I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu dan paham cara pembuatan eritrosit 5%
2. Mahasiswa mampu dan paham melakukan Uji Spesifisitas Antisera
II. TEORI
Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa darah dapat digunakan untuk
transfusi darah. Dalam transfusi darah, penetapan golongan darah adalah
persayaratan yang mutlak di samping persyaratan yang lain. Ketidaksesuaian
golongan darah donor dengan golongan darah resipien akan mengakibatkan reaksi-
reaksi alergi dan syok anafilaktik sebagai kondisi yang paling fatal. [1]
Keterangan:
+ : terjadi aglutinasi
- : tidak terjadi aglutinasi
IV.2 Pembahasan
Praktikum kali ini berjudul Pemeriksaan Spesifisitas Antisera. Tujuan
dilakukannya praktikum ini agar praktikan mampu dan paham cara pembuatan
eritrosit 5% serta mampu dan paham melakukan Uji Spesifisitas Antisera.
Prosedur kerja dilakukan berdasarkan pedoman praktikum imunologi dan serologi
yang telah diberikan.
Antisera atau plasma adalah bagian darah yang memiliki antibodi sedangkan
antigen adalah bagian darah yang didapatkan dari eritrosit. Dari antigen dan
antisera tersebut kami reaksikan untuk mendapatkan reaksi spesifisitas antara
masing-masing antigen dan antisera dari berbagai golongan darah. Pengerjaan
reaksi spesifisitas antara antigen dan antibodi ini dapat dilakuan di atas plat tetes.
Reaksi ini digunakan untuk transfusi darah pada bidang kesehatan agar pada saat
transfusi darah tidak terjadi lisis atau penggumpalan yang dapat membahayakan
pasien.
Dengan menggunakan eritrosit murni dari golongan darah A, B, AB, dan O
yang telah dibuat pada objek sebelumnya yaitu percobaan pemiahan antisera dan
antigen, dibuatlah eritrosit 5% untuk masing-masing golongan darah. Dimana
eritrosit 5% yang telah dibuat ini nantinya digunakan sebagai antigen masing-
masing golongan darah.
Eritrosit masing-masing golongan darah yang telah murni tadi
disuspensikan kadarnya menjadi 5%. Kedalam tabung reaksi dimasukkan 19
tetes larutan NaCl fisiologis yang kemudian 1 tetes eritrosit murni yang telah
dimurnikan tadi. Ini dilakukan untuk masing-masing golongan darah. Fungsi
penambahan NaCl fisiologis pada pembuatan suspensi 5% ini untuk
memudahkan reaksi antara eritrosit dengan plasmanya sehingga dapat diamati
terbentuk atau tidaknya aglutinasi.
Pembuatan suspensi sel darah ini bertujuan untuk membuat kepekatan sel
darah merah menjadi lebih encer guna mengoptimalkan reaksi antigen pada
sel darah merah terhadap antibody.
Selanjutnya yaitu percobaan pemeriksaan spesifisitas antisera. Percobaan
pertama yaitu mereaksikan Plasma A + Eritrosit A, dihasilkan reaksi negatif (tidak
terjadi aglutinasi / penggumpalan). Kemudian Plasma A + Eritrosit B dihasilkan
reaksi positif (terjadi aglutinasi / penggumpalan). Kemudian Plasma A + Eritrosit
AB dihasilkan reaksi positif (terjadi aglutinasi / penggumpalan). Terakhir Plasma
A + Eritrosit O dihasilkan reaksi negatif (tidak terjadi aglutinasi / penggumpalan).
Percobaan kedua yaitu dengan mereaksikan Plasma B dengan Eritrosit A,B,
AB, O. Saat Plasma B direaksikan dengan Eritrosit A dan Eritrosit AB dihasilkan
reaksi positif (terjadi aglutinasi / penggumpalan). Sedangkan saat plasma B
direaksikan dengan eritrosit B dan Eritrosit O dihasilkan reaksi negatif (tidak
terjadi aglutinasi / penggumpalan).
Percobaan ketiga yaitu dengan mereaksikan Plasma AB dengan Eritrosit
A,B, AB, O. Saat Plasma AB direaksikan dengan Eritrosit A,B, AB, O dihasilkan
reaksi negatif (terjadi aglutinasi / penggumpalan) untuk eritrosit ke 4 golongan
darah tersebut. Golongan darah AB yang tidak memiliki aglutinin A dan
aglutinin B dapat bersifat universal, dimana golongan ini mampu menerima
darah dari berbagai golongan darah. Karena golongan darah ini mempunyai dua
macam aglutinogen (A dan B). Hasil praktikum menujukkan bahwa pada
semua eritrosit (A, B, AB dan O) tidak menunjukkan terbentuknya aglutinasi (-).
Percobaan terakhir yaitu mereaksikan Plasma O dengan Eritrosit A,B, AB,
O. Hasil positif didapatkan saat Plasma O direaksikan dengan Eritrosit A, B, dan
AB, yang berarti terjadi aglutinasi atau penggumpalan. Sedangkan hasil negatif
didapatkan saat Plasma O direaksikan dengan Eritrosit O yang berarti tidak terjadi
reaksi aglutinasi dan penggumpalan. Plasma O memiliki aglutinin α dan β
sehingga terjadi penggumpalan saat direaksikan dengan eritrosit A yang memilki
aglutinogen B, eritrosit B yang memiliki aglutinogen A, dan eritrosit AB yang
memiliki agultinogen A dan B.
Saat melakukan pengujian uji spesifisitas harus dipastikan bahwa kaca objek
yang digunakan dalam keadaan bersih dan selalu diaduk mengguaan tusuk gigi
untk membantu mempercepat reaksi penggumpalannya. Namun karena tidak ada
tusuk gigi, kami menggunakan ujung kaca objek yang lain untuk mengaduknya.
Tes aglutinasi (penggumpalan) merupakan suatu teknik yang berguna untuk
mendeteksi dan mengukur antibodi spesifik dalam serum, dan menentukan
golongan darah. Molekul antibodi dengan satu reseptor pengikat dan satu reseptor
bebas terikat pada antigen dan membentuk jembatan (linkage) anatara dua
molekul antigen. Ikatan antigen-antibodi terjadi karena kekuatan kimia dan
molekuler yang dibangkitkan antara faktor antigen dan area pengikat antigen pada
molekul antibodi.
Terdapat 2 zat yang berperan dalam melakukan uji aglutinasi ini, yiatu
aglutinogen dan aglutinin. Aglutinogen adalah suatu protein yang dapat
menggumpal dan terdapat pada eritrosit, sedangkan agglutinin adalah suatu serum
antibodi yang dapat menggumpalkan aglutinogen. Aglutinin terdapat pada plasma
darah. Baik aglutinogen maupun aglutinin terbagi atas dua jenis. Aglutinogen
terbagi menjadi aglutinogen A dan anglutinogen B, sedangkan aglutinin terbagi
menjadi α dan β. Aglutinin α menggumpalkan aglutinogen B dan aglutinin β
menggumpalkan aglutinogen B.
V.2Saran
Pastikan kaca objek yang diguna kan benar-benar bersih
Sebaiknya menggunakan tusuk gigi saat melakukan pengadukan
Pastikan semua alat yang diguanakan saat percobaan dipastikan bersih agar
tidak kontaminasi yang bisa mempengaruhi hasil percobaan
Pada pembuatan eritrosit 5% antisera hendak dilakukan seteliti mungkin
DAFTAR PUSTAKA
[1] Antari, Arlita L. Imunologi Dasar. Yogyakarta : Deepublish. 2017.
[2] Whitney, Catherine., Peter. Diabetes : Penemuan Baru Memerangi Diabetes
Melalui Diet Golongan Darah. Yogyakarta : B-First. 2009.
[3] Joyce LeFever Kee. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik.
Edisi 6. Jakarta: EGC; 2007.
[4] Syarifuddin. Imunologi Dasar Prinsip Dasar Sistem Kekebalan Tubuh.
Jakarta : Klinik Cendekia. 2018.
[5] Maitland, Tulip. Perbedaan Serum dan Plasma. Widya Medika. 2015.
[6] Karmana, Oman. Biologi. Jakarta : Grafindo Media Pratama. 2008.
[7] Naim, N. Pengaruh variasi pengenceran antisera terhadap hasil pemeriksaan
golongan darah abo landstainer. Media Analis Kesehatan; 2015