinus Rytme
2 08.15 Auskultasi nadi apical Jam. 12.30
*Hasil: Nadi teraba S:
08.30 kuat -
Observasi bunyi O:
08.35 jantung Nadi
*Hasil: bunyi regular 88x/menit
09.37 (lupdup) Akral dingin
Palpasi nadi perifer Klien
10.00 *hasil: nadi teraba tampak
kuat gelisah
Anjurkan posisi semi A: masalah
recumbent (semi belum
fowler) teratasi
*Hasil: klien tampak P: Lanjutkan
gelisah intervensi
Kolaborasi pemberian
terapi oksigen, obat
diuretic, dan cairan
*Hasil: klien terpasang
IVFD
3 10.30 Catat frekuensi Jam. 13.00
jantung, irama , dan S:
perubahan tekanan -
darah O:
11.00 sebelum/sesudah ADL klien
melakukan aktivitas semuanya
40
11.30 sesuai indikasi. dibantu
*Hasil: 115/67 oleh
Anjurkan keluarga perawat
untuk membatasi dan
pengunjung keluarga
*Hasil: keluarga klien A: masalah
mengikuti belum
Motivasi klien untuk teratasi
melakukan aktivitas P: lanjutkan
motoric: duduk, mika, intervensi
miki
*Hasil: klien tampak
gelisah
Jumat 1 07.00 mencatat karakteristik Jam 12.00
9-5-2018 nyeri, lokasi, S:
intensitas, lamanya Klien masih
08.00 dan penyebarannya mengeluh
*Hasil: klien nyeri
mengatakan nyeri di berada di
bagian dada sebelah skala 5
kiri, nyeri dirasakan O:
terus menerus, dan Klien
menyebar hingga ke tampak
08.30 lengan kiri gelisah
mengAjarkan teknik Tanda vital:
distraksi relaksasi TD: 117/85
*Hasil: Klien tidak N: 90 RR: 18
08.45 dapat SPO2: 99%
mendemonstrasikan A: masalah
09.00 teknik relaksasi belum
mengontrol teratasi
lingkungan yang dapat P:
mempengaruhi Lanjutkan
respon Intervensi
ketidaknyamanan
(suhu, ruangan,
cahaya, suara)
*Hasil: klien tampak
gelisah
Kolaborasi pemberian
analgetik
*Hasil: klien tampak
gelisah
memantau perubahan
EKG
41
*Hasil: Sinus Rytme
2 08.15 Auskultasi nadi apical Jam. 12.30
*Hasil: Nadi teraba S:
08.30 kuat -
Observasi bunyi O:
08.35 jantung Nadi
*Hasil: bunyi regular 88x/menit
09.37 (lupdup) Akral dingin
Palpasi nadi perifer Klien
10.00 *hasil: nadi teraba tampak
kuat gelisah
Anjurkan posisi semi A: masalah
recumbent (semi belum
fowler) teratasi
*Hasil: klien tampak P: Lanjutkan
gelisah intervensi
Kolaborasi pemberian
terapi oksigen, obat
diuretic, dan cairan
*Hasil: klien terpasang
IVFD
3 10.30 Catat frekuensi Jam. 13.00
jantung, irama , dan S:
perubahan tekanan -
darah O:
11.00 sebelum/sesudah ADL klien
melakukan aktivitas semuanya
11.30 sesuai indikasi. dibantu
*Hasil: 115/67 oleh
Anjurkan keluarga perawat
untuk membatasi dan
pengunjung keluarga
*Hasil: keluarga klien A: masalah
mengikuti belum
Motivasi klien untuk teratasi
melakukan aktivitas P: lanjutkan
motoric: duduk, mika, intervensi
miki
*Hasil: klien tampak
gelisah
42
Nama : Tn M
No.Medrec :362801
Usia :
Dx Medis : CAD
DAFTAR PUSTAKA
43
Anwar, B. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung
Koroner. www.library.usu.ac.id [diakses 18 Mei 2014].
Mika Kivimäki, (2013). Associations of job strain and lifestyle risk factors with
risk of coronary artery disease: a meta-analysis of individual participant data.
44
Tracey C. C. W. Rompas, A. Lucia Panda, Starry H. Rampengan.
(2012), Hubungan Obesitas Umum dan Obesitas Sentral dengan Penyakit
Jantung Koroner
Sivaramakrishna, R., Nancy A., William, A., Gilda, C., dan Kimerly, A.
2000. Powell American Journal of Roentgenology, 175, 45-51
45
46